Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201580 dokumen yang sesuai dengan query
cover
A. Endang Purnomowati
"ABSTRAK
Kadar IgE to-bal pada penderita alergi atopik lebih tinggi daripada orang nonatopik. Untuk dapat mengetahui apakah seseorang itu atopik atau tidak, diperlukan suatu pembanding yaibu suatu standar kadar IgE orang nonatopik. Selama ini di Indonesia, standar yang digunakan berasal dari luar negeri (Swedia), sedangkan standar kadar IgE orang nonatopik Indonesia belum pernah dicari.
Selain kadar IgE, pada penderita alergi atopik ditemukan juga peningkatan jumleih eosinofil. Oleh karena itu tujuan penelitian ini ialah untuk mencari standar normal kadar IgE orang nonatopik Indonesia, paling tidak kisaran kadar IgE-nya, dan mencari kisaran jumlah eosinofil orang nonatopik Indonesia yang lebih memadai.
Penentuan aktivitas IgE terhadap Dermatophagoides pteronyssinus dan kadar IgE total pada orang nonatopik Indonesia dilakukatn dengan teknik enzyme linked immuno sorbent assay (ELISA).
Dari basil penelitian ini diketahui bsihwa kadar IgE orang nonatopik Indonesia lebih tinggi daripada standar kadar IgE dari Swedia. Kisaran kadar IgE orang nonatopik Indonesia tersebut adalah sebagai berikut:' 9,5 U/ml untuk kelompok umur di bawah 3 tahun, 47,2 U/ml untuk kelompok umur 3-6 tahun, 101,8 U/ml untuk kelompok umur 7-10 tahun, 124,5 U/ml untuk kelompok umur 11-14 tahun dan 156,2 U/ml untuk kelompok umur dari 15 tahun ke atas. Rata-rata jumlah eosinofil pada orang nonatopik Indonesia ialah 131 sel/mm (dengan kisaran antara 0-783 sel/mm)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This volume provides a history of Eosinophilic Esophagitis (EoE), a basic understanding of the physiology of the eosinophil, and a current understanding of the pathophysiology and genetics of EoE. The emphasis is on clinical applications including presenting symptoms, diagnosis and treatment options for patients with EoE. Written by both pediatric and adult experts in the fields of gastroenterology, allergy and pathology. Providing practical information useful in the treatment of patients."
New York: Springer Science , 2012
e20420997
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Alsakina Qurotuain
"Nangapanda merupakan salah satu kecamatan di Flores, Indonesia yang memiliki prevalensi kecacingan usus sebesar 87,2 . Terdapat tiga jenis spesies cacing usus yang paling sering menyebabkan infeksi kecacingan, yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, serta cacing tambang. Infeksi cacing usus akan menimbulkan respon imun tipe 2, sehingga menghasilkan respon imun humoral berupa pembentukan Immunoglobulin E IgE. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status infeksi kecacingan usus dengan kadar IgE Total dan IgE spesifik terhadap Ascaris lumbricoides pada penduduk Nangapanda. Status infeksi kecacingan usus ditentukan dengan menggunakan metode Kato Katz, dimana dilakukan pencarian terhadap telur cacing pada sampel tinja pasien secara mikroskopis. Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran antibodi IgE total dan spesifik terhadap Ascaris dalam sampel plasma dengan menggunakan metode ELISA. Didapatkan peningkatan kadar antibodi IgE Total yang bermakna pada kelompok terinfeksi oleh setidaknya satu jenis cacing usus P

Nangapanda is one of the endemic areas in Indonesia with a very high STH prevalence 87,2 . Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, and hookworms are the most prevalent etiologies of helminth infection. When helminth infects the body, it will enhance the type 2 immune response which will lead to the production of humoral immunity such as Immunoglobulin E. This research aimed to identify the relationship between STH infection status with the Total IgE and Ascaris specific IgE levels. The STH infection status was determined by Kato Katz method to identify the presence of STH rsquo s eggs in the stool sample microscopically. In this research, the levels of total and specific IgE in the plasma samples were detected by ELISA. The levels of Total IgE was increased significantly in helminth infected group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Maurits
"Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang merupakan masalah kesehatan dengan kekerapan yang meningkat baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti di Indonesia. Di Indonesia asma merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak setelah infeksi. Berdasarkan survai kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1986 asma, bronkitis dan penyakit saluran napas lain merupakan penyebab kesakitan nomor lima dan penyebab kematian nomor sepuluh, sedangkan menurut SKRT 1992 asma, bronkitis dan emfisema penyebab kematian nomor tujuh di Indonesia.
