Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164880 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Rita Retnowati
" LATAR BELAKANG
Saat ini usaha keluarga berencana mulai banyak dikembangkan pada pihak keluarga. Secara garis besar pelaksanaan keluarga berencana pada pria dilakukan dengan cara mekanis atau dengan cara penggunaan obat. Cara mekanis diharapkan akan mengganggu penyaluran sperma, misalnya dengan melakukan vasektomi sehingga akan menyumbat saluran sperma, sedangkan penggunaan obat keluarga berencana diharapkan dapat menghambat pembentukan sperma atau pematangan sperma. Cara yang dipergunakan dalam keluarga berencana yang menggunakan obat yang mengandung hormon merupakan cara yang terakhir.
Spermatogenesis pada dasarnya merupakan proses yang dikendalikan susunan syaraf melalui poros hipotalamus hipofisis - testis (HHT). Harmon atau anti hormon yang dapat mengganggu poros HHT pada dasarnya akan mengganggu pula spermatogenesis, sehingga memungkinkan untuk dipakai dalam melaksanakan keluarga berencana pada pria . Obat-obat tersebut dapat bekerJa di berbagai tingkat pada poros HHT.
Pada dasarnya suatu obat atau suntikan keluarga berencana untuk pria yang bersifat hormon harus dapat menghambat proses spermatogenesis secara reversibel tanpa mengganggu libido dan tingkah laku keJantanan. Hambatan spermatogenesis dapat dilakukan dalam poros HHT, dalam tingkat hipotalamus, hipofisis atau testis. Pada tingkat hipotalamus diperlukan suatu senyawa yang dapat menghambat sekresi gonadotropin Releasing Harmon (GnRH), pada tingkat hlpofisis diperlukan suatu senyawa yang dapat menghambat sekresi hormon gonadotropin CFSH dan LH) dan tingkat testis diperlukan senyawa yang secara langsung dapat menghambat spermatogenesis.
Dari berbagai obat-obat keluarga berencana yang mengandung hormon yang sedang dan telah ditellti antara lain kombinasi hormon progestin-androgen. Cara kerja kombinasi hormon progestin-androgen adalah melalui hambatan sekresi hormon FSH dan LH oleh progestin, sehingga poros pernbentukan sperma terganggu dan sintesis androgen pun menurun. Untuk
mencegah penurunan libido dan potensi seksual akibat penurunan hormon androgen, maka pemberian hormon progestin dikombinasikan dengan hormon androgen.
Berbagai percobaan telah dilakukan dengan menggunakan
kombinasi depo medroksiprogesteron asetat dan testosteron enantat. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kombinasi tersebut umumnya dapat menyebabkan azoospermia atau aligozoospermia berat sekitar 75-82% dari kasus yang diteliti. Sayangnya belum ada penelitlan yang memperoleh 100% azoospermia. Untuk itu perlu dicari kombinasi obat lain yang mungkin mempunyai prospek lebih baik. Salah satu alternatif adalah penggunaan kombinasi norethisteron enantat dan testosteron enantat. Seperti halnya depo medroksiprogesteron asetat, norethisteron enantat ,juga mempunyai kemampuan dalam menekan gonadotropin.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ega Febrina
"Jambu mede (Anacardium occidentale Linn.) digunakan
dalam pengobatan tradisicnal di Indonesia karena
khasiatnya yang beraneka ragam. Salah satu khasiat jambu
mede adalah sebagai analgesik. Beberapa jamu pegal linu
yang beredar di pasaran juga menggunakan daun Jambu mede
sebagai salah satu kompónennya.
Pada percQbaan terdahulu (23) pemeriksaan efek
analgesik infus daun j ambu mededilakukan pada mencit
dengan metode hot-plate. Data ilmiah yang menuniang
khasiat analgesik daun j ambu mede masih dirasakan kurang.
Karena itu peneliti ingin melakukan pemeriksaan pada
tikus putih. Dalam penelitian dilakukan pula pemisahan
antara daun yang muda dan daun yang tua untuk mengetahui
daun -mana yang iebih kuat memberikan efek analgesik,
sebab pada penelitian yang terdahuludigunakan campuran
keduanya
Tujuan penelitian mi adalah untuk mengetahui apakah
daun jambu mede mempunyai efek analgesik. Selain itu Juga
untuk mengetahui daun mana yang lebih kuat sebagai
analgesik.
Metode yang digunakan adalah metode rat tail-flick
menurut D'Amour dan Smith dengan alat analgesimeter.
