Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48892 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purwasto Saroprayogi
"Aspergillus terreus merupakan salah satu kapang penghasil senyawa metabolit sekunder yang bersifat antibiotik. terreus UICC 317 adalah kapang yang belum banyak diteliti kemampuannya dalam menghaailkan senyawa metabolit' sekunder yang bereifat antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas penghambatan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan A, terreus UICC 317 terhadap bakteri penguji Escherichia coJi ATCC 25922, Pseudowonas aeruginosa ATCC 27853, Staphylococcus aureus ATCC 25923, serta khamir Candida albicans UICC Y-29. Fermentasi antibiotik A. terreus UICC 317 dilakukan dalam medium CDB modifikasi tanpa pengocokan. Inkubasi o dilakukan selama 10 hari pada suhu 30 C. Pengujian aktivitas antibiotik senyawa metabolit sekunder A^ terrens UICC 317 menggunakan "Cylinder Plate Assay Method". Hasil penelitian menunjukkan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan A, terreus UICC 317 mempunyai aktivitas antibiotik terhadap E^ coli, aureus, C- albicansf kecuali terhadap P- aer ug inosa. Aktivitas tersebut paling kuat terhadap C, albicans lebih kuat terhadap bakteri Bram positiT daripada bakteri Gram negatif yang diteliti."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Elida Manalaksak
"ABSTRAK
Asperglllus clavatus UICC 312 merupakan salah satu kapang
penghasil senyawa antiBiotik, Balam suatu proses fermentasi
antiBiotik, sumBer nitrogen dapat mempengaruhi dan menentukan
hasil akhir proses tersebut. Penelitian ini Bertujuan meneliti
pengaruh sumber nitrogen, yaitu amonium sulfat, urea,
dan natrium nitrat terhadap aktivitas antibiotik Asp, clavatus
UICC 312, dan menguji sumBer nitrogen mana yang menghasilkan
aktivitas antiBiotik paling kuat.
Asp, clavatus UICC 312 dipelihara pada tiga macam me
dium fermen;basi Czapek Dox Broth roodifikasi dengan sumBer
nitrogen BerBeda, tanpa pengoookan, selama 7 hari (30°C).
Aktivitas an.tiBiotiknya diuji terhadap Bakteri gram negatif
Alcaligenes faecalis dan Bakteri gram positif Micrococcus
luteus. Pengujian dilakukan dengan "cylinder assay method"
Dari hasil penelitian ini, terhukti Bahwa ke tiga sum
Ber nitrogen Berpengaruh sangat nyata terhadap aktivitas
antiBiotik Asp, clavatus UICC 312. Natrium nitrat menghasil
kan aktivitas antiBiotik paling kuat.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Santoso
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pH pertumbuhan optimum dari 3 strain Acetobacter xylinum yang dimiliki oleh Universitas Indonesia Culture Collection, yaitu strain UICC-B,UICC-P, dan UICC-T.
Substrat fermentasi berupa limbah cair tahu yang ditambahkan dengan 12,5% sukrosa (gala pasir) dan 0,5% NH4H2PO4 yang disterilisasi pada suhu 115°C selama 5 menit. Substrat dibagi atas 4 kelompok yang masing-masing diatur sehingga mempunyai pH awal 4,5 ; 5,0 ; 5,5 ; atau 6,0. Ke dalam setiap kalompok substrat fermentasi diinokulasikan dengan 105 (vlv) Axylinum UICC-B, UICC-P, atau UICC-T. Biakan diinkubasi pada suhu ruang selama 14 hari untuk strain UICC-P dan UICC-T sedangakan strain MCCB diperpanjang hingga 21 hari.. Pertumbuhan diukur melalui ketebalan nata yang terbentuk. Pada akhir fermentasi dilakukan juga pengukuran pH substrat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketebalan rata rata strain UICC-P (1,384 -1,514cm) dan. UICC-T (0,910 - 1,132 cm) lebih besar dari ketebalan rata rata UICC-B (0,420 - 0,978 cm), walaupun waktu inkubasi UICC-B telah diperpanjang. Hal tersebut menunjukkan bahwa strain UICC-P merupakan strain terunggul dan berpotensi untuk dikembangkan dalarn industri fermentasi nata. Pertumbuhan ke dua strain, UICC-P dan UICC-T, tidak dipengaruhi oleh pH awal substrat fermentasi sedangkan strain UICC-B walaupun pertumbuhannya lambat, tampak akan tumbuh lebih baik pada pH di atas pH 5, 0."
