Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120666 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Ekstrapolisakarida (EPS) adalah semua bentuk polisakarida yang terdapat di luar dinding sel. Khamir dari genus Rhodotorula (F.C. Harrison)merupakan salah satu genus yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan
EPS dalam bentuk kapsul dan lendir. Penelitian yang dilakukan bertujuan memperoleh strain khamir dari genus Rhodotorula yang berpotensi menghasilkan EPS dengan kandungan -1,3-glukan yang tinggi. Penelitian
dilakukan di Departemen Biologi, Kimia, dan Farmasi, FMIPA UI, Depok selama 10 bulan (Juni 2006 sampai Maret 2007). Penapisan dilakukan berdasarkan intensitas kompleks warna antara biomassa kering dengan aniline blue, pewarna yang spesifik untuk mendeteksi -1,3-glukan. Sebanyak 40 strain Rhodotorula positif menghasilkan -1,3-glukan pada
dinding sel dan EPS, dengan intensitas warna biru yang bervariasi. Intensitas warna biru diberi skor 1--4 untuk biru muda hingga biru tua keunguan. Sebanyak empat strain Rhodotorula mucilaginosa, yaitu UICC
Y-116, UICC Y-128, UICC Y-141, dan UICC Y-165 menunjukkan intensitas warna biru paling pekat (skor empat), yang mengindikasikan konsentrasi
polimer dan derajat polimerisasi -1,3-glukan yang tinggi. Hasil penapisan menunjukkan bahwa keempat strain tersebut paling potensial menghasilkan -1,3-glukan pada dinding sel dan EPS. Ekstrapolisakarida dari dua strain, yaitu UICC Y-128 dan UICC Y-116 diisolasi dan dimurnikan, serta dianalisis dengan HPLC. Strain UICC Y-128 menghasilkan EPS sebanyak 0,84 g/g
biomassa kering (84%) dan UICC Y-116 sebanyak 0,85 g/g biomassa kering (85%). Hasil analisis HPLC menunjukkan bahwa EPS kedua strain kemungkinan merupakan -glukan."
Universitas Indonesia, 2007
S31446
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Cryptococcus (Vuillemin) merupakan salah satu genus khamir yang berpotensi sebagai penghasil β-glukan karena memiliki ekstrapolisakarida (EPS) dengan salah satu komponen adalah glukan. Penelitian bertujuan memperoleh strain Cryptococcus potensial sebagai penghasil EPS yang mengandung β-1,3-glukan yang tinggi. Penelitian dilakukan di Departemen Biologi, Departemen Farmasi dan Departemen Kimia, FMIPA UI, Depok selama 10 bulan (Juni 2006--Maret 2007). Penapisan pada 36 strain Cryptococcus berdasarkan intensitas warna biru yang terbentuk antara kompleks aniline blue dan β-1,3-glukan. Hasil penapisan menunjukkan bahwa seluruh strain Cryptococcus positif mengandung β-1,3-glukan pada dinding sel dan EPS dengan intensitas warna biru yang bervariasi (skor 1--3 dari biru muda sampai biru tua). Skor tiga ditunjukkan oleh tiga strain, yaitu Cryptococcus laurentii UICC Y-232, Cryptococcus sp. UICC Y-179 dan Cryptococcus heveanensis UICC Y-230 yang menunjukkan bahwa ketiga strain paling potensial dalam menghasilkan β-1,3-glukan pada dinding sel dan EPS. EPS dari dua strain paling potensial diisolasi dan dimurnikan, serta dianalisis dengan HPLC. Cryptococcus laurentii UICC Y-232 menghasilkan EPS sebanyak 0,8 g/g berat kering (80%) sedangkan Cryptococcus sp. UICC Y-179 sebanyak 0,77 g/g berat kering (77%). Berdasarkan hasil analisis HPLC, EPS dari C. laurentii UICC Y-232 dan Cryptococcus sp. UICC Y-179 kemungkinan merupakan β-glukan."
