Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49844 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Hendrian
"ABSTRAK
Penbentukan enzim oleh mikroorganisne dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya faktor komposisi kimia medium. Salah satu unsur makro yang dibutuhkan oleh kapang adalah fosfor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi fosfor, dengan variasi konsentrasi 0,00%; 0,05%; 0,10%; 0,15%; 0,20%; 0,25%, terhadap aktivitas glukoamilase Aspergillus awamori UICC 314, yang diperoleh dari Laboratoriun mikrobiologi jurusan Biologi FMIPA-UI.
Pengujian aktivitas glukoamilase dilakukan dengan metode Nishise. Satu unit aktivitas glukoamilase setara dengan satu μmol glukosa yang dilepaskan per menit. Pengukuran kadar glukosa dilakukan dengan metode Somogyi-NeIson.
Hasil penghitungan aktivitas enzim sesudah fermentasi 24 jam menunjukkan adanya pengaruh konsentrasi fosfor yang diberikan, terhadap aktivitas glukoamilase Aspergillus awamori UICC 314. Terdapat perbedaan rata-rata aktivitas glukoanilase aspergillus awamori UICC 314 antara konsentrasi fosfor 0,00% dengan 0,20%, dan konsentrasi fosfor 0,00% dengan 0,25%. Rata-rata aktivitas glukoamilase tertinggi diperoleh pada konsentrasi fosfor 0,00%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kathleen Ilene Ngalusi
"Sampah sisa makanan menjadi salah satu masalah di Universitas Indonesia karena belum terdapat metode yang efektif dan efisien dalam pengelolaan limbah kantin dari fakultas-fakultas yang ada. Salah satu teknik pengelolaan limbah kantin adalah dengan pengomposan menggunakan larva Black Soldier Fly (BSF). Adanya proses fermentasi dan penguraian bahan kompleks oleh mikroorganisme pada substrat organik mampu mengoptimalkan daya biokonversi larva BSF. Namun, hingga saat ini, penelitian terkait pengaruh fermentasi limbah kantin terhadap efektivitas biokonversinya dengan larva BSF belum ditemukan sehingga penelitian ini perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh perlakuan durasi fermentasi limbah kantin dengan mikroorganisme EM4 terhadap efektivitas biokonversi limbah kantin menggunakan larva BSF dan juga kandungan kompos yang dihasilkan berdasarkan standar SNI 19-7030-2004. Metode penelitian yang digunakan, yakni berupa kombinasi fermentasi EM4 dengan perbedaan perlakuan durasi (0, 5, dan 10 hari) serta larva BSF sebagai agen pengomposan pada limbah kantin. Analisis data dilakukan terhadap berat biomassa larva BSF dan kompos, substrate consumption, growth rate, bioconversion rate, waste reduction index, serta analisis kandungan unsur hara kompos. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas biokonversi larva BSF tertinggi didapatkan oleh perlakuan durasi fermentasi limbah kantin dengan EM4 selama 10 hari (F10) dengan berat biomassa total larva BSF sebesar 50,09 gram; nilai bioconversion rate sebesar 24,55%; nilai waste reduction index (WRI) sebesar 10,79%; dan berat kompos sebesar 27,38 gram. Sementara itu, sebagian besar kandungan unsur hara kompos pada semua perlakuan sudah sesuai dengan standar SNI 19-7030-2004, kecuali nilai kadar C-organik pada perlakuan F10 serta nilai rasio C/N pada semua perlakuan lainnya (F0, F5, F10, KL dan KF). Pada penelitian ini, didiskusikan juga potensi biokonversi dan peluang bioekonomi pengelolaan limbah kantin FMIPA UI dengan larva BSF.