Proses inflamasi pada asma sangat kompleks karena melibatkan banyak komponen set inflamasi pada asma. Sel inflamasi yang utama berperan pada patogenesis asma adalah set limfosit T, sel mast dan eosinofil. Aktivasi sel limfosit T menyebabkan pengerahan sekresi eosinofil yang menimbukan kerrasakan epitel dan hipereaktiviti bronkus. Eosinofil merupakan sel inflamasi yang berperan dalam proses inflamasi kronik saluran napas penderita asma dan migrasi eosinofil ke saluran napas merupakan tanda khas pada penderita asma termasuk pada saat eksaserbasi. Inflamasi saluran napas ini dapat dinilai secara langsung dengan mengukur jumlah eosinofil bronkus maupun melalui eosinofil darah.
Pada sejumlah kasus terutama anak dan dewasa muda, asma dihubungkan dengan atopi atau alergi melalui mekanisme IgE dependent Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kadar IgE total serum dengan hiperreaktiviti bronkus pada penderita asma. Jensen dkk menyimpulkan kadar IgE total serum tidak berhubungan dengan derajat hipereaktiviti bronkus. Peran infeksi saluran napas pada eksaserbasi asma sudah diketahui sejak lama terutama infeksi oleh virus yang diperkirakan sebesar 80% pasien. Infeksi bakteri beberapa tahun terakhir ini saja dianggap berperan pada asma."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Lestari
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui
gambaran jumlah sel T penolong (Th), sel T penekan (Ts),
rasio Th/Ts serta kadar IgE total pada penderita asma
atopik dan orang normal. Subyek p enelitian terdiri
atas 15 pasien penderita asma atopik yang berkunjung ke
Klinik Asma dan Alergi DR. Indraj ana dengan kriteria
usia 15--55 tahun, mempunyai riwayat alergi dalam
keluarga, tes phadiatop positif, kadar IgE total
diketahui dan positif terhadap kadar IgE spesifik pada
alergen Dermatophagaides pteronyssinus. Untuk kelompok
kontrol dipilih sainpel normal dengan kriteria usia 15--55
tahun dan sehat, tidak mempunyai riwayat alergi dalam
keluarga dan tes phadiatop negatif. Analisa kadar IgE
total dilakukan dengan teknik ELISA, sedangkan pemeriksaan
tes phadiatop dilakukan dengan Enzyme Immunoassay
atau dengan ImmunoCAP. Untuk peineriksaan jumlah dan
proporsi subset limfosit, yaitu sel T, Th, Ts dan sel B
dilakukan dengan menggunakan inikroskop iinunofluoresensi.
Hasil uji statistik non parametrik Mann-Whitney pada
taraf nyata ° = 0,05, menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kadar rata-rata IgE total pada penderita asma
atopik dan orang normal. Kadar rata-rata IgE total pada
penderita asma atopik lebih tinggi (419,96 kU/i)
dibandingkan orang normal (69,15 kU/l). Hasil Uji Mann-
Whitney juga menurijukkan adanya perbedaan proporsi sel T, sel Th dan sel B antara penderita asma atopik dan
orang normal. Froporsi rata-rata sel T pada penderita
asma atopik iebih rendah (52,90%) dibandingkan orang
normal (60,50%). Froporsi rata-rata sel Th pada
penderita asma atopik iebih rendah (36,90%) dibandingkan
orang normal (44%). Froporsi rata-rata sel B pada
penderita asma atopik lebih tinggi (15,20%) dibandingkan
orang normal (14%). Namun Uji Mann-Whitney untuk
melihat perbedaan jumlah sel T, Th, Ts dan B tidak
menunjukkan adanya perbedaan antara penderita asma
atopik dan orang normal. Rasio rata-rata Th/Ts pada
penderita asma atopik lebih rendah (0,96) dibandingkan
rasio orang normal (1,17), walaupun secara statistik
tidak menunjukkan adanya perbedaan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ramadhan
"ABSTRAK
Infeksi soil-transmitted helminths STH dengan prevalensi terbanyak Ascaris, diketahui dapat menstimulasi aktivasi Th-2 untuk menghasilkan sitokin yang dapat mengaktivasi IgE dan sel T regulator yang menekan inflamasi kronik tubuh. Hal ini diduga dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit akibat inflamasi kronik, salah satunya diabetes melitus DM . Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara infeksi STH yang ditandai dengan kehadiran antibodi IgE total dan spesifik dengan parameter metabolik berupa kadar glukosa darah puasa GDP dan setelah tes toleransi glukosa oral TTGO . Partisipan dari penelitian potong lintang cross section ini adalah penduduk berusia 15 tahun ke atas di 3 desa di Nangapanda daerah endemik infeksi STH yang berjumlah 298 partisipan. Kadar antibodi IgE merupakan hasil pengukuran ELISA sedangkan, kadar gula darah yang diukur menggunakan glukometer di darah kapiler merupakan data sekunder penelitian SUGARSPIN. Ditemukan hubungan negatif sangat lemah antara kadar IgE total dengan kadar TTGO rs=-0.197, p=0.001 . Sementara itu, tidak ditemukan hubungan antara kadar IgE total dengan kadar GDP, serta IgE spesifik dengan kadar GDP dan TTGO. Dari penelitian, dapat disimpulkan bahwa peningkatan kadar IgE total akan diikuti oleh penurunan kadar TTGO yang menggambarkan toleransi glukosa yang semakin baik.

