Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164714 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dara Nourama Dhaniyati Abdis
"ABSTRAK
Kertas sangat umum digunakan sebagai bahan arsip. Kerusakan kertas yang disebabkan oleh faktor biologik banyak terjadi di negara-negara tropik, dan kapang merupakan penyebab kerusakan yang paling penting. Kertas terbuat dari seret-seret selulosa. Selulosa Ini dapat digunakan sebagai sumber karbon oleh kapang.
Dalam penelitian ini diperiksa den diidentifikasi jenis jenis kapang yang menyebabkan kerusakan pada kertas arsip. Metoda pengambilan sampel adalah dengan menyapukan kuas steril pada permukaan kertas arsip yang ditumbuhi kapang, kemudian dioleskan pada cawan petri yang berisi medium TEA, lalu diinkubasi pada suhu kamar (30oC). Medium yang digunakan adelah Taoge Extract Agar (TEA), Czapek Dox Agar (CDA), dan Malt Extract Agar (MEA).
Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa sampel arsip yang diperiksa di Arsip Nasional Republik Indonesia Depot Gajah Mada, ternyata terkontaminasi oleh berbagai jenis kapang. Kapang-kapang yang ditemukan adalah beberapa jenis dari genus Asperqillus, Curvularia brachyspora, Humicola fuscoatra, Neurospora sp., Paecilomyces variotii, beberapa jenis dari genus Penicillium, Syncephalastrum racemosum, dan Trichoderma pseudokoningii."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismahan Umran
"ABSTRACT
Glomalean fungi are natural resources commonly found in different natural ecosystems and associated with different potential forest, agriculture, horticulture and pasture plant. Natural resource exploitation may lead to ecosystem destruction and may affect population status of these fungi.
The objective of this study is to determine the diversity of glomalean fungi and their inoculum potential in five land-use types, i.e.: forest, agroforest, "sengon" (Paraserianthes) plantation, cassava plantation and "alang-alang" (lmperata) at Kecamatan Tebo Ulu, Kecamatan Rantau Pandan, Kecamatan Muara Bungo, and Kecamatan Tebo Tengah, Bungo Tebo District, Jambi Province.
Fifteen soil samples were collected from the five land-use types at a depth of 0 - 5 cm (K1) and 5 - 15 cm (K2). The glomalean fungi spores were extracted and isolated using wet sieving-decanting technique (Gerdemann, 1971) followed by sucrose centrifugation technique (Setiadi et al., 1992)_ isolated spores were identified by using the Manual for identification of VA mycorrhizal fungi (Schenck & Perez, 1990), and diversity glomalean fungi in each land-use type was analyzed using Shannon-Wiener Index, while their inoculum potential was assessed using most probable number (MPN) following procedure of Felmann & ldczak (1994). Degree of inoculum potential of the five land-use types was analyzed using varian one-way classification (Sakai & Rohlf, 1992).
The results show that glomalean fungi population at the five land-use types varied. Among the six genera in the world, four genera of glomalean fungi i.e. (Glomus, Sclerocystls, Acaulospora, and Gigaspora) were found at all land-use types. Glomus spp. were dominant at the five land-use types. Genus of Gigaspora was only found at cassava plantation. Compared with the other land use types, number of species and spores found in cassava (9 species of glomalean fungi with 323 spores/100 g of sample) and in "alang-alang° (11 species with 318 spores/100 g of sample) were the highest at the value of diversity index (1,44) and (1,23) respectively. Spores of glomalean fungi increase gradually from undisturbed forest to degraded "alang-alang".
Results also indicate that the inoculum potential of the five land-use types are different. Compared to the other land-use types, inoculum potential of "sengon" (39,5 active propagule/cm3 soil) and cassava plantation (37,75 active propagulelcm3 soil) were the highest. The results also show that the value of inoculum potential is not always positively correlated with the abundance of spores.
Further research to determine the relationship between glomalean fungi diversity with their inoculum potential and the soil productivity is recommended. This approach can be used as an alternative strategy to improve sustainable agriculture development using microbial processes. "
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu K
"ABSTRAK
Penggunaan fungisida bertujuan untuk melindungi benih dari serangan cendawan patogen penyebab penyakit sehingga benih dapat disimpan lama serta memberantas cendawan penyebab penyakit pada tanaman.