Sebagai zat pembanding digunakan Dipiron dengan dosis 300 mg per kg B. Pemberian obat dilakukan peroral dan
efek analgesik ditentukan berdasarkan perpanjangan waktu
reaksi tikus terhadap rangsang nyeri sampai menit ke-300
setelah petnberian obat.
Hasil pengukuran dan analisis statistik menunjukkan
baha efek analgesik infus daun muda lebih kuat daripada
iflfL(S daur) tua.
Pada infus daun muda, efek analgesik terlihat pada
pernberian dosis 600 mg per 200 gr BB terutama pada menit
ke-60 5 905 dan 120. Pecnberian infus daun muda dengan
dosis 1200 mg per 200 g BB rnemperlihatkan efek analgesik
sampai menit ke-300 Sedangkan pemberian infus daun muda
dengan dosis 300 mg per 200 g BB, tidak mernperlihatkan
efek analgesik yang berarti dari menit ke-30 sampai men-it
ke-300 setelah pemberian.
Bila dibandingkan dengan obat analgesik Dipiron5
ternyata efek analgesik infus daun j ambu rnede lebih
lemah."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviana Ingrid R.S.
"Ruang lingkup dan Cara penelitian: Pengembangan metoda kontrasepsi pria Cara medikamentosa yang aman, efektif clan reversibel sekarang ini adalah penyuntikan intramuskular kombinasi hormon. Penyuntikan ini dapat menekan sekresi testosteron melalui penekanan gonadotropin hipofisis. Penyuntikan ini diharapkan tidak mempengaruhi fungsi hematopoietik, fungsi ginjal dan antigen spesifik prostat relawan yang turut berpartisipasi pada penelitian ini. Kombinasi hormon yang dipergunakan adalah kombinasi dosis rendah 100 mg TE + 100 mg DMPA dan kombinasi dosis tinggi 250 mg TE + 200 mg DMPA, disuntikkan setiap bulan dalam jangka waktu 12 bulan dan pemeriksaan fungsi hematopoietik, fungsi ginjal dan antigen spesifik prostat setiap 3 bulan. Penelitian ini dibagi dalam 3 We, yaitu fase kontrol atau pra-perlakuan (1 bulan), face penekanan (6 bulan) dan fase pemeliharaan (6 bulan). Pada fase kontrol atau pra-perlakuan dipilih 20 pria sehat dan subur yang memenuhi syarat pemeriksaan fisik dan laboratorium darah sebanyak 2 kali pemeriksaan normal, kemudian dibagi secara acak ke dalam 2 kelompok (masing masing kelompok 10 orang). Kelompok pertama mendapat penyuntikan kombinasi hormon dosis rendah dan kelompok kedua penyuntikan hormon kombinasi dosis tinggi. Parameter yang diteliti adalah: (a) fungsi hematopoietik, meliputi hematokrit, hemoglobin, leukosit, trombosit; (b) fungsi ginjal, meliputi ureum dan kreatinin darah; (c) antigen spesifik prostat.
Hasil penelitian: Pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa hasil kedua kelompok berada diantara batas normal: Ht. 41.67 - 47.46 %; Hb. 14.5 - 15.58 gldl; leukosit 7.48 - 11.54 (103/ul); trombosit 234.78 - 300.11 (103/ul); ureum 21.6 -- 28 mg/dl; kreatinin 0.92 - 1.21 mg/dl dan PSA 0.32 - 0.71 mg/dl. Setara keseluruhan penyuntikan hormon kombinasi dosis rendah 100 mg TE + 100 mg DMPA dan kombinasi dosis tinggi 250 mg TE + 200 mg DMPA tidak mempengaruhi fungsi hematopoietik, fungsi ginjal dan antigen spesifik prostat.
Kesimpulan: Penyuntikan hormon kombinasi dosis rendah 100 mg TE + 100 mg DMPA dan kombinasi dosis tinggi 250 mg TE + 200 mg DMPA setiap bulan selama 12 bulan penelitian dan setiap 3 bulan pemeriksaan laboratorium tidak menimbulkan atau mengakibatkan perubahan bermakna pada fungsi hematopoietik, fungsi ginjal dan antigen spesifik prostat, sehingga kemungkinan aman sebagai slat kontrasepsi hormonal pria.