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Shirly Kumala
"Ruang Lingkup dan metodologi: Pasca paparan antibiotik di bawah KHM mempengaruhi proses sintesis dan lisis septum bakteri, perubahan bentuk dan ukuran bakteri, penurunan jumlah pertumbuhan bakteri serta berkurangnya daya melekat bakteri pada set pejamu sehingga akan mempengaruhi aktivitas fagosit PMN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan aktivitas fagosit PMN pada bakteri pasca paparan antibiotik di bawah KHM, dengan mengukur 'up take' dan 'killing' bakteri. Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coil ATCC 25922 dilabel dengan (methyl 3H) thymidine, dipaparkan antibiotik sefprosil dengan dosis ½, ¼ dan KHM selama 3 jam. Pengukuran 'up take' dan 'killing' bakteri dilakukan setelah bakteri diinkubasi dengan PMN selama 5, 10, dan 20 menit.
Hasil dan kesimpulan : Nilai rata-rata persen 'up take' dan 'killing' untuk Staphylococcus aureus pada paparan antibiotik sefprosil dosis ½, 1/4 KHM sama dibandingkan 'up take' dan 'killing' Staphylococcus aureus pads paparan antibiotik sefprosil dosis KHM (p > 0,05). Nilai rata-rata persen 'up take' dan 'killing' untuk Escherichia coil pada paparan antibiotik sefprosil dosis 1/2 ¼ KHM sama dibandingkan 'up take' dan 'killing' Escherichia coli pada paparan antibiotik sefprosil dosis KHM (p > 0,05), namun persen 'killing' untuk paparan antibiotik sefprosil dosis ¼ KHM dalam waktu 20 menit lebih kecil bila dibandingkan dengan dosis K M (p < 0,05). 'Up take' bakteri oleh PMN untuk Staphylococcus aweus lebih besar dibandingkan dengan Escherichia coli (p < 0,05). 'Killing' bakteri oleh PMN untuk Escherichia coli pada dosis KHM lebih kecil dari 'killing' Staphylococcus aureus (p < 0,05). Dari penelitian ini dapat disimpulkan aktivitas fagosit PMN pada Staphylococcus aureus pasca paparan sefprosil dosis KHM dan KHM sama dengan aktivitas fagosit PMN dosis KHM. Aktivitas fagosit PMN pads Escherichia call pasca paparan sefprosil dosis 1/2 KHM sama dengan aktivitas fagosit PMN dosis KHM, sedangkan pada pasca paparan antibiotik dosis KHM memberikan aktivitas fagosit PMN yang lebih kecil dibandingkan dengan dosis KHM. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan sementara bahwa dosis di bawah KHM bila perlu dapat dipertimbangkan sebagai dosis terapi, selama aktivitas fagosit PMN pada penderita cukup baik."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T3699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wibowo Mangunwardoyo
"Enam isolat bekteri pembentuk histamin telah ditapis untuk melihat kemampuannya menghasilkan histamin pada medium Niven termodifikasi. Hasil penapisan menunjukkan ke enam isolat mampu menghasilkan histamin dengan ditandai terjadinya perubahan warna merah jambu/pink pada medium. Produksi histamin ke enam isolat pada medium Niven cair diukur menggunakan metoda Hardy & Smith. Hasil uji menunjukkan ke enam isolat menghasilkan histamin pada medium cair sebanyak 92,35 - 305,49 mg/100 ml medium. Dari enam isolat tersebut, Enterobacter spp. menghasilkan aktivitas tertinggi (305,49 mg/100 ml). Medium sintetik digunakan untuk mempelajari pola pertumbuhan dan waktu optimum produksi enzim HDC pada Enterobacter spp and Morganella morganii (kontrol). Hasilnya menunjukkan bahwa untuk kedua jenis bakteri tersebut, jam ke 8 merupakan waktu optimum untuk memproduksi enzim.

