Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103090 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eva Fitriani
"Gas hidrogen (H2) merupakan bahan bakar alternatif yang dapat diproduksi oleh mikroorganisme melalui fermentasi memanfaatkan limbah organik. Penelitian bertujuan mengetahui produksi H2 menggunakan kultur campuran mikroorganisme dengan substrat limbah biodiesel. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri BPPT Serpong selama lima bulan (Maret--Juli 2006). Produksi H2 dalam limbah biodiesel dilakukan secara fermentasi gelap pada 37o C selama 72 jam oleh kultur campuran Bacillus megaterium MS 961, Bacillus stearothermophilus DSM 22, dan Enterobacter aerogenes AY-2 serta kultur tunggal E. aerogenes AY-2 sebagai kontrol. Penggunaan kultur campuran pada substrat gliserol murni menghasilkan H2 (2,24 mol H2/mol gliserol) dan etanol lebih banyak dibandingkan kultur tunggal (1,93 mol H2/mol gliserol), sedangkan produksi asam laktat dan 2,3-butandiol lebih sedikit. Penggunaan kultur campuran pada substrat limbah biodiesel menghasilkan H2 (1,8251 mol H2/mol gliserol), akan tetapi hasil tersebut lebih sedikit dibandingkan kultur tunggal (1,8619 mol H2/mol gliserol). Pengukuran metabolit lain menunjukkan kultur campuran memproduksi etanol lebih sedikit tetapi memproduksi asam laktat dan 2,3-butandiol lebih banyak dibandingkan kultur tunggal. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa H2 dapat diproduksi menggunakan kultur campuran dengan substrat limbah biodiesel, walaupun produksi H2 tersebut lebih kecil dibandingkan kultur tunggal."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S31422
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian telah dilakukan untuk memperoleh mutan ganda dari mutan
Enterobacter aerogenes AY-2 dengan produktivitas gas hidrogen (H2) lebih
tinggi dari sebelumnya. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi
Bioindustri, BPPT, Serpong selama enam bulan (April--September 2006).
Mutasi dilakukan pada kultur bakteri dalam awal fase logaritmik dengan
pemberian ethyl methane sulfonate (EMS) pada variasi konsentrasi 10, 11,
12 ,13, 14, dan 15 μl/ml suspensi sel selama 120 menit. Mutasi dilakukan
kembali pada konsentrasi yang memberikan survival ratio paling rendah
(0,01%), yaitu konsentrasi EMS 14 μl/ml suspensi sel dengan variasi waktu
inkubasi selama 30, 60, 90, dan 120 menit. Sebanyak 166 mutan ganda
hasil mutasi dikoleksi dan dipilih secara acak. Sebanyak 43 koloni terpilih
ditumbuhkan dalam medium kompleks gliserol untuk memperoleh sepuluh
mutan ganda dengan produktivitas H2 tertinggi. Mutan ganda E. aerogenes
AD-H43 memiliki produktivitas H2 tertinggi dengan kenaikan sebesar 20%
dan asam laktat yang dihasilkan mengalami penurunan sebesar 31% dari
produktivitas mutan E. aerogenes AY-2. Penurunan produktivitas asam laktat
akibat perlakuan mutasi dengan EMS disebabkan adanya defisiensi laktat
dehidrogenase."
Universitas Indonesia, 2007
S31431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izzah Nur Fatimah
"Usaha untuk meningkatkan hasil perolehan minyak bumi saat ini menjadi sangat penting mengingat terbatasnya persediaan dan produksi minyak di tanah air. Kebutuhan minyak bumi terus meningkat seiring dengan meningkatnya penggunaan kendraan bermotor. Salah satu teknologi yang dapat meningktakan perolehan minyak bumi adalah dengan penggunaan biosurfaktan yang bekerja dengan cara menurunkan tegangan antarmuka. Biosurfaktan dapat diproduksi dari Pseudomonas aeruginosa. Limbah biodiesel dapat menjadi salah satu alternatif bahan mentah untuk produksi biosurfaktan karena produksi biodiesel di Indonesia terus meningkat sepanjang tahun. Prediksi kebutuhan biodiesel menurut PP Nomor 5 mencapai 720.000 kiloliter pada tahun 2010 dan akan ditingkatkan menjadi 1,5 juta kiloliter pada tahun 2015 dan 4,7 juta kiloliter tahun 2025. Limbah ini masih memiliki kandungan senyawa yang kompleks, oleh karena itu perlu dilakukan penyederhanaan senyawa. Metode yang digunakan adalah metode ozonasi. Hasil terbaik yang diperoleh dari produksi biosurfaktan adalah substrat yang diozonasi selama 30 menit. Penurunan ini belum sesuai kriteria biosurfaktan yang dapat digunakan untuk peningkatan perolehan minyak bumi, oleh karena itu sebaiknya dilakukan optimasi produksi lebih lanjut.

