Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91472 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Telah dilakukan penelitian mengenai keberagaman meiofauna
interstitial padang lamun di perairan Pulau Panjang Besar, Kepulauan Seribu
pada tanggal 9--13 November 2005 dengan metode transek untuk
mengetahui keanekaragaman, keseragaman, kesamaan, kepadatan, dan
dominansi. Dari hasil penelitian diperoleh 7 kelompok meiofauna interstitial,
yaitu Copepoda, Polychaeta, Nematoda, Oligochaeta, Cladocera, Turbellaria,
dan Nemertina. Nilai indeks keanekaragaman kelompok tiap transek berkisar
antara 0,380--0,618; rata-rata nilai indeks keanekaragaman kelompok di
setiap stasiun 0,60; indeks keseragaman kelompok tiap transek berkisar
antara 0,630--0,958; nilai rata-rata indeks keseragaman kelompok tiap
stasiun 0,92; dan indeks kesamaan kelompok 0,80--1. Dominansi meiofauna
interstitial pada tiap transek berkisar antara 1,61--69,49%, sedangkan pada
tiap stasiun berkisar antara 0,40--48,94%. Kepadatan individu tiap transek
berkisar antara 1--41 individu/78,5 cm2, sedangkan kepadatan individu tiap
stasiun adalah 0,33--17,67 individu/78,5 cm2."
Universitas Indonesia, 2007
S31465
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Trisnawati
"Penelitian mengenai struktur komunitas meiofauna di substrat padang lamun Pulau Pari, Kepulauan Seribu telah dilakukan pada bulan November tahun 2011. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara struktur komunitas meiofauna interstisial dengan substrat padang lamun yang berbeda. Sampel diambil secara purposive random sampling pada 2 stasiun, 15 titik di padang lamun bagian utara dan barat daya Pulau Pari. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 8 takson yang berasal 6 filum yakni Nemathelminthes, Annelida, Platyhelminthes, Arthropoda, Protozoa dan Gnathostomulida. Kelimpahan jenis meiofauna interstisial berkisar antara 109.000 -- 194.000 individu / m2. Kelimpahan tertinggi dimiliki oleh kelompok Nematoda jenis Daptonema sp. sedangkan terendah ada pada kelompok Foraminifera. Komposisi butiran sedimen memengaruhi komposisi kehadiran jenis meiofauna yang hidup di antara rongga interstisialnya. Berdasarkan data parameter abiotiknya, padang lamun Pulau Pari memiliki kondisi lingkungan yang sesuai untuk kehidupan meiofauna.

Research on the community structure of the interstitial meiofauna in substrate of seagrass bed in Pari Island was conducted on November 2011. The objective of this study was to determine the relationship between interstitial meiofauna community structure and the different substrate of different sea grass community. Samples were taken by purposive random sampling methods in 2 stations, 15 sites in north side and south west side seagrass bed in Pari Island. The identification on the interstitial meiofauna obtained 8 taxons from 6 phyla, they are Nemathelminthes, Annelida, Platyhelminthes, Arthropoda, Protozoa and Gnathostomulida. The abundance of the interstitial meiofauna was between 109.000 - 194.000 individual/m2. The highest abundance belonged to the group of nematode class Daptonema sp. while the lowest belonged to the group of Foraminifera. The grain size composition influences the composition of meiofauna who lived in the interstitial space of its substrates. Based on abiotic parameters data, the waters of Pari Island still have the appropriate environmental condition for the optimal growth of meiofauna."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1323
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penelitian mengenai struktur komunitas epifiton daun
Enhalus acoroides (L.f.) Royle di padang lamun perairan Pulau Panggang,
Kepulauan Seribu pada tanggal 7--8 Maret 2008. Pengambilan sampel daun
Enhalus acoroides dilakukan dengan metode purposive random sampling di
12 substasiun penelitian. Sampel epifiton pada permukaan daun Enhalus
acoroides diambil dengan metode kerok (scraping method), lalu dicacah
dengan metode subsampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi
fito-epifiton yang diperoleh sebanyak 3 kelas 44 marga, sedangkan komposisi
zoo-epifiton sebanyak 8 filum 10 kelas. Coscinodiscus dan Nematoda
merupakan epifiton yang paling dominan di lokasi penelitian. Rerata indeks
keanekaragaman fito-epifiton sebesar 1,82, sedangkan zoo-epifiton sebesar
1,72. Nilai indeks kemerataan fito-epifiton tergolong cukup merata (0,53),
sedangkan zoo-epifiton tergolong hampir merata (0,81). Nilai indeks
kesamaan fito-epifiton dan zoo-epifiton di lokasi penelitian tergolong tinggi,
yaitu 0,73 dan 0,67. Sebaran epifiton menunjukkan pola yang mengelompok."
