Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48019 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Penelitian tentang pengaruh kitosan pada laju disolusi ketoprofen, suatu senyawa obat sukar larut dalam air, telah dilakukan. Campuran fisik dan dispersi padat ketoprofen-kitosan (metode pelarut) dibuat dengan perban-dingan 1:1,1:3 dan 1:5. Laju disolusi sampel ditentukan dengan alat disolusi tipe I dengan menggunakan air sebagai medium. Perubahan fisik yang terjadi diamati dengan menggunakan analisis termal (DSC) dan difraksi sinar-X. Hasil uji dengan analisis termal dan difraksi sinar-X menunjukkan dispersi padat ketoprofen-kitosan berada dalam bentuk amorf sementara campuran fisik masih menunjukkan sifat kristal dari obat dan sifat amorf dari kitosan. Campuran fisik dan dispersi padat ketoprofen-kitosan terbukti meningkatkan laju disolusi ketoprofen dibandingkan laju disolusi ketoprofen tunggal. Peningkatan laju disolusi ketoprofen dalam campuran fisik dan dispersi padat berkorelasi positif dengan konsentrasi kitosan. Laju disolusi ketoprofen dari campuran fisik dan dispersi padat ketoprofen-kitosan 1:5 selama 120 menit 2,7 dan 2,2 kali lebih tinggi daripada laju disolusi ketoprofen tunggal."
Universitas Indonesia, 2005
S32522
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Niosom adalah vesikel surfaktan non ionik yang memiliki potensi sebagai pembawa obat yang bersifat hidrofobik atau ampifilik. Struktur yang dimiliki niosom mampu mengenkapsulasi obat yang dibawanya. Untuk menghindari masalah kestabilan fisik suspensi niosom (agregasi, fusi, kebocoran obat terjerap) selama penyimpanan, dibuat formulasi kering niosom, proniosom, yang dapat dihidrasi menjadi niosom sesaat sebelum digunakan. Proniosom dipreparasi dari maltodekstrin yang merupakan hasil hidrolisa pati sebagian, tingkat hidrolisanya digambarkan dengan nilai dekstrosa ekuivalen (DE). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan nilai penjerapan dan laju disolusi ketoprofen dalam proniosom yang berbasis maltodekstrin DE 5-10 dan DE 15-20. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa proniosom berbasis maltodekstrin DE 5-10 memiliki nilai penjerapan yang lebih besar dan persentase pelepasan ketoprofen yang lebih lambat dibandingkan proniosom yang berbasis maltodekstrin DE 15-20."
Universitas Indonesia, 2005
S32528
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2003
S32358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yetti Farichati
"Masaiah disolusi. zat. aktif obat dalam sediaan: padat
oral banyak mendapat perhatian mengingat bahwa laju disolusi
obat memegang peranan yang penting daiwa merainaikan
" bi6avajlabjljtas dan bioekivalensi " obat secara in vitro.
Banyak metoda yang telah dilakukan dalam usaha menin
katkan laju disolusi dan obat, khususnya yang mernpunyai k
larutan yang rendah dalam air atau cairan lambung...
Dari sekian banyak metoda-metoda, kami memilih untuk me
mat pengaruh polisorbat. 80, dioktil sodium sulfo suksinat
dan glismn terhadap laju disolusi piroksikam dan kioramfe -
nikol..
Metoda yang kami lakukan dalam penelitian mi adaiah
metoda kristalisasi, metodapenambahan langsung dan metoda
granulasi basah. Adapun uji laju disolusi dilakukan dengan
metoda It basket ' pada kecepatan rotasi 100 rpm, sebagai m
dia disolusi digunakan HC1 0,1 N, pada temperatur 37°C
0,5°C. Sampel diambil pada menit ke 5, 10 1, 15, 20 9, 25, 30,
£4.5 dan 60 setelah percobaari dimulaTL. Jumlah obat yang me -
larut dalam media disolusi ditentukan dengan spektrofoto
meter u.v. pada panjang gelombang maksimumnya, dimana untuk
piroksikam pada A 334 nm, dan kloramfenikol pada A 278
mm diban.dingkan terhadap larutan standar pembanding.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh adanya..
polisorbat 80 pada piroksikam balk dengan metoda kristalisasi
dengan kadar 2,5 % atau metoda granulasi basah dan
pencampuran langsung dengan kadar 2,0 % meningkatkan laju
disolusinya, demikian pula metoda granulasi basah .glisin
kadar 2,,0 %.