Universitas Indonesia, 2007
S31452
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusmiati
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas produk beta-1,3 glukan hasil ekstraksi dari Agrobacterium sp Bro 1.2.1 isolat lokal galur tipe liar dan galur tipe mutan terhadap penyembuhan luka terbuka pada hewan coba tikus putih galur Sprague Dawley yang dibuat luka terbuka. Ekstraksi produk beta-1,3 glukan dilakukan dengan cara pengendapan dan dilanjutkan dengan pemurnian pada kromatografi kolom sebagai fraksi gradien KCl. Percobaan uji aktivitas dibagi menjadi tujuh kelompok perlakuan yaitu kontrol negatif, kontrol positif dengan Povidon iodium, dua kelompok dari dua produk beta-1,3 glukan komersil dengan dosis masing-masing 0,02 mg/4 cm2 , tiga kelompok beta-1,3 glukan uji dengan dosis masing-masing yaitu 0,02 mg/4 cm2, 0,10 mg/ 4 cm2 dan 0,5 mg/ 4 cm2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kontrol negatif dengan kontrol positif dan kelompok uji pada dosis tertinggi 0,5 mg/4 cm2 dibandingkan kelompok kontrol negatif dan kontrol positif (p<0.05) menggunakan analisis statistik beda nyata terkecil.

Production of beta-1,3 glucan from Agrobacterium and its wound healing activity on white rat. The objective of this study was to determine the activity of beta-1,3 glucan product extracted from local Agrobacterium sp Bro 1.2.1, both wild-type and mutant-type, on opened-wound healing process. Beta-1,3 glucan product was extracted by precipitation, and the purification was carried out by column chromatography as KCl gradient fractions. In this study, white Sprague Dawley rats were employed, and have been treated for opened-wound condition. Seven groups were performed in this experiment, i.e. the negative control, the positive control employing povidone iodine, the two groups of two commercial beta-1,3 glucan with 0,02 mg/4 cm2 each, and the last three groups of beta-1,3 glucan as the test group with 0,02 mg/4 cm2, 0,10 mg/4 cm2 and 0,50 mg/4 cm2, respectively. The result showed significant differences of wound-healing activity performing statistical analysis of the least significance between the negative control, the positive control, as well as the highest dose of the test group of beta-1,3 glucan, at the dose of 0,5 mg/4 cm2 (p<0.05)."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Prastiwi
"Arginase (L-arginine ureahydrolase) adalah enzim yang berperan dalam siklus
urea. Arginase juga memainkan peran penting dalam produksi nitrat oksida (NO).
Gangguan keseimbangan NO merupakan kontributor terjadinya gangguan fungsi
endotel pembuluh darah. Senyawa fenol dan flavonoid diketahui mempunyai
aktivitas penghambatan arginase. Genus Sterculia kaya dengan senyawa fenol dan
flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan senyawa dari tanaman genus
Sterculia yang mempunyai aktivitas penghambatan arginase. Penelitian diawali
dengan skrining dari 5 tanaman genus Sterculia yaitu: S. macrophylla, S. comosa,
S.parkinsonii, S.rubiginosa, S.stipulata. Bagian yang digunakan adalah daun dan
kayu. Ekstrak diuji aktivitas inhibitor enzim arginase dan antioksidan dengan
metode DPPH dan FRAP. Ekstrak yang aktif adalah ekstrak metanol kayu Sterculia
comosa dan ekstrak metanol kayu Sterculia macrophylla. Ekstrak aktif dipisahkan
dengan kromatografi kolom vakum menjadi fraksi. Tiap fraksi di uji aktivitas
inhibitor enzim arginase dan antioksidan dengan metode FRAP dan DPPH. Fraksi
dilanjutkan diisolasi menggunakan kromatografi kolom dan Kromatografi Lapis
Tipis Preparatif sampai didapatkan isolat. Hasil isolat diidentifikasi dengan FTIR,
1H-NMR,13C-NMR, HSQC, HMQC, HMBC, LCMSMS. Sterculia comosa (kayu
comosa/KC) didapatkan isolat KC4.4.6 asam (-)-2-(E)-kafeoil-D-gliserat, dan
KC4.4.5.1 adalah asam trans-isoferulat, yang merupakan turunan sinamat. Sterculia
macrophylla (kayu macrophylla/KM) diperoleh senyawa senyawa KM3.9.1
merupakan 3β-5α,6α-epoksi-3-hidroksi-7-megastigmen-9-on. Senyawa KM3.5.M
merupakan asam pikolinat, dan Senyawa KM-1 merupakan campuran β-sitosterol
dan stigmasterol. Hasil uji aktivitas inhibitor enzim arginase diperoleh nilai IC50
untuk isolat KM3.9.1: 59,31μg/ml, KM3.5.M: 73,98 μg/ml, KC4.4.6: 98,03 μg/ml,
KC4.4.5.1: 292,58 μg/ml, dan KM1: 140,56 μg/ml, kontrol positif nor-NOHA:
3,97 μg/ml. Aktivitas antioksidan metode DPPH didapatkan nilai IC50 isolat
KM3.9.1:92,60 μg/ml, KM3.5.M: 106,42 μg/ml, KC4.4.6: 48,77 μg/ml, KC4.4.5.1:
88,08 μg/ml dan KM1: 185,09 μg/ml, kontrol positif kuersetin: 5,63 μg/ml.