Universitas Indonesia, 2008
S31504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian mengenai kondisi tutupan karang di perairan Pulau Panjang
Besar, Kepulauan Seribu telah dilakukan pada tanggal 9--13 November 2005.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi tutupan karang di Perairan
Pulau Panjang Besar, Kepulauan Seribu. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode Line Intercept Transect. Hasil penelitian menunjukkan
kondisi terumbu karang pada kedalaman 3 m berada dalam kondisi rusak
(tutupan 10,86--16,10%) kecuali di sisi Barat Laut (43,31%) yang berada
dalam kondisi sedang. Terumbu karang pada kedalaman 8 m berada dalam
kondisi rusak dengan angka tutupan tertinggi di sisi Barat Daya (14,86%).
Bentuk koloni bercabang mendominasi pada kedalaman 3 m dan bentuk
koloni masif mendominasi pada kedalaman 8 m. Kondisi tutupan karang di
sebagian besar perairan Pulau Panjang Besar berada dalam kondisi rusak,
sedangkan lokasi yang memiliki kondisi sedang adalah sisi Barat Laut."
Universitas Indonesia, 2006
S31393
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2006
S31411
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christon
"Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan analisis kesesuaian kawasan dalam rangka pengembangan pengelolaan pariwisata padang lamun di Pulau Pari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat jenis lamun yang ditemukan. Tutupan dan kerapatan lamun di Pantai Bintang, Kresek, dan Pasir Perawan masing-masing yaitu 59,83 dan 76 individu/m2, 47,56 dan 54 individu/m2, dan 16,61 dan 9 individu/m2. Indeks keanekaragaman padang lamun di Pulau Pari termasuk pada kategori sedang. Daya dukung lingkungan untuk obyek wisata padang lamun di Pulau Pari pada komponen ekologi yaitu 94 pengunjung/hari di Pantai Bintang, 59 pengunjung/hari di Pantai Kresek, dan 58 pengunjung/hari di Pantai Pasir Perawan. Komponen sosial masyarakat menyatakan menerima kedatangan wisatawan, namun wisatawan yang berkunjung menyatakan kurang puas. Selain itu, komponen ekonomi kegiatan pariwisata meningkatkan pendapatan masyarakat. Indeks Kesesuaian Wisata Pantai Bintang, Kresek, dan Pasir Perawan masing-masing yaitu sebesar 91,35 86,54 , dan 67,31 . Padang lamun belum dikelola karena rendahnya pemahaman masyarakat mengenai peran padang lamun.

This research was conducted using suitability analysis method on management of seagrass tourism development in Pari Island. The result showed that there is four seagrass species were found. Seagrass rsquo coverage and density at Bintang, Kresek, and Pasir Perawan Beach were recorded as 59.83 and 76 ind m2, 47.56 and 54 ind m2, and 16.61 and 9 ind m2 respectively. Diversity index of seagrass in Pari Island was 1,199, categorized as moderate condition. The carrying capacity for seagrass as tourism object in Pari Island in ecological aspect were 94 tourists day for Bintang Beach, 59 tourists day for Kresek Beach, and 58 tourists day for Pasir Perawan Beach. Based on social aspect, local people of Pari Island were mostly welcome the tourists, however the tourists were not really satisfied with the tourism objects. In economic aspect, tourism activities increase local peoples rsquo income. Suitability index for Bintang Beach, Kresek Beach, and Pasir Perawan Beach were 91.35 , 86.54 , and 67.31 , respectively. It was found that seagrass beds have not been managed due to low understanding of the role of seagrass."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Muhamad Faisal
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas lamun kerapatan, frekuensi, tutupan, indeks nilai penting, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan biomassa spesies lamun , kelimpahan sampah plastik dan pengaruh luasan sampah plastik terhadap lamun tutupan lamun; biomassa lamun; kerapatan lamun; dan below ground biomassa lamun di padang lamun Pulau Pari. Metode yang digunakan yaitu metode kuadrat garis kuadrat line transek . Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu ditemukan sebanyak 6 spesies lamun di 6 stasiun yaitu Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Halodule uninervis, Thalassia hemprichii, dan Syringodium isoetifolium. Kerapatan tertinggi diperoleh lamun spesies Thalassia hemprichii di Stasiun I 6900 individu/m2 dan terendah diperoleh lamun spesies Enhalus acoroides di Stasiun III 12 individu/m2 . Frekuensi tertinggi diperoleh lamun spesies Thalassia hemprichii di Stasiun III 86,36 dan terendah diperoleh lamun spesies Syringodium isoetifolium di Stasiun I 1,43 . Tutupan spesies lamun tertinggi diperoleh spesies Thalassia hemprichii di Stasiun III 82,55 dan terendah diperoleh spesies Halophila ovalis 6,12 . Lamun spesies Thalassia hemprichii memiliki Indeks Nilai Penting tertinggi dengan kisaran nilai 83,57 sampai 268,34 dan rata-rata 162,51. Indeks keanekaragaman tertinggi diperoleh di Stasiun I dengan nilai 0,99 dan terendah diperoleh di Stasiun III dengan 0,15. Indeks keseragaman tertinggi diperoleh di Stasiun VI dengan nilai 0,80 dan terendah di Stasiun III dengan nilai 0,22. Biomassa terbesar diperoleh lamun spesies Thalassia hemprichii di Stasiun I 13.143,8 gr berat kering/m2 dan biomassa terendah diperoleh lamun spesies Halophila ovalis di Stasiun I 13.143,8 gr berat kering/m2 . Struktur sampah yang ditemukan sebanyak 9 jenis dengan nilai tertinggi 68,5 yaitu berbahan baku plastik. Hasil uji Pearson menunjukkan bahwa luas sampah plastik tidak mempunyai pengaruh terhadap lamun tutupan lamun; biomassa lamun; kerapatan lamun; dan below ground biomassa lamun.

This study aims to determine the structure of seagrass communities density, frequency, percent cover, index of important value, index of diversity, index of uniformity and biomass of seagrass species , abundance of plastic waste and the effect of plastic waste to the seagrass seagrass cover biomass seagrass density of seagrass and below ground biomass of seagrass in seagrass Pari Island. The method is line transect.The results found six species of seagrasses in 6 stations namely Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Halodule uninervis, Thalassia hemprichii and Syringodium isoetifolium. Obtained the highest density of seagrass species Thalassia hemprichii in Station I 6900 individu m2 and the lowest obtained Enhalus acoroides seagrass species at Station III 12 individu m2 . Highest frequency obtained seagrass species Thalassia hemprichii in Station III 86.36 and the lowest obtained Syringodium isoetifolium seagrass species at Station I 1.43 . Percent cover species of seagrass species Thalassia hemprichii highest obtained at Station III 82.55 and the lowest species of Halophila ovalis obtained 6.12 . Seagrass species Thalassia hemprichii had the highest importance value index in the range of 83.57 to 268.34 and 162.51 average. Highest diversity index obtained at Station I with 0.99 and the lowest value obtained at Station III with 0.15. Highest uniformity index obtained at Station VI with a score of 0.80 and the lowest at Station III with a value of 0.22. Structure rubbish found 9 species with the highest value 68.5 which mainly consist of plastic. Pearson 39 s test results show that the area of plastic waste has no effect on seagrass seagrass percent cover biomass total of seagrass seagrass density, and below ground biomass of seagrass."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T47043
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nining Betawati Prihantini
"Telah dilakukan eksplorasi mikroalga laut di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu pada bulan September 2004. Penelitian merupakan studi pendahuluan dalam suatu rangkaian penelitian eksplorasi mikroalga?termasuk isolasi dan koleksi?dalam rangka pemanfaatan sumber daya miroalga yang berkesinambungan. Penelitian dilakukan di perairan Pulau Pramuka dengan titik pengambilan sesuai arah mata angin (utara, timur, selatan, barat) Pulau Pramuka. Pada pengamatan awal diketahui 20 genus ditemukan di perairan Pulau Pramuka yaitu dari divisi Cyanophyta/ Cyanobacteria (1 genus), Chromophyta kelas Bacillariophyceae (16 genus), dan Dinophyta (3 genus). Mikroalga lain yang merupakan anggota 3 divisi tersebut di atas dan anggota Chlorophyta serta Haptophyta juga ditemukan, tetapi belum dapat diidentifikasi karena berukuran sangat kecil. Penelitian lanjutan mengenai keanekaragaman mikroalga masih sangat dibutuhkan untuk mengetshui studi flora mikroalga di Kepulauan Seribu dengan lebih teliti dan rinci.

