Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144843 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh eksplan anak daun
majemuk dan tangkai daun majemuk terhadap induksi kalus Murraya
paniculata (L.) Jack. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA-UI, Depok selama 6 bulan (Oktober
2004--April 2005). Penelitian bersifat eksperimental dengan 6 macam eksplan
yaitu anak daun pertama (K1), kedua (K2), dan ketiga (K3); tangkai daun
majemuk pertama (K4), kedua (K5), dan ketiga (K6). Eksplan ditanam pada
medium MS (1962) + 1,5 mgl-1 2,4-D + 0,5 mgl -1 Kinetin + 30 gl -1 gula pasir
+ 8 gl-1 agar + 150 ml air kelapa. Persentase terbesar terbentuknya kalus
terdapat pada eksplan K4 (52,63 %), sedangkan yang terkecil dijumpai pada
eksplan K2 (15,78 %). Waktu inisiasi kalus tercepat terdapat pada eksplan
K5 (15,62 hari), yang paling lambat pada eksplan K2 (37,3 hari). Eksplan K5
mempunyai rata-rata berat basah dan berat kering paling besar dibandingkan
eksplan lainnya. Dengan demikian eksplan tangkai daun majemuk kedua
(K5) yang dapat digunakan untuk induksi kalus dalam penelitian selanjutnya."
Universitas Indonesia, 2005
S31375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septina Suriatmini
"Sirih telah lama dikenal sebagai tanaman obat. Rebusan daunnya biasa digunakan sebagai antiseptik. Rebusan daun sirih dikemudian hari diharapkan dapat berkembang menjadi sediaan steril, seperti pencuci mata. Namun, ada kemungkinan proses sterilisasi menurunkan stabilitas sediaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara sterilisasi terhadap stabilitas rebusan daun sirih. Rebusan daun sirih disterilkan dengan cara sterilisasi uap (menggunakan otoklaf, 121°C, 15 menit) dan filtrasi. Setelah disterilkan, rebusan daun sirih disimpan selama 1 bulan pada 30, 40 dan 50°C. Pemeriksaan warna, kejernihan, pH dan kadar fenol total rebusan daun sirih dilakukan dalam interval waktu 1 minggu. Kadar fenol total rebusan daun sirih ditentukan menggunakan metode Folin-Ciocalteu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah sterilisasi uap dan filtrasi, kejernihan, pH dan kadar fenol total rebusan daun sirih tetap stabil. Namun, warna rebusan daun sirih menjadi lebih gelap setelah sterilisasi uap. Pada penyimpanan minggu pertama dan kedua, pH dan kadar fenol total mengalami penurunan, dan pada minggu ketiga mulai timbul endapan."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S32290
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fardiah
"Telah dilakukan penelitian induksi kalus tangkai daun majemuk ke-3 antara anak daun ke-2 dan ke-3 (t-2.3) Murraya paniculata (L.) Jack. pada medium Murashige & Skoog (MS) 1962 modifikasi dengan konsentrasi 2,4-Dichlorophenoxyacetic Acid (2,4-D) (0; 0,5; 1; 1,5; 2) mgl-1 dan Kinetin (0; 0,25; 0,5; 0,75) mgl-1. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhandan Laboratorium Biologi Perkembangan, Departemen Biologi, FMIPA UI, Depok, selama 5 bulan. Kultur dipelihara selama 8 minggu, dalam ruang gelap.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kalus hanya tumbuh pada medium dengankonsentrasi 2,4-D (0,5; 1; 1,5; 2) mgl-1 tunggal maupun dikombinasikan dengan Kinetin 0,25 mgl-1. Kalus berwarna putih, krem keputihan, krem kecokelatan, dan cokelat, serta bertekstur remah-kompak. Persentase eksplan yang membentuk kalus 10--80%, inisiasi kalus 15--24,33 hari, berat basah dan berat kering eksplan yang membentuk kalus maupun tidak, masing-masing 2,35--51,37 mg dan 0,41--3,86 mg, kategori kalus 1--4,42.
