Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132150 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Febry Lia Dharmanita
"Ekstrak Uncaria gambir (hunter) Roxb dapat bekerja sebagai antioksidan karena kandungan polifenol dan flavonoidnya. Senyawa ini diketahui dapat mencegah terjadinya pembentukan radikal bebas didalam tubuh yang dapat menyebabkan penuaan dini. Pada penelitian ini, gambir pada konsentrasi 0,1%, 0,5%, 1%, dan 2% (b/b) diformulasikan dalam sediaan krim. Efektifitas aktivitas antioksidan krim dibandingkan berdasarkan nilai faktor protektifnya yang di ukur dengan metode tiosianat. Pengukuran nilai faktor protektif dilakukan diawal dan setelah krim mendapat perlakuan dengan penyinaran sinar UV-A. Adanya penambahan gambir dengan konsentrasi yang berbeda-beda pada krim diperkirakan dapat mempengaruhi kestabilan fisik dari krim. Uji kestabilan fisik dilakukan melalui pengamatan pada penyimpanan suhu kamar; 40±2º C; 4º C , uji freze thaw dan uji mekanik. Parameter kestabilan yaitu dengan pengamatan organoleptis, pH, viskositas dan pengukuran diameter globul. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan tidak adanya perbedaan bermakna aktivitas antioksidan awal krim maupun setelah penyinaran UV-A MED 300.000 mJ/cm2, tetapi setelah penyinaran UV-A pada MED 600.000 mJ/cm2 terlihat perbedaan bermakna aktivitas antioksidan krim gambir 1% dan 2% dibandingkan dengan aktivitas antioksidan krim gambir 0,1% dan 0,5%. Ketiga jenis krim yaitu krim gambir 0,1%; 0,5%;dan 1% menunjukkan kestabilan fisik pada penyimpanan suhu kamar; 40±2º C dan 4º C , uji freeze thaw dan uji mekanik yang berarti ketiga krim tersebut stabil pada penyimpanan selama satu tahun. Krim gambir 2% menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan pada penyimpanan 4º C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S32734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ervina Dwi Astuti
"Minyak tradisional X adalah obat tradisional yang berasal dari tumbuhan dan digunakan oleh sekelompok masyarakat untuk mengobati luka terbuka, mempercepat pengeringan luka pasca khitanan, mengobati bekas penyakit kudis, menghilangkan gatal-gatal dan melembabkan kulit. Minyak tradisional X mengandung beberapa sari simplisia yaitu Piper betle, Centella asiatica, Eugenia caryophyllata, Zingiber officinale dan Languas galanga. Pemakaian dalam bentuk minyak tidak terlalu menyenangkan, oleh karena itu minyak tradisional X diformulasikan dalam bentuk krim. Pada penelitian dibuat tiga formula krim (A, B, C) yang mengandung minyak tradisional X masing-masing sejumlah 30%; campuran tween 80 dan span 80 (emulgator) dengan kadar berturut-turut adalah 10%, 15%, dan 20%; setil alkohol sebagai pengental dengan kadar masing-masing 10%. Uji stabilitas fisik dilakukan pada ketiga formula krim selama tiga bulan, yang meliputi penyimpanan pada suhu kamar, suhu 40±2o C, suhu 4o C, cycling test dan uji sentrifugasi. Hasil yang diperoleh adalah krim C yang mengandung emulgator sebesar 20% dari fase minyak, paling stabil secara fisik pada penyimpanan ketiga suhu dan tidak terjadi pemisahan fase pada uji sentrifugasi dan cycling test."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S32401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Haqqi Budiman
"Tomat (Solanum lycopersycum L.) merupakan salah satu buah memiliki aktivitas antioksidan yang kuat karena mengandung senyawasenyawa antioksidan seperti likopen, beta karoten, vitamin C dan vitamin E. Senyawa-senyawa ini diketahui dapat mencegah dan menghambat pembentukan radikal bebas yang menyebabkan penuaan dini dan penyakitpenyakit kronis. Pada penelitian ini, tomat diformulasikan dalam sediaan krim dengan konsentrasi berbeda yaitu 0,5%, 1%, 2%, dan 3% (b/b). Uji kestabilan fisik dilakukan dengan pengamatan krim yang disimpan pada tiga suhu berbeda yaitu suhu 4oC, suhu kamar, suhu 40+2oC, uji mekanik dan cycling test. Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode peredaman DPPH berdasarkan nilai penghambatan DPPH (EC50).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa krim tomat 0,5%, 1%, 2% dan 3% memiliki kestabilan fisik setelah pengujian pada suhu 4oC, suhu kamar, suhu 40+2oC, uji mekanik dan cycling test. Krim tomat 1%, 2%, dan 3% memiliki aktivitas antioksidan yang memenuhi nilai minimum EC50, sedangkan krim 0,5% tidak memenuhi nilai EC50. Krim tomat 1% memiliki kestabilan terbaik secara fisik dan krim tomat 3% memiliki aktivitas antioksidan terkuat.

