Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161670 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Djasmoro Ariguno
"Ditinjau dari sudut imunologi, sperma merupakan autoantigen bagi tubuh pria, yang dapat menyebabkan terjadinya respon imun, sehingga terbentuk antibodi antisperma. Antibodi antisperma ini dapat mengaglutinasi dan mengimobilisasi spermatozoa, sehingga spermatozoa-spermatozoa tidak dapat lagi membuahi telur dari istri, dan akibatnya pasangan itu menjadi infertil. Ternyata keadaan yang merugikan ini tidak lazim terjadi pada setiap pria; hal ini disebabkan karena di dalam plasma semen terdapat zat imunosupresif. Zat yang bersifat imunosupresif itu diantanya adalah orosomukoid.
Dalam penelitian ini telah dilakukan pengukuran kadar orosomukoid di dalam plasma semen pria fertil dan pria infertil dengan teknik imunodifusi radial. Tujuannya adalah untuk membuktikan apakah kadar zat orosomukoid yang dapat bersifat imunosupresif itu di dalam plasma semen pria fertil lebih tinggi daripada pria infertil. Selain itu dalam penelitian ini juga telah dievaluasi kadar orosomukoid plasma semen pada pria infertil yang spermatozoanya berkecepatan 1,2 detik/1/20 mm.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa kadar orosomukoid plasma semen 20 pria fertil rata-rata 2,3899 mg/dl. Sedangkan kadar orosomukoid plasma semen 50 pria infertil rata-rata 1,8720 mg/dl. Setelah dilakukan analisis data dengan uji t keduanya berbeda nyata pada tingkat kepercayaan = 0,05. Jadi jelaslah bahwa kadar zat yang dapat bersifat imunosupresif di dalam plasma semen pria fertil lebih tinggi daripada pria infertil. Hasil ini menunjukkan bahwa tingginya orosomukoid plasma semen pria fertil mungkin menekan respon imun terhadap antigen-antigen spermatozoa, sehingga antibodi antisperma tidak terbentuk, dengan demikian spermatozoa, tanpa terganggu, dapat melakukan fertilisasi.
Dari hasil penelitian kadar orosomukoid plasma semen pria infertil yang berbeda kecepatan spermatozoanya diketahui bahwa, 30 pria infertil yang spermatozoanya berkecepatan 1,2 detik/1/20 mm rata-rata 1,7617 mg/dl. setelah dilakukan analisis data dengan uji t ternyata kadar orosomukoid pada kedua keadaan itu tidak berbeda nyata pada tingkat keprcayaan = 0,05. Jadi dapat dikatakan bahwa orosomukoid, baik langsung maupun tidak langsung (lewat supresi pembentukan antibodi) agaknya tidak mempengaruhi kecepatan sperma."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Firman Wahyudi
"Latar belakang. Spermatozoa harus mempunyai motilitas yang baik agar dapat tercapainya fertilisasi alami. Gangguan pada kelenjar assesori pria merupakan salah satu penyebab astenozoospermia, namun pemeriksaan pada kelenjar assesori pria jarang dilakukan. Kadar asam sitrat dalam plasma seminalis paling besar bila dibandingkan hasil sekresi kelenjar assesori lainnya, hal ini mendasari peneliti untuk melakukan penelitian terhadap asam sitrat dan produk utama yang dihasilkan kelenjar prostat lainnya yaitu fosfatase asam. Asam sitrat diduga berperan dalam proses viskositas, pH semen sehingga dapat mempengaruhi motilitas sperma, fosfatase asam diduga mempengaruhi pula motilitas sperma serta turut berperan dalam menjaga keseimbangan pH semen.
Metodologi. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada 57 sampel seminal plasma. Didapatkan 30 sampel seminal plasma kelompok motilitas normal dan 27 sampel seminal plasma kelompok astenozoospermia. Pemeriksaan pada analisa semen standar didapatkan viskositas, pH , volume, motilitas dan konsentrasi spermatozoa. Pemeriksaan kadar asam sitrat pada plasma seminalis dengan metode Flint, dan pemeriksaan aktivitas fosfatase asam pada seminal plasma menggunakan metode spektrofotometri.