Efforts to improve the results of recovery oil is becoming very important due to the limited supply and oil production in the country. Needs of petroleum continues to increase along with the increasing use of vehicle. One technology that can enhancing the recovery of oil is using biosurfactants that works by reducing the interfacial tension. Biosurfactants can be produced from Pseudomonas aeruginosa. Biodiesel waste can be an alternative raw material for the production of biosurfactants because production of biodiesel in Indonesia continues to increase throughout the year. Prediction biodiesel requirement by Regulation No. 5 to reach 720,000 kiloliters in 2010 and will be increased to 1.5 million kiloliters in 2015 and 4.7 million kiloliters in 2025. Biodiesel waste still contains a complex compound, therefore it is necessary to simplify the compound. The method used is ozonation method. The best results were obtained from the production of biosurfactants is ozonized substrate for 30 minutes. This decline has not fit the criteria biosurfactants that can be used to increase oil recovery, and therefore should be optimized further production."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46281
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emmanuella Deassy E
"Perkembangan teknologi dan industri mendorong meningkatnya permintaan akan lipase sebagai biokatalis namun secara komersial ketersediaan enzim lipase masih terbatas dan harga jualnya pun mahal. Kebutuhan ini dapat diatasi dengan produksi lipase ekstraseluler dari mikroba dengan fermentasi substrat padat (SSF). Pada penelitian ini dilakukan sintesis enzim lipase ekstraseluler dari kapang Aspergillus niger dengan menggunakan metode SSF pada substrat fermentasi berupa residu agroindustri seperti ampas tahu, ampas kelapa, dan dedak jagung dan diamati juga pengaruh kondisi fermentasi seperti konsentrasi induser serta waktu fermentasi terhadap aktivitas lipase yang dihasilkan. Jenis substrat yang menghasilkan aktivitas supernatant lipase terbaik adalah ampas tahu dengan konsentrasi induser 4% selama 9 hari fermentasi, dengan unit aktivitas 8,48 U/mL.
Supernatant lipase ini dikeringkan dengan metode spray drying dan kemudian diimobilisasi pada resin anion macroporous dengan metode adsorpsi-crosslinking. Lipase terimobilisasi diuji aktivitasnya dalam reaksi sintesis biodiesel rute non-alkohol di reaktor batch dengan perbandingan mol reaktan minyak kelapa sawit dan metil asetat sebesar 1:12, pada suhu reaksi 40oC selama 50 jam, dan menghasilkan 48.3% yield biodiesel. Stabilitas aktivitas enzim juga diuji dengan penggunaan pada 4 siklus reaksi sintesis biodiesel, dan enzim masih memiliki 84% dari aktivitas awal meskipun telah digunakan dalam 4 siklus reaksi.

The advancement of technology pushes the rise of demand for lipase as a biocatalyst but commercially, the availability of lipase is still very limited and the price is very expensive. To fill in this needs, extracellular lipase enzyme from Aspergillus niger can be produced by solid state fermentation (SSF) using agroindustrial wastes including tofu dregs, coconut dregs, and corn bran. The aforementioned agroindustrial residues still contain nutritions, especially lipids/triglycerides which makes them potential as fermentation medium to produce lipase. Lipase with the highest activity is obtained from tofu dregs as substrate with 4% inducer in 9 days fermentation, which shows activity of 8.48 U/mL.