Selection and test of L-histidine decarboxylase enzyme activity of six isolates of histamine forming bacteria. Six isolates of histamine forming bacteria were screened to see the degree of ability in producing histamine on modified Niven?s medium. The result showed that the six bacteria were able to produce histamine by giving a pinkish color on the medium, which could be used as a preliminary identification of histamine-forming bacteria (HFB). The isolates were grown in liquid modified Niven medium to measure the production of histamine. The histamine produced were determined by Hardy and Smith method. The result showed that all of the isolates produced high level of histamine (92.35 - 305.49 mg/100 ml of the medium). From all of them, Enterobacter spp. produced the highest level of histamine (305.49 mg/100 ml). A synthetic medium was used to measure the growth pattern and optimum time required by Enterobacter spp and Morganella morganii (as control bacteria) to produce the L-histidine decarboxylase enzyme (HDC) which is responsible for histamine production. The result showed that for both bacteria, the optimum enzim production was 8 hours after incubation."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sonny Alfa
"ABSTRAK
Anaemb-Aemb Fixed Bed Reaclor merupakan unit pengolahan biologis aengan kombinasi proses anaerobik aerobik untuk mendapatkan hasil penyisihan yang optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja dari anaerob-aemb Hxed bed reactor dalam pengolahan Iimbah tahu tempe terutama dalam penyisihan COD dan kandungan N delam Iimbah tahu dan mengidemitikasi kelemahan dan perbaikan yang dlbutuhkan untuk memudahkan penerapan di lapangan.
Reaktor anaerob dan aerob ini terbuat dari bahan FRP (Hbenglass Reinforced Plastic).
Bahan ini dipilih karena sifamya yang ringan dan tidak mudah retak. Hal ini membenkan kemudahan dalam pemasangan dan pemindahan Iokasi.
Media pengisi (lempat menempelnya mikroorganisme) terbuat dari bahan PVC dengan ukuran % inch dan panjang potongan 2 inch yang ditempatkan dalam keranjang berlubang dari FRP.
Limbah yang digunakan adalah limbah tempe dan Iimbah dari tahap penggumpalan bubur tahu dari pabrik tahu milik PRtMKOPT| di Jalan Gang Seratus Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Variasi beban pada penelitian ini seperti dilihat pada tabel dibawah :
Parameter-parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah COD, pH, temperatur NH4-N. NO2~N, NO3-N, suspended solid dan alkalinitas pada Laboratorium Analisa PT SUCOFINDO.
Dari hasil peneliiian ini diperoleh hasil konsentrasi effluent reaktor sebagai berikul :

"
1996
S34576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Infeksi Nosokomial masih menjadi masalah serius di rumah sakit baik di Indonesia maupun di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola bakteri dan sensitivitasnya terhadap antibiotik serta sumber penularan yang berpotensi sebagai penyebab infeksi nosokomial di Ruang Rawat Bedah RSUDZA. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif melalui metode observasional laboratorium. Sampel penelitian diambil dari Ruang Rawat Bedah RSUDZA berupa spesimen yang terdiri dari usap tangan/hidung/luka pasien, tangan/hidung tenaga kesehatan, peralatan, mobiler ruangan dan udara ruangan. Spesimen yang diperoleh dilakukan kultur dan uji sensitivitas antibiotik di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUDZA. Data dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 64spesimenyang diperoleh, 36 spesimen(56,25%) diantaranya terisolasi bakteri sebanyak 38 isolat, sementara 28 spesimen (43,75%) lainnya steril. Hasil identifikasi dari 38 isolat bakteri ditemukan bakteri patogen sebanyak 10 isolat (26,31%) dan non patogen sebanyak 28 isolat (76,32%). Pola kuman patogen yang berpotensi sebagai penyebab infeksi nosokomial di Ruang Rawat Bedah RSUDZA terbanyak adalah Staphylococcus aureus (70%), diikuti