Tomato (Solanum lycopersycum L.) that the fruit mainly contained lycopene, beta carotene, vitamin C and vitamin E indECated that the fruit had antioxidant activity. These compound were known able to prevent and retention of free radECal forming whECh can cause aging and chronEC disease. This research, tomato with different concentration 0,5%, 1%, 2%, and 3% were formulated in cream. PhysECal stability test including the storage at three different temperatures including cool temperature (4oC), room temperature, and high temperature (40+2oC), mechanECal test, and cycling test. Measurement of antioxidant activity tomato cream that using DPPH method pursuant to value of DPPH retention (EC50).
This research resulted that shown tomato cream 0,5% 1%, 2%, and 3% have physECal stability with storage at cool temperature (4oC), room temperature, and high temperature (40+2oC). Tomato cream 1%, 2%, and 3% reach minimum value of retention DPPH (EC50) but tomato cream 0,5% not reach minimum value of retention DPPH (EC50). Cream tomato 1% have the best physECal stability and cream tomato extract 3% have the best antioxidant activity.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S32741
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harianja, Rindo Widia
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S27847
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dwi Prasetianingtyas
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32656
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Seffy Aulia Karinawaty
"Biji anggur merah (Vitis vinifera L.) yang berasal dari buah segar anggur merupakan salah satu sumber senyawa bioflavonoid proantosianidin yang memiliki khasiat sebagai antioksidan dengan kekuatan yang lebih besar dari Vitamin C dan Vitamin E. Senyawa ini dapat digunakan untuk mencegah dan meredam reaksi berantai dari radikal bebas yang menyebabkan penuaan dini. Ekstrak biji anggur merah diformulasikan menjadi sediaan krim yang dibedakan kadarnya dalam konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%. Uji kestabilan fisik dilakukan dengan penyimpanan sediaan selama 8 minggu pada tiga suhu yang berbeda, yaitu suhu rendah (4°C), suhu kamar, dan suhu tinggi (40+2°C). Centrifugal test dan cycling test juga dilakukan terhadap keempat krim ekstrak biji anggur. Pengukuran aktivitas antioksidan ditentukan dengan menggunakan metode peredaman DPPH berdasarkan nilai aktivitas antioksidan. Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa keempat krim ekstrak biji anggur merah memiliki kestabilan fisik setelah penyimpanan pada suhu kamar, uji mekanik, dan cycling test. Krim ekstrak biji anggur merah 1%, 1,5%, dan 2% memenuhi nilai minimum aktivitas antioksidan, sedangkan krim ekstrak biji anggur merah 0,5% tidak memenuhi nilai minimum aktivitas antioksidan setelah pengujian pada penyimpanan. Krim ekstrak biji anggur merah 0,5% menunjukkan kestabilan fisik terbaik dan krim ekstrak biji anggur merah 2% memiliki aktivitas antioksidan terkuat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32714
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maftuhatun Fista Amalia
"Keloid merupakan jaringan tumor jinak yang tumbuh akibat proses penyembuhan luka menyimpang. Keloid dapat menimbulkan masalah kosmetik maupun gangguan fungsi tubuh, terutama bila keloid timbul pada daerah persendian. Patogenesisnya belum sepenuhnya diketahui, namun fibroblas teraktivasi terlibat dalam dekomposisi kolagen berlebih pada matriks ekstraseluler. Di sisi lain, fibroblas mensintesis sitoglobin. Ekspresi sitoglobin berlebih dapat menekan proliferasi fibroblas. Berbagai terapi keloid hingga saat ini belum optimal karena masih sering terjadi rekurensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengaruh ekstrak etanol gambir (EG) terhadap viabilitas fibroblas keloid serta ekspresi sitoglobin, elastin dan desmosin. Penelitian dilakukan dengan isolasi dan kultur primer fibroblas keloid serta dianalisis nilai IC50 EG nya, serta ekspresi sitoglobin, elastin dan desmosin. Didapatkan hasil bahwa EG dapat menurunkan viabilitas fibroblas keloid dan signifikan meningkatkan ekspresi sitoglobin, elastin dan desmosin. Dengan demikian, EG berpotensi sebagai antikeloid.

Keloids are benign tumor that grow as a result of aberrant wound healing processes. Keloid can cause cosmetic problems and impaired body function, especially if they occur on joint area. The pathogenesis isn’t fully understood, but activated fibroblasts are involved in the decomposition of excess collagen in the extracellular matrix. In contrast, fibroblasts synthesize cytoglobin. Various keloid therapies until now haven’t been optimal due to numerous recurrences. This study aims to explore the effect of ethanolic extract of gambir (EG) on the viability of keloid fibroblasts and the expression of cytoglobin, elastin, and desmosine. The experiment done by isolation and primary culture of keloid fibroblasts and analyzed its IC50 EG value, and cytoglobin, elastin, and desmosine. The result showed that EG can decrease in keloid fibroblast viability and the expression of cytoglobin, elastin, and desmosine. Thus, EG has potential as an anti-keloid."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Natalia
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S32748
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Deasyka Yastani
"Karsinoma hepatoseluler (HCC) merupakan masalah kesehatan global dengan tatalaksana yang belum optimal. Gambir adalah tanaman spesifik Indonesia, yang mengandung flavonoid, dan digunakan sebagai antikanker. Pada patogenesis HCC terjadi disregulasi CYGB, Nrf2, dan PDGFA. Jusman dkk mendapatkan bahwa senyawa dalam gambir dapat berikatan dengan PDGFA. Penelitian ini digunakan ekstrak etanol gambir (EG), dan bertujuan untuk menilai pengaruh EG terhadap viabilitas galur sel HepG2, dan ekspresi dari protein CYGB, Nrf2, dan PDGFA. Optimasi konsentrasi DMSO sebagai pelarut EG, dan konsentrasi EG pada HepG2 (IC50) dianalisis dengan uji MTT. Sel HepG2 diisolasi proteinnya dan ekspresi CYGB, Nrf2, dan PDGFA menggunakan ELISA. Analisis proliferasi sel HepG2 dengan uji BrdU. Hasil dari analisis viabilitas, proliferasi, dan ELISA dari kelompok kontrol dan perlakuan dibandingkan secara statistik. Hasil menunjukan pemberian EG konsentrasi 500; 1000; dan 2000 μg/mL menyebabkan penurunan viabilitas sel, proliferasi sel, serta penurunan ekspresi protein CYGB, Nrf2, dan PDGFA. Disimpulkan pemberian EG menurunkan viabilitas, dan proliferasi sel HepG2 serta terbukti menurunkan ekspresi CYGB, Nrf2, dan PDGFA.

epatocellular carcinoma (HCC) is a global health problem with treatment has not provided optimal results. Gambir is an Indonesian specific plant, which contains flavonoids, and is used as an anticancer. In the pathogenesis of HCC dysregulation of Nrf2, CYGB, and PDGFA occurs. Jusman et al found that compounds in gambir can bind to PDGFA. This study used gambir ethanol extract (EG), and aimed to assess the effect of EG on HepG2 cell proliferation, as well as the expression of CYGB, Nrf2, and PDGFA. Optimization of DMSO concentration as EG solvent, and EG concentration in HepG2 (IC50) were analyzed by MTT test. Protein of HepG2 were isolated and expression of CYGB, Nrf2 and PDGFA used ELISA. Analysis of HepG2 cell proliferation with BrdU assay. Results from viability, proliferation, and ELISA analyses of the control and treatment groups were compared statistically. The results showed the administration of EG concentration 500; 1000; and 2000 μg/mL led to decreased cell viability, cell proliferation, and decreased expression of CYGB, Nrf2, and PDGFA proteins. It was concluded that EG administration decreased the viability, and proliferation of HepG2 cells and was shown to decrease the expression of CYGB, Nrf2, and PDGFA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>