Berdasarkan rekapitulasi hasil pengamatan parameter kuantitatif, perlakuan D (1,5 mgl-1 2,4-D) merupakan perlakuan terbaik untuk induksi kalus t-2.3 M. paniculata, karena memiliki peringkat tertinggi. Berdasarkan pengamatan mikroskopis, kalus diduga berasal dari jaringan korteks dan kambium."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S31454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, R. Mawarni
"meniliti bilamana verba majemuk dapat di pisahkan dan bilamana tidak dapat dipisahkan..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S15838
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Farida
"Kalimat majemuk bertingkat dalam bahasa Arab dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsi sintaktis yang diduduki klausa subordinatif menjadi kalimat majemuk bertingkat dengan subordinat berfungsi subjek, subordinat berfungsi objek, dan subordinat berfungsi adverbial. Analisis kalimat majemuk bertingkat dalam bahasa Arab ini dilakukan dengan mengemukakan teori-teori yang telah dikemukakan oleh para linguis, baik (linguis Arab maupun non Arab). Setelah teori-teori itu diperoleh, maka analisis dilakukan berdasarkan kerangka teori acuan yang dijadikan acuan analisis. Analisis kalimat majemuk bertingkat dalam bahasa Arab ini bertujuan untuk memerikan kalimat majemuk bertingkat dalam bahasa Arab, serta menganalisis proses pembentukan, pola dan konstituen yang membentuknya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S13253
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosmithayani
"Tangkai daun brotowali Tinospora ci'ispa (L.) Miers dikultur pada medium dasar Murashige-Skoog (1962) dengan pemberian variasi konsentrasi 0, 2, 6 ppm IBA sex^ta 0, 1, 2 ppm kinetin. Kultur dipelihara dalam ruang bersuhu 25°C dan fotoperiodisitas 18 jam/hari dengan intensitas cahaya 800 lux. Kalus mulai terbentuk pada hari ke-14 setelah penanaman, berwarna krem dan hijau muda serta bertekstur remah-kompak dan kompak. Berat basah kalus tertinggi pada minggu ke-4 dihasilkan dleh medium dengan penambahan 8 ppm IBA dan 1 ppm kinetin yaitu 591,2 mg, sedangkan berat kering tertinggi dihasilkan oleh medium dengan penambahan 2 ppm IBA yaitu 37,8 mg. Berat basah dan berat kering kalus tertinggi pada minggu ke-8 dihasil kan oleh medium dengan penambahan 2 ppm IBA, masing-masing 1420,3 mg dan 94,8 mg. Berat basah dan berat kering kalus tertinggi pada minggu ke-12 dihasilkan oleh medium dengan penambahan 2 ppm IBA dan 2 ppm kinetin, masing-masing 1852 mg dan 122,2 mg. Produktivitas kalus yang tinggi dapat diperoleh dengan menggunakan 2 dan 8 ppm IBA maupun interaksi antara 2 dan 8 ppm IBA dengan 1 dan 2 ppm kinetin."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Pratiwi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S31392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhillah
"Telah dilakukan penelitian induksi kalus internodus ke-2 Murraya paniculata (L.) Jack. pada medium Murashige & Skoog (MS) 1962 modifikasi dengan penambahan konsentrasi asam 2,4-Diklorofenoksiasetat (2,4-D) dan Kinetin yang bervariasi. Perlakuan berupa penambahan 2,4-D (0; 0,5; 1; 1,5; 2) mgl-1 dikombinasikan dengan Kinetin (0; 0,25; 0,5; 0,75) mgl-1. Eksplan dikultur selama 8 minggu tanpa pencahayaan. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA UI, Depok.
Hasil penelitian menunjukkan semua eksplan dapat membentuk kalus pada semua kombinasi perlakuan kecuali pada perlakuan tanpa penambahan 2,4-D dan Kinetin serta penambahan Kinetin tunggal. Inisiasi kalus 11,4-- 21,25 hari; persentase pembentukan kalus tiap perlakuan 40--100%; rata-rata berat basah dan berat kering kalus masing-masing 1,70--52,48 mg dan 0,49--6,36 mg.
Kalus umumnya berwarna krem keputihan, bertekstur remah--remah kompak. Kalus berasal dari jaringan korteks dan kambium. Perlakuan E (penambahan 2,4-D 2 mgl-1) merupakan perlakuan yang paling baik dalam menginduksi kalus karena memiliki persentase pembentukan kalus 100%, inisiasi kalus 12,4 hari, berat basah kalus 52,48 mg dan berat kering kalus 6,36 mg. Hal tersebut berdasarkan peringkat parameter kuantitatif."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S31459
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Andayani
"ABSTRAK
Potongan tangkai daun brotowali Tinospora crispa (L. ) Miers dikultur pada media Murashige & Skoog (1962) modifikasl. Pada setiap mediun tersebut digunakan 9 konsentrasi sukrosa yang berbeda yaitu 0,0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; 3,5; dan 4,0%. Kultur dipelihara dalau ruang bersuhu ±25°C dan diberi cahaya dengan fotoperiodisitas 16 jam/hari dan intensitas 800 luks.
Kalus pada semua media perlakuan mulai terbentuc pada hari ke-15 setelah penananan, kecuali pada mediun tanpa sukrosa. Semua kalus yang terbentuk berwarna krem dan berjenis kompak pada minggu ke-4 dan ke-8; namun terjadi
perubahan jenis kalus pada minggu ke-12 yaitu jenis kompak untuk kalus pada media dengan sukrosa 0,5 dan l,0%, dan kalus remah-konpak untuk sebagian kalus pada media dengan. sukrosa 1,5--4,0%.
Produktivitas kalus tertinggi pada minggu ke-4 diperoleh dari mediun dengan sukrosa 4,0%; pada minggu ke-8 diperoleh dari mediun dengan sukrosa 3,5%; sedangkan pada minggu ke-12, produktivitas kalus tertinggi diperoleh dari mediun dengan sukrosa 3,0%.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>