P. aeruginosa, E. coli danAcinetobacter sp. masing-masing 10%. Sumber penularan terbanyak yang berpotensimenyebabkan infeksi nosokomial adalah mobiler ruangan, kemudian diikuti dengan pasien dan tenaga kesehatan. Staphylococcus aureus masih sensitif terhadap vankomycin dan clindamycin masing-masing sebesar 100% dan 85,71%, namun demikian semuanya telah resisten terhadap oxacillin sehingga bakteri ini digolongkan ke dalam MRSA. Pseudomonas aeruginosa hanya sensitif terhadap meropenem sehingga digolongkan ke dalam bakteri penghasil ESBL. Escherichia coli masih sensitif terhadap antibiotik golongan cephalosporin, fluoroquinolon dan meropenem sedangkan Acinetobacter sp sudah resisten terhadapantibiotik golongan cephalosporin, fluoroquinolon dan meropenemnamun masih sensitif terhadap gentamisin dan tobramisin. Infeksi Nosokomial masih menjadi masalah serius di rumah sakit baik diIndonesia maupun di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui polabakteri dan sensitivitasnya terhadap antibiotik serta sumber penularan yangberpotensi sebagai penyebab infeksi nosokomial di Ruang Rawat BedahRSUDZA. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif melalui metodeobservasional laboratorium. Sampel penelitian diambil dari Ruang Rawat BedahRSUDZA berupa spesimen yang terdiri dari usap tangan/hidung/luka pasien,tangan/hidung tenaga kesehatan, peralatan, mobiler ruangan dan udararuangan. Spesimen yang diperoleh dilakukan kultur dan uji sensitivitasantibiotik di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUDZA. Data dianalisissecara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa 64spesimenyang diperoleh, 36 spesimen(56,25%) diantaranya terisolasi bakteri sebanyak 38 isolat, sementara 28spesimen (43,75%) lainnya steril. Hasil identifikasi dari 38 isolat bakteriditemukan bakteri patogen sebanyak 10 isolat (26,31%) dan non patogensebanyak 28 isolat (76,32%). Pola kuman patogen yang berpotensi sebagaipenyebab infeksi nosokomial di Ruang Rawat Bedah RSUDZA terbanyak adalahStaphylococcus aureus (70%), diikuti P. aeruginosa, E. coli danAcinetobactersp. masing-masing 10%. Sumber penularan terbanyak yang berpotensimenyebabkan infeksi nosokomial adalah mobiler ruangan, kemudian diikutidengan pasien dan tenaga kesehatan. Staphylococcus aureus masih sensitifterhadap vankomycin dan clindamycin masing-masing sebesar 100% dan85,71%, namun demikian semuanya telah resisten terhadap oxacillin sehinggabakteri ini digolongkan ke dalam MRSA. Pseudomonas aeruginosa hanyasensitif terhadap meropenem sehingga digolongkan ke dalam bakteri penghasilESBL. Escherichia coli masih sensitif terhadap antibiotik golongancephalosporin, fluoroquinolon dan meropenem sedangkan Acinetobacter spsudah resisten terhadapantibiotik golongan cephalosporin, fluoroquinolon danmeropenemnamun masih sensitif terhadap gentamisin dan tobramisin.
"
610 JKY 20:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jatnita Parama Tjita
"ABSTRAK
Tujuan: Spons merupakan salah satu dari biodiversitas laut yang banyak menghasilkan senyawa antibiotik, salah satunya adalah Xestospongia testudinaria. Metabolit sekunder dapat dihasilkan dari simbiosis bakteri dengan spons Xestospongia testudinaria. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk identifikasi potensi antibiotik dari bakteri yang bersimbiosis dengan X. testudinaria dan mekanisme kerja sebagai antibiotik untuk bidang kesehatan. Metode: Pengambilan spons dilakukan secara purposive menggunakan SCUBA Diving pada kedalam laut 20 m. Waktu penelitian dilakukan pada Maret 2015-September 2017. Isolasi dan skrining mikroba penghasil antibiotik dilakukan dengan mengambil sampel spons dari Perairan Sorong Papua dan Perairan Tanjung Pecaron Jawa Timur . Isolat terpilih digunakan dalam proses fermentasi untuk produksi senyawa metabolit sekunder. Isolat bakteri diekstraksi dengan menggunakan pelarut organik antara lain n-heksana, etilasetat