Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48397 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Setiawati
"Berjenis-jenis tanaman Solanum yang tumbuh di Indonesia diketahui kaya akan kandungan obatnya. Salah satu di antaranya adalah Solanum khasianum yang cukup potensial kandungan solasodinnya untuk dijadikan sebagai bahan dasar obat kontrasepsi. Penanaman eksplan petiolus S. khasianum pada medium LS (1964) yang diberi 2,4-D 1,0 mg/l dan BAP 2,5 mg/l akan terbentuk kalus. Kalus diketahui menghasilkan senyawa metabolit sekunder bila diekstraksi. Kandungan metabolit sekunder tersebut dapat ditingkatkan dengan menambah kolesterol ke dalam medium sub kultur kalus, yang berfungsi sebagai prekursol. Perlakuan yang dicobakan adalah menggunakan kolesterol sebanyak 50 mg/l dan 100 mg/l serta kontrol (tanpa kolesterol). Dari hasil analisis statistik diperoleh, bahwa pemberian masing-masing kolesterol memberikan pengaruh pada pertambahan berat basah kalus, sehubungan dengan pembentukan metabolit sekunder. Bentuk hubungan ini secara jelas terlihat pada kurva pertumbuhan kalus.Dalam hal ini diduga produksi metabolit sekunder terjadi pada saat pertumbuhan sel sedang menurun."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasanthy Kusumaningtyas
"ABSTRAK
Pengaruh kombinasi NAA 0, 0,5 dan 1 ppm serta kinetin 0, 1, 2, 3 dan 4 ppm pada medium Murashige & Skoog (MS) 1962 terhadap organogenesis daun terong KB Solanum khasianum Clarke diamati pada minggu ke-4, 6 dan 8 setelah penanaman. Kalus mulai terbentuk pada minggu ke-2. Pembentukan akar dan tunas terjadi secara langsung maupun tidak langsung melalui kalus. Akar mulai terbentuk pada minggu ke-2 dan ke-3: tunas mulai terbentuk pada minggu ke-3 dan ke-4 sedangkan planlet mulai terbentuk pada minggu ke-6 dan ke-8. Jumlah akar terbanyak, yaitu 5 dihasilkan dengan penambahan 1 ppm NAA dan 3 ppm kinetin; jumlah tunas terbanyak, yaitu 5 dan jumlah planlet terbanyak yaitu 2 dihasilkan dengan penambahan 4 ppm kinetin tanpa NAA; berat basah terbesar, yaitu 1962,4 mg dan berat kering terbesar, yaitu 193,5 mg dihasilkan dengan penambahan 0,5 ppm NAA dan 4 ppm kinetin. Uji Friedman pada α = 0,01 terhadap data jumlah akar, tunas, planlet serta berat basah dan berat kering pada minggu ke-8 menunjukkan adanya pengaruh kombinasi NAA dan kinetin. Uji perbandingan berganda pada α = 0,01 menunjukkan terdapat beda nyata dalam jumlah akar, tunas, berat basah dan berat kering pada beberapa pasangan perlakuan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tetty Setiowati
"Eksplan tunas apikal kecambah terong KB (Solanum khasianum Clarke) dikultur pada medium Murashige dan Skoog (MS) 1962 modifikasi dengan pemberian variasi konsentrasi IAA 0 ; 0,25; 0,5; 0,75; dan 1 ppm serta kinetin 0; 1; 2; 3; dan 4 ppm selama 8 minggu. Tunas-tunas aksilar mulait erbentuk pada hari ke-5 sedangkan planlet pada hari ke-10. Jumlah tunas pada minggu ke-8 paling banyak terdapat pada medium yang hanya diberi kinetin 4 ppm, yaitu 10 tunas; sedangkan jumlah planlet paling banyak terdapat pada medium yang diberi kinetin 3 ppm, yaitu 5 planlet. Berat basah dan berat kering tertinggi pada minggu ke-8 terdapat pada medium yang hanya diberi kinetin 4 ppm, yaitu masing-masing 3401,9 mg dan 188,4 mg. Uji nonparametrik Friedman pada minggu ke-8 dengan taraf nyata α = 0,01 menunjukkan adanya pengaruh interaksi IAA dan kinetin terhadap jumlah tunas, jumlah planlet, berat basah dan berat kering. Hasil uji perbandingan berganda dengan taraf nyata α = 0,01 menunjukkan adanya perbedaan nyata antara pasangan perlakuan pada data jumlah tunas, berat basah, dan berat kering; sedangkan pada data jumlah planlet tidak terdapat perbedaan nyata antara pasangan perlakuan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Hanani
"ABSTRAK