Dua macam penelitian dilakukan di Laboratorium dan rumah kaca PAU IPB di Dermaga Bogor untuk mengetahui pengaruh fungisida folirfos pada beberapa konsentrasi (0,04%, 0.12% dan 0,20%) serta fungisida ridomil pada konsentrasi 1,16%, 1,54% dan 2,31%.
Penelitian pertama dilakukan untuk mengetahui pengaruh fungisida terhadap perkecambahan benih jagung SD II dan perkecambahan spora cendawan mikoriza arbuskula. Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan fungisida folirfos pada konsentrasi rendah, sedang dan tinggi tidak menghambat perkecambahan benih jagung dan perkecambahan spora Gigaspora rosea serta perkecambahan Glomus manihotis. Penggunaan ridomil menghambat perkecambahan benih jagung, tetapi tidak menghambat perkecambahan spora Gigaspora rosea dan Glomus manihotis.
Penelitian kedua untuk mengetahui pengaruh fungisida terhadap infeksi spora CMA pada akar tanaman jagung dan jumlah spora CMA pada tanah basah dan kering bekas pertanaman jagung dengan metode rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 ulangan. Pengaruh fungisida dan mikoriza terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman jagung menggunakan rancangan acak lengkap (faktorial) dengan 3 ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan fungisida tidak berpengaruh terhadap infeksi CMA pada akar tanaman jagung dan jumlah spora CMA pada tanah basah dan tanah kering. Kombinasi perlakuan fungisida dan spora CMA juga tidak berpengaruh terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman jagung.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan fungisida folirfos dapat diberikan pada benih jagung dan pada spora Gigaspora rosea dan Glomus manihotis, sedangkan fungisida ridomil tidak dapat diberikan pada benih jagung, namun dapat diberikan pada spora Gigaspora rosea dan Glomus manihotis.
Untuk keberadaan CMA pada tanaman jagung penggunaan fungisida tidak mempengaruhinya. Sedarigkan jumlah dan tinggi tanaman jagung tidak dipengaruhi oleh penggunaan fungisida dan mikoriza.

ABSTRACT
One of the purposes of using fungicides is to protect seeds against the attack of pathogenic fungi that cause diseases, so that seeds can be stored longer and fungi that cause disease can be eliminated.
Two experiments were performed in a green house of PAU IPB Bogor, Dermaga, to find out the influences of folirfos fungicide with low concentration (0.04%), medium concentration (0,12%) and high concentration (0,20%), and ridomil fungicide with low concentration (1,16%), medium concentration (1,54%) and high concentration (2,31%) to SD II variety of sweet corn seed germination, to the spore germination of vecsicular - arbuscular (VA) mycorrhizal fungi, Gigaspora rosea and Glomus manihofis, VA mycorrhizai fungi infection on roots, the number of VA mycorrhizal fungi spores on wet soil and dry soil, the number of leaves and the height of corn trees.
The first experiment was performed to find out the influences of folirfos fungicide and ridomil to corn seeds germination and germination of VA mycorrhizal fungi spores.
The results showed that the use of folirfos fungicide with low, medium and high concentrations did not inhibit the the germination of corn seeds, whereas ridomil fungicide with low, medium and high concentrations inhibited the germination of corn seeds. For the germination of Gigaspora rosea, folirfos fungicide with low, medium and high concentrastiens did not inhibit the germination of Gigaspora rosea, whereas ridomil fungicide with medium and high concentrations did not inhibit the germination of Gigaspora rosea either. Ridomil fungicide with low concentration (F4) was still able to increase the germination of Gigaspora rosea amounting to 64,16%, whereas for the germination of Glomus manihofis, the use folirfos and ridomil fungicide could increase the germination of Glomus manihofis spores. Ridomil fungicide with medium concentration (F5) was still able to increase the germination of Glomus manihotis spores amounting to 22,5%.