Aktivitas antioksidan dengan metode FRAP KM3.9.1: 10,76 FeEAC (Mol/g),
KM3.5.M: 5,79 FeEAC (Mol/g), KC4.4.6: 16,40 FeEAC (Mol/g), KC4.4.5.1: 15,79
FeEAC (Mol/g) KM-1: 11,89 FeEAC (Mol/g), kontrol positif kuersetin: 1201,61
FeEAC (Mol/g). Isolat KM3.9.1 (3β-5α,6α-epoksi-3-hidroksi-7-megastigmen-9-
on) merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas sebagai inhibitor enzim yang
paling baik, sedangkan aktivitas antioksidan yang paling baik adalah isolat
KC4.4.6/asam ()-2-(E)-kafeoil-D-gliserat
Arginase (L-arginine urea-hydrolase) is an enzyme that plays a role in the urea
cycle. Arginase also plays an essential role in the production of Nitric Oxide (NO).
NO balance disorder is a contributor to the impaired endothelial function of blood
vessels. Phenol and flavonoid compounds are known to have arginase inhibitory
activity. The genus Sterculia contains rich of phenol compounds and flavonoids.
This study aims to obtain compounds from the genus Sterculia which have arginase
inhibitory activity. The study began with the screening of five plants of Sterculia
genus: S. macrophylla, S. comosa, S.parkinsonii, S.rubiginosa, S.stipulata. The
parts used are leaves and wood. The extract tested for the activity of arginase
inhibitory activity and antioxidant by DPPH and FRAP methods. The active
extracts were methanol extract of Sterculia comosa wood and methanol extract of
Sterculia macrophylla wood. The active extract was separated by vacuum column
chromatography into fractions. Each fraction tested for the activity of arginase
inhibitory and antioxidant by the FRAP and DPPH methods. The fraction isolated
using column chromatography and Preparative Thin Layer Chromatography until
isolates obtained. The isolates identified with FTIR, 1H-NMR,13C-NMR, HSQC,
HMQC, HMBC, LCMSMS. Sterculia comosa (comosa woods/KC) obtained
isolates KC4.4.6/(-)-2-(E)-caffeoyl-D-glyceric acid., KC4.4.5.1 trans-isoferrulic
acid, which are cinnamic. Sterculia macrophylla (comosa woods/KC) obtained
compound: KM3.9.1 is a compound of 3β-5α,6α-epoxy-3-hydroxy-7-
megastigmen-9-one. KM3.5.M is picolinic acid, and KM1 is β-sitosterol and
stigmasterol. The results of arginase enzyme inhibitor activity obtained IC50 values
for isolates KM3.9.1: 59.31 μg/ml, KM3.5.M: 73.98 μg/ml, KC4.4.6: 98.03 μg/ml,
KC4.4.5.1: 292.58 μg/ml, and KM1: 140.56 μl/ml, positive control of nor-NOHA:
3.97 μg/ml. Antioxidant activity DPPH method obtained IC50 isolates KM3.9.1:
92.60 μg/ml, KM3.5.M: 106.42 μg/ml, KC4.4.6: 48.77 μg/ml, KC4.4.5.1: 88,08
μg/ml and KM1: 185.09 μg/ml. Quercetine as positive control: 5.63 μg/ml.