ABSTRACT
Soil transmitted helminths infection, whichthe most prevalent is Ascaris, is known with its capability to stimulate the activation of Th 2 to produce cytokines which can activate IgE and T reg resulting in suppression of chronic inflammation response. This may reduce the risk of diseases due to chronic inflammation, such as diabetes mellitus DM . Total and Specific Ascaris IgE level together with fasting blood glucose and oral glucose tolerance test level, are used as a study parameter. The aim of the study is to find out the relationship between STH infection, marked by total IgE and IgE specific level, and metabolic parameter, which is fasting blood glucose FBG and blood glucose after oral glucose tolerance test OGTT . Participants from this cross sectional study is population aged 15 years old and above, living in 3 villages in Nangapanda endemic for STH with total population 298. IgE level was the result of ELISA done in Leiden University while the blood glucose level, which is measured by glucometer from capillary blood, is a secondary data from SUGARSPIN study. Very weak negative association was found between total IgE level and OGTT level rs 0.197, dan p 0.001 meanwhile, no other association was found between dependent and independent variables. From this study, it can be concluded that the increased level of total IgE may lower OGTT level, which representate a better blood glucose tolerance. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rintis Noviyanti
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui daya tahan pemelihara lebah di PUSBAHNAS Perum Perhutani, Parung Panjang, Bogor-Jawa Barat. Sampel diperoleh dan 12 orang pemelihara lebah dan 11 orang bukan pemelihara lebah. Analisis kadar IqE total dan kadar IgE spesif 1k
terhadap bisa lebah madu (Apis mellif era) dilakukan dengan teknik ELISA, dan analisis kadar IgG total dilakukan dengan teknik RID. Hasil uji statistik non parametrik Mann-Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kadar IgE dan IgG pada pemelthara
lebah. Rata-rata kadar IgE total pada pemelihara lebah lebih tinggi (1046,3 kU/l) dari bukan pemelihara lebah (957 kU/l). Rata-rata kadar IgG total pada pemelihara lebah lebih rendah (13,23 g/l) dari bukan pemelihara lebah (15,99 g/l). Rata-rata kadar IgE spesifik terhadap
bisa lebah madu (Apis mellifera) pada pemelihara lebah lebih rendah (1,59 PRU/ml) dari bukan pemelihara lebah (1,64 PRU/ml). Uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antara kadar IgE total, kadar IgG total, kadar IgE spesifik dan jumlah sengatan
per bulan pada pemelihara lebah."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Pahala
"Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan kekerapan yang meningkat baik di negara sedang berkembang seperti Indonesia maupun di negara maju.1-3 Di Indonesia asma merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak setelah infeksi. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 asma,bronkitis dan penyakit saluran napas lain merupakan penyebab kesakitan nomor lima dan penyebab kematian nomor sepuluh, sedangkan menurut SKRT 1992 asma, bronkitis dan emfisema merupakan penyebab kematian nomor tujuh di indonesia.
Konsensus internasional yang dikeluarkan oleh Global Initiative for Asthma (GINA) mendefinisikan asma sebagai suatu inflamasi kronis saluran napas yang didalamnya terlibat berbagai sel inflamasi terutama sel mast, eosinofil dan limfosit T. Asma dalam derajat apapun sudah terjadi inflamasi kronis saluran napas. inflamasi ini sudah terdapat pada asma yang sangat ringan sekalipun. Inflamasi saluran napas kronis memberikan gambaran kiinik khas yaitu obstruksi saluran napas yang reversibel dan hipereaktiviti bronkus. Inflamasi saluran napas merupakan mekanisme utama yang menyebabkan obstruksi saluran napas dan hipereaktiviti bronkus terhadap berbagai stimuli pada asma. Tetapi kiasifikasi berat asma didasarkan pada gejala klinis dan nilai faal pare, bukan berdasarkan penilaian sel inflamasi di saluran napas sesuai dengan definisi asma yaitu inflamasi kronik saluran napas.