Food waste management has become one of the issues at the University of Indonesia due to the lack of an effective and efficient method in managing canteen waste from existing faculties. One common technique in food waste management is composting using larvae of Black Soldier Fly (BSF). The fermentation process and decomposition of complex substances by microorganisms in the organic substrate can optimize the bioconversion efficiency of BSF larvae. However, studies related to the influence of canteen waste fermentation on the effectiveness of bioconversion with BSF larvae have not been discovered to date. Hence, further study regarding this subject is necessary. This study aimed to identify the effects of canteen waste fermentation treatment with EM4 microorganisms on the effectiveness of canteen waste bioconversion using BSF larvae and the content quality of the resulting compost based on the SNI 19-7030-2004 standard. The method used in this study is combining EM4 fermentation with different durations treatment (0, 5, and 10 days) and BSF larvae as composting agent on canteen waste. Data analysis included the weight of BSF larvae biomass and compost, substrate consumption, growth rate, bioconversion rate, waste reduction index, and content quality analysis of the compost. The results showed that the highest effectiveness of bioconversion by BSF larvae was obtained with a 10-day EM4 fermentation treatment (F10). The total biomass of F10 BSF larvae reached 50,09 grams; with bioconversion rate of 24,55%; waste reduction index of 10,79%; and a compost weight of 27,38 grams. Meanwhile, most of the content qualities in the compost for all treatments were following the SNI 19-7030-2004 standard, except for the C-organic content value in the F10 treatment and the C/N ratio values in all other treatments (F0, F5, F10, KL, and KF). In this study, the bioconversion potency and the bioeconomic opportunities of managing the waste from the FMIPA UI canteen using BSF larvae were also discussed."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imas Noor Arafah
"ABSTRAK
Pada penelitian mi digunakan limbah cair tahu
sebagal substrat fermentasi nata, dengan penambahan 10,0%,
12,5%, 15,0%, atau 17,5% sukrosa dan 0,1%, 0,3%, atau 0,5%
amonium sulfat [(NH4 ) 2SO4 ]. Fermentasi nata dilakukan
dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylinwn (Brown)
Bergey dkk.
Tujuan penelitian mi adalah untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh penainbahan beberapa konsentrasi sukrosa
dan (NH4 ) 2 SO4 serta interaksi antara kedua faktor tersebut
terhadap ketebalan rata-rata nata, dan rnenentukan
konsentrasi sukrosa dan (NH 4 ) 2SO4 yang memberikan hasil
ketebalan rata-rata nata paling baik.
Ketebalan rata-rata nata yang tertinggi (0,601 cm)
diperoleh dari penambahan 12,5% sukrosa dan 0,1% (NH4)2SO4.
Ketebalan rata-rata nata yang terendah (0,157 cm) diperoleh
dari penambahan 17,5% sukrosa dan 0,5% (NH4)2SO4.
Uji statistik pada a = 0,01 menunjukkan ada pengaruh
penambahan sukrosa dan (NH4 ) 2SO4 , serta interaksi antara
sukrosa dan (NH4 ) 2SO4 terhadap ketebalan rata-rata nata.
Interaksi penainbahan sukrosa dan (NH4 ) 2 SO4 terlihat pada
penambahan 15,0% atau 17,5% sukrosa. Pada penambahan
sukrosa 15,0% atau 17,5% menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi (NH4 ) 2SO4 yang dltambahkan, semakin rendah
ketebalan rata-rata nata yang dihasilkan
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Fitria
"Sistem pemaparan sangat dipengaruhi oleh agen-agen lingkungan, khususnya agen yang berasal dari udara, dan merupakan sstem pertahanan tubuh yang terdepan dari pemaparan agen-agen lingkungan tersebut. Berdasarkan hasil survey kesehatan masyarakat di Kelurahan Cisalak 2001, gangguan pernapasan dianggap merupakan masalah kesehatan masyarakat di kelurahan tersebut, terutama pada bayi dan balita. Faktor yang diduga mempengaruhi terjadinya gangguan pemapasan pada bayi dan balita adalah kualitas udara di dalam rumah tempat tinggal, mengingat sebagian besar waktu yang dihabiskan oleh bayi dan balita tersebut adalah di dalam rumah.
Studi ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kualitas udara dalam rumah dan kondisi lingkungan rumah dengan terjadinya gangguan pernapasan pada bayi dan balita. Desain studi yang diterapkan adalah cross-sectional, dengan pengukuran kualitas udara yang meliputi parameter PM 10 dan Total Plate Count (TPC) Mikroorganisme Udara.
Sebanyak 200 anak diteliti, ditemukan 31,5 persen yang mengalami batuk pilek dengan demam dan 51,5 persen yang mengalami batuk pilek dengan atau tanpa demam dalam dua minggu terakhir. Pangukuran kualitas udara ditemukan sebanyak 52,5 persen dari rumah yang diukur temyata telah melewati ambang batas kadar PM10 sebesar 90 μg/m3, dan 77.8 persen dari rumah yang diukur udaranya mengandung lebih dari 750.000 koloni/m3 total plate count mikroorganisme udara. Analisis statistik tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kualitas udara dengan terjadinya gangguan pernapasan pada bayi dan balita. Namun demikian, terdapat perbedaan proporsi gangguan pernapasan yang cukup besar antara anak yang tinggal di rumah dengan kualitas udara yang buruk dengan anak yang tinggal di rumah dengan kualitas udara yang baik.
