Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153740 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Ervani Setya Susanti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S32654
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sidik Pamungkas
"Memiliki waktu tinggal yang singkat yang disebabkan oleh pengaruh pengosongan lambung menjadi keterbatasan amoksisilin dalam menangani bakteri Helicobacter pylori sebagai penyebab utama penyakit radang pada lapisan lambung. Sediaan pembawa obat sistem mengapung telah disintesis untuk menangani keterbatasan tersebut menggunakan matriks hidrogel semi-IPN kitosan-metil selulosa mengandung agen pembentuk pori APP KHCO3 dan K2CO3 dengan komposisi kitosan:metil selulosa 60:40 b/b , agen pengikat silang glutaraldehid 0,1 M 2 b/b terhadap kitosan , amoksisilin trihidrat digunakan sebagai model obat, konsentrasi agen pembentuk pori KHCO3 dan K2CO3 yang digunakan divariasikan, yaitu 1; 5; 10; 15; 20 terhadap massa total reagen. Pengaruh jenis variasi konsentrasi APP yang berbeda KHCO3 dan K2CO3 pada hidrogel telah diselidiki dan dibandingkan menggunakan parameter uji kemampuan mengapung dan persen porisitas. Pengaruh proses loading obat yang berbeda in situ post loading juga telah diselidiki dan dibandingkan menggunakan parameter persen efisiensi penjeratan dan persen disolusi. Karakterisasi terhadap sifat hidrogel dilakukan menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR, spektrofotometri UV-Vis, dan mikroskop stereo optik. Secara keseluruhan APP KHCO3 memiliki waktu awal mengapung lebih cepat dibanding K2CO3 dan memiliki kemampuan mengapung >3jam, kecuali pada komposisi 1 untuk kedua jenis APP. Berdasarkan evaluasi kemampuan mengapung, matriks hidrogel semi-IPN yang optimum terdapat pada penambahan komposisi agen pembentuk pori KHCO3 20. Hasil perbandingan sediaan optimum pada penelitian ini dengan sediaan optimum pada peneliti sebelumnya yang menggunakan APP CaCO3 15 dengan proses loading obat yang sama in situ loading , yaitu sediaan optimum yang menggunakan KHCO3 20 memiliki efisiensi penjeratan obat lebih tinggi dan persen disolusi yang lebih terkontrol dibanding sediaan menggunakan CaCO3 15 , 79 72 untuk efisiensi penjeratan KHCO3 dan CaCO3 berturut-turut. Proses loading obat in situ loading memberikan hasil efisiensi penjeratan lebih tinggi serta memiliki persen disolusi yang lebih terkontrol dibanding proses post loading pada sediaan dengan APP yang sama.

Amoxicilin have shorter of a recidence time which are caused by influence gastric emptying. Floating drug delivery system as a resolve restriction of amoxcicilin in combating bacterial Helicobacter pylory had been synthesized by based on semi IPN hydrogel chitosan methyl cellulose containing pore forming agent PFA KHCO3 and K2CO3 with the composition of chitosan methyl cellulose 60 40 w w , glutaraldehyde as a crosslingking agent 0.1 M 2 w w to chitosan , amoxcicilin trihydrate as a drug model, and pore forming agent KHCO3 and K2CO3 with varied concentrations were 1 5 10 15 20 to the total mass of reagents. The effect of kind and varied concentrations of PFA on hydrogel characterizations had been investigated and compared by using floating ability and percent porosity parameters. The effect of kind drug loading process in situ and post loading also had been investigated and compared by using encapsulation efficiency and percent drug dissolution parameters. Characterizations of the hydrogel were carried out by using Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR , UV Vis spectrophotometry, and stereo optical microscope. Overall, KHCO3 incorporated hydrogels showed faster floating lag time than K2CO3 and both had a floating time more than 3 hours, except on 1 composition of both PFA. Based on floating ability evaluation, optimum composition of PFA incorporated hydrogel was KHCO3 20 . The results of compared between optimum composition for this research and optimum composition for previous research used PFA CaCO3 15 with the same drug loading prosess in situ showed that KHCO3 incorporates hydrogel had the higher encapsulation efficiency and more controlled drug release profile than CaCO3 incorporated hydrogel, 79 72 for encapsulation efficiency KHCO3 20 and CaCO3 15 , respectively. The results of compared loading drug process with the same PFA, in situ loading drug process showed higher encapsulation efficiency and drug release profile more controlled than post loading drug process."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66411