The second experiment was performed to find out the influences of folirfos fungicide to the VA mycorrhizal fungi on roots of corn trees, and the amount of VA spores on wet soil and dry soil which were previously planted with corn trees, as well as the influences of both fungicides and a mycorrhizal inoculum to the number of leaves and the height of corn trees.
The results showed that folirfos fungicide and ridomil did not influence the infection of VA mycorrhizal fungi on the roots of corn trees and the amount of VA spores on wet soil and dry soil. The combination of treatment of fungicide and VA spores did not significantly influence (p>0,05) the number of leaves and the height of corn trees, 1 can be concluded, from the fisrt experiment, that the use of folirfos fungicide with any level of concentration can be given to the seeds of corn because it did not inhibit germination, whereas ridomil fungicide with low, medium and high concentrations can not be given to the seeds of corn because it inhibit germination. As for the germination of VA mycorrhizal fungi, ridomil fungicide with low concentration (F4) can be given to Gigaspora rosea, because the spores were still able to germinate up to 64,14%.
From the second experiment I can conclude that folirfos fungicide as well as ridomil fungicide with any level of concentration can be used for corn trees containing mycorrhizal fungi, because both fungicide did not influence the existence of VA mycorrhizal fungi on the trees, the number of leaves as well the height of the corn trees.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djarwanto
"Di alam banyak ditemukan jamur pelapuk kayu yang dapat dimakan. Salah satunya adalah genus Pleuratus (jamur tiram), yang merupakan salah satu perombak utama bahan lignoselulosa di hutan tropis (Kurtzman & Zadrazil, 1982). Jamur tersebut telah diterima masyarakat sebagai sumber bahan makanan tambahan (Suprapti, 1987). Jamur tiram memiliki nilai gizi cukup baik (Crisan & Sand, 1978; Bano & Rajarathnam, 1982, dan Djarwanto & Suprapti, 1992), Selain itu, jamur P. ostrecrrrrs dapat menghambat pertumbuhan tumor pada tikus sebesar 75,3% (Chang, 1993).
Kayu akasia (Acacia mangium Willd.), damar (Agathis borneensis Warp.), dan karet (Hevecr brasiliensis Muell. Arg.) merupakan tiga dari beberapa jenis kayu yang dikembangkan sebagai pohon hutan tanaman industri. Di Indonesia, limbah lignoselulosa yang merupakan produk sampingan industri kehutanan terdapat melimpah. Tanpa perlakuan terhadap limbah tersebut maka proses pelapukan secara alami akan memakan waktu yang relatif lama, sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan. Mempertimbangkan bahwa sumber daya kayu dan jamur pelapuk banyak terdapat di Indonesia, maka terbuka peluang untuk memanfaatkannya secara bersamaan sehingga akan diperoleh nilai tambah yang lebih baik dibandingkan apabila dimanfaatkan secara terpisah atau dibiarkan begitu saja. Dengan memanfaatkan kekayaan tersebut secara bijaksana, diharapkan akan mempunyai andil dalam pelestarian sumberdaya alam dan kemungkinan terbukanya lapangan kerja Baru.
Ketahanan kayu yaitu daya tahan suatu jenis kayu terhadap beberapa faktor seperti jamur, serangga, dan binatang laut. Di daerah tropis, nilai suatu jenis kayu untuk keperluan konstruksi sangat ditentukan oleh keawetannya, karena kayu yang berkelas kuat satu, tidak akan ada artinya jika kelas awetnya rendah, sehingga kelas pakainya juga rendah.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produktivitas sembilan isolat jamur Pleurolus dalam mengkonversi limbah lignoselulosa menjadi biomasa yang dapat dimakan, dan kemampuan jamur tersebut melapukkan balok tiga jenis kayu hutan tanaman. Jenis jamur yang diteliti yaitu Pleurolus flabellalrrs Berk. & Br., P. oslrealus Jacq. ex Fr., dan P. sajor-caju (Fr) Sing., masing-masing terdiri dari tiga isolat yang diperoleh dari lapangan di Jawa Barat dan koleksi Puslitbang Hasil Hutan, Bogor. Untuk mengetahui pertumbuhan miselium jamur pada media agar dipergunakan Malt Extract Agar (MEA), dan Potato Dextrose Agar (PDA) dalam cawan petri.