dan etanol dari ketiga ekstrak diuji aktivitas antibakteri. Ekstrak etilasetat difraksinasi dengan kromatografi kolom dan hasil fraksinasi digabung berdasarkan persamaan bentuk dan jarak rambat dari spot. Hasil fraksinasi di lakukan uji antibakteri dan dipilih subfraksi yang paling kuat. Subfraksi yang terpilih dilakukan isolasi dengan menggunakan KLT preparatif dan diuji kemurniannya. Senyawa murni yang dihasilkan dikarakterisasi strukturnya dengan spektrofotometer UV-Vis, FT-IR dan KG-MS. Mekanisme aksi dari senyawa antibakteri dilakukan dengan mengukur kebocoran membran sel bakteri menggunakan Spektrofotometer AAS dan morfologi sel bakteri dengan menggunakan Transmisi Elektrom Mikroskop TEM .Uji aktivitas antibakteri dilakukan terhadap beberapa bakteri isolat rumah sakit yang resisten dan beberapa bakteri uji laboratorium baik bakteri Gram positif maupun bakteri Gram negatif. Hasil: Diperoleh mikroba penghasil antibakteri Micrococcus luteus MB 26 yang diisolasi dari spons X.testudinaria asal Perairan Sorong Papua dan Bacillus licheniformis yang diisolasi dari spons X. testudinaria asal Perairan Tanjung Pecaron Jawa Timur . Isolat bakteri simbion Xp 4.2 memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. coli ATCC 25922 dengan diameter hambatan 2,4 2,5 cm, K. pneumoniae ATCC 13833 dengan diameter hambatan 2,2 0,5cm dan B. subtilis ATCC 6633 dengan diameter hambatan 1,2 0,64 cm. Ekstrak etilasetat dari isolat bakteri simbion Xp 4.2 memiliki aktivitas antibakteri terhadap K. pneumoniae ATCC 13833 dengan diameter hambatan 1,95 0,55 cm. Hasil fraksinasi ekstrak etilasetat dengan kromatografi kolom di dapatkan 109 fraksi dan digabung menjadi 13 subfraksi. Hasil uji antibakteri subfraksi V memiliki aktivitas antibakteri terhadap K. pneumoniae ATCC 13833 dengan diameter hambatan 1,35 0,65 cm. Hasil isolasi dengan KLT preparatif di dapat senyawa murni dan memiliki aktivitas antibakteri yang lemah pada konsentrasi 100, 50, 25, 10, 5 dan 0,5 g/disk dengan diameter hambatan berturut-turut sebesar 1,24 0,11, 1,18 0,13, 1,05 0,14, 1,03 0,10, 0,93 0,14 dan 0,67 0,14 karena diameter hambatan < 12 mm. Hasil karakterisasi senyawa metabolit sekunder yang diisolasi dari M. luteus MB 26 diperkirakan merupakan golongan asam lemak rantai panjang seperti asam octakosanoat, metil palmitat, asam heksadekanoat, 1-tetradekanol, asam benzenpropionat dan piridin 3-karboheksamit. Mekanisme kerja antibakteri berdasarkan integritas membran menyebabkan kebocoran membran sehingga terjadi pelepasan ion-ion Ca 2 , Mg2, K dan metabolit seluler pada membran sel bakteri. Isolat bakteri simbion Xp 2-10 memiliki aktivitas antibakteri terhadap P. aeruginosa ATCC 27853 dengan diameter hambatan 1,963 0,35 cm dan P. aeruginosa isolat RS dengan diameter hambatan 2,34 0,95cm. Ekstrak etilasetat dari isolat bakteri simbion X2-10memiliki aktivitas antibakteri terhadapP. aeruginosa ATCC 27853 dengan diameter hambatan 1,756 0,25 cm dan P. aeruginosa isolat RS dengan diameter hambatan 2,51 0,45cm. Hasil fraksinasi dengan kromatografi kolom di dapatkan 160 fraksi dan digabung menjadi 3 subfraksi. Hasil uji antibakteri subfraksi III memiliki aktivitas antibakteri terhadap P. aeruginosa ATCC 27853 dengan diameter hambatan 2,51 0,75 cm dan P. aeruginosa isolat RS dengan diameter hambatan 1,95 0,45cm. Kesimpulan: Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan dari M.luteus MB 26 tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri isolat rumah sakit yang resisten tetapi mampu menghambat bakteri Klebsiella pneumoniae ATCC 13833 secara in vitro. Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan dari B. licheniformis memiliki aktivitas antibakteri terhadap P. aeruginosaATCC 27853 serta P. aeruginosa isolat RS. Penelitian ini menunjukan potensi senyawa metabolit sekunder dari bakteri yang bersimbiosis dengan spons X. testudinaria sebagai antibakteri untuk aplikasi di bidang biomedik.

