Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73284 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yestha Jwalita
"Telah dilakukan penelitian pengaruh pemberian pakan buatan yang mengandung tepung pupa lalat Calliphoridae terhadap performan ikan patin bangkok di Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan berupa pemberian pakan A, B, dan C pada ikan patin bangkok berbobot 2,5 g. Pakan A adalah pakan yang mengandung 100% protein tepung ikan, pakan B adalah pakan yang kandungan 50% protein tepung ikan dari bahan pakan A diganti dengan protein tepung pupa lalat Calliphoridae (50% protein tepung pupa), pakan C adalah pakan yang mengandung 100% protein tepung pupa lalat Calliphoridae.
Pemberian pakan harian sebanyak 5% dari biomassa ikan per akuarium. Frekuensi pemberian pakan tiga kali sehari selama 28 hari. Faktor lingkungan yang diamati adalah suhu, pH, DO, dan ammonia. Performan yang diukur adalah sintasan, laju pertumbuhan, konversi pakan, dan retensi protein. Hasil uji ANOVA menunjukkan pakan yang mengandung 50% dan 100% protein tepung pupa lalat Calliphoridae berpengaruh terhadap laju pertumbuhan, konversi pakan, dan retensi protein. Hasil uji Duncan menunjukkan pengaruh kedua pakan tersebut signifikan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S31464
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Ayuningtyas
"Penelitian pengaruh pemberian pakan buatan yang mengandung tepung pupa lalat famili Calliphoridae terhadap pertumbuhan nila GIFT, Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) telah dilakukan. Nila berbobot ± 3 g ditebar dalam akuarium dengan volume air 140 l dengan kepadatan 20 ekor/akuarium. Perlakuan yang diberikan adalah pakan buatan yang mengandung 100% tepung ikan (pakan A), 50% tepung pupa lalat famili Calliphoridae (pakan B), dan 100% tepung pupa lalat famili Calliphoridae (pakan C). Kadar protein pakan adalah 340 g/kg. Perlakuan dilakukan selama 4 minggu dengan tingkat pemberian pakan harian sebesar 8% dari biomassa ikan/hari dan frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari.
Nilai laju pertumbuhan harian (Specific Growth Rate/SGR), konversi pakan (Feed Convertion Ratio/FCR), retensi protein (Protein Retention/PR), retensi lemak (Lipid Retention/LR), dan laju sintasan (Survival Rate/SR) dihitung sebagai parameter yang dievaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan buatan yang mengandung 50% dan 100% tepung pupa lalat famili Calliphoridae menghasilkan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan pakan buatan yang mengandung 100% tepung ikan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S31396
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meilisha Putri Pertiwi
"Penelitian mengenai pengaruh pemberian pakan buatan yang mengandung tepung maggot terhadap pertumbuhan ikan balashark (Balantiocheilos melanopterus) telah dilakukan. Ikan balashark berbobot ± 1,1 g, berukuran 3--5 cm ditebar dalam bak bervolume 120 L dan kepadatan 100 ekor. Penelitian dilakukan secara Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 3 ulangan. Perlakuan berupa sumber protein pakan yaitu 100% tepung ikan (pakan A), 90% tepung ikan + 10% tepung maggot (pakan B), 80% tepung ikan + 20% tepung maggot (pakan C), 70% tepung ikan + 30% tepung maggot (pakan D).
Perlakuan dilakukan selama 3 bulan dengan tingkat pemberian pakan harian sebesar 8% dari biomassa/hari dan frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari. Faktor lingkungan yang diamati adalah T, DO, pH, dan NH3. Parameter perhitungan yang digunakan adalah laju pertumbuhan (SGR), konversi pakan (FCR), retensi protein (PR), retensi lemak (LR), dan sintasan (SR).
Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan terdapat pengaruh antarperlakuan pakan terhadap semua parameter yang diukur dan uji Student Newman-Keuls menunjukkan pengaruh tidak signifikan terhadap FCR dan SR. Berdasarkan parameter SGR, PR, dan LR, pakan C memberikan pertumbuhan terbaik di antara semua perlakuan pakan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S31471
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoyo Wiramiharja
"ABSTRAK
Kecamatan Kumpeh Ulu merupakan kawasan minapolitan di Kabupaten Muaro Jambi dengan komoditas utama ikan patin. Penelitian ini bertujuan menganalisis status keberlanjutan dimensi ekologi budidaya ikan patin dalam pengembangan kawasan minapolitan. Lokasi penelitian di Desa Pudak, Kota Karang, dan Lopak Alai. Rancangan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner, wawancara, dan observasi lapangan. Populasi penelitian adalah pembudidaya di Kecamatan Kumpeh Ulu. Responden ditentukan secara acak (simple random sampling), yang berjumlah 48 orang. Analisis data menggunakan multidimensional scaling (MDS) dengan perangkat Rap-Patin, hasil modifikasi dari program RAPFISH. Hasil analisis terhadap sembilan atribut diperoleh nilai indeks sebesar 55,40 dan atribut yang paling sensitif adalah pengolahan limbah budidaya. Status keberlanjutan dimensi ekologi yang dihasilkan adalah "cukup berkelanjutan". Perbaikan nilai indeks dan status keberlanjutan dilakukan dengan peningkatan kapasitas pengolahan limbah budidaya."
Tangerang: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Terbuka, 2018
600 JMSTUT 19:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lu`lu`ul Firdausiah
"ABSTRAK
Pakan merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan ikan. Nutrisi lengkap seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin dibutuhkan ikan untuk menggantikan jaringan tubuh yang rusak, sumber energi, pematangan gonad dan untuk pertumbuhan. Ulva lactuca mengandung nutrisi berupa karbohidrat, protein, serat, air, mineral, vitamin A, vitamin B1 dan vitamin B2. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan buatan substitusi 10% dan 15% Ulva lactuca dengan sumber protein tepung maggot terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila larasati (Oreochromis niloticus). Hasil penelitian menunjukkan pertambahan bobot badan ikan nila larasati yang diberi pakan K1, P0, P1 dan P2 berturut-turut adalah 30,1 g, 23,63 g, 24,68 g, 25,07 g. Sedangkan tingkat kelangsungan hidup ikan nila lararasati yang diberi pakan K1, P0, P1 dan P2 berturut-turut adalah 76,67%, 60%, 70% dan 50%. Kematian ikan nila larasati disebabkan oleh proses aklimatisasi yang tidak lama dan terserang bakteri Streptococcus agalactiae. Kualitas air selama penelitian masih dalam ambang batas normal.
ABSTRACT
Feed is one of the external factors that influence fish growth. Complete nutrients such as carbohydrates, proteins, fats, minerals and vitamins are needed by fish to replace damaged body tissue, a source of energy, ripening the gonads and for growth. Ulva lactuca contains nutrients in the form of carbohydrates, protein, fiber, water, minerals, vitamin A, vitamin B1 and vitamin B2. The purpose of this study was to determine the effect of substituting 10% and 15% Ulva lactuca with protein source maggot flour on the growth and survival of larasati tilapia (Oreochromis niloticus). The results showed that the body weight gain of larasati tilapia fed K1, P0, P1 and P2 were 30.1 g, 23.63 g, 24.68 g, 25.07 g, respectively. Meanwhile, the survival rate of lararasati tilapia fed K1, P0, P1 and P2 were 76.67%, 60%, 70% and 50%, respectively. Larasati tilapia mortality was caused by the acclimatization process that was not long and attacked by Streptococcus agalactiae bacteria. The water quality during the study was still within normal limits."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatun Hasanah