Sel inflamasi yang berperan pada patogenesis asma terutama sel limfosit T, sel mast dan eosinofil. Aktivasi sel limfosit T menyebabkan pengerahan sekresi eosinofil yang menimbulkan kerusakan sel epitel dan hipereaktiviti bronkus. Eosinofil merupakan sel inflamasi yang berperan utama dalam proses inflamasi kronik saluran napas penderita asma dan migrasi eosinofil ke saluran napas merupakan tanda khas asma. Pengerahan eosinofil yang terektivasi dan mediatornya di dalam saluran napas sangat behubungan dengan berat hipereaktiviti bronkus. Inflamasi saluran napas ini dapat dinilai secara langsung dengan mengukur jumlah eosinofil dan eosinophy/iic cationic protein (ECP) atau secara tidak langsung dengan mengukur eosinofil darah. Jumlah eosinofil sputum meningkat sering berhubungan dengan berat derajat asma. Pemeriksaan eosinofil sputum dan hipereaktiviti bronkus dengan metakolin merupakan pemeriksaan objektif yang berguna untuk menilai inflamasi saluran napas penderita asma. Penilaian proses inflamasi pada diagnosis asma saat ini hanya menggunakan uji provokasi bronkus untuk mengukur hipereaktiviti bronkus dan pemeriksaan eosinofil darah, sedangkan eosinofil sputum dan uji kulit jarang dilakukan.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan bahan pemeriksaan sel inflamasi saluran napas yaitu secara invasif dan noninvasif. Cara invasif meliputi kurasan bronkus, bilasan bronkus dan biopsi bronkus. Sedangkan cara noninvasif adalah dengan induksi sputum dan sputum spontan. 1nduksi sputum dengan garam hipertonik dapat merangsang peningkatkan produksi sputum dengan risiko yang Iebih kecii, aman, reproduksibel, valid dan efektif.
Saat ini hubungan antara inflamasi dan hipereaktiviti bronkus banyak diteliti dan diperdebatkan. Beberapa peneliti menyimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara hipereaktiviti bronkus dan inflamasi saluran napas, sedangkan peneliti lain tidak mendapatkan korelasi yang bermakna. Tetapi korelasi antara inflamasi saluran napas dengan hipereaktiviti bronkus tidak selalu ada.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah eosinofil sputum dengan hipereaktiviti bronkus pada penderita asma alergi persisten sedang yang stabil dengan jumlah eosinofil sputum orang sehat."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kami menganalisa kadar eosinofil sputum induksi dan eosinofil darah tepi pada 106 pasien asma bronkial dalam serangan di RSUP Persahabatan Jakarta, sejak bulan Januari sampai Juli 1996. Dari 17 penderita dalam serangan derajat ringan, rata-rata APE 89,48% nilai dugaan, persentase eosinofil sputum 12,56%, dan jumlah eosinofil darah tepi 429,77. Dari 31 penderita dalam serangan derajat sedang, rata-rata APE 72,86% nilai dugaan, persentase eosinofil sputum 14,31%, dan jumlah eosinofil darah tepi 544,60. Dari 58 penderita dalam serangan derajat berat, rata-rata APE 46,38%, persentase eosinofil sputum 16,66%, dan jumlah eosinofil darah tepi 304,04. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara persentase APE dengan persentase cosinofil sputum disaat serangan. Kami menyimpulkan bahwa hasil penelitian ini belum dapat membuktikan hubungan antara persentase cosinofil sputum dengan derajat serangan asma bila hanya berdasarkan indikator APE saja.

We analyzed level of eosinophils in sputum induced and peripheral cosinophil in 106 asthmatic patients who experiencing exacerbation (asthma attack), in Persahabatan Hospital Jakarta from January to July 1996, In 17 of patients with mild asthma attack, the mean PEFR is 89,48% of predicted, mean percentage of sputum eosinophil is 12,56%, and the mean of peripheral cosinophils count is 429,77 respectively. In 31 of patients with moderate asthma attack, the mean PEFR is 72,86 % of predicted, mean percentage of sputum eosinophils is 14,31%, and the mean of peripheral eosinophils count is 544,60 respectively. In 58 of patients with severe asthma attack, the mean PEFR is 46,36% of predicted, mean percentage of sputum eosinophils is 16,66%, and the mean of peripheral eosinophils count is 304,04 respectively. The percentage of PEFR did not correlated with the mean percentage of sputum eosinophils in asthma attack. We conclude that this analysis did not improved correlation between percentage of sputum eosinophils with degree of asthma attack, if we used percentage of PEFR predicted only."
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Zumartini
"Alergen menyebabkan penyakit alergi,. Alergen yang terpenting ialah tungau Dermatophag oides pteronyssinus. Masalah dalam penelitian ini ialah adanya penemuan bahwa kadar igE total dan IgG- total yang kontroversial, pada penderita alergi atopik dan orang yang tidak menderita alergi. Tujuan penelitian ini ialah untuk meneliti kadar IgE total dan IgG total penderita asma bronkial dan/atau rinitis atopik yang rentan terhadap D. pteronyssinxis, dan belum mendapat pengobatan secara disensibilisasi. Penentuan kadiar IgE total dilakukan dengan teknik ELISA ("Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay"), dan IgG total dengan teknik RID ("Radial Immuno Diffusion"). Dari u^i Mann-Whitney pada "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>