Antioxidant activity with FRAP method KM3.9.1: 10.76 FeEAC (Mol/g),
KM3.5.M: 5.79 FeEAC (Mol/g), KC4.4.6 of 16.40 FeEAC (Mol/g), KC4.4.5.1:
15.79 FeEAC (Mol/g) KM1: 11.89 FeEAC (Mol/g), quercetine: 1201.61 FeEAC
(Mol/g). KM3.91 (3β-5α,6α-epoxy-3-hydroxy-7-megastigmen-9-one) isolates was
compound that have the best activity as enzyme inhibitor, while the best antioxidant
activity was KC4.4.6/()-2-(E)-caffeoyl-D-glyceric acid."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ridha Eko Mulyono
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32668
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Ashriyani
"Dalam kondisi krisis energi seperti saat ini, pemanfaatan sumber daya
yang dapat diperbarui diharapkan dapat membantu pemenuhan kebutuhan
energi. Makroalga merupakan salan satu sumber daya yang dapat
dimanfaatkan sebagai penghasil energi alternatif dalam bentuk bioetanol.
Pada penelitian ini, dipilih makroalga genus Eucheuma dan Gracilaria karena
memiliki kandungan selulosa serta mudan dan cepat pembudidayaannya.
Eucheuma dan Gracilaria dinidrolisis olen jamur Thchoderma viride yang
mengnasilkan enzim selulase. Konsentrasi senyawa gula pereduksi yang
dinasilkan dari proses nidrolisis ditentukan dengan metode Somogyi Nelson.
Gula pereduksi paling tinggi yang dihasilkan dari nidrolisis Eucheuma adalan
0,090 mg/mL pada konsentrasi 7,5% dan waktu inkubasi 48 jam, sedangkan
pada Gracilaha, gula pereduksi yang dinasilkan sebesar 0,089 mg/mL pada
konsentrasi 5% dan waktu inkubasi yang sama. Hidrolisat Eucheuma dan
Gracilaria difermentasi olen sel Saccharomyces cerevisiae yang terimobilisasi
dalam Ca alginat. Kondisi optimum proses fermentasi diperolen pada pH 4
dan waktu inkubasi 24 jam yang mengnasilkan kadar etanol sebesar 0,698%
dari nidrolisat Eucheuma dan 0,530% dari Gracilada. Kadar etanol ditentukan
dengan Gas Chromatography."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30507
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Liana Soviyah Hanum
"Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus dan berlebihan dapat menurunkan kualitas tanah dan dapat menurunkan hasil panen. Salah satu solusi alternatif untuk mengembalikan kesuburan tanah adalah dengan menggunakan tambahan pupuk hayati. Pupuk hayati merupakan pupuk yang berisi mikroorganisme yang memiliki kemampuan meningkatkan pertumbuhan tanaman yang disebut dengan plant growth promoting bacteria (PGPB). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bakteri dari sampel kepala udang dilanjutkan karakterisasi jenis genus bakteri dan diuji kemampuan berdasarkan karakter PGPB untuk mendapatkan isolat potensial sebagai pupuk hayati.
Isolasi dilakukan dengan teknik quadrant streak dari cairan suspensi pada medium umum. Isolat bakteri yang didapatkan selanjutnya dikarakterisasi berdasarkan Cowan & Steel’s Manual for the Identification of Medical Bacteria dan diuji kemampuannya menyediakan unsur hara bagi tanaman berdasarkan karakter PGPB, yaitu kemampuan memfiksasi nitrogen, melarutkan fosfat, menghasilkan IAA dan siderofor. Kemudian setiap isolat diuji kemampuan dalam menghasilkan enzim ekstraseluler (kitinase, protease, lipase dan amilase) menggunakan medium diferensial untuk mengetahui potesi mendegradasi makromolekul yang dapat dijadikan sumber nutrien bakteri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh lima isolat bakteri yang diberi kode UD1 hingga UD5, diantaranya 3 isolat Gram positif (UD1, UD4, dan UD5) dan 2 isolat Gram negatif (UD2 dan UD3). Uji kemampuan PGPB terhadap kelima isolat menunjukkan 3 isolat (UD1, UD2, dan UD3) mampu memfiksasi nitrogen, 3 isolat (UD2, UD3, dan UD5) mampu melarutkan fosfat, 4 isolat (UD1, UD2, UD3, dan UD4) mampu menghasilkan IAA, dan 3 isolat (UD2, UD3, dan UD4) mampu menghasilkan siderofor. Hasil uji kemampuan menghasilkan enzim ekstraseluler menunjukkan 2 isolat (UD2 dan UD3) positif terhadap keempat jenis uji. Berdasarkan data tersebut maka bakteri hasil isolasi berpotensi untuk dijadikan agen pupuk hayati.