Hubungan yang bermakna terdapat antara variabel rasio luas lubang angin/luas kamar dan variabel kebiasaan merokok dengan gangguan pernapasan. Pada anak yang tidur di kamar dengan ventilasi yang kurang. peluangnya untuk mengalami gangguan pernapasan adalah 3 - 3,589 kali lebih besar dari anak yang tidur di kamar dengan ventilasi yang cukup. Anak yang tinggal di rumah dengan perokok berpeluang untuk mengalami gangguan pernapasan 1,997 kali lebih besar daripada anak yang tinggal di rumah tanpa perokok. Variabel-variabel lingkungan rumah yang lain, walaupun tidak menunjukkan hubungan yang bermakna, namun memperlihatkan adanya perbedaan proporsi gangguan pernapasan yang cukup besar antara anak yang tinggal di rumah dengan kondisi lingkungna rumah yang buruk dibandingkan anak yang tinggal di rumah dengan kondisi lingkungan rumah yang baik.
Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis obat nyamuk, suhu dan kelembaban relatif udara, jumlah perokok dalam tiap rumah, serta jumlah rokok yang dihisap per hari dengan kadar PM10 di dalam rumah. Analisis linier ganda menghasilkan sebuah persamaan yang menjelaskan variasi kadar PM10 melalui variabel-variabel rasio luas lubang angin/luas rumah, kepadatan hunian rumah, kelembaban relatif udara, dan jumlah perokok dalam tiap rumah. Antara kelembaban relatif udara dengan TPC mikroba udara terdapat hubungan yang bermakna. Analisis regresi linier ganda menghasilkan persamaan yang menjelaskan variasi jumlah koloni mikroorganisme udara melalui variabel suhu dan kelembaban relatif udara dalam rumah. Secara keseluruhan, terdapat beberapa variabel yang patut mendapat perhatian karena secara konsisten berhubungan ataupun menunjukkan kecenderungan untuk berhubungan dengan kualitas udara dalam rumah dan dengan gangguan pemapasan pada bayi dan balita. Yaitu rasio luas lubang angin/luas kamar, rasio luas lubang angin/luas rumah, kepadatan hunian rumah, penggunaan obat nyamuk, dan kebiasaan merokok.

The respiratory system is commonly affected by environmental agents and is often the body's first line of defense against them. According to the public health survey conducted in Kelurahan Cisalak in year 2001. respiratory disease was one of public health concern, especially in infants and voting children. Factors that influence the disease seemed to be indoor air quality, since infants and young children spent almost all of their time in home.
The purpose of this study was to analyze the relationship between indoor air quality, housing environment, and respiratory disease in infants and young children. Study design was cross-sectional survey, including the measurement of PM to and total plate count (TPC) of airborne microorganisms as parameters of indoor air quality.
A number of 200 hundred children were randomly selected. As much as 31.5 percents of the children had runny nose and cough with fever and 51.5 percents had runny nose and cough with or without fever in the last two weeks. The measurement of indoor air quality showed that 52.5 percents of houses had indoor PMI0 concentration over 90 µglm3, and 77.8 percents of the houses had more than 750.000 CFU/m3 of total plate count of airborne microorganisms. Bivariate analysis showed that there were no relationship between indoor air quality and respiratory disease in infants and young children. But the proportions of respiratory diseases were different between children who lived in bad indoor air quality and children who lived in good indoor air quality,
Significant relationship was showed between bedroom ventilation and smoking with respiratory disease. Probability of having respiratory disease in children sleeping in inadequate bedroom ventilation was 3 - 3.589 times higher compared with children sleeping in adequate bedroom ventilation. Probability of having respiratory disease in children living with smokers was 1.997 times higher compared with children living in a house with no smoker. Although there were no significant relationship showed by other housing environment variables, the proportions of respiratory diseases were different between children who lived in bad housing-environment and children who lived in good housing environment.