Metoda kristalisasi kioramfenikol dalam larutan polisorbat
80 2 9 5 % maupun polisorbat 80, diokthl sodium sulfo suksi-
'nat dan glisin dengan kadar 17,5 % baik dengan metoda pencampuran
langsung maupun metoda granulasi basah tidak meningkatkan
laju disolusi kioramfenikol.

The problems in drug dissolution of solid, oral dosage
forms draw a. lot.. att.jxtion. because drug dissolution rate
plays important role in.predicting H bioavailabilty and
bioequivalent it of drug in vitro.
Many methods have been done to increase the drug
dissolution rate, especially for those which have slight
solubility in water or gastric liquid Amoung those me
thods, we chose to observe the effect of the addition of
polysorbate 80, dioctyl sodium sulfo succinate and glycine
in the increating the dissolution rate of piroxicam and
chioramphenicol.
The methods carried out in the experiment were crystallization
method, direct mixing method and wet granula -
tion method. Observation of the dissolution rate were done
using the U basket's method 11 on the rotation rate of 100
rpm, withHC1 0,1 N as medium at temperature of 370 LOV5°C
The sample were taken. on 5 th , 10tb , 15th , 20tb
1
25th
30th , kSth , and 60th minutes after the experiment had been
started The amount of drug that disolved in the dissolu -
tion medium were determined by using ultra violetspectrophotometer
at their maximum wave lenght, that is at 1 334
nm for piroxicam, and 278 nm for chioramphenicol by cog paring to the standard solution the original drug which
concentration had already been known.
The experiment showed that the addition of 2,5 %
solution of polysorbate 80 in the crystallization method
of piroxicam or 2,0 % concentration in wet granulation m
thod and direct mixing method could increase their dissolution
rate, and also the addition of glycine 2,0 % and
gave the same effect in wet granulation method.
While in chloram.phenicol the existence of surfactants
polysorbate 80 2,5 %, polysorbate 80, dioctyl sodium sulfa
succinate and glycine 17,5 % couldn't increase the disso -
lution rate in all three methods mentioned above
"
Depok: Universitas Indonesia, 1986
S31691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"In pharmaceutical process, milling is a common process to produce particle in certain expectation size. Impact of milling process could lead to physical interaction. Dissolution rate will change as an impact of physical interaction. To observe physical interaction between methampyrone and phenylbutazone during milling process, is
needed to analyze its X-ray diffractogram, DSC thermogram and dissolution rate. Data of X-ray diffractogram, differential scanning calorimetry and dissolution test, showed that physical interaction occurred after 5,5 hours and 18 hours of milling and cause enhancement of dissolution rate of phenylbutazone. Dissolution rate of
methampyrone was constant after 5,5 hours of milling. Decreasing dissolution rate of methampyrone occured after 18 hours of milling."
[Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung. Sekolah Farmasi], 2007
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sutriyo
"The research to accelerate furosemide, dissolution rate has been done through physical property modification by solid dispersion forming polyvinylpyrolidone (PVP) carrier with solvent method.Pure furosemide prosses property of being practically insoluble in water and has low biovailability .In current research,six weight ratio of furosemide to PVP being used are 1:1;1:3;1:5;1:9 and 1:15.Physical mixtures are made in equivalent weight ratio. The dissolution rate was examined by paddle method in phosphat buffer pH5,8.Solid dispersion caracterised with in vitro dissolution study,X -ray diffraction,infra red spectrophometer and differential scanning calometric.The result shows that solid dispersion of furosemide with PVP carrier is lugher compare to physical mixture dissolution rate and pure furosemide.The ratio furosemide to PVP who has the lughest dissolution rate is 1:15.The analyzing shows the existing of altering crystaline to amorphous state."
2005
MIKE-II-1-Apr2005-30
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The research to accelerate furosemide dissolution rate has been done through physical property modification by solid dispersion forming polyvinylpyrolidone (PVP) carrier with solvent method. Pure furosemide posses property of being practically insoluble in water and has low bioavailability. In current research, six weight ratio
of furosemide to PVP being used are 1:1; 1:3; 1:5; 1:9 and 1:15. Physical mixtures are made in equivalent weight ratio. The dissolution rate was examined by paddle method in phosphat buffer pH 5,8. Solid dispersion caracterised with in vitro dissolution
study, X-ray diffraction, infra red spectrophotometer and differential scanning calorimetric. The result shows that solid dispersion of furosemide with PVP carrier is higher compare to physical mixture dissolution rate and pure furosemide.
The ratio furosemide to PVP who has the highest dissolution rate is 1:15. The analyzing shows the existing of altering crystalline to amorphous state."
[Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2005
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Suherman
"Telah dilakukan penelitian terhadap pengaruh penggunaan amilum ganyong sebagai bahan pengikat terhadap laju disolusi propranolol HCl dalam sediaan tablet secara granulasi basah. Amilum ganyong terlebih dahulu diperiksa karakteristik fisiknya kemudian difungsikan sebagai pengikat dalam formulasi tablet yang mengandung bahan aktif propranolol HCl 30 mg per tablet. Penelitian ini menggunakan tiga formula A, B dan C dengan variasi persentase dari amilum ganyong yaitu 1%, 3% dan 5% dari bobot tablet. Tablet dicetak menggunakan metode granulasi basah.
Hasil dari evaluasi menunjukkan bahwa amilum ganyong memiliki kemampuan untuk membentuk gel bila berkontak dengan air sehingga dapat digunakan sebagai pengikat. Terhadap semua formula dilakukan evaluasi karakteristik fisik tablet, kandungan propranolol HCl dan laju disolusinya.
Hasil penelitian menunjukkan amilum ganyong sebagai pengikat akan memberikan nilai kekerasan dan keregasan tablet yang semakin baik dengan ditingkatkan jumlahnya menjadi 5%. Pada uji disolusi menunjukkan penambahan amilum ganyong sampai 5% memberikan efek penurunan laju disolusi terhadap tablet propranolol HCl pada medium dapar fosfat pH 7,6 sedangkan pada medium HCl pH 1 ketiga formula tablet memiliki laju disolusi yang serupa.
It has been done a research on the effect of queensland arrowroot starch on dissolution rate of propranolol HCl tablet that was produced with the wet granulation method. Queensland arrowroot starch was evaluated first on their physical characteristic then was functioned as a binder on a tablet formulation that contain active ingredient of propranolol HCl 30 mg per tablets. This research using three formulas A, B and C with variation on concentration of the queensland arrowroot starch as a binder i.e. 1%, 3% and 5% from tablet weight. The tablets were produce with wet granulation method.
The result of the evaluation shown that queensland arrowroot starch has an ability to form a gel if contact with water so it can be used as a binder. To all formulas were conducted an evaluation of characteristic of their tablet, propranolol HCl contain and dissolution rate.
The result of the evaluation shown that queensland arrowroot starch as a binder will give a good value to hardness and friability of the tablet if the amount was increased to 5%. On the dissolution test shown that the increasing amount of queensland arrowroot starch to 5% will give an effect to the decrease of the dissolution rate of the propranolol HCl tablet on medium dapar phosphate pH 7,6 but on medium HCl pH 1 the three tablet formulas has a similar rate.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32975
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marisa Hamidah
"Gliklazida merupakan obat antidiabetes tipe II golongan sulfonilurea yang
berdasarkan BCS (Biopharmaceutical Classification System) termasuk ke dalam
golongan kelas II yaitu golongan yang memiliki kelarutan yang rendah dan
permeabilitas yang tinggi. Salah satu cara untuk meningkatkan kelarutan dari
gliklazida dapat dilakukan dengan cara sistem dispersi padat. Pada penelitian ini
dispersi padat dibuat menggunakan pembawa PVP dan penambahan
superdisintegran Kollidon Cl. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan superdisintegran Kollidon Cl terhadap laju disolusi tablet gliklazida
dalam sistem dispersi padat. Dispersi padat gliklazida-PVP (formula A) dibuat
dengan perbandingan 1:1, gliklazida-PVP-kollidon Cl (formula B) 1:1:0,1 dan
campuran fisik gliklazida-PVP-kollidon Cl (Formula C) 1:1:0,1 menggunakan
metode pelarutan. Hasil menunjukkan kelarutan gliklazida dalam dispersi padat
meningkat sebesar 39,27% dibandingkan dengan gliklazida standar sedangkan
dengan adanya penambahan superdisintegran kolidon Cl kelarutan gliklazida
menurun sebesar 10,30% dibandingkan dengan gliklazida standar sedangkan pada
pengujian disolusi tablet peningkatan pelepasan gliklazida dalam dispersi padat
meningkat 50,92% dibandingkan campuran fisik dan adanya penambahan
superdisintegran kolidon Cl menurun sebesar 30,23% dari campuran fisik. Dari
hasil perhitungan disolusi terbanding formulasi tablet yang dibuat tidak
menunjukkan adanya persamaan profil disolusi dengan tablet X."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33154
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lusi Octarina
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33127
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>