Solasodin adalah suatu senyawa alkaloid steroid yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk pembuatan beberapa hormone steroid yang banyak digunakan untuk kontrasepsi oral. Solanum acculeatissimum adalah salah satu tanaman jenis Solanum, telah diketahui mengandung solasodin, dan banyak tumbuh di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap kadar solasodin dalam kalus Solanum acculeatissimum yang tumbuh pada media Murashige-Skoog dengan penambahan kinetin, 2,4 diklorofenoksi-asamasetat, indolasamasetat dan bensilaminopurin.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar solasodin dalam media dengan penambahan campuran kinetin 1 ppm dengan 2,4 diklorofenoksi asamasetat 0,5 , 1,2 ppm adalah 1,45 % indolasamasetat 1 ppm dengan bensilaminopurin 0 , 1 , 10 ppm adalah 1,41 % dihitung terhadap berat kering. Jumlah ini tidak berbeda bermakna dengan kadar solasodin dalam biji tanaman asal jaringan, antara lain berberin, saponin ginseng, antrakinon, diosgenin (3). Kemungkinan lain, dengan metode kultur jaringan ini akan diperoleh senyawa baru yang sebelumnya tidak terdapat dalam tumbuhan induk atau metabolit sekunder yang diperoleh justru lebih kecil atau tidak ada sama sekali (3). Banyak faktor yang mempengaruhi produksi metabolit sekunder melalui kultur jaringan, antara lain cahaya, zat pengatur tumbuh, media suhu dan sebagainya (2).
Dalam penelitian ini hanya diteliti pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap produksi metabolit sekunder dalam kultur jaringan Solanum accu1eatissimum. Zat pengatur tumbuh baik macam ataupun jumlahnya juga berpengaruh pada kecepatan tumbuh kalus (3)."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Yoce Yosida
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh ekstrak terong KB (Solarium khasianum Clark.) terhadap persentase spermatozoa motil, spermatozoa abnormal, dan jumlah total spermatozoa mencit (Mus inusculus L.) jantan galur Swiss derived selama fase epididimis. Sebanyak 25 ekor mencit jantan umur 3--4 bulan dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan yaitu kontrol tanpa perlakuan (K 1 ) dan kelompok kontrol yang dicekok suspensi tween (K 2 ), kelompok perlakuan dengan dosis 0,5g/kg bb/hari (E 1 ), dosis 1 9/kg bb/hari (E 2 ), dan dosis 2 9/kg bb/hari (E 3 ). Perlakuan diberikan dengan cara dicekok, Yang diberikan selama 8 hari berturut-turut. Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis (a = 0,05) terhadap persentase spermatozoa motil menunjukkan adanya perbedaan antara kelompok. Perbedaan tersebut terjadi antara kelompok kontrol 1 (K 1 ) dengan kelompok perlakuan 1 (E 1 ), kelompok perlakuan 2 (E 2 ), dan kelompok perlakuan 3 (E 3 ), sedangkan K 1 dan K 2 tidak ada perbedaan. Demikian pula dengan kelompok perlakuan E 1 tidak ada perbedaan dengan kelompok perlakuan E 2 , dan E3. Hasil uji Kruskal-Wallis (a 0,05) terhadap persentase spermatozoa abnormal menunjukkan ada beda antar perlakuan. Perbedaari tersebut terjadi antara kelompok kontrol 1 (K 1 ) dengan kelompok kontrol 2 (K 2 ) dan kelompok eksperimen E 1 dengan E 2 , dan E3. Uji Kruskal-Wallis (a 0,05) terhadap persentase jumlah total spermatozoa menunjukkan tidak ada perbedaan antara kelompok kontrol (K 1 , K 2 ) dengan kelompok perlakuari (E 1 , E2 , dan E3). Dari hasil penelitjan mi disimpulkan bahwa pembenian ekstrak terong KB pada dosis 0,5; 1; 2 g/kg bb/hani mempengaruhi motilitas dan abnormaljtas spermatozoa mencit jantan galur swiss derived, tetapi tidak berpengaruh terhadap j umlah total spermatozoa mencit."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Maretha Putri