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saleh Wikarsa
"Dipiridamol sebagai obat pencegah komplikasi tromboembolik dalam terapi pasca operasi katup jantung dan terapi jangka panjang angina pectoris akan diabsorpsi dengan baik dalam lambung. Untuk dapat menjaga konsentrasi terapetik dalam waktu lama dan untuk meningkatkan ketersediaan hayatinya diperlukan sediaan lepas lambat dengan waktu tinggal di lambung yang lama. Untuk mencapai tujuan tersebut pada penelitian ini akan dibuat tablet lepas lambat
dipiridamol yang dapat mengapung dengan persyaratan yang dibuat sesuai dengan konsentrasi terapi dipiridamol. Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dengan menggunakan aquades sebagai cairan pengikat menggunakan hidroksipropil metil selulosa (HPMC) K4M, Ac-di-sol, Avicel PH 102, talk dan Mg stearat. Uji pelepasan dipiridamol
dilakukan secara in vitro menggunakan alat tipe 2 (dayung) dengan kecepatan pengadukan 50 rpm dalam medium HCl 0,1 N sebanyak 900 mL pada suhu 37 ± 0,5 °C selama 8 jam. Formulasi tablet dengan komposisi dipiridamol 50 mg, HPMC K4M (30%), Ac-di-sol (20%), Avicel PH 102 (37%), talk (2%), dan Mg Stearat (1%) menghasilkan tablet
mengapung dengan pelepasan sebesar 59,61 ± 23,35% pada jam ke-4 dan 89,34 ± 34,19% pada jam ke-8 yang memenuhi persyaratan pelepasan.
Dipyridamole is a drug for prevention of postoperative thromboembolic complication of heart valve replacement and long term therapy of angina pectoris will be well absorbed in stomach. To maintain therapeutic plasma concentration in long time and to increase bioavalaibility is needed a sustained release dosage form having the long residence time in the stomach. The objective
of this research was to make floating sustained release tablet of dipyridamole conforming to the requirement that was
set up by dipyridamol therapeutic concentration. Tablets were made by wet granulation method using aquadest as a liquid binder, HPMC K4M, Ac-di-sol, Avicel PH 102, talk, and Mg stearat. Dissolution assay was carried out using type 2 release tester at rotation speed of 50 rpm in medium 900 mL HCl 0.1 N at 37 ± 0.5 °C for 8 hours. The
formulation containing of 50 mg dipirydamole, HPMC K4M (30%), Ac-di-sol (20%), Avicel PH 102 (37%), talk (2%), and Mg stearat (1%) released 59.61 ± 6.73% and 89.34 ± 5.87% of dipyridamole respectively after 4 and 8 hours that conformed to the requirement."
[Institut Teknologi Bandung. Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung. Sekolah Farmasi], 2011
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Hidayatullah
"Pada penelitian kali ini dibuat sistem pengantar obat mengapung dengan sediaan hidrogel kitosan poli N-vinil pirrolidon dengan komposisi Kitosan : monomer PVP 70:30 dan agen pengikat silang formaldehida 2 . Kemudian menggunakan dua jenis agen pembentuk pori yaitu kalium karbonat K2CO3 dan kalium bikarbonat KHCO3 konsentrasi divariasikan dengan persentasi 0 , 1 , 2,5 , 5 , dan 7,5 terhadap massa total reagen awal. Parameter keberhasilan dari penelitian ini adalah didapatkan data kondisi optimum dari mikrokapsul yang disintesis berupa floating lag time waktu mikrokapsul untuk mencapai ke permukaan yang cepat, floating time waktu mikrokapsul mengapung yang panjang, persentase obat ter-loading yang banyak ke dalam hidrogel kitosan serta pelepasan obat yang terkontrol.
Karakterisasi yang digunakan adalah FTIR untuk mengetahui perubahan gugus fungsi dan Mikroskop Stereo Optik untuk melihat morfologi permukaan sampel hidrogel dan mikrokapsul. Konsentrasi optimum yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian yaitu hidrogel dengan agen pembentuk pori KHCO3 7,5 dengan floating lag time 14 menit 2 detik, floating time > 3 jam, efisiensi enkapsulasi amoksisilin trihidrat sebesar 86 dan disolusinya mampu hingga 100.