This crude lipase extract is then dried with spray dryer and then immobilized in anion macroporous resin with adsorption-crosslinking as the immobilization method. The immobilized lipase?s activity is then assayed by biodiesel synthesis reaction and shows 48.3% yield. The immobilized enzyme's stability is also tested with four cycles of biodiesel synthesis, and in the fourth cycle, it still maintained 84% of its initial activity.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64181
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Proton Exchange Membran Microbial Fuel Cell (PEMMFC) adalah
seperangkat alat yang memanfaatkan jasa mikroba sebagai katalis dalam
mengoksidasi senyawa organik dan anorganik untuk menghasilkan arus
listrik. Mikroba dapat digunakan untuk memproduksi listrik karena dalam
metabolisme selnya melibatkan proses transfer elektron. Dengan adanya
mediator yang berperan melakukan penetrasi ke dalam membran plasma
mikroba, lalu mengambil elektron dari rantai transfer elektron mikroba
tersebut dan membawanya menuju ke permukaan elektroda maka akan
dihasilkan aliran listrik. Dalam proses metabolismenya Pseudomonas
aureginosa secara alami menghasilkan senyawa pyosianin yang dapat
berperan sebagai mediator transfer elektron bagi dirinya sendiri dan bakteri
lain (Escherecia coli) untuk memproduksi listrik dalam PEMMFC, sehingga
pada PEMMFC menggunakan kultur campuran Pseudomonas aureginosa
dan Escherecia coli tidak diperlukan lagi penambahan mediator dari luar
sistem.
Uji cyclic voltametry terhadap pyosianin hasil ekstraksi menunjukkan
potensial oksidasi -0,08 mV dan potensial reduksi pada -0.16 mV yang
menandakan pyosianin bersifat elektroaktif reversibel, sedangkan uji aktivitas
antimikroba terhadap pyosianin hasil ekstraksi dan pyosianin yang dihasilkan
di kompartemen anoda hanya sedikit sekali menghambat pertumbuhan E. coli. Produksi listrik rata-rata pada metode 1 menggunakan medium LB
sekitar 8,21 A ; 272,3 mV, sementara dengan metode 2 sekitar 4,53 A;
242,5 mV. Produksi listrik pada metode 1 menggunakan medium PB (untuk
P. aureginosa) dan LB (untuk E. coli) sekitar 9,83 A; 254,6 mV, sementara
dengan metode 2 sekitar 9,72 μA ; 236,6 mV. Penambahan substrat glukosa
pada saat terjadi penurunan arus dan voltase pada metode 2 menggunakan
medium PB (untuk P. aureginosa) dan LB (untuk E. coli), meningkatkan
produksi arus rata-rata dari 9,72 A menjadi 14,76 A dan voltase dari
236,6 mV menjadi 290,8 mV."
Universitas Indonesia, 2007
S30636
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Loise Riani
"ABSTRAK
Hidrogen adalah clean energy sebagai alternatif dari energi fosil.
Hidrogen dapat dihasilkan melalui proses fisika, kimia dan biologi . Agen biologi yang dapat menghasilkan hidrogen adalah mikroalga, sianobakteri dan bakteri fotosintetik. Bakteri fotosintetik memanfaatkan senyawa organik dan sinar matahari untuk menghasilkan hidrogen. Pada penelitian ini, proses fotofermentasi menggunakan substrat limbah cair tahu untuk konversi menjadi hidrogen, dengan agen bakteri fotosintetik Rhodobium marinum . Limbah cair tahu yang digunakan mempunyai kandungan senyawa organik, dengan kadar rata-rata gula total 405,77 ppm, asam laktat 3944,87 ppm dan asam asetat 147,65 ppm. Hasil fotofermentasi limbah cair tahu oleh bakteri R. marinum memberikan hidrogen sebesar 3,58% dan konversi substrat menjadi hidrogen memberikan nilai efektifitas fotofermentasi sebesar 52,74%."