There were significant correlations between the use of mosquito killer, indoor air temperature and relative humidity, number of smoker in a house, and number of cigarrete per day with indoor PMi0 concentration. Multiple linear regression analysis showed a formula that could explain the variation of indoor PMio concentration from variables of house ventilation, living density in a house, relative humidity, and number of smoker in a house. There was a significant correlation between indoor relative humidity and total plate count of airborne microorganisms. Multiple linear regression analysis showed a formula that could explain the variation of total plate count of airborne microorganisms from variables of indoor air temperature and relative humidity,
Some variables were important to be our concern because consistently showed significant relationships or tend to be related with indoor air quality and respiratory diseases in infants and young children. The variables were bed room ventilation, house ventilation, living density in a house, the use of mosquito killer, and smoking.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12705
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iswarini Krisanti Dewi
"ABSTRAK
Waktu inkubasi tnerupakan salah satu inasalah penting
dalam proses ferinentasi enzim, yang diperlukan untuk
ineinperoleh aktivitas enzim yang tinggi.
Penelitian .ini bertujuan inembandingkan aktivitas
glukoainilase Aspergillus awainori UICC 314 pada 8 variasi
waktu inkubasi, yaitu 16, 18, 20, 24, 28, 30, 36, dan 42
jam serta inencari waktu inkubasi yang optimal untuk
peinanenan enzim.
Pada proses fermentasi digunakan medium Sakai
inodifikasi. Pengujian aktivitas glukoainiiase dilakukan
dengan inetoda Nishise dkk. modifikasi. Aktivitas
giukoamilase dinyatakan dalam satuan unit/mi. Satu unit
aktjvitas glukoamilase setara dengan satu pmol giukosa
yang dilepas per menit. Pengukuran kadar glukosa
dilakukan dengan inetoda Somogyi-Nelson.
Hasil pengujian statistik menunjukkan adanya
perbedaan aktivitas giukoatnilase A. awainori UICC 314
antara waktu inkubasi 16 jam dengan 18, 20, 24, 28, 30,
36, dn 42 jam; 18 jam dengan 20, 24, 28, 30, 36; dan 42
jam; 20 jam dengan 24, 28, 30, 36, dan 42 jam; 24 jam
dengan 28, 30, 36, dan 42 jam; 28 jam dengan 30, 36, dan
42 jam; 36 jam dengan 42 jam. Aktivitas giukoamilase
tertinggi diperoleh pada waktu inkubasi 16 jam.
viii + 57 him; gbr.; lamp.; tab.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyadh
"Di daerah Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan terdapat lahan gambut yang luas yang dimanfaatkan sebagai tempat pemukimam warga. Permasalahannya tanah gambut memiliki daya dukung yang kecil apabila terdapat beban diatasnya. Stabilisasi yang digunakan pada penelitian ini ialah penambahan mikroorganisme selulolitik potensial yang berasal dari tanah gambut. Metode pencampuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode injeksi. Waktu fermentasi setelah injeksi dilakukan ialah 30 hari dan 45 hari. Dengan penambahan mikroorganisme maka proses dekomposisi pada tanah gambut dipercepat sehingga merubah properti tanah gambut dan kerapatan kering. Perubahan yang didapatkan pada properti tanah dan kerapatan kering tidak berubah secara signifikan.

In Ogan Komering Ilir region, South Sumatra peat lands used as people dwelling place are wide-spread. The problem is that peat has small bearing capacity while being loaded. Stabilization used in this research is by adding potential cellulytic microorganisms from the peatsoil. The mixing method used in this research is injection method. Fermentation time after doing injection is 30 and 45 days. By adding the microorganisms, then the decomposition process is being quicker so that it change the properties and the dry density of peatsoil. The change obtained on the soil properties and the dry density is not significantly changed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Chasani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T40194
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafruddin
"Pelah dilakukan penelitian tentang pemakaian "Croscar. Mellose
Sodium Type A" seaga3. disintegrant dengan berbagal konsentrasi dalam
formula tablet Kalsiiim laktat yang penambahannya dilakukan sect
ra internal, eksternal dan kombinasi internal dan eksternal die -
integrant.
Pada penelitian mi, penambahan bahan penghancur Ac-Di-Sol dengan
cara konibinasi internal & eketerrial, ternyata pada konsentrasi
1% internal dan 1% eksternal eudah aemberikan basil yang terbaik d
ngazi waktu hancur rata-rata 8 menit 35 detik, kecepatan melarut
K120 detik rata-rata 27%, kekerasan tablet rata-rata 5,46 kg dan k
regasan 0,40%.