Media produksi dibuat dari serbuk gergaji kayu akasia, damar, dan karet, masing-masing sebanyak 77,5%, ditambah dengan dedak 20%, gips 1,0%, CaCO3 1,0%, urea 0,5%, dan air suling secukupnya. Masing-masing komposisi dicampur hingga homogen dan dimasukkan ke dalam kantong plastik PVC sebanyak 450 gram, kemudian disterilkan dan diinokulasi dengan isolat jamur tersebut. Efisiensi konversi biologi (EKB) dinyatakan dalam persentase bobot tubuh buah jamur segar terhadap bobot bahan media kering, sesuai dengan penelitian Silverio el al. (1981), Royse (1985), Diable & Royse (1986), dan Madan el al. (1987).
Kemampuan jamur dalam melapukkan balok kayu diuji dengan metode Kolleflask sesuai standar DIN 52176. Sebagai pembanding digunakan Schizophyllum commune Fr. Data bobot tubuh buah, jumlah pilaus, frekuensi panen, nilai EKB dan pengurangan berat balok kayu dianalisis dengan menggunakan rancangan faktorial 3x3x3 (jenis kayu, jenis jamur dan isolat) dengan lima ulangan.
Hasilnya menunjukkan bahwa miselium jamur Pleurolus dapat tumbuh baik pada media MEA maupun PDA. Laju pertumbuhan miselium pada media agar berkisar antara 5,5-8,8 mm/hari. Laju pertumbuhan yang tinggi ditemukan pada P. ostreatus isolat II, sedangkan yang rendah pada P. flabellatus isolat II. Isolat jamur yang cepat tumbuh untuk masing-masing jenis yaitu P. flabellatus isolat III, P. ostreatus isolat I dan II, dan P. sajor-caju isolat I dan III.
Sampai umur tiga minggu setelah inokulasi, pertumbuhan miselium pada permukaan media serbuk gergaji kayu akasia paling cepat. Laju pertumbuhan miselium berturut-turut adalah P. ostreatus, diikuti P. sajor-caju, dan yang paling lambat adalah P. flabellatus. Laju pertumbuhan yang cepat adalah P. ostreatus isolat I & II, dan P. sajor-caju isolat I & III. Permulaan panen jamur tercepat adalah P. flabellatus isolat III, diikuti oleh P. flabellatus isolat II & I, dan yang paling lambat adalah P. sajor-caju isolat II. Frekuensi panen dan jumlah pileus P. flabellatus adalah paling tinggi. Frekuensi panen yang tinggi umumnya pada isolat II, sedangkan jumlah pileus isolat I umumnya paling banyak.
Kemampuan jamur Neuron's dalam mengkonversi media yang paling tinggi adalah pada kayu karet, dan yang paling rendah pada kayu damar. Produktivitas dan biokonversi yang tinggi dihasilkan oleh P. ostretus isolat I dan II, P. flabellatus isolat I, sedangkan P. sajor-caju hampir sama untuk masing-masing isolat. P. flabellatus isolat I dan II merupakan strain yang berbeda dengan isolat III, P. ostreatus isolat I adalah satu strain dengan isolat III yang berbeda dengan isolat II, sedangkan P. sajor-caju isolat I dan III memiliki strain yang berbeda dengan isolat II. Pemanfaatan limbah serbuk gergaji tersebut merupakan salah satu upaya mengefisiensikan pemanfaatan sumber daya kayu yang berimplikasi pada konservasi sumber daya alam, karena biokonversi membantu mempertahankan lingkungan dari timbunan sisa bahan organik yang berlebihan, dan memberikan nilai tambah berupa biomassa jamur yang dapat dimakan.