[, ], 2007
T40061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viona
"Penambahan platina ke dalam titania nanotube arrays dengan menggunakan metode reduksi kimia untuk produksi hidrogen dari gliserol telah dilakukan. Pemilihan metode penyisipan dopan antara reduksi kimia dan fotodeposisi telah diinvestigasi terlebih dahulu dengan menggunakan titania nanopartikel. Metode reduksi kimia memiliki dispersi 82,67%, sedangkan metode fotodeposisi sebesar 47,78%. Karakterisasi FESEM menunjukkan titania nanotube arrays dengan anodisasi ultrasonic bath selama 90 menit menghasilkan ketinggian film mencapai 7 μm. Morfologi titania nanotube arrays menghasilkan hidrogen tujuh kalinya dibandingkan morfologi nanopartikel. Penambahan dopan dengan metode reduksi kimia ke dalam titania nanotube arrays dilakukan dengan memasukkan plat titania berukuran 3,5 x 3,5 cm ke dalam larutan H2PtCl6 dengan konsentrasi tertentu, kemudian ditambahkan NaBH4 sebagai agen pereduksi. Penambahan Pt ke dalam titania nanotube arrays mampu meningkatkan produksi hidrogen, yang terbukti menghasilkan hidrogen 1,7 kalinya dibandingkan dengan titania nanotube arrays tanpa Pt atau 13 kalinya dibandingkan dengan titania nanopartikel tanpa Pt.

Addition of platinum into titania nanotube arrays by chemical reduction to produce hydrogen from glycerol solution has been carried out. The selection methods of insertion dopant between chemical reduction and photodeposition have been investigated fotodeposisi advance using titania nanoparticles. Chemical reduction method has a dispersion of 82.67%, while fotodeposisi method 47.78%. FESEM characterization of titania nanotube arrays using ultrasonic bath anodization have film thickness reach 7 μm. Titania nanotube arrays produce hydrogen seven times compared with titania nanoparticle. Addition of dopants using chemical reduction method is done by entering titania foil sized 3.5 x 3.5 cm into a H2PtCl6 solution with specific concentration, then NaBH4 as reducing agent is added. The addition of Pt into titania nanotube arrays can increase the production of hydrogen, which is proven can generate hydrogen 1.7 times compared with titania nanotube arrays without Pt or 13 times compared with titania nanoparticle without Pt."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53623
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikratannisa Nadhirah
"Nanokomposit CaO−Fe3O4/Al2O3 berhasil disintesis untuk pembuatan biodiesel menggunakan limbah minyak goreng yang didukung dengan karakterisasi menggunakan instrumen FTIR, XRD, SEM, BET, dan TEM pada nanokomposit CaO−Fe3O4/Al2O3. Persentase produk optimum sebesar 91,17% menggunakan nanokomposit CaO−Fe3O4/Al2O3 dengan CaO yang dikalsinasi pada suhu 900 °C, rasio massa CaO/Fe3O4 2:1, dan rasio massa CaO/Fe3O4 : Al2O3 (1:1) dengan waktu reaksi 2 jam, jumlah katalis 3%, rasio methanol terhadap minyak (9:1). Kandungan asam lemak pada biodiesel dianalisa menggunakan GC-MS dan sifat fisik biodiesel hasil sintesis sesuai standar SNI dan ASTM dengan massa jenis 0,8852 g/mL, kadar asam lemak bebas 0,0346%, dan angka asam sebesar 0,6885 mg/KOH/g. Studi kinetika reaksi mengikuti pseudo orde pertama dengan hukum laju reaksi v =k[TGA]=0,0117 menit^(-1) (TGA)dengan nilai konstanta laju reaksi 0,0117 menit-1.