"Terjadi penurunan jumlah produksi Terung ungu (Solanum melongena L.) akibat berkurangnya lahan pertanian dan hanya tersisa lahan marginal dengan kondisi tanah yang kurang optimal. Di Indonesia terdapat banyak lahan marginal seperti tanah salin yang kurang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian sehingga perlu dilakukan penanaman tanaman pada lahan marginal dengan memilih varietas tumbuhan budidaya yang toleran terhadap kondisi lingkungan lahan marginal. Tanaman terung diduga dapat menyintesis senyawa prolin ketika dihadapkan dengan cekaman salinitas sebagai bentuk pertahanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons tanaman terung melalui pengamatan parameter kuantitatif, kualitatif, dan kadar senyawa prolin yang dihasilkan saat diberikan perlakuan berupa kadar salinitas (NaCl) pada konsentrasi 0% (kontrol), 0,3%, 0,6%, dan 0,9%. Penanaman terung dilakukan selama 40 hari dengan pemberian perlakuan salinitas (NaCl) setiap 2 hari selama 14 hari terakhir. Metode yang digunakan untuk analisis prolin adalah metode Bates, dkk. (1973). Hasil penelitian menunjukkan pemberian perlakuan salinitas pada konsentrasi yang sudah ditentukan terhadap tanaman terung berpengaruh nyata (Sig. < 0,05) terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, berat segar tanaman, dan klorofil tanaman. Prolin juga berhasil diproduksi oleh terung yang diberikan perlakuan cekaman dan terjadi peningkatan antar perlakuan kontrol, perlakuan NaCl 0,3% dan 0,9%. Namun, terdapat penurunan produksi kadar prolin pada perlakuan 0,6%. Tidak terdapat hubungan antara kadar prolin dengan parameter kuantitif, namun terdapat hubungan antara kadar prolin dengan parameter kualitatif seiring meningkatnya konsentrasi cekaman NaCl yang diberikan.

Eggplant (Solanum melongena L.) production has declined due to a decrease in available agricultural land and only marginal land remains with suboptimal soil conditions. In Indonesia, there is plenty of marginal land such as saline soil that underutilized for agriculture, so it is necessary to planting plants on marginal land by selecting cultivated plants that are tolerant of marginal land environmental conditions. Eggplant is thought to synthesize proline compounds when faced with salinity as a form of defense. This study aims to determine the quantitative and qualitative parameters also the level of the proline compounds produced by eggplants when treated in salinity (NaCl) at concentrations of 0,3%, 0,6%, and 0,9%. The planting carried out for 40 days with giving salinity treatment every 2 days on the last 14 days. The method used for proline analysis is the Bates, et al. method (1973). Results show the treatment of salinity at a predetermined concentration on eggplant has a significant effect (Sig. < 0.05) on plant height, number of leaves, root length, fresh weight, and chlorophyll content. Proline is also successfully produced by plants and there is an increase in control treatment, NaCl treatment 0,3%, and 0,9%. However, there was a decrease in proline production in the treatment of 0,6%. There was no relation between proline levels and quantitative parameters, but there is a relation between proline levels and qualitative parameters as the NaCl stress concentration increased."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Sartika
"Abstrak Solanum khasianum merupakan salah satu tanaman terung-terungan yang mengandung senyawa steroid solasodin dengan kadar yang cukup tinggi. Di Indonesia tanaman ini jarang dibudidayakan padahal senyawa solasodin yang terkandung didalamnya diketahui dapat menjadi bahan dasar untuk mensintesis senyawa steroid lain yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan Indonesia akan obat-obatan steroid. Dalam penelitian ini dilakukan isolasi solasodin dari buah Solanum khasianum. Glikoalkaloidnya dapat diisolasi dengan asam asetat 4%, kemudian diendapkan dengan NH4OH 25%. Hidrolisis glikoalkaloid dilakukan dengan asam klorida 1 N dalam pelarut metanol. Produk aglikon berupa kristal putih. Identifikasi titik leleh produk aglikon