"Penelitian kriopreservasi spermatozoa ikan patin albino bertujuan untuk menganalisis ultrastruktur, fisiologi, dan molekuler spermatozoa ikan patin albino pasca kriopreservasi. Kriopreservasi dilakukan pada suhu -80°C selama 14 hari menggunakan kombinasi krioprotektan intraseluler yaitu metanol 10% dan krioprotektan ekstraseluler yaitu susu skim. Hasil ultrastruktur spermatozoa menunjukkan bahwa pada spermatozoa segar bagian membran sel kepala, mid piece, dan bagian flagel masih dalam kondisi utuh dan baik. Ultrastruktur spermatozoa pasca ekuilibrasi nampak ada perbesaran lebar dan panjang kepala spermatozoa dibandingkan spermatozoa segar, walaupun secara struktur masih tampak utuh. Ultrastruktur spermatozoa pasca pencairan tampak terjadi kerusakan membran bagian kepala dan flagel. Hasil pengukuran morfometri spermatozoa menunjukkan adanya peningkatan lebar kepala spermatozoa yaitu 1,59 µm pada spermatozoa segar menjadi 1,97 µm pada spermatozoa pasca ekuilibrasi dan 2,40 µm pada spermatozoa pasca pencairan. Demikian pula, terdapat perubahan panjang kepala spermatozoa yaitu 3,70 µm pada spermatozoa segar menjadi 3,81 µm pada spermatozoa pasca ekuilibrasi, dan 3,90 µm pada spermatozoa pasca pencairan. Analisis viabilitas spermatozoa didapatkan penurunan viabilitas spermatozoa pasca pencairan (61±2,30%) dibandingkan spermatozoa segar (92±0,58%) dan spermatozoa pasca ekuilibrasi (80±3,51%). Analisis fisiologi spermatozoa didapatkan penurunan fungsi mitokondria pada spermatozoa pasca ekuilibrasi (57±7%) dan spermatozoa pasca pencairan (42±3,2%) dibandingkan spermatozoa segar (98±2%). Analisis motilitas spermatozoa menunjukkan penurunan motilitas spermatozoa pasca ekuilibrasi (79±4,5%) dan spermatozoa pasca pencairan (30±3,2%) dibandingkan spermatozoa segar (87±1,5%). Penetasan telur pasca 24 jam fertilisasi pada perlakukan spermatozoa pasca ekuilibrasi didapatkan hasil lebih tinggi (64±17%) dibandingkan spermatozoa segar (38±4%), sedangkan spermatozoa pasca pencairan tidak ditemukan ada penetasan telur. Analisis molekular spermatozoa pada gen CO1 dan SOD2 didapatkan jumlah lesi gen SOD2 spermatozoa pasca ekuilibrasi yaitu 15,83 lesi / 10 kb dan spermatozoa pasca pencairan yaitu 17,14 lesi / 10 kb. Lesi gen CO1 pada spermatozoa pasca ekuilibrasi yaitu 9,24 lesi / 10 kb dan spermatozoa pasca pencairan yaitu 10,26 lesi / 10 kb. Sehingga disimpulkan kriopreservasi spermatozoa berpengaruh terhadap ultrastruktur, fisiologi, dan molekuler spermatozoa ikan patin albino.

Research of cryopreservation on albino Pangasius catfish spermatozoa aims to analyze about ultrastructure, physiology, and molecular spermatozoa of albino Pangasius catfish post cryopreservation. Cryopreservation was carried out at -80°C for 14 days using a combination of intracellular cryoprotectants which is 10% methanol and extracellular cryoprotectant which is skim milk. The results of the spermatozoa ultrastructure showed that the cell membrane of the spermatozoa head, the midpiece, and the flagellum of fresh spermatozoa were still intact and good. The spermatozoa ultrastructure after post equilibration, shown enlargement of the head width and length compared to the fresh spermatozoa, although structurally were still intact. The ultrastructure of frozen-thawed spermatozoa, appeared a membrane damage at the head and flagellum. The results of spermatozoa morphometric measurements showed an increase at the head width of spermatozoa from 1.59 µm in fresh spermatozoa to 1.97 µm in post-equilibration spermatozoa and 2.40 µm in frozen-thawed spermatozoa. Similarly, there was an increase in the head length of spermatozoa, from 3.70 µm in fresh spermatozoa, to 3.81 µm in post-equilibration spermatozoa, and 3.90 µm in frozen-thawed spermatozoa. The viability analysis showed a decrease of frozen-thawed spermatozoa viability (61±2.30%) compared to fresh spermatozoa (92±0.58%) and post-equilibration spermatozoa (80±3.51%). The analysis physiology of spermatozoa showed a decrease in mitochondrial function in post equilibration spermatozoa (57±7%) and frozen-thawed spermatozoa (42±3.2%) compared to fresh spermatozoa (98±2%). The analysis of motility of spermatozoa showed a decrease in post equilibration spermatozoa (79±4.5%) and frozen-thawed spermatozoa (30±3.2%) compared to fresh spermatozoa (87±1.5%). Egg hatching after 24 hours of fertilization for the post-equilibration spermatozoa was higher (64±17%) than fresh spermatozoa (38±4%), whereas frozen-thawed spermatozoa were not hatched. The analysis of molecular on CO1 and SOD2 genes obtained the number of gene lesions in the spermatozoa SOD2 gene after equilibration were 15.83 lesions/10 kb and frozen-thawed were 17.14 lesions/10 kb. The CO1 gene lesions in post-equilibration spermatozoa were 9.24 lesions/10 kb, while the CO1 gene lesions in frozen-thawed spermatozoa were 10.26 lesions/10 kb. It can be concluded that there is an effect of cryopreservation on ultrastructure, physiology, and molecular in spermatozoa of albino Pangasius catfish."