ABSTRACT
Objective Sponsge is one of marine biodiversities that produces many antibiotic compounds, one of which is Xestospongia testudinaria. Secondary metabolites can be produced from sponge association between Xestospongia testudinaria and bacteria. The research aims is to explore the richness of Indonesian marine biodiversity by isolating and screening bacteria producing antibiotics as well as their characterization and working mechanism produced as antibiotics for the health. Method Sponsge taking is done by purposive using SCUBA Diving 20 m into sea. The study was conducted in March 2015 to September 2017. Isolation and screening of antibiotic producing microbes was done by taking sponsge samples from Sorong Waters Papua and Tanjung Pecaron Waters East Java . Selected isolates were used in the fermentation process for the production of secondary metabolite compounds. Bacterial isolates were extracted by using organic solvents such as n hexane, ethylacetate and ethanol from all three extracts tested for antibacterial activity. Ethylacetate extracts were fractionated by column chromatography and the fractionation results were combined based on form equations and creepage distances from the spot. Fractionation results in the antibacterial test and selected the most powerful subfraction. The selected substraction is isolated by preparative and purified TLC. The resulting pure compounds were characterized by their structure with UV Vis, FT IR and GC MS spectrophotometers. The action mechanism of the antibacterial compound was performed through measuring the leakage of bacterial cell membranes by using AAS Spectrophotometer as well as measuring the morphology of bacterial cells by using the Transmission Electron Microscope. Result Micrococcus luteus MB 26 antibacterial bacteria isolated from X.testudinaria sponsge from Sorong waters Papua and Bacillus licheniformis isolated from sponsge X. testudinaria from Tanjung Pecaron East Java waters. Bacterial isolates symbiont Xp 4.2 had antibacterial activity against E. coli ATCC 25922 with diameter of inhibition as 2.4 2.5 cm, K. pneumoniae ATCC 13833 with a diameter of inhibition of 2.2 0.5 cm and B. subtilis ATCC 6633 with a diameter of inhibition as 1.2 0.64 cm. Ethylacetate extract from bacteria isolated symbiont Xp 4.2 has antibacterial activity against K. pneumoniae ATCC 13833 with a diameter of inhibition as 1.95 0.55 cm. The result of fractionation by column chromatography was obtained 109 fractions and merged into 13 subfractions. The result of antibacterial test of subfraction V has antibacterial activity against K. pneumoniae ATCC 13833 with a diameter of inhibition 1.35 0.65 cm. The results of isolation with preparative TLC in pure compound and have antibacterial activity at concentrations of 100, 50, 25 and 10 g disc with diameter of inhibiton respectively of 1.24 0.11, 1.18 0.13, 1.05 0.14 and 1.03 0.10 whereas concentrations of 5 and 0.5 g disc had no antibacterial activity due to a diameter of inhibition "
2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmi Widjajanti
"ABSTRAK
Pengisian saluran akar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan perawatan endodontik Untuk maksud tersebut pengisian saluran akar dilakukan dengan bahan padat dan semen saluran akar. Mengingat dalam saluran akar yang terinfeksi banyak ditemukan mikroorganisme dan tidak mudah dihilangkan dengan tindakan sterilisaasi maka pemberian antimikroba dalam semen saluran akar dianjurkan Akan tetapi sampai sejauh mana daya antimikroba semen saluran akar terhadap tumbuh kembang biaknya kuman penyebab infeksi pulpa perlu diketahui. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya antimikroba dari empat macam semen saluran akar yang banyak dipakai di Indonesia terhadap kuman anaerob. Kuman anaerob yang digunakan diperoleh dengan cara isolasi haggling dari pasien dengan infeksi pulpa pada klinik pasca FKG UL Sebelas koloni kuman kokus gram positif dan 12 koloni laiman batang gram negatif yang diperoleh dari 23 pasien diuji kepekaannya terhadap semen saluran akar Proco-Sol, Endomethasone, AH26 dan Sealapex dengan menggunakan metode cakram. Jarak zona hambat diukur dan dibandingkan. Hasilnya AH26 mempunyai daya antimikroba terbesar diikuti oleh Proco-Sol, Endomethasone dan Sealapeks, serta daya antimikroba ke empat semen saluran akar tersebut terhadap kuman kokus gram positif dan kuman batang gram negatif tidak berbeda bermakna pada batas kemaknaan p= 0,05."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Bimo Adi Wicaksono