Kemampuan P. sajor-caju melapukkan kayu rendah, sedangkan kemampuan P. ostrealus lebih tinggi. Pada umumnya ketiga jenis jamur Pleurotus isolat II dan lII lebih merusak kayu daripada isolat I. Derajat pelapukan kayu akasia oleh jamur Pleurolus tidak berbeda dengan damar, sedangkan pada kayu karet lebih tinggi. Pengurangan berat kayu yang tinggi ditemukan pada kayu karet yang diinokulasi dengan P. ostreatus isolat II dan P. flabelatus isolat III. Kemampuan jamur Pleura's dalam melapukkan contoh uji balok kayu umumnya lebih rendah dibandingkan dengan S. commune."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Purwani
"Jamur merupakan sejenis tumbuhan yang berbentuk mikro tetapi sangat membahayakan kehidupan manusia apabila tidak segera dicegah dan ditangani perkembangbiakannya. Koleksi perpustakaan yang notabene terbuat dari bahan kertas yang mengandung zat sellulosa sangat mudah diserang jamur apabila terkontaminasi dengan zat-zat lain dan sangat cepat pertumbuhannya apabila di area wilayah yang lembab dan sejuk. Bagaimana dampak dan pengaruhnya terhadap koleksi, juga kesehatan para pustakawan dan pemustaka yang berada dilingkungan koleksi perpustakaan yang banyak mengandung jamur sangat beragam permasalahan yang ada didalamnya. Selain jamur ada debu buku yang terdapat dalam koleksi bahan perpustakaan juga patut menjadi perhatian bagi kita semua bahwasannya dari hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh seorang doctor dari Amerika terhadap pustakawan di perpustakaan umum, ditemukan berbagai macam penyakit timbul pada tubuh manusia berkaitan dengan masalah penyakit pernafasan dan kulit sebagai akibat dari menghirup udara yang terkontaminasi dengan debu yang ada diruang perpustakaan, demikian juga dengan bahan pembasmi serannga dan jamur, memiliki resiko yang besar pada kesehatan bagi fumigator maupun orang yang menanganinya. Ada cara menghilangkannya, penanganan dan perencanaan pencegahan yang praktis untuk menghilangkan jamur dan debu tersebut dengan methode dan cara tertentu yang mana sebaiknya penggunaan metode kimia fumigasi memerlukan seseorang yang ahli. Untuk itu pengawasan secara terus menerus perlu dilakukan untuk menjamin keamanan yang dapat merusak atau menghilangkan nilai informasi bahan pustaka juga menghindari penyakit yang mengganggu kesehatan pustakawan dan pemustaka pada umumnya."
Jakarta: Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi, 2014
020 VIS 16:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ihda Alhusnayain
"Enzim dari jamur merupakan enzim yang sangat potensial untuk mengatasi kendala teknis industri yang berhubungan dengan proses produksi. Salah satu sumber enzim adalah mikroorganisme termofilik yang banyak terdapat pada sumber air panas, salah satunya sumber air panas di Kabupaten Lombok, Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi, memurnikan, dan mengkarakterisasi lakase dari isolat jamur yang didapatkan dari penelitian sebelumnya. Jamur yang diperoleh, diremajakan kembali dalam medium potato dextrose agar (PDA). Isolate jamur kemudian dioptimasi pada 4 medium yang berbeda, selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm pada suhu 4°C untuk memperoleh pellet. Pellet dimurnikan seacara parsial dengan ammonium sulfat dan dialisis menggunakan membran dialisis dengan ukuran MW cut-off 8000-14000 Da. Aktivitas enzim diukur menggunakan alat spektrofotometri UV-Vis dengan 2.2'-azino-bis (3-etilbenzthiazolin-6-asam sulfonat) (ABTS) sebagai substrat pada panjang gelombang 420 nm. Pellet dengan aktivitas tertinggi selanjutnya di evaluasi karakternya yang meliputi pH, suhu, dan kinetika reaksi. Berdasarkan hasil yang diperoleh, peremajaan jamur yang optimal tumbuh pada suhu 35ºC, selanjutnya aktivitas tertinggi dengan nilai 8,8148 U/mL berasal dari medium 2 dengan pH optimum 5,0, suhu inkubasi optimal 30ºC, dan laju reaksi maksimum enzim (Vmaks) Lakase adalah 7,5851 μmol/mLmenit serta nilai konstanta Michaelis-Mentennya (Km) adalah 0,3816 μmol/mL. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa jamur yang tumbuh pada penelitian ini bukan jamur termofilik.