The excessive use of chemical fertilizers can decrease soil quality and lead to reduced crop yields. One alternative solution to restore soil fertility is by utilizing biofertilizers. Biofertilizers contain microorganisms with the ability to enhance plant growth, known as Plant Growth Promoting Bacteria (PGPB). This study aimed to isolate bacteria from shrimp head samples, characterize the genera of bacteria, and assess their PGPB characteristics to identify potential isolates for biofertilizer application.
Isolation was conducted using the quadrant streak technique from suspension fluid on a standard medium. The isolated bacteria were then characterized based on Cowan & Steel’s Manual for the Identification of Medical Bacteria and tested for their ability to provide nutrients to plants based on PGPB characteristics, including nitrogen fixation, phosphate solubilization, indole-3-acetic acid (IAA) and siderophore production. Subsequently, each isolate was tested for its ability to produce extracellular enzymes (chitinase, protease, lipase, and amylase) using differential media to determine their potential for degrading macromolecules as a bacterial nutrient source.
The results showed that five bacterial isolates were obtained, including 3 Gram-positive isolates (UD1, UD4, and UD5) and 2 Gram-negative isolates (UD2 and UD3). PGPB capability tests on these isolates revealed that 3 isolates (UD1, UD2, and UD3) could fix nitrogen, 3 isolates (UD2, UD3, and UD5) could solubilize phosphate, 4 isolates (UD1, UD2, UD3, and UD4) could produce IAA, and 3 isolates (UD2, UD3, and UD4) could produce siderophores. The results of the extracellular enzyme production test indicated that 2 isolates (UD2 and UD3) tested positive for all four types of tests. Based on this data, the isolated bacteria have the potential to be used as biofertilizer agents.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Washila Nurlaila
"ABSTRACT
Isolasi dan penapisan kapang dan khamir dari lima jenis ragi tapai asal beberapa kota di Jawa Barat telah dilakukan. Berdasarkan hasil isolasi, didapatkan tiga belas isolat kapang dan tujuh isolat khamir. Penapisan kapang amilolitik dilakukan secara kualitatif menggunakan uji iodin. Uji kualitatif dilakukan dengan mengukur zona bening pada medium starch agar yang telah ditumbuhi kapang dan kemudian ditetesi iodin. Hasil uji menunjukkan isolat (ZC1, ZC2, ZGJ2) memiliki diameter zona bening sebesar (69,95 mm, 58,73 mm, 56,85 mm). Aktivitas amilase ketiga isolat kapang terpilih diukur menggunakan metode DNS (Dinitrosalicylic Acid). Hasil uji menunjukkan bahwa isolat ZGJ2 merupakan isolat kapang dengan aktivitas tertinggi (6,30 U/mL) sedangkan isolat kapang dengan aktivitas terendah (3,03 U/mL) dihasilkan oleh isolat ZC2. Penapisan khamir penghasil alkohol dilakukan berdasarkan pertumbuhan sel dan gas  yang terperangkap dalam tabung Durham, dalam medium PDB yang ditambah glukosa 5%, 10%, dan 15%. Ketiga isolat mampu tumbuh dengan baik pada medium dengan konsentrasi glukosa 15%. Namun pembentukan gas  hanya terjadi pada penambahan 10% glukosa oleh isolat YC1 (4+) dan YC3 (3+)  serta penambahan 5% glukosa oleh isolat YC2 (2+). Hasil pengamatan karakter makroskopis dan mikroskopis isolat ZC1 dan ZGJ2  diduga merupakan genus Rhizopus, sedangkan isolat ZC2 masuk ke dalam genus Mucor. Isolat khamir terpilih diduga termasuk ke dalam filum Ascomycota berdasarkan karakter morfologi dan fisiologi.