CaO−Fe3O4/Al2O3 nanocomposites were successfully synthesized for biodiesel production using waste cooking oil supported by characterization using FTIR, XRD, SEM, BET, and TEM instruments on CaO−Fe3O4/Al2O3 nanocomposites. The optimum product percentage was 91.17% using CaO−Fe3O4/Al2O3 nanocomposite with CaO calcined at 900°C, CaO/Fe3O4 mass ratio of 2:1, and CaO/Fe3O4 mass ratio: Al2O3 (1:1) with reaction time of 2 hours, catalyst amount of 3%, methanol to oil ratio (9:1). The physical properties of the synthesized biodiesel were in accordance with SNI and ASTM standards with a density of 0.8852 g/mL, a free fatty acid content of 0.0346%, and an acid number of 0.6885 mg/KOH/g. The reaction kinetics study follows the first-order pseudo with the reaction rate law v =k[TGA]=0,0117 menit^(-1) with a reaction rate constant value of 0.0117 min-1."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Zuhdi
"Kebutuhan solar terus meningkat setiap tahun, sehingga perlu pemanfaatan biodiesel untuk subtitusi bahan bakar fosil dengan bahan bakar dari energi terbarukan. Indonesia memiliki kapasitas terpasang produsen Biodiesel yang memiliki kapasitas 17,1 juta KL dan pada umumnya berbahan baku dari minyak sawit, namun terdapat beberapa produsen yang menggunakan minyak jelantah sebagai bahan bakunya, salah satunya adalah PT Bali Hijau di Denpasar, Bali. Potensi minyak jelantah yang dihasilkan Indonesia di tahun 2019 diperkirakan 3 juta KL dan berpotensi dapat dimanfaatkan salah satunya sebagai Biodiesel. Namun bahan baku yang melimpah terutama dari sektor hotel di Bali hanya sedikit yang dimanfaatkan menjadi biodiesel, sehingga perlu dilakukan riset terkait pemanfaatan limbah minyak jelantah untuk produksi biodiesel berkelanjutan sebagai salah satu penerapan ekonomi sirkular di Indonesia. Metode gabungan kuantitatif dan kualitatif dipergunakan dalam riset ini. Hasil riset menunjukan potensi minyak jelantah sebagai bahan baku biodiesel rata-rata hanya sekitar 12% dari total minyak jelantah terkumpul, dengan rata-rata potensi timbulan minyak jelantah dari sektor hotel adalah 27% dari konsumsi penggunaan minyak goreng. Tingkat Willingness to Accept (WTA) minyak jelantah dari sektor hotel di daerah Badung, Bali untuk produksi Biodiesel memiliki rata-rata WTA Rp 4.827/L atau setara Rp 5.000/L. Biaya produksi biodiesel minyak jelantah setiap batch adalah Rp 12.641/L dengan harga jual Rp 14.000/L dan margin Rp 1.359/L. Sedangkan penurunan emisi CO2 dari pemanfaatan biodiesel minyak jelantah tahun 2022 sebesar 25.112 kg CO2 e dan meningkat di tahun 2023 menjadi 39.792 kg CO2 e. Strategi keberlanjutan dengan melakukan analisis SWOT menghasilkan nilai IFAS 0,647 dan EFAS 0,684 sehingga berada di kuadran 1 yang berarti strategi yang tepat adalah growth oriented strategy.

The need for diesel fuel continues to increase every year, so it is necessary to utilize biodiesel to substitute fossil fuels with fuels from renewable energy. Indonesia has an installed capacity of Biodiesel producers which has a capacity of 17.1 million KL and is generally made from palm oil, but there are several producers who use used cooking oil as raw material, one of which is PT Bali Hijau in Denpasar, Bali. The potential of used cooking oil produced in Indonesia in 2019 is estimated at 3 million KL and can potentially be utilized as Biodiesel. However, the abundant raw materials, especially from the hotel sector in Bali, are only slightly utilized into biodiesel, so it is necessary to conduct research related to the utilization of used cooking oil waste for sustainable biodiesel production as one of the applications of circular economy in Indonesia. A combined quantitative and qualitative method was used in this research. The results showed that the potential of used cooking oil as a biodiesel feedstock averaged only about 12% of the total used cooking oil collected, with an average potential of used cooking oil generation from the hotel sector of 27% of cooking oil consumption. The Willingness to Accept (WTA) level of used cooking oil from the hotel sector in Badung, Bali for Biodiesel production has an average WTA of IDR 4,827/L or equivalent to IDR 5,000/L. The production cost of used cooking oil biodiesel per batch is IDR 12,641/L with a selling price of IDR 14,000/L and a margin of IDR 1,359/L. Meanwhile, the reduction in CO2 emissions from the use of used cooking oil biodiesel in 2022 was 25,112 kg CO2 e and increased in 2023 to 39,792 kg CO2 e. The sustainability strategy by conducting SWOT analysis resulted in an IFAS value of 0.647 and EFAS of 0.684 so that it is in quadrant 1, which means that the right strategy is a growth-oriented strategy."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S41483
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>