Setelah dilakukan uji statistik t - test dengan satu paranie -
ter (p = 0,05) formula tablet dengan perbedaan konsentrasiO-DiSOl
dan 1% sampai dengan 5% dengan cam penambaban bahan penghancur Be
cam internal, eksternal, dan koabiriasi internal dan eksternal tennyata
menunjukkan perbedaan yang significant jika ditinjau dan aspek
waktu hancurnya, dan keôepatan melarut aediaan formula tablet
tersebut pada kenaikkan konsentrasi Ac_DiS01 1 % & ' 5 %
Baeil uji etatietik tentang cam penambahan bahan penghancur
ternyata pada penambahan bahan penghancur secara internal, eketer -
nal dan kombinas.i internal dan ekaternal pada konsentrasi Ac-Di-Sol
yang sama range 1% sampai dengan 5% menunjukkan perbedaan yang significarit.

The application of "Croscar Nellose Sodium Type A" (Ac-Di-Sol)
as disintegrant in the tablet formula Calcium lactate with various
concentration which added internally, externally and internal and
external disintegrant combination have been studied.
In this study the addition of disintegrant Ac-Di-Sol material
with internal and external combination methods, in 1% concentration
it will enough to give the bestresult with average .disintegration
time 8 minutes 35 seconds, average of dissolution rate it K120
seconds 27%, average of tablet hardness 5,46 kg , average of
Friability 0,40%.
Alter being test statically (t - test) itb one parameter
(p 0,05) tablet formula with differ Ac-Di-Sol concentration in
the range of 1% to 5% with addition of disintegration material
internally, externally and combination of internal and external
aethode, has shown the significant differences with the aspect of
time disintegration and dissolution rate of the tablet contained_,
•Ac-D5-Sol 1 % sampai dengan 5 %.
The result of statistical test of the additièn of dis -
integration material resulted with the above methods Ac-Di-Sol
concentration within the same range of 1% to 5% in significant
difference.
"
1984: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1984
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damasiah
"Telah dilakukan isolasi senyawa (-)- asam usnat dalam bentuk kristal kuning sebesar 727 mg dari ekstrak aseton kasarnya, dengan mengekstraksi serbuk kering dari talus lichen Usnea flexuosa Tayl, lichen tersebut dikumpulkan dari kaki gunung Bambapuang, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Ekstraksi dilakukan secara sinambung dengan menggunakan soxhlet dan dengan pelarut aseton selama 8 jam, kemudian ekstrak kasar dipisahkan / dimurnikan menggunakan kromatografi kolom dengan fasa diam kiesegel 60 dan eluen campuran diklorometana dan metanol. Kristal (-)- asam usnat direkristalisasi dengan pelarut diklorometana dan penentuan struktur molekul dilakukan dengan membandingkan senyawa hasil isolasi tersebut dengan sifat-sifat fisika dan data spektrum dari UV-Vis, IR dan GC-MS dari asam usnat yang sudah diketahui, hasil uji aktivitas larvasida dari senyawa (-)- asam usnat terhadap Larva nyamuk Aedes aegypti instar III memberikan LC50 sebesar 0,1904 ppm.

It has been carried out the isolation of (-)- usnic acid as yellow crystal from aceton extract, from dried powders of lichen thallus of Usnea flexuose Tayl. The yield of extraction was 727 mg. This lichen was collected from Bambapuang mount, Anggeraja region, Enrekang, province of South Sulawesi. The extraction is performed by using continuous extraction apparatus (soxhlet) for 8 hours and aceton as solvent. Than, the raw aceton extract were, purified with coloumn chromatography filling with kieselgel 60 as stationary phase and using a mixture of dichloromenthane and methanol as eluent. Pure (-)- usnic acid crystals were crystalised using dichloromethare as solvent and followed by structure elucidation using physical ? and spectroscophycal data (UV-Vis, Ir and Mass) comparison with related data of (+)- usnic acid. Larvacidal activity test was ferformanced against 3rd phase of Aedes aegypti Larvae and, (-)- Usnic acid possesed positive result with LC50=0,1904 ppm."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T39900
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Sofina Indra
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T40190
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>