ABSTRACT
Isolation and screening of molds and yeasts from five types of ragi tapai from several cities in West Java had been done. Based on the results of isolation, thirteen mold isolates and seven yeast isolates were obtained. Screening of amylolytic mold was done by qualitative assay using iodine. Iodine assay was done by measuring clear zones on starch agar medium which had been grown with mold and then flooded with iodine. The results of iodine assay showed that three isolates (ZC1, ZC2, ZGJ3) formed clear zones diameter (69.95, 58.73, 56.85). Amylase activity of the three selected mold isolates were measured using the DNS (Dinitrosalicylic Acid) method. The results showed that ZGJ2 had highest activity (6.30 U / mL) meanwhile the mold isolate with the lowest activity (3.03 U / mL) was ZC2. Alcohol-producing yeasts were screened based on cell growth and  trapped in Durham tubes, in the medium of PDB added with glucose 5%, 10%, and 15%. The best three isolates were able to grow in a medium with 15% glucose concentration. However the formation of  only occurs in the addition of 10% glucose by YC1 (4+) and YC3 (3+) and the addition of 5%  glucose by YC2 (2+). Based on observation of the macroscopic and microscopic characters, ZC1 and ZGJ2 assumed belong to the Rhizopus genus, meanwhile ZC2 belongs to the Mucor genus.The selected yeasts are assumed to belong to the Ascomycota phylum based on morphological and physiological characters."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amarasinghe Achchige Thasun
"Isolasi merupakan faktor utama dalam biogeografi pulau, disini kami mencoba memahami fenomena filogeografi kelompok londok pohon Asia Tenggara yaitu genus Bronchocela di Kepulauan Indonesia dengan dukungan data morfologi (ukuran tengkorak), molekuler (DNA mitokondria dan inti) dan data evolusi. Genus Bronchocela kosmopolit, morfologi sangat bervariasi tersebar dan terisolasi di hutan yang terfragmentasi di kepulauan Indonesia. Variasi yang kompleks pada genus ini menyebabkan kesulitan dalam penentuan batas spesies dengan jelas. Sebanyak 520 individu spesimen koleksi museum telah diperiksa untuk diuji mengenai dampak isolasi pulau secara geografis terhadap struktur morfologi populasi. Uji statistic dilakukan dengan menggunkan analisis univariat dan multivariat. Sejauh ini baru diketahui hanya hanya empat spesies yang teridentifikasi di wilayah Indonesia, setelah dilakukannya penelitian ini setidaknya teridentifikasi menjadi enam spesies. Rekonstruksi pohon filogenetik dilakukan berdasarkan marka DNA mitokondria yaitu 16s rRNA (~500 bp) dan ND2 (~1300 bp) serta gen inti yaitu oocyte maturation factor mos (CMOS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa B. cristatella yang tersebar luas, dalam penelitian ini terbukti sebagai spesies kompleks yang setidaknya terdiri atas tiga spesies berbeda. Rekonstruksi pohon filogenetik DNA mitokondria dan inti menggunakan Maximum Likelihood (ML) dan Bayesian Inference (BI) menunjukkan adanya enam garis keturunan evolusi Bronchocela di Indonesia. Tingkat variasi selama ini mungkin diremehkan karena tingginya tingkat kesamaan morfologi yang disebabkan oleh sifat arboreal. Haplotipe network berdasarkan gen mitokondria ND2 dengan jelas menunjukkan adanya delapan garis keturunan. Indeks isolasi diestimasi melalui uji interaksi dua arah (ANOVA) antara luas daratan dan ukuran tubuh dari setiap populasi. Hasil penelitian ini menunjukkan pulau-pulau yang lebih besar mendukung kehidupan londok yang berukuran besar dibandingkan dengan pulau-pulau yang lebih kecil (fenomena dwarfisme pulau) dan sejalan dengan teori isolasi pulau. Hasil analisis waktu BEAST berbasis penggabungan menghasilkan pohon filogenetik dengan dua klade utama dan mengungkapkan nenek moyang terbaru atau most recent common ancestor (MRCA) untuk Bronchocela berasal sekitar 42 juta tahun yang lalu di daratan Asia. Pohon filogenetik menununjukkan bahwa klade basal Bronchocela terdiri dari B. burmana dan taksa nenek moyangnya yang sebagian besar terbatas di Semenanjung Malaysia. Pohon kredibilitas clade maksimum atau Maximum Credibility Clade (MCC) skala waktu geologi menunjukkan bahwa genus Bronchocela berevolusi pada zaman Miosen awal (~18,7 juta tahun yang lalu) dan memulai spesiasi cepat pada Miosen akhir. Pohon filogenetik menununjukkan bahwa klade basal Bronchocela terdiri dari