Hasil. Hasil perbandingan volume semen, konsentrasi sperma dan kadar asam sitrat pada sampel plasma seminalis dengan astenozoospermia lebih rendah dibandingkan sampel plasma seminalis dengan motilitas normal, sebaliknya hasil pebandingan viskositas dan aktivitas fosfatase asam pada sampel plasma seminalis dengan astenozoospermia lebih tinggi dibandingkan sampel plasma seminalis dengan motilitas normal. Hasil pemeriksaan pH pada kedua kelompok sampel menunjukkan kecenderungan karakteristik yang sama pada kedua kategori. Hasil perbandingan nilai rerata kadar asam sitrat pada semua kategori konsentrasi sperma menunjukkan kadar lebih rendah pada sampel plasma seminalis dengan astenozoospermia dibandingkan dengan kelompok motilitas normal, sebaliknya pada hasil perbandingan nilai rerata aktivitas fosfatase asam pada semua kategori konsentrasi sperma menunjukkan kadar lebih tinggi pada sampel plasma seminalis dengan astenozoospermia dibandingkan dengan kelompok motilitas normal.
Kesimpulan. Kadar asam sitrat, volume dan konsentrasi dalam plasma seminalis pada sampel astenozoospermia lebih rendah dibandingkan sampel dengan motilitas normal, perbedaan ini signifikan secara statistik. Begitupun pada semua tingkat konsentrasi sperma nilai rerata kadar asam sitrat pada sampel astenozoospermia memiliki kecenderungan lebih rendah dibandingkan sampel dengan motilitas normal, perbedaan ini tidak signifikan secara spesifik. Aktivitas fosfatase asam dan viskositas pada sampel plasma seminalis dengan astenozoospermia lebih tinggi dibandingkan sampel dengan motilitas normal, perbedaan ini signifikan secara statistik, pada semua tingkat konsentrasi sperma aktivitas fosfatase asam pada plasma seminalis dengan astenozoospermia memiliki kecenderungan lebih tinggi dibandingkan dengan motilitas normal namun perbedaan ini tidak signifikan secara statistik. Penelitian ini menunjukkan kadar asam sitrat dan aktivitas fosfatase asam tidak mempengaruhi spermatogenesis.

Background. Spermatozoa should have good motility in order to achieve a natural fertilization. Assesori male gland disorders are one of the causes astenozoospermia, but examination of the gland assesori rare Citric acid levels in the seminal plasma of the most substantial when compared to the results of other assesori gland secretions, it is the underlying researchers to conduct research on citric acid and primary products other prostate gland that is acid phosphatase. Citric acid is thought to play a role in the process viscosity, pH cement that can affect sperm motility, acid phosphatase is also thought to affect sperm motility as well as play a role in maintaining the pH balance of the semen.
Methodology. This study used a cross-sectional design of the 57 samples of seminal plasma. Obtained 30 samples of seminal plasma of normal motility group and 27 samples of seminal plasma astenozoospermia group. Examination of the standard semen analysis obtained viscosity, pH, volume, motility and concentration of spermatozoa. Examination of citric acid levels in seminal plasma by the method of Flint, and examination of acid phosphatase activity in seminal plasma using spectrophotometric method.
Result. The results of the comparison semen volume, sperm concentration and citric acid levels in seminal plasma samples with astenozoospermia lower than the seminal plasma samples with normal motility, otherwise Comparing the results of viscosity and acid phosphatase activity in seminal plasma samples with astenozoospermia higher than the seminal plasma samples with normal motility. PH probe results in both sample groups showed a trend similar characteristics in both categories. The results of comparison of the average levels of citric acid in all categories sperm concentration showed lower levels in seminal plasma samples with astenozoospermia compared with normal motility, whereas the mean value of the comparison results of acid phosphatase activity in all categories sperm concentration showed higher levels in seminal plasma samples with astenozoospermia compared with normal motility.
