Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152345 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novita Zumartini
"Alergen menyebabkan penyakit alergi,. Alergen yang terpenting ialah tungau Dermatophag oides pteronyssinus. Masalah dalam penelitian ini ialah adanya penemuan bahwa kadar igE total dan IgG- total yang kontroversial, pada penderita alergi atopik dan orang yang tidak menderita alergi. Tujuan penelitian ini ialah untuk meneliti kadar IgE total dan IgG total penderita asma bronkial dan/atau rinitis atopik yang rentan terhadap D. pteronyssinxis, dan belum mendapat pengobatan secara disensibilisasi. Penentuan kadiar IgE total dilakukan dengan teknik ELISA ("Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay"), dan IgG total dengan teknik RID ("Radial Immuno Diffusion"). Dari u^i Mann-Whitney pada "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizah
"ABSTRAK
Penyakit asma bronkial dan/atau rinitis atopik terutama disebabkan oleh Dermatoohagoides pteronyssinus. Antibodi yang berperan pada reaksi alergi ialah IgE dan IgG, yaitu I gG sebagai 'short-term anaphylactic antibody' dan 'precipitating antibody'. Sebaliknya IgG dapat mencegah timbulnya reaksi alergi karena I gG berperan sebagai 'blocking antibody'. Tujuan penelitian mi meneliti peranan aktivitas antibodi IgE dan IgG terhadap D. pteronyssinus, serta hubungan antara keduanya terhadap alergen yang sama pada penderita asma bronkial dan/atau rinitis atopik sebelum dilakukan imunoteraoi. penentuan aktivitas IgE dan aktivitas I gG dilakukan dengan teknik 'Enzym Linked Immuno Sorbent Assay' (ELISA). Selain itu dilakukan pula penghitungan jumlah eosinofil. Berdasarkan uji Mann-whitney diketahui bahwa, aktivitas I gE, aktivitas I gG, serta kadar eosinofil pada penderita asma bronkial dan/atau rinitis atopik berbeda dengan orang non-alergi, yaitu lebih tinggi pada penderita ( E =66,81%; X G1 = 62,02%; X ES1 = 518,87 sel/mm3 ) daripada orang nonalergi (R E2 = 3996%; X = 40,32%; X ES 2 = 122,15 sel/ mm3 ). Dengan uji korelasi jenjang Spearman di.peroleh kesimpulan, tidak ada korelasi antara aktivitas igE dengan aktivitas I gG dan juga dengan kadar eosinofil."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjandra Yoga Aditama
Jakarta: UI-Press, 2006
616.238 TJA a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Al-Jibouri, Yasin T.
Jakarta: Al-Huda, 2003
297.211 2 JIB at (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Sulaiman Al-Asyqar
Jakarta: Qisthi Press, 2007
297.312 ALA at
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengobatan penyakit kronik tidak hanya membutuhkan ketersediaan obat dan petugas kesehatan yaitu dokter, tetapi juga tiga faktor yakni kepatuhan (compliance), aderensi (adherency), dan konkordansi (concordance). Ketiga faktor tersebut sangat penting dalam upaya penanganan penyakit kronik, termasuk tuberkulosis (TB) paru, hipertensi, dan asma. Untuk mewujudkan sikap konkordansi, dibutuhkan komunikasi efektif antara dokter dan pasien. Komunikasi yang terjalin efektif akan meningkatkan pemahaman dan motivasi dalam diri pasien untuk mengikuti nasihat dari dokter. Adapun penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka penderita dan angka kegagalan berobat (drop out) pasien tuberkulosis paru, hipertensi, asma di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan komunikasi dokter dan karakteristik pasien dengan sikap konkordansi pasien. Penelitian dengan desain studi potong lintang ini dilakukan terhadap 174 pasien TB paru, hipertensi, dan asma sebagai responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan, pengeluaran, dan komunikasi merupakan variabel yang berhubungan dengan sikap konkordansi pada pasien TB paru, hipertensi, dan asma. Rekomedasi tindak lanjut dari penelitian ini adalah peningkatan fasilitas ruangan untuk meningkatkan kenyamanan komunikasi pasien dan dokter, penyelenggaraan program pengembangan kemampuan komunikasi dokter, dan survei berkala untuk menilai proses komunikasi dokter-pasien.