B. burmana dan taksa nenek moyangnya yang sebagian besar terbatas di Semenanjung Malaysia. Dalam penelitian ini, distribusi klade berdasarkan keberadaan spesies londok dalam pohon filogenetik. Model State-dependent Speciation and Extinction (SSE) digunakan untuk merekonstruksi Ancestral Range Estimation (ARE). Hasil simulasi silsilah Bronchocela dengan ARE sesuai hipotesis kami bahwa daratan Sunda merupakan asal muasal genus ini dan menjalan kepulauan Sunda Besar, kepulauan Sulu, Sulawesi, dan Maluku utara pada zaman Miosen. Penelitian ini memberikan wawasan baru mengenai isolasi pulau di wilayah yang belum pernah diteliti sebelumnya dan hal ini menyiratkan bahwa pola distribusi Bronchocela sebagian besar dibentuk oleh peristiwa dispersal pada pra-Pliosen yang diikuti oleh peristiwa vicarian yang mendalam. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa perubahan iklim Pliosen dapat berdampak besar pada diversifikasi spesies dan demografi spesies-spesies hutan ini.

Isolation is the main factor in insular biogeography, here we try to understand the insular biogeographical phenomenon of the southeast Asian arboreal lizard genus Bronchocela across the Indonesian Archipelago with the support of morphological (including skull morphology), molecular (mitochondrial and nuclear DNA) and evolutionary data. The morphologically highly variable, cosmopolitan arboreal forest lizards of the genus, Bronchocela are dispersed and isolated in fragmented island forests across the Indonesian Archipelago. These species exhibit complex morphological variations, which weaken clear species delimitation. To determine the effects of geographical island isolation on the morphological structure of the populations, 520 individuals of museum specimens (including name-bearing types) were examined across Peninsular Malaysia and the Indonesian Archipelago. Both univariate and multivariate analyses were conducted on morphometric characters. So far only four species have been identified within Indonesian territory and after evaluating morphological and morphometric evidence at least six distinct species have been recognised. We screened two mitochondrial markers comprising 16s rRNA (~500 bp) and ND2 (~1300 bp), with intervening nuclear loci (CMOS) to obtain a robust phylogenetic hypothesis. Based on both morphology and genetics, we delimit potential biogeographic boundaries of the species composition. The previously widely distributed Bronchocela cristatella is here considered as a species complex with at least three distinct species. The phylogeny of mitochondrial and nuclear DNA using Maximum likelihood (ML) and Bayesian Inference (BI) revealed at least six evolutionary lineages within the Indonesian Bronchocela. This level of variation has probably been underestimated because of the high levels of morphological similarity brought about by the arboreal lifestyle. The haplotype networks based on the ND2 mitochondrial gene differentiated the eight lineages. An isolation index was estimated and defined for each island landmass based on its area and tested for two‐way interactions (ANOVA) between landmass and the mean body sizes of each population. Our results show the significant influence of the larger islands supporting larger-bodied lizards compared to the smaller islands, agreeing with the island theory. The coalescent-based BEAST time-analysis yielded a phylogenetic tree with two major clades. It revealed that the most recent common ancestor (MRCA) for the Bronchocela genus originated approximately 42 MYA in mainland Asia. The basal clade of Bronchocela consists of B. burmana and its ancestral taxa which are mostly confined to the Malay Peninsula. The geological time-scaled maximum clade credibility (MCC) tree indicated that the genus Bronchocela evolved in the early Miocene epoch (~18.7 MYA) and started rapid speciation in the late Miocene. We divided the distribution of the clade into regions based on the species in the phylogenetic tree by its presence in those regions, and we used the State-dependent Speciation and Extinction (SSE) models to reconstruct Ancestral Range Estimation (ARE). As we hypothesised, ancestral Range Estimation (ARE) analyses supported that mainland Sundaland served as the origin for Bronchocela, which colonized the Great Sundaic Islands, the Sulu Archipelago, Sulawesi, and Northern Moluccas during the