Conclusion. Citric acid content, volume and concentration in seminal plasma on astenozoospermia sample was lower than samples with normal motility, this difference was statistically significant. Likewise at all levels of sperm concentration of citric acid levels mean value in astenozoospermia samples have a lower propensity than samples with normal motility, this difference was not significant specifics. Acid phosphatase activity and viscosity in the seminal plasma samples with astenozoospermia higher than samples with normal motility, these differences are statistically significant, at all levels of sperm concentration of acid phosphatase activity in seminal plasma with astenozoospermia have a higher tendency than normal motility, but this difference was not statistically significant. This study showed levels of citric acid and acid phosphatase activity does not affect spermatogenesis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1987
S30803
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ervi Salwati
"Spermatozoa dikatakan normal apabila kepala berbentuk oval dan. ekor tidak menggelun . g. Setiap penyimpangan dari salah satu kriteria spermatozoa .yang normal dipandang sebagai abnormal* Telah dilakukan pengamatan secara mikroskopik terhadap bentuk- I bentuk spermatozoa pada 90 pria pasangan infertil. Sampel dikelompokkan ke dalam tiga kelompok tingkat . kesubur an menurut klasifikasi Farris (1951) yaitu: ke,lompok I, jika terdapat lebih dari 185 juta spermatozoa mo til pep ejakulat; kelompok 11 9 jika terdapat 80 - 185 juta spermatozoa mo I til per ejakulat; dan kelompok III, jika terdapat kurang dari. 80 juta spermatozoa motil per e jakulat. Penghitungan bentuk-bentuk spermatozoa dilakukan dengan cara menghitung jumlah . masing-masing bentuk spermatozoa pada sediaan yang cukup tipis dan penyebarannya merata. Kemudian ., dihitung 500 spermatozoa yang ada di dala .m sediaan tersebut dan diklasifikasikan menurut morfologi yang terlihat di bawah mikros. kop yaitu: bentuk normal oval) dan bentuk abnormal yang terdiri dari kepala . besar, kepala keeil l kepala "tapering'19 kepala 11pyriform"s kepala "amorphous" t kepala duag I dan . kelainan ekor. Hasil per1jitungan dengan uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah spermatozoa abnormal di antara ketiga kelompok-tingkat kesuburant Perbedaan yang nyata ter,- lihat antara kelompok III dengan kelompok I dan kelompok I . I,sedangkan antara kelompok I dan kelompok II I tidak menunjukkan perbedaan. Selanjutnya dengan uji X2 terbukti bahwa I proporsi ketujuh bentuk-bentuk spermatozoa abnormal berbeda nyata di antara ketiga kelompok ' tingkat kesuburan. Dengan uji beda proporsi juga terbukti bahwa pada setiap kelompok tingkat kesuburan antara. ketujuh bentuk spermatozoa abnormal menunjukkan perbedaan. Bentuk kepala kecil dan kepala " tapering" merupakan bentuk yang sering muncul pada ketiga kelompok tingkat kesuburan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Zakiyah
"Penentuan akrosom utuh spermatozoa morfologi normal hasil swim up pada pria normozoospermia pasangan infertile dan fertil dilakukan dengan pewarnaan Pisum sativum agglutinin-fluorescein isothiocyanate (PSA-FITC).
Sampel semen pria normozoospermia pasangan infertile diperoleh dari Laboratorium Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sedangkan sampel pria normozoospermia pasangan fertil diperoleh dari Poliklinik Kebidanan RSCM, masing-masing sebanyak 30 sampel.
Pada setiap sampel dilakukan metode swim up agar diperoleh spermatozoa yang berkualitas baik. Setelah itu diberikan pewarnaan dengan PSA-FITC, dan terakhir diamati di bawah mikroskop fluoresensi serta ditentukan keadaan akrosomnya.
Dengan uji Mann-Whitney diketahui bahwa persentase akrosom utuh spermatozoa morfologi normal hasil swim up pada pria normozoospermia pasangan infertile berbeda nyata dengan pasangan fertil.