This research was releated the preparation of Floating Drug Delivery System, consisted of hydrogel chitosan poly N vinyl pyrrolidone with compositions chitosan PVP monomer 70 30 and used formaldehida 2 as crosslinking agent. Two kinds of pore forming agent were used in this research which were potassium carbonate K2CO3 and potassium bicarbonate KHCO3 with variation of concentrations 0 , 1 , 2.5 , 5 , and 7.5 to the total mass of initial reagents. The success of this research depends on the fast floating lag time and the longest floating time, as much as the percentage of the drug amoxycillin loading in the hydrogel and controlled drug release.
FTIR characterization was used to analyzes the changes of functional groups. Microscope Stereo Optical was used to identify the morphology of hydrogel and microcapsules. The best result showed that KHCO3 7,5 produced hydrogel which have floating lag time 14 minutes 2 seconds, floating time 3 hours, 86 encapsulation efficiency of amoxycillin trihydrate and dissolution capable up to 100.
"
2016: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65818
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lissa Florencia Putri Sutrisna
"Lidokain hidroklorida (LiH) merupakan agen anestesi lokal tipe amida yang umum digunakan pada prosedur dermatologi. LiH dikategorikan sebagai BCS (biopharmaceutics classification system) kelas III, yakni memiliki kelarutan yang tinggi dan permeabilitas yang buruk. Tujuan dari penelitian ini adalah memformulasikan dan mengevaluasi sediaan dissolving microneedles (DMN) yang mengandung LiH dengan basis polimer berbeda, yaitu poli(vinil pirolidon) K30 (PVP-K30) dan asam hialuronat (AH), serta melakukan uji pelepasan obat secara in vitro dan in vivo. Evaluasi sediaan yang dilakukan adalah evaluasi fisik, karakterisasi kehilangan massa setelah pengeringan, karakteristik mekanis, simulasi penetrasi ke dalam kulit, pelarutan jarum dalam kulit, penetapan bobot teoritis, penetapan kadar menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi, dan stabilitas kimia. Kemudian, dipilih satu formula terbaik dari masing-masing kelompok polimer yang dilanjutkan dengan uji pelepasan obat secara in vitro menggunakan sel difusi Franz dan uji permeasi secara in vivo menggunakan tikus galur Sprague-Dawley. Formula terpilih berdasarkan evaluasi sediaan adalah F3 (AH 10%) dan F5 (PVP-K30 25%). Berdasarkan uji pelepasan obat secara in vitro, jumlah obat terpermeasi dan terdeposisi di dalam kulit pada F3 adalah 247,1 ± 41,85 dan 98,35 ± 12,86 µg. Sedangkan, jumlah obat terpermeasi dan terdeposisi di dalam kulit pada F5 adalah 277,7 ± 55,88 µg dan 59,46 ± 9,25 µg. Berdasarkan uji permeasi obat secara in vivo, hanya satu tikus dari kelompok polimer PVP-K30 dengan konsentrasi 150,32 ng/mL terdeteksi pada plasma tikus. Oleh karena itu, LiH dapat diformulasikan ke dalam sediaan DMN dan mampu terdeposisi ke dalam kulit dengan kadar terpermeasi obat ke dalam sirkulasi sistemik yang masih tergolong aman.