The therapy of chronic diseases is not only needed drugs supply and health staff, that is physician, but also three factors such as compliance, adherence, and concordance. The three of factors are crucial in the handling of chronic diseases like lung tuberculosis, hypertension, and asthma. To accomplish a concordance attitude is needed an effective communication between physician and patient. The effective communication may increase the understanding and motivation of patients to comply the physician?s advice. The research is based on the high prevalence rate and drop out rate of the patients of lung tuberculosis, hypertension, and asthma at Mataram City General Hospital. This research is proposed to show the association of the effectiveness of physician communication and characteristics of patients to the concordance attitude of patients. Cross sectional design was employed in this study with 174 patients of lung tuberculosis, hypertension, and asthma as respondents. The results of this study indicate that education, expenditures, and communication are variables related to concordance in TB, hypertension and asthma patients. It is recommended to maintain room facilities so that patient and doctor feel comfortable to communicate and to conduct a doctor communication skill development program as well as a regular survey of patient-doctor communication process."
Mataram: Rumah Sakit Umum Daerah Mataram Nusa Tenggara Barat, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian kegunaan makrolid pada asma eksaserbasi menunjukkan bahwa di samping memiliki efek antimikroba,makrolid juga memiliki aktivitas sebagai imunomodulator."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Al-Jibouri, Yasin T.
Jakarta: Al-Huda, 2003
297.211 YAS b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Paul Zakaria DaGomez
"ABSTRAK
Prevalensi rinitis alergi dan asma alergi (RA3) Cukup tingi. Dermatophogoldes pteronysstnus (DP) dan dog dander (DD) sering menimbulkan alergi. Alergi sering dihubungkan dengan peningkamn kadar IgE dan adanya IgE spesifik. Penderita alergi yang diimunoterapi hiposensitisasi dan secara klinis membaik, terjadi penurunan kadar IgE dan peningkatan kadar 1gG4. IgG4 dikenal sebagai blocking antibody yang menghambat reaksi alergi. Dugaan bahwa IgG4 juga berperan sebagai IgE menimbulkan alergi masih kontroversial.
Tujuan peneiitian ini untuk mengetahui pola reaksi IgG penderita RA3 terhadap DP clan DD dengan alergennya serta kemungkinan ada fraksi antigen(f-Ag) DP dan DD yang sama BMnya dan sama antigenisitasnya. Untuk ini ada tiga kelompok serum yaitu I, senim penderita RA3 dengnn skin prick test,(SPT)+ terhadnp DP dan DD serta mempunyai aktivitas IgE anti-DP (lgmbp) dan Ig; ami-DD (1gE¢DD); II, mm RA; dengan SPT- terhadap DP dan DD serta tanpa IgEotDP dan IgEa.DD; III, serum orang sehat tanpn riwayat alergi. "
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Joko Susanto
"Latar belakang: Tungau debu rumah TDR merupakan alergen hirup yang penting pada asma alergik. Namun, penelitian diagnostik molekuler menggunakan Imunoglobulin E IgE spesifik akibat sensitisasi alergen TDR dihubungkan dengan derajat keparahan asma alergik belum pernah dilakukan di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui perbedaan kadar IgE spesifik serum kuantitatif akibat sensitisasi alergen Dermatophagoides D. pteronyssinus, D. farinae dan Blomia B. tropicalis pada asma alergik intermiten dan persisten.
Metode: Desain penelitian potong lintang pada pasien asma alergik dewasa yang diundang untuk pemeriksaan IgE spesifik serum dan merupakan bagian dari penelitian payung di Divisi Alergi dan Imunologi Klinik, RS Cipto Mangunkusumo. Derajat keparahan asma ditentukan berdasarkan kriteria Global Initiative on Asthma GINA 2015 dan dikelompokkan menjadi intermiten dan persisten. Pemeriksaan IgE spesifik serum kuantitatif menggunakan metode multiple allergosorbent test Polycheck Allergy, Biocheck GmbH, Munster, Germany . Alergen TDR yang diperiksa adalah D. pteronyssinus, D. farinae, dan B. tropicalis. Perbedaan antara dua kelompok dianalisis dengan uji Mann-Whitney.