Enzymes from fungi are enzymes that are highly potential to overcome industrial technical barriers related to the production process. One of the sources of enzymes is thermophilic microorganisms that are many found in hot water sources, one of which is hot water in Lombok,Indonesia. The study aims to produce, purify, and characterize lacase from fungal isolates obtained from previous studies. The resulting mushrooms are re-maintained in a medium of potato dextrose. (PDA). The fungus isolate was then optimized on 4 different media, then centrifugated at a speed of 3000 rpm at a temperature of 4°C to obtain pellets. The pellet is partially purified with ammonium sulfate and dialysed using a dialytic membrane with a MWcut-off size of 8000-14000 Da. Enzyme activity was measured using UV-Vis spectroscopic instrument with 2.2'- azino-bis (3-ethylbenzthiazolin-6-acid sulfonate) (ABTS) as a substrate ata wavelength of 420 nm. Pellets with the next highest activity in their character evaluation that includes pH, temperature, and reaction kinetics. Based on the results obtained, optimal fungalrejuvenation grows at a temperature of 35ºC, then the highest activity
with a value of 8.8148 U/mL comes from the medium 2 with an optimal pH of 5.0, the optimal incubation temperature of 30ºC, and the maximum enzyme reaction rate (Vmax) of Lakase is 7.5851 μmol/mlminute and the Michaelis-Menten constant value (Km) is 0.3816 μmol/mL. Therefore, it can be concluded that the mushrooms that grew in this study were not thermophilic fungi.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini bertujuan untuk meninjau hasil studi terhadap jenis-jenis cendawan yang dapat diisolasi dari sampel organ tubuh dan produk unggas, pakan, komponen pakan dan sampel lain yang diperiksa di Laboratorium Mikologi balai Penelitian Veteriner Bogor selama periode 1992 – 1996. Studi dilakukan dengan cara memilah-milah dan mengelompokkan jenis sampel yang diperiksa, kemudia dievaluasi. Sampel itu sendiri sebelumnya telah mengalami pemeriksaan secara mikologik. Hasil studi menunjukkan bahwa banyaknya sampel dari tahun ke tahun selama periode pengamatan berfluktuasi. Dari sebanyak 114 sampel yang diperiksa, terdapat 35,97% organ tubuh dan produk unggas, serta 64,03% pakan, komponen pakan dan sampel lain. Sampel-sampel tersebut didiagnosis 70,18% positif mikosis atau tercemar kapang dan 29,82% negatif, sedangkan dalam pembiakan dapat diisolasi cendawan, yakti 93,16% kapang dan 6,84% khamir. Karena cendawan lebih banyak ditemukan pada pakan dan komponennya dibandingkan dengan pada organ tubuh unggas, dapat disimpulkan bahwa perhatian terhadap masalah kontaminasi kapang dan produk toksiknya pada pakan lebih tinggi dibandingkan dengan pada masalah penyakit (mikosis).
"
MPARIN 12 (1-2) 1999
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Antara Keumala Muda
"Latar Belakang: Meningitis Cryptococcus merupakan infeksi oportunistik penting pada penderita AIDS dan menduduki urutan ke tiga infeksi otak. Angka kejadian meningitis Cryptococcus secara umum sebesar 957 900 kasus per tahun. Angka kejadian di Indonesia sekitar 5-30%, dan di Jakarta sebesar 21,9%. Angka kejadian tersebut tampaknya belum mencerminkan kondisi sebenarnya, mungkin karena gejala klinis yang tidak khas dan diagnosis pasti memerlukan cairan otak yang sulit didapat. Diperlukan metode lain untuk membantu keputusan klinis saat pungsi lumbal belum dapat dilakukan sehingga prevalensi kriptokokosis yang sesungguhnya diketahui.
Tujuan: Mengetahui prevalensi kriptokokosis pada pasien terinfeksi HIV pra ARV di UPT HIV RSCM.
Metode penelitian: Studi potong lintang dilakukan sejak Mei - Juli 2013. Subjek penelitian adalah pasien terinfeksi HIV pra ARV. Antigen serum Cryptococcus diperiksa dengan metode lateral flow immunoassay (LFA).