Preliminary Study on Marine Microalgae from Pramuka Island Waters, Thousand Islands: The
exploration on marine microalgae from Pramuka Island waters has been done on September 2004. The research is one of the parts of microalgae exploration researches?including isolation and collection?that aim to invent and apply the advantages of microafgae as natural resources, continuously. The sampling site based on the compass direction i.e. north, east, south, and west of Pramuka Island. In the first examination have been found 20 genera from 3 divisions could be found in Pramuka Island waters. Those are 1 genus of Cyanophyta/ Cyanobacteria, 16 genus of Bacillariophyceae of Chromophyta, and 3 genus of Dinophyta. Other microalgae from those three divisions and Chlorophyta and Haptophyta also can be found but still very difficult to be identify, because the microalgae is very tiny. Continued research on microalgae diversity still need to be done in order to better understanding the floristic study of microalgae from Thousand Islands.
"
[place of publication not identified]: Sains Indonesia, 2004
SAIN-9-3-2004-12
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Sharon
"Dinoflagellata epifitik yang hidup pada lamun Thalassia hemprichii berpotensi menyebabkan Ciguatera Fish Poisoning (CFP) melalui produksi ciguatoxin atau asosiasi dengan dinoflagellata penghasilnya. Lamun Thalassia hemprichii memiliki kelimpahan tinggi di perairan Pulau Pramuka. Penelitian mengenai kelimpahan dinoflagellata epifitik pada lamun Thalassia hemprichii beserta hubungannya dengan parameter lingkungan dilakukan di empat sisi perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Sampel lamun Thalassia hemprichii dari keempat sisi pulau diambil secara purposive random sampling ke dalam botol, dikocok kuat selama beberapa menit, dan biofilm pada daun dikerik. Daun lamun dipisahkan dan diukur luas permukaannya. Sampel air hasil kocokan kemudian disaring menggunakan saringan bertingkat 125 dan 25 μm, dan diamati menggunakan mikroskop cahaya. Ditemukan empat genus dinoflagellata epifitik toksik, yaitu Coolia, Gambierdiscus, Ostreopsis, dan Prorocentrum. Genus Coolia memiliki rata-rata kelimpahan tertinggi, yaitu 8 sel/cm2, yang menunjukkan kemampuan adaptasi Coolia di setiap stasiun dengan faktor lingkungan yang berbeda. Faktor lingkungan yang mencirikan di tiap stasiun dianalisis menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU) dan kemudian dihubungkan secara deskriptif dengan kelimpahan dinoflagellata. Bagian selatan dan barat pulau dicirikan oleh salinitas dan kecepatan arus, bagian utara oleh intensitas cahaya, dan bagian timur oleh nitrat, oksigen terlarut, dan pH.

Epiphytic dinoflagellates living on Thalassia hemprichii seagrass have the potential to cause Ciguatera Fish Poisoning (CFP) through ciguatoxin production or association with dinoflagellate producers. Thalassia hemprichii seagrass has a high abundance in the waters of Pramuka Island. Research on the abundance of epiphytic dinoflagellates in seagrass Thalassia hemprichii and its relationship with environmental parameters was conducted on four sides of the waters of Pramuka Island, Kepulauan Seribu. Seagrass Thalassia hemprichii samples from the four sides of the island were taken by purposive random sampling into bottles, shaken vigorously for several minutes, and the biofilm on the leaves was scraped off. Seagrass leaves were separated and their surface area measured. The shaken water samples were then filtered using 125 and 25 μm graduated sieves, and observed using a light microscope. Four genera of toxic epiphytic dinoflagellates were found, namely Coolia, Gambierdiscus, Ostreopsis, and Prorocentrum. The genus Coolia had the highest average abundance, 8 cells/cm2, which indicates the adaptability of Coolia at each station with different environmental factors. Characteristic environmental factors at each station were analyzed using Principal Component Analysis (PCA) and then descriptively correlated with dinoflagellate abundance. The southern and western parts of the island were characterized by salinity and current velocity, the northern part by light intensity, and the eastern part by nitrate, dissolved oxygen, and pH."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>