Penelitian ini menganalisis pula persentase spermatozoa morfologi normal, dan dengan uji Mann-Whitney diketahui bahwa persentase spermatozoa morfologi normal sebelum swim up berbeda nyata dengan setelah swim up pada pria normozoospermia pasangan fertil maupun infertil. Demikian pula persentase spermatozoa morfologi normal pada pria normozoospermia pasangan fertil berbeda nyata dengan pasangan infertil, baik sebelum maupun setelah sfrim up. Dengan uji korelasi pangkat Spearman diketahui tidak terdapat korelasi antara konsentrasi spermatozoa per ml ejakulat dengan persentase spermatozoa morfologi normal sebelum dan setelah dilakukan swim up pada pria normozoospermia pasangan infertil maupun fertil."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Sinta Ria
"ABSTRAK
Penentuan akrosom utuh pada spermatozoa morfologi normal hasil swim-up pada pria oligozoospermia pasangan infertil dan fertil dilakukan dengan pewarnaan Pisum sativum agglutinin-fluorescein isothiocyanate (PSA-FITC).
Sebanyak 30 sampel semen pria oligozoospermia pasangan infertil diperoleh dari Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sedangkan 30 sampel semen pria oligozoospermia pasangan fertil diperoleh dari Poliklinik Kebidanan RSCM.
Pada masing-masing sampel dilakukan proses swim-up untuk memperoleh suatu populasi spermatozoa dengan kualitas terbaik. Pada spermatozoa-spermatozoa hasil. swim-up ini diberikan pewarnaan dengan PSA-FITC yang selanjutnya diamati di bawah mikrosokop fluoresen dan ditentukan keadaan akrosomnya.
Dengan uji beda Mann-Whitney terbukti bahwa persentase akrosom utuh dari spermatozoa morfologi normal hasil swim-up pada pria oligozoospermia pasangan infertile berbeda nyata dibandingkan dengan pasangan fertil.
Dalam penelitian ini dilakukan pula analisis persentase morfologi normal spermatozoa sebagai data penunjang. Dengan uji beda Mann-Whitney terbukti bahwa
persentase morfologi normal spermatozoa sebelum swim-up berbeda nyata dibandingkan dengan sesudah swim-up pada pria oligozoospermia pasangan infertil maupun fertil.
Sedangkan persentase morfologi normal spermatozoa pada pria oligozoospermia pasangan infertil berbeda nyata dibandingkan dengan pasangan fertil, sebelum swim-up maupun sesudah swim-up. Dengan uji korelasi jenjang Spearman terbukti terdapat korelasi positif antara jumlah spermatozoa/ml ejakulat dengan persentase morfologi normal spermatozoa dalam ejakulat pria oligozoospermia pasangan infertil. Sedangkan tidak terdapat korelasi positif pada pasangan fertil.
ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anshorulloh Abd Fath
"ABSTRAK
80 persen infertilitas pria berhubungan dengan gangguan motilitas pada sperma, atau yang disebut juga asthenozoospermia. Stres oksidatif, dan kurangnya pertahanan terhadap keadaan tersebut, dapat menjadi faktor hilangnya motilitas pada sperma. Glutation adalah antioksidan yang penting dalam pertahanan terhadap stres oksidatif di tubuh manusia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara konsentrasi glutation pada seminal plasma dengan kejadian asthenozoospermia. Pada penelitian case-control ini, seminal plasma dari pria dengan parameter sperma normal n=20 dan pasien dengan asthenozoospermia dikumpulkan. Dengan metoda spektrofotometris oleh Ellman, konsentrasi glutation pada sampel-sampel tersebut diukur, dan hasilnya dianalisis secara statistik menggunakan independent t-test. Rerata konsentrasi glutation pada seminal plasma pria dengan normozoospermia adalah 6.03 ?M 2.44, sementara pada pria dengan asthenozoospermia adalah 7.70 ?M 2.96. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua nilai tersebut p=0.081 . Dapat diambil kesimpulan bahwa rerata konsentrasi glutation di seminal plasma dengan pria dengan normozoospermia dan asthenozoospermia tidak berbeda secara signifikan

ABSTRACT