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Gelatin kulit ikan patin Siam (Pangasius hypophthalmus) telah dihasilkan oleh Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Untuk mengetahui tingkat keamanan produk, telah dilakukan uji toksisitas subkronik dari gelatin kulit ikan patin Siam secara in vivo terhadap hewan uji mencit (Mus musculus). Sebanyak 72 mencit jantan dengan berat 20-30 9 dibagi dalam 4 kelompok dan diberi perlakuan pakan gelatin secara oral dengan menggunakan sonde. Dosis yang diberikan adalah 0 (kontrol negatif); 1,5; 3; dan 6persen atau setara dengan 0, 12, 24, dan 48 mg/g bb mencit. Pemberian bahan uji dilakukan setiap hari selama 4 minggu yang dilanjutkan dengan masa pemulihan (recovery) selama 2 minggu. Pengamatan dilakukan terhadap kondisi serum darah, yaitu Glutamic Oxaloacetic Transaminase (GOT), Glutamic Pyruvic Transaminase (GPT), kreatinin, albumin, dan Blood Urea Nitrogen (BUN) serta tingkat kerusakan organ target (hati, ginjal, dan lambung). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian gelatin pada dosis 48 mg/g bb mencit berpengaruh pada kadar GOT setelah minggu ke-2 perlakuan. Selain itu tidak terdapat pengaruh pemberian gelatin terhadap kerusakan organ target dari kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif."
620 JPBK 6:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kitri Wijayanti
"Penelitian pemberian pakan alami yang berbeda terhadap sintasan dan pertumbuhan benih ikan palmas (Polypterus senegalus senegalus, Cuvier, 1829) dilakukan di LORIBIHAT. Metode Rancangan Acak Lengkap dilakukan dengan 3 perlakuan dan 5 kali ulangan. Perlakuan pemberian pakan berupa Moina, larva Culex, dan Tubifex secara ad-libitum yang dilakukan hingga benih ikan mencapai panjang total ± 3 inci. Tiap ulangan terdiri dari 8 ekor benih ikan dengan panjang total ± 0,87 inci. Hasil penelitian dari parameter sintasan dan pertumbuhan yang dihitung berupa laju sintasan, pertambahan berat, dan pertambahan panjang berturut-turut adalah Tubifex (97,50 %; 3,00 g; 2,11 inci), larva Culex (92,50%; 1,69 g; 1,70 inci), dan Moina (72,50%; 0,61 g; 1,06 inci).

Study of different of natural feeds on survival and growth of palmas fish (Polypterus senegalus senegalus, Cuvier, 1829) juvenile was conducted at LORIBIHAT. Completely randomized design was used with 3 treatments and 5 replicates. Feeding treatment consist of Moina, Culex larvae, and Tubifex that was given by ad-libitum method until fish juvenile reach total length ± 3 inches. Each replicate consist of 8 fish juvenile with ± 0.87 inches. Result of survival and growth parameter that was counted are survival rate, increasing of the length and weight repeatedly are Tubifex (97.50 %; 3.00 g; 2.11 inches), Culex larvae (92.50 %; 1.69 g; 1.70 inches), and Moina (72.50 %; 0.61 g; 1.06 inches)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31624
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Amila Tikyayala
"Latar Belakang: Luka bakar masih menjadi masalah kesehatan yang berat khususnya di Indonesia. Pada kasus luka bakar mayor, penutupan luka sementara dengan menggunakan xenograft terbukti memberikan keuntungan. Akan tetapi tidak semua jenis xenograft tersedia akibat latar belakang kultur, biaya, dan agama disamping tampilan bersisik pada jenis xenograft ikan tilapia yang kurang estetik. Patin siam (Pangasius hypophthalmus) adalah ikan tidak bersisik yang memiliki banyak kandungan kolagen tipe I. Studi ini bertujuan untuk melakukan komparasi kulit ikan patin siam terhadap kulit ikan tilapia dan babi yang telah umum dijadikan material xenograft pada luka bakar.