menghasilkan data yang 0 sesuai dengan titik leleh solasodin yaitu pada suhu 200-203 C. Identifikasi produk dengan spektrum massa menghasilkan puncak pada m/z 413 yang sesuai dengan berat molekul solasodin dan puncak-puncak yang dominan pada m/z 138 dan 114. Identifikasi produk dengan FTIR menunjukkan -1 adanya gugus O-H (3386,38 cm ), N-H (bertumpuk dengan pita serapan O- - 3 -1 -1 H), C=C (1658,48 cm1), C-H sp (2938,98 cm ), C-O (1064,51 cm ), -CH2 -1 -1 (1457 cm ) dan -CH3 (1380,78 cm ). Gugus-gugus tersebut sesuai dengan gugus-gugus yang terdapat pada senyawa solasodin Kata kunci : Solanum khasianum, steroid, glikoalkaloid, solasodin xi+56 halaman, table, gambar, lampiran Bibliografi 26 ( 1983-2005 )"
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novianti Indriastuti
"ABSTRAK
Daun pacar air {Impatiens balsamina Linn.) dikultur
pada medium Murashige-Skoog (1962) modifikasi dengan pemberian
interaksi 2,4-D dan kinetin. Kultur dipelihara
dalam ruang bersuhu +-25C dan diberi cahaya. Pengamatan
dilakukan terhadap waktu inisiasi, jenis, warna, berat basah
dan berat kering kalus. Kalus mulai terbentuk pada
minggu ke-2 setelah penanaman, berwarna krem dan bertekstur
remah kompak. Berat basah kalus rata-rata tertinggi
pada minggu ke-4 diperoleh dari kalus dalam medium PIO
(2 ppm 2,4-D + 0,5 ppm kinetin) yaitu 0,2288 gram, dan
berat kering kalus rata-rata tertinggi diperoleh dari
kalus dalam medium P9 (1 ppm 2,4-D + 0,5 ppm kinetin)
yaitu 0,0195 gram. Berat basah dan berat kering kalus
rata-rata tertinggi pada minggu ke-8 diperoleh dari kalus
dalam medium PIO (0,2991 gram dan 0,0285 gram). Berat
basah kalus rata-rata tertinggi pada minggu ke-12 diperoleh dari kalus dalam medium P3 (3 ppm 2,4-D) yaitu 0,8481
gram, sedangkan berat kering kailus rata-rata tertinggi
diperoleh dari kalus dalam medium PIO (0,0603 gram).
Hasil ANAVA menunjukkan bahwa interaksi 2,4-D dan kinetin
berpengaruh terhadap pertambahan berat basah dan berat
kering kalus pada minggu ke-8 dan minggu ke-12.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathasya Christine Prabowo
"ABSTRAK
Penelitian mengenai pemanfaatan kompos Unit Pengolahan Sampah (UPS) Universitas Indonesia terhadap pertumbuhan terung ungu (Solanum melongena L. var. Lezata) dilasanakan pada bulan Oktober sampai dengan November. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui komposisi kompos dalam media tanam yang paling baik untuk mendukung pertumbuhan tanaman terung. Kompos dalam media tanam divariasikan sebagai berikut P1 (tanah: pasir: kompos 1:1:0), P2 (tanah: pasir: kompos 1:1:0.5), P3 (tanah: pasir: kompos 1:1:1), dan P4 (tanah: pasir: kompos 1:1:2), serta P5 (media tanam komersil) sebagai kontrol positif. Dua fase pertumbuhan yang akan diamati yaitu vegetatif dan generatif. Data diolah berdasarkan parameter kualitatif (warna daun, bentuk daun, besar daun, warna buah dan tes organoleptik) dan kuantitatif (tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering, panjang akar,jumlah buah, panjang dan berat buah). Data kualitatif menunjukkan adanya perbedaan warna daun dan warna buah tanaman terung ungu pada perlakuan media tanam. P5 dan P1 menunjukkan warna daun yang lebih terang dibandingkan dengan tiga perlakuan lainnya. Perlakuan P3 dan P4 menunjukkan warna kulit buah terung ungu yang gelap dan sesuai dengan literatur, sementara perlakuan lainnya menunjukkan warna buah ungu terang. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kompos UPS UI berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah, berat kering tanaman, dan jumlah bunga tanaman. Namun, kompos UPS UI tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar dan jumlah buah. Kombinasi terbaik untuk pertumbuhan vegetatif ditunjukkan oleh P3. Perlakuan P3 dan P4 menunjukkan hasil yang hampir serupa pada hasil pertumbuhan generatif.