Hasil: Sebanyak 87 subyek dilibatkan dalam penelitian ini; 69 79,3 subyek adalah perempuan. Rerata usia pasien adalah 40,2 tahun. Enam puluh tiga 72,4 pasien menderita asma dan rinitis alergik. Sebanyak 58 66,7 pasien asma persisten. Gambaran sensitisasi alergen TDR adalah 62,1 D. farinae; 51,7 D. pteronyssinus dan 48,3 B.tropicalis. Median kadar IgE spesifik secara bermakna lebih tinggi pada asma persisten dibandingkan asma intermiten untuk alergen D. farinae 1,30 vs. 0,0 kU/L; p=0,024 dan B. tropicalis 0,57 vs. 0,0 kU/L; p=0,015 . Kadar IgE spesifik D. pteronyssinus lebih tinggi pada asma persisten dibandingkan intermiten 0,67 vs. 0,00 kU/L; p=0,066.
Kesimpulan:Gambaran sensitisasi alergen secara berurutan didapatkan D. farinae 62,1, D. pteronyssinus 51,7 dan B. tropicalis 48,3 . Kadar IgE spesifik akibat sensitisasi D. farinae dan B. tropicalis lebih tinggi secara bermakna pada pasien asma persisten dibandingkan asma intermiten. Kadar IgE spesifik akibat sensitisasi D. pteronyssinus lebih tinggi pada pasien asma persisten dibandingkan asma intermiten, tetapi secara statistik tidak bermakna.

Introduction House dust mites HDM are an important inhalant allergen in allergic asthma. However, molecular diagnostic study using specific IgE level induced by HDM allergens associated with asthma severity has not been done in Indonesia.
Objective To investigate the difference of serum quantitative specific IgE levels induced by Dermatophagoides D. pteronyssinus, D. farinae and Blomia B. tropicalis sensitization in intermittent and persistent allergic asthma.
Method This was a cross sectional study on adult allergic asthma patients who were invited for serum specific IgE testing. This study was a part of a larger research within the Division of Allergy and Immunology, Cipto Mangunkusumo Hospital. Asthma severity was defined based on Global Initiative on Asthma GINA 2015 criteria and were grouped as intermittent or persistent. Quantitative specific IgE testing was done on blood serum using a multiple allergosorbent test Polycheck Allergy, Biocheck GmbH, Munster, Germany . The HDM allergens tested were D. pteronyssinus, D. farinae, and Blomia tropicalis. Difference between two groups were analyze using Mann Whitney test.
Results A total of 87 subjects were enrolled in this study 69 79.3 were women. Mean patients rsquo age was 40, 2 years. Sixty three 72.4 patients had asthma and allergic rhinitis. Fifty eight 66.7 patients were classified as persistent asthma. The prevalence of sensitization was 62.1 D. farinae, 51.7 D. pteronyssinus, and 48.3 Blomia tropicalis. The median of specific IgE levels is significantly higher in persistent asthma compares to intermittent asthma induced by D. farinae median 1.30 vs. 0.0 kU L p 0.024 and B. tropicalis median 0.57 vs. 0.0 kU L p 0.015 sensitization. Level of Specific IgE D. pteronyssinus is also to be higher in persistent asthma than the level measured in intermittent asthma 0.67 vs. 0.00 kU L p 0.066.
Conclusion Sensitization of HDM allergens is shown to be highest for D. farinae 62.1 , followed by D. pteronyssinus 51, 7 and Blomia tropicalis 48, 3 . Specific IgE level induced by D. farinae and Blomia tropicalis sensitization are significantly higher in patients with persistent compares to intermittent asthma, whereas specific IgE level induced by D. pteronyssinus sensitization to be higher in persistent asthma although not statistically significant."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>