Metode: Studi ini merupakan studi eksperimental menggunakan sembilan sampel berbeda dari kulit ikan patin siam, ikan tilapia, dan babi. Setiap sampel dilakukan preparasi dan dilakukan evaluasi secara histologi dengan menggunakan pewarnaan hematoxylin-eosin stained. Dilakukan dokumentasi dan analisa pada tampilan makroskopik dan mikroskopik setiap sampel.
Hasil: Tampilan makroskopik kulit ikan patin siam menggambarkan kulit yang tidak berbulu, tidak bersisik, berwarna hitam – perak, dan memiliki ketebalan yang moderat. Tampilan mikroskopik kulit ikan patin siam memiliki ketebalan epidermis (8.49±1.60 μm) yang berbeda secara signifikan terhadap ikan tilapia (2.18±0.37 μm; p<0.001) dan babi (42.22±14.85 μm; p=0.002). Ketebalan dermis kulit ikan patin siam (288.46±119.04 μm) menyerupai ikan tilapia (210.68±46.62 μm; p=0.783) namun berbeda signifikan terhadap babi (1708.44±505.12 μm; p<0.001). Integritas dan susunan kolagen ikan patin siam serupa dengan tilapia berdasarkan penilaian histologi semi-kuantitatif (p>0.05).
Kesimpulan: Ikan patin siam memiliki tampilan makroskopik dan tampilan mikroskopik yang dapat dibandingkan dengan ikan tilapia; tampilan makroskopik lebih halus, epidermis lebih tebal, dan tebal dermis yang serupa. Oleh karena itu, kulit ikan patin siam dipercaya dapat menjadi materi xenograft. Studi lanjutan diperlukan untuk mengevaluasi efektivitas dan kelayakan xenograft patin siam dalam tata laksana luka bakar.

Background: Burn injury remains a health problem, specifically in Indonesia. In major burns, xenograft had been proved to be useful as temporary wound coverage. However, some xenografts are not widely available due to cultural, financial, and religious backgrounds or have unesthetic appearance, such as scaly appearance of tilapia fish xenograft. Striped catfish (Pangasius hypophthalmus) is a scaleless fish that has abundant type 1 collagen. This study aimed to compare striped catfish skin to commonly used xenograft (Nile tilapia and porcine skin) as xenograft material for burn wound.
Methods: In this experimental study, nine different skin samples of striped catfishes, Nile tilapias, and porcines were prepared and histologically examined using hematoxylin- eosin stained samples. Macroscopic and microscopic features of each samples were documented and analysed.
Results: The macroscopic skin appearances of striped catfishes were hairless and scaleless with black-silver color and moderate thickness. As for microscopic features, the epidermal thickness of striped catfish’s skin (8.49±1.60 μm) was significantly different to both Nile tilapia (2.18±0.37 μm; p<0.001) and porcine skin (42.22±14.85 μm; p=0.002). The dermal thickness of striped catfish’s skin (288.46±119.04 μm) was similar to Nile tilapia (210.68±46.62 μm; p=0.783) but differs significantly to porcine skin (1708.44±505.12 μm; p<0.001). The integrity and collagen organization of striped catfishes was also similar to tilapia based on semi-quantitative histology scoring system (p>0.05).
Conclusion: Striped catfishes had potential macroscopic appearance and comparable microscopic features to Nile tilapia; smoother macroscopic appearance, thicker epidermis, and similar dermis thickness. Therefore, we believe it can be potentially used as a xenograft material. Further studies are required to evaluate the effectiveness and feasibility of striped catfish xenograft in burn wound management.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>