ABSTRACT
Research on the use of UPS UI compost on the growth of purple eggplant (Solanum melongena L. var. Lezata) was conducted from October to November. The research was conducted with the aim to find out the proportion of compost in the growing media to support the growth of eggplant plants. Compost in the planting medium is varied as follows P1 (soil: sand: compost 1: 1: 0), P2 (soil: sand: compost 1: 1: 0.5), P3 (soil: sand: compost 1: 1: 1), and P4 (soil: sand: compost 1: 1: 2), and P5 (commercial growing media) as a positive control. Two growth phases will be observed, vegetative and generative. Data were processed based on qualitative parameters (leaf color, stem color, leaf shape, leaf size, fruit shape, fruit color and organoleptic tests) and quantitative (plant height, number of leaves, wet weight and dry weight, root length, and number of fruits, fruit length and weight). Qualitative data shows the differences in leaf color and fruit color of purple eggplant plants in the planting media treatment. P5 and P1 showed lighter leaf color compared to the other three treatments. Treatments P3 and P4 showed dark purple eggplant skin color and according to the literature, while other treatments showed light purple fruit color. Statistical analysis showed that UPS UI compost significantly affected the parameters of plant height, number of leaves, wet and dry weight. However, UPS UI compost has no significant effect on root length and number of fruits. The best combination for plant vegetative growth shown by P3. P3 and P4 shows an almost similar result in generative growth ."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Oktaviani
"Terung (Solanum melongena L.) termasuk komoditas hortikultura yang dikonsumsi masyarakat sebagai bahan pangan maupun untuk pengobatan karena kandungan nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan. Pupuk N, P, dan K dapat digunakan untuk mengoptimalkan budidaya tanaman terung sehingga pemanfaatan buah terung dapat ditingkatkan. Penelitian bertujuan untuk menentukan rasio konsentrasi pupuk NPK terbaik, di antara 15:15:15, 20:15:15, 15:20:15, dan 15:15:20 terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman terung (Solanum melongena L.). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan empat perlakuan dan enam ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan rasio N:P:K pupuk berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah bunga, dan jumlah bunga yang membentuk buah. Perlakuan dengan rasio N:P:K 15:20:15 memberikan hasil terbaik pada parameter umur berbunga, jumlah bunga, kadar klorofil, dan jumlah bunga yang membentuk buah.

Eggplant (Solanum melongena L.) is a horticultural commodity that are consumed by the community as food and for treatment because of its nutritional content that is beneficial to health. N, P, and K fertilizer can be used to optimize plant cultivation so that the utilization of eggplant can be increased. The aim of the study was to determine the best ratio of NPK fertilizer, among 15:15:15, 20:15:15, 15:20:15, and 15:15:20 on the growth and production of eggplant (Solanum melongena L.). The experimental design used was a randomized block design with four treatments and six replications. The results showed that the difference in the ratio of N:P:K fertilizer had a significant effect on plant height, number of flowers, and number of fruit set from flower. The best NPK ratio is 15:20:15 for flowering age, number of flowers, chlorophyll content, and number of fruit set from flower."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>