Hasil: Dari 78 subjek penelitian, sebanyak 59% adalah laki-laki, berusia 18-68 tahun. Kadar CD4 berkisar antara 2-754 sel/mm3, dan 68% dengan CD4 <200 sel/mm3. Sebanyak lima (6,4%) subjek positif antigen serum Cryptococcus, dua diantaranya dilakukan pungsi lumbal dengan hasil tidak dijumpai Cryptococcus. Kedua subjek ini mendapat terapi flukonazol oral dan hidup sampai saat ini. Tiga subjek lain menolak tatalaksana dan meninggal empat minggu kemudian.
Simpulan: Prevalensi kriptokokosis pada pasien terinfeksi HIV pra ARV di UPT HIV-RSCM sebesar 6,4%.

Background: Cryptococcal meningitis is prominent opportunistic infections occur in PWHIV and seats as the third most frequent brain infection. In general, Meningitis Cryptococcal reach 957 900 cases per year. It is estimated that the prevalence rate is 21.9% and 5 - 30% for Jakarta and Indonesia, respectively. It does not reflect the real number, which might be due to unspecific clinical symptoms. In making diagnosis, it requires cerebrospinal fluid that is challenging to obtain. Other method is needed to feeding clinical decision, when lumbal puncture cannot be performed. Thus, real Cryptococcal prevalence is known.
Aim: To ascertain Cryptococcal prevalence among pre-ART PWHIV at Integrated HIV Clinic, Cipto Mangunkusumo Hospital.
Method: This study using cross-sectional design conducted from May – July 2013 at the HIV clinic. Participants of the study were patients who have not started ART. Cryptococcal serum antigen was tested using LFA.
Results: Of 78 participants, 59% male, age 18 - 68 year old. CD4 countvaried from 2 - 754 cell/mm3, where 68% had CD4 count <200 cell/mm3. Five participants (6.4%) were positive to Cryptococcal serum antigen, whereas two run lumbal puncture which showing negative result for Cryptoccus. They received oral fluconazole treatment and have survived until present. The rest refused thetreatment and passed away four weeks later.
Conclusion: Cryptococcosis prevalence among pre-ART PWHIV at Integrated HIV clinic, Cipto Mangunkusumo Hospital is 6.4%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ruswanto Hadi Sucipto
"Keberadaan Candida pada vagina ibu hamil dapat menjadi sumber infeksi bagi bayi yang dilahirkannya saat melalui jalan lahir atau selama masa perawatan bayi. Penelitian ini bertujuan mengetahui profil Candida spp pada vagina ibu hamil yang mengalami persalinan preterm dan neonatus yang dilahirkannya. Penelitian berdesain potong lintang ini menggunakan teknik consecutive sampling pada ibu hamil trimester III dengan persalinan preterm yang datang ke RSCM serta neonatus yang dilahirkannya. Terdapat 38 ibu hamil dengan persalinan preterm yang mengikuti penelitian sehingga diperoleh 38 bahan klinik cairan vagina ibu, serta 22 usap mulut dan 10 usap perianal neonatus. Pada bahan klinik tersebut dilakukan pemeriksaan mikologi untuk mengetahui frekuensi dan spektrum spesies Candida.
Hasil penelitian menunjukkan frekuensi keberadaan Candida spp pada vagina ibu hamil yang mengalami persalinan preterm sebesar 47,4 %. Profil Candida spp dari cairan vagina ibu terdiri atas: Candida albicans 12 isolat (66,7%), Candida tropicalis 3 isolat (16,7%), Candida glabrata 2 isolat (11,1%) dan Candida parapsilopsis 1 isolat (5,5%). Frekuensi keberadaan Candida pada usap mulut neonatus sebesar 13,6% sedangkan pada usap perianal ditemukan Candida pada 2 dari 10 neonatus. Profil Candida spp pada neonatus terdiri atas: Candida albicans dan Candida parapsilopsis. Hubungan antara keberadaan Candida spp pada vagina ibu hamil yang mengalami persalinan preterm dengan Candida spp pada neonatus belum dapat diketahui karena keterbatasan penelitian.