"Latar Belakang: Pada tanggal 12 Maret 2020, World Health Organization (WHO) mengumumkan penyakit Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) sebagai pandemi yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Infeksi virus dapat menyebabkan kolonisasi organ yang terinfeksi akibat penurunan respon imun oleh patogen akibat penurunan respons imun serta masuknya bakteri patogen melalui akses yang diperantarai oleh mikroorganisme oportunis. Hingga saat ini telah banyak studi yang membahas COVID-19 dari aspek epidemiologi dan karakteristik klinis namun informasi terkait infeksi sekunder akibat bakteri pada COVID-19 masih terbatas.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang dengan dengan menelusuri data rekam medis pasien yang memiliki riwayat perawatan pneumonia COVID-19 di ruang isolasi Pinere RSUP Persahabatan sejak 1 Januari 2021 - 31 Desember 2021. Total sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 111 pasien.
Hasil Penelitian: Total pasien pneumonia COVID-19 yang dirawat di ruang isolasi Pinere selama tahun 2021 yaitu sebanyak 718 pasien. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebanyak 111 pasien. Karakteristik pasien pneumonia COVID-19 didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, median usia 53 tahun, lama rawat 11 hari, status gizi obesitas, belum divaksin, derajat keparahan sedang, penggunaan antivirus remdesivir, antibiotik levofloksasin, azitromisin dan kortikosteroid. Terdapat pertumbuhan bakteri pada 41,5% hasil biakan yang terdiri dari gram negatif (38,8%) dan gram positif (2,7%). Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri gram positif terbanyak yang tumbuh, sedangkan Enterococcus faecalis merupakan satu-satunya gram positif yang tumbuh. Tidak terdapat hubungan antara hasil biakan patogen saluran napas terhadap luaran pasien pneumonia COVID-19 (nilai p=0,738). Derajat keparahan tidak berhubungan dengan hasil biakan, tetapi berhubungan dengan luaran pasien pneumonia COVID-19.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara hasil biakan patogen saluran napas terhadap luaran pasien pneumonia COVID-19.

Background: World Health Organization (WHO) declared Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) as a pandemic caused by the Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) virus on March 12, 2020. Viral infections can cause colonization of infected organs due to decreased immune response and entry of pathogenic bacteria through access mediated by opportunistic microorganism. Until now, there have been many studies discussing COVID-19 from the aspect of epidemiology and clinical characteristics, but information regarding secondary infections caused by bacteria in COVID-19 is still limited.
Methods: The design of this study is cross-sectional by tracing the medical record data of patients who had a history of treatment for COVID-19 pneumonia in the Pinere isolation ward of Persahabatan General Hospital from January 1st 2021 to December 31st 2021. The total sample in this study was 111 patients.
Result: The total number of COVID-19 patients treated in the Pinere isolation room during 2021 is 718 patients. Patients who met the inclusion and exclusion criteria were 111 patients. The characteristics of COVID-19 patients were dominated by male, median age 53 years, length of stay 11 days obesity, not yet vaccinated, moderate severity, use of antiviral remdesivir, antibiotics levofloxacin, azithromycin and corticosteroid. There was bacterial growth in 41,5% of culture results consisting of gram negative (38,8%) and gram positive (2,7%). Klebsiella pneumoniae is the most gram positive bacteria that grows, while Enterococcus faecalis is the only gram positive that grows. There was no relationship between the results of respiratory tract cultures and the outcomes of COVID-19 patients (p value = 0.738). The severity of COVID-19 is not associated to culture results, but is associated to the patient’s outcome.
Conclusion: There was no relationship between the results of respiratory tract cultures and the outcomes of COVID-19 patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>