The Influence of Monthly Injection both a Low Dose and a High Dose Combination of TE + DMPA on the Hematopoietic and Kidney Functions and PSAScopes and methods of study: The medicinal approach to male contraception which is safe, effective and reversible is currently being investigated using a combination of hormones. The hormones, given by intramuscular injection, will suppress testosterone secretion through the suppression of gonadotropin release by the hypophysis. This study is carried out to investigate if there is any adverse effect on hematopoiesis (hematocrit, hemoglobin, leucocyte and thrombocyte as parameters), kidney functions (serum urea and creatinine), and prostate apecific antigen (serum) PSA during the use of this contraceptive means. Two hormonal combinations being evaluated are 1) a low dosage of 100 mg TE + 100 mg DMPA, and 2) a high dosage of 250 mg TE + 200 mg DMPA. The study is divided into 3 consecutive phases: control phase (1 month), suppression (6 months) and maintenance (6 months). The selected volunteers are twenty healthy and fertile males who show normal laboratory findings during the control period, which is carried out twice at a biweekly interval. They are then divided randomly into two groups of ten subjects each. Throughout the suppression and maintenance phases each member of the group receives a monthly injection of the low and high dosage hormonal combination, respectively. Venous blood samples are obtained every three months, the hematological and kidney parameters are examined at the Clinical Laboratory Department of the Cipto Mangunkusumo Hospital, and PSA measured by immunoassay (Abbott, IMx) at the Immunoendocrinology Laboratory of the Indonesia School of Medicine. The laboratory findings are analyzed by two-way anova, using a spreadsheet program (Lotus 123 or Exe1).
Fidings and Conclusion: The laboratory parameters of the two groups are within the normal ranges throught out the study period: Ht. 41.67 - 47.46 %, Hb. 14.5 - 15.58 gldl, leucocyte 7.48 - 11.54 x 103/ul, thrombocyte 234.78 - 300.11 x 103/ul, ureum 21.6 - 28 mg/dL, creatinine 0.92 - 121 mg/dL and PSA 0.32 - 0.71 mg/dL. It is there for concluded that the administration of the combination of TE and DMPA, at both low and high dosages, has no adverse effect on hematopoiesis, kidney function and the prostate, and could therefor be considered safe for use in male contraception.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
T11455
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eliza
"Dalam masyarakat, sebagian pria beranggapan kontrasepsi urusan kaum wanita. Anggapan ini sebenarnya tidak tepat, karena pembuahan adalah pertemuan antara sel telur yang berasal dari wanita dan sel sperma berasal dari pria. Jadi kalau kita berikhtiar hanya menghambat pematangan sel telur, ini berarti kita mengabaikan peranan sel sperma yang juga mempunyai andil setara dalam hal terjadinya pembuahan.
Berbagai usaha telah dan terus dilakukan oleh para ahli di bidang Andrologi, untuk memperoleh bahan kontrasepsi pria yang benar-benar aman, efektif dan bersifat reversibel. Usaha tersebut didorong oleh kesadaran penuh akan pertambahan jumlah populasi manusia di dunia (Tadjudin, 1986).
Secara garis besar pelaksanaan Keluarga Berencana pada pria dilakukan dengan cara mekanis atau dengan cara penggunaan obat. Cara mekanis diharapkan akan mengganggu penyaluran sperma, misalnya dengan melakukan vasektomi sehingga akan menyumbat saluran sperma, sedangkan penggunaan obat Keluarga Berencana diharapkan dapat menghambat pembentukan sperma atau pematangan sperma. Cara yang dipergunakan dalam Keluarga Berencana yang menggunakan obat yang mengandung hormon merupakan cara yang terakhir (Afandi, 1987).
Spermatogenesis pada dasarnya merupakan proses yang dikendalikan susunan syaraf melalui poros hipotalamus-hipofisis-testis (HHT). Hormon atau anti hormon yang dapat menggangu poros HHT pada dasarnya akan mengganggu pula spermatogenesis, sehingga memungkinkan untuk dipakai dalam melaksanakan Keluarga Berencana pada pria (Tadjudin,1986). Obat-obat tersebut dapat bekerja di berbagai tingkat pada poros HHT.
Pada dasarnya suatu obat atau suntikan Keluarga Berencana untuk pria yang bersifat hormon harus dapat menghambat proses spermatogenesis secara reversibel tanpa mengganggu libido dan tingkah laku kejantanan (Moeloek,1987). Hambatan spermatogenesis dapat dilakukan dalam poros HHT, dalam tingkat hipotalamus, hipofisis atau testis. Pada tingkat hipotalamus diperlukan suatu senyawa yang dapat menghambat sekresi "Gonadotropin Releasing Hormone" (GnRH), pada tingkat hipofisis diperlukan senyawa yang secara langsung dapat menghambat spermatogenesis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lia Harnita
Depok: Universitas Indonesia, 2002
S32349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Mauizzati
Depok: Universitas Indonesia, 1985
S31926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Beni Imanullah
Depok: Universitas Indonesia, 1990
S31968
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>