The presence of Candida in vagina of pregnant women can be a source of infection in their neonates when pass birth canal or during baby care. The aim of this study is to determine the profile of Candida spp in vagina of pregnant women with preterm labor and their neonates. This cross-sectional study was conducted with consecutive sampling techniques on third-trimester pregnant women with preterm labor who come to Cipto Mangunkusumo hospital and their neonates. There were 38 pregnant women with preterm labor, and obtained 38 vaginal swab of the mothers, 22 oral swab and 10 perianal swab of their neonates. Mycological examination was conducted to determine the frequency and spectrum of Candida species.
The results showed frequency of Candida spp in the vagina of pregnant women with preterm labor was 47.4%. The spectrum of Candida spp from 38 vaginal swab of the mothers consists of Candida albicans 12 isolates (66.7%), Candida tropicalis 3 isolates (16.7%), Candida glabrata 2 isolates (11.1%), and Candida parapsilopsis 1 isolate (5.5%). The frequency of Candida spp of 22 oral swab was 13.6% and 2 of 10 of perianal swab. The spectrum of Candida spp in neonates consists of Candida albicans and Candida parapsilopsis. The relationship between the presence of Candida spp in vagina of the mothers and their neonates could not be known yet due to the limitation of this study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roni Wongso
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi 15 strain kapang dari lima manuskrip kuno berbahan kertas daluang asal perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) dan melakukan deskripsi morfologi kapang-kapang tersebut. Identifikasi dilakukan berdasarkan analisis sekuens daerah Internal Transcribed Spacers (ITS) rDNA dan pengamatan morfologi kapang dilakukan pada Czapek’s Dox Agar (CDA). Primer forward ITS1 dan primer reverse ITS4 digunakan untuk amplifikasi daerah ITS rDNA.
Hasil elektroforesis produk PCR menunjukkan panjang daerah ITS dari 15 strain kapang tersebut bervariasi antara 500 pb--900 pb. Sebelas strain kapang memiliki homologi ITS rDNA dengan spesies terdekat Aspergillus clavatus Desm. (1 strain), Aspergillus flavus group (1 strain), Aspergillus niger van Tieghem (1 strain), Penicillium citrinum Thom (6 strain), Penicillium janthinellum Biourge (1 strain), dan Penicillium oxalicum Currie & Thom (1 strain) dan termasuk anggota ordo Eurotiales, kelas Plectomycetes, dari filum Ascomycota. Satu strain memiliki homologi ITS rDNA dengan spesies terdekat Pseudocercospora sp. (1 strain) dan termasuk anggota ordo Capnodiales, kelas Dotthideomycetes, dari filum Ascomycota. Tiga strain kapang (Penicillium sp. FIB.PRI.6.1, Fraseriella sp. FIB.PRI.6.2, dan mycelia sterilia FIB.PRII.3) belum berhasil diidentifikasi hingga tingkat spesies.

The aims of this research were to identify 15 mould strains from five old manuscripts of daluang paper from the library of Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) and to describe their morphology. Identification was carried out based on analysis of Internal Transcribed Spacers (ITS) region of rDNA sequence. Observation of the mould’s morphology was carried out on Czapek’s Dox Agar (CDA). Forward primer ITS1 and reverse primer ITS4 were used to amplify the ITS region of rDNA. Gel electrophoresis results showed that the lengths of ITS region from 15 mould strains were on the range of 500 bp--900 bp.
Eleven strains showed ITS rDNA sequence similarities to Aspergillus clavatus Desm. (1 strain), Aspergillus flavus group (1 strain), Aspergillus niger van Tieghem (1 strain), Penicillium citrinum Thom (6 strains), Penicillium janthinellum Biourge (1 strain), Penicillium oxalicum Currie & Thom (1 strain). The strains belong to order Eurotiales, Class Plectomycetes, phylum Ascomycota. One strain showed ITS rDNA sequence similarity to Pseudocercospora sp. (1 strain). The strain belongs to order Capnodiales, class Dotthideomycetes, phylum Ascomycota. Three strains (Penicillium sp. FIB.PRI.6.1, Fraseriella sp. FIB.PRI.6.2, and mycelia sterilia FIB.PRII.3) were unable to be identified to species level.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46009
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>