Eighty percent of male infertility is associated with asthenozoospermia, a term coined for a disturbance in sperm motility. Oxidative stress, and the lack of protection against it, is associated with loss of motility in human spermatozoa. Glutathione is a key antioxidant in the defense against oxidative stress in the body. The present study aims to identify the relationship between seminal plasma glutathione concentration and asthenozoospermia. In this case control study, the seminal plasma of males with normal semen parameters n 20 and asthenozoospermic patients n 14 was collected. Using Ellman rsquo s spectrophotometric method, the concentration of glutathione in the samples was measured, and the results were analyzed statistically using independent t test. The mean seminal plasma glutathione levels in normozoospermic and asthenozoospermic males were 6.03 M 2.44 and 7.70 M 2.96, respectively. There was no significant difference between the two values p 0.081 . In conclusion, there was no significant difference in seminal plasma glutathione concentration between normozoospermic and asthenozoospermic males. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulita Witantina
"ABSTRAK
Dalam menangani kasus infertilitas, inseminasi
buatan atau fertilisasi in vitro dengan semen suami
sering dilakukan. Dalam hal ini diperlukan kualitas
spermatozoa yang cukup baik, terutama gerak dan
kecepatan spermatozoa. Semen dengan kualitas spermato
zoa yang kurang baik masih dapat ditingkatkan dengan
car a sperm washing dengan menggunakan metode swim up
dalam medium tertentu. Dalam penelitian ini dilakukan
studi perbandingan antara tiga macam medium, yaitu
Ham's Kramer dan untuk diketahui yang mana
paling baik dapat menyeleksi spermatozoa dengan kuali
tas yang baik dan perbandingan konsentrasi, kecepatan
dan motilitas spermatozoa sebelum dan sesudah dilakukan
proses swim up.
Sebanyak 20 sampel semen pria normozoospermia
pasangan infertil diperoleh dari Bagian Biologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI),
Makmal Terpadu Imunoendokrinologi FKUI dan Rumah Sakit
Yayasan Pemeliharaan Kesehatan, Jakarta. Setiap semen
yang dilakukan proses swim up masing-masing dengan
Hams F10, Kramer dan diamati di bawah mikroskop
konsentrasi, kecepatan dan motilitasnya sebelum dan
sesudah spermatozoa motil melakukan swim up.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina Yasmin Handoko
"ABSTRAK
Azoospermia sebagi salah satu penyebab infertilitas sebagian dapat ditunjukkan oleh adanya antibodi antisperma di dalam serum darah penderita. Antibodi ini merupakan autoantibodi yang disebabkan terjadinya ekstravasasi spermatozoa ke dalam darah yang antara lain akibat adanya obstruksi pada traktus reproduksi. Namun demikian, tidak dapat dikesampingkan kemungkinan adanya antibodi sejenis dalam serum darah pria yang telah mempunayai anak. Pada penelitian ini telah dilakukan Uji Aglutinasi Gelatin dan Uji Imobilisasi Sperma terhadap serum 37 pria azoospermia dan 32 pria fertil untuk membandingkan apakah terdapat perbedaan dalam hal ditemukannya antibodi antisperma pada kedua kelompok tersebut. Dari uji X2 diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan bermakna dalam hal dijumpainya antibodi pengaglutinasi spermatozoa homolog pada pria azoospermia dan pria fertil (db"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Appropriate laboratory testing is an integral component of the proper evaluation of the male with infertility. Semen Analysis was the window to know the quality of a man's semen. In the infertile couples , first it shoud be cheked the semen of man's caunterpart, because its procedure is relatively easy and cheap. If the result of semen analysis is normal, than the wife caunterpart was conducted by obstetric . The objective of this study was to evaluate the males sperm among inferlite couples, we have don sperm analyses of inferlite-andrology laboratory of the center of health system and Policy Research and Development in Surabaya. "
BUPESIK
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>