Lidocaine hydrochloride (LiH) is an amide-type local anesthetic agent commonly used in dermatological procedures. LiH is categorized as BCS (biopharmaceutical classification system) class III, which has high solubility and poor permeability. This study aimed to formulate and evaluate lidocaine hydrochloride-loaded dissolving microneedles (LiH-DMN) with different polymers bases, namely poly(vinyl pyrrolidone) K30 (PVP-K30) and hyaluronic acid (HA), as well as conducting drug release test in vitro and in vivo. The evaluations consist of physical evaluation, characterization of loss on drying, mechanical strength characteristics, penetration into the skin, in-skin dissolution, determination of theoretical drug content, determination of drug content using high performance liquid chromatography, and chemical stability. Furthermore, the best formula was selected from each polymer group, followed by in vitro drug release using Franz diffusion cells and in vivo permeation test using Sprague-Dawley rats. The formulas selected based on the evaluation were F3 (HA 10%) and F5 (PVP-K30 25%). Based on the in vitro study, the amount of drug permeated and deposited in the skin at F3 was 247.1 ± 41.85 and 98.35 ± 12.86 µg, respectively. Meanwhile, the amount of drug permeated and deposited in the skin at F5 was 277.7 ± 55.88 and 59.46 ± 9.25 µg. In vivo drug permeation study showed that only one rat from PVP-K30 polymer group with a concentration of 150.32 ng/mL was detected on rat plasma. Therefore, LiH can be formulated into DMN and able to be deposited in the skin with a safe concentration of drug permeated into the systemic circulation."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruben Bintoro
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kompleks kitosan-alginat terhadap pelepasan propranolol HCl dari mikrosfer. Kitosan merupakan polimer kationik yang akan membentuk kompleks dengan polimer anionik seperti natrium alginat dengan kalsium klorida sebagai coagulation agent. Mikrosfer dievaluasi bentuk dan morfologi, distribusi ukuran partikel, kandungan obat dan uji pelepasan obat. Uji pelepasan obat secara in vitro dilakukan dengan menggunakan alat uji disolusi tipe I (keranjang) dengan medium asam klorida pH 1,2 dan dapar fosfat pH 7,5. Sampel diambil setelah 0,5; 1; 2; 4; 6; dan 8 jam dan dianalisis dengan menggunakan metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar jumlah polimer maka penghambatan pelepasan obat akan semakin besar.
The study was conducted to know the influence of chitosan-alginate complex for propranolol hydrochloride released from microspheres. Chitosan as cationic polymer can made a complex with anionic polymer such as sodium alginate with calcium chloride as coagulation agent. Microspheres was evaluated with shape and morphology particle distribution analysis, drug content and drug release studies. In vitro drug release was studied using the dissolution apparatus I (basket) with acid chloride (pH 1,2) and phosphate buffer (pH 7,5) as medium. Samples was collected after 0,5; 1; 2; 4; 6; and 8 hours and analyzed using spectrophotometric method. The results showed that drug released influenced by polymer. With higher polymer, the drug released slower."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32792
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurina Rezki Pratiwi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik sediaan granul mengapung dengan sistem lepas terkendali menggunakan pregelatinisasi pati singkong propionat sebagai pembentuk matriks. PPSP dikombinasi dengan hidroksipropil metilselulosa (HPMC) dengan konsentrasi tertentu, untuk mengoptimalkan kemampuannya menghambat laju pelepasan obat. Granul mengapung dibuat dengan sistem effervescent menggunakan metode granulasi basah, dan digunakan teofilin sebagai model obat. Berdasarkan evaluasi distribusi ukuran partikel digunakan granul ukuran 711-1180 µm sebagai sediaan. Formula PPSP dan HPMC (1:1) mampu mengembang sampai 428.86 % selama 4 jam. Formula itu mampu mengapung di dalam medium asam selama 48 jam, dan mampu menahan pelepasan obat selama 8 jam mencapai 39.63 % dengan mekanisme pelepasan obat melalui kombinasi antara proses difusi dan erosi. PPSP tidak dapat digunakan sebagai pembentuk matriks tunggal untuk menghambat laju pelepasan obat, sedangkan kombinasi penggunaan PPSP dan HPMC dapat digunakan untuk menghambat laju pelepasan obat.

This study is to investigate the characteristic of floating granules based on controlled release system using pregelatinized cassava starch propionate (PPSP) as the matrix forming. Pregelatinized cassava starch propionate was combined with Hydroxypropyl Methylcellulose (HPMC) with certain concentration, to optimize its controlled release ability. The floating granules was prepared with effervescent system using wet granulation method, and theophylline was used as the drug`s model. Based on the granules distribution, floating granule`s size was 711-1180 µm. Combination between PPSP and HPMC (1:1) swelled until 428.86% for 4 hour. This formula buoyed in acid medium for 48 hours and released the drug for 39.63 % in 8 hours by mechanism of diffusion and erosion. PPSP cannot be used as single matrix former to control drug`s released, furthermore the combination between PPSP and HPMC can be used as the matrix former for controlled release dosage form."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S32774
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Junaedi
"Penelitian ini bertujuan untuk membuat eksipien ko-proses dari campuran kappa dan iota karagenan pada perbandingan tertentu yang dikombinasi dengan pragelatinisasi pati singkong propionat (PPSP), selanjutnya mengkarakterisasi eksipien ko-proses dan menggunakannya dalam formulasi sediaan gastroretentif tablet mengapung.
Pada penelitian ini, tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan menggunakan famotidin sebagai model obat. Formulasi tablet mengapung dibuat dengan eksipien koproses karagenan dan PPSP dengan perbandingan tertentu. Daya mengembang dan keterapungan tablet mengapung dievaluasi. Pelepasan obat dari tablet mengapung diteliti dan dianalisa dengan menggunakan beberapa model persamaan kinetika.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula A dengan eksipien koproses karagenan : PPSP (1:1) sebanyak 60 % dengan HPMC 10% menghasilkan formula yang terbaik dengan waktu mengapung 11,42 ± 1,53 menit dengan lamanya keterapungan selama 20 jam. Formula tersebut juga menunjukkan profil pelepasan yang terkendali dengan model kinetika Higuchi serta mekanisme difusi non Fickian.

The aim of this study was to make a coprocess excipients from the mixture of kappa and iota carrageenan on specific comparisons, combined with the pregelatinized cassava starch propionate (PPSP) , further characterized the coprocess excipients and used the formulation in processed gastroretentif preparation of floating tablet.
In this study, tablets were made by wet granulation method and using famotidine as a model drug. Some formulations of floating tablets were prepared by varying the composition of the excipients coprossed carragenan with a certain ratio. The swelling and buoyancy of the floating tablets were evaluated. Furthermore, the drug release from the floating tablets were studied and analyzed using several models of kinetic equations.
The results showed that formula A with excipients coprocessed carragenan (1:1) as much as 60% with 10% HPMC produce the best formula and floating lag time 11.42 ± 1.53 minutes and total floating time for 22 hours. The formula also revealed a profile of controlled drug release and approached to Higuchi kinetics model and the non Fickian diffusion mechanism."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
T31802
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Iswandana
"Nanopartikel dapat dibuat dengan menggunakan beberapa metode dan metode gelasi ionik adalah yang termudah. Verapamil hidroklorida adalah obat yang digunakan sebagai antiaritmia, antiangina, dan terapi antihipertensi. Namun demikian, bioavailabilitas dari verapamil yang diberikan secara oral sangat rendah, hanya sekitar 10 hingga 23%. Oleh karena itu, verapamil hidroklorida ini dibuat sebagai sediaan nanopartikel untuk meningkatkan bioavailabilitasnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengoptimalkan metode gelasi ionik antara kitosan dan natrium tripolifosfat guna mendapatkan formulasi nanopartikel terbaik. Nanopartikel diperoleh dari empat metode yang berbeda (formula A, B, C, dan D). Distribusi ukuran partikel, potensial zeta, efisiensi penjerapan, morfologi, dan spektrum FT-IR dari nanopartikel dikarakterisasi. Formula yang dipilih adalah formula D yang memiliki ukuran 62,8 nm, efisiensi penjerapan 59,15%, potensial zeta 25,46 mV, bentuk bulat, dan memiliki spektrum FT-IR yang sesuai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kitosan-tripolifosfat dapat menghasilkan nanopartikel verapamil hidroklorida dengan menggunakan metode gelasi ionik.

Nanoparticles can be prepared by several methods and the ionic gelation method is the easiest one. Verapamil hydrochloride is a drug which used as antiarrhythmic, antiangina, and antihypertension therapy. Nevertheless, bioavailability of orally administered verapamil is very low, only about 10 to 23%. Therefore, verapamil hydrochloride was prepared as nanoparticles dosage form to increase its bioavailability.
The purpose of the present study was to optimize ionic gelation method of chitosan and sodium tripolyphosphate to obtain the best nanoparticles formulation. Nanoparticles were obtained from four different methods (formula A, B, C, and D). Particle size distribution, zeta potential, entrapment efficiency, morphology, and fourier transform infra red spectrum of each nanoparticles formula were characterized. The chosen formula was formula D which has 62.8 nm of size, 59.15% of entrapment efficiency, +25.46 mV of zeta potential, spherical shape, and the ionic interaction was confirmed by FT-IR spectrum.
The results showed that chitosan-tripolyphosphate succesfully produce the verapamil hydrochloride nanoparticles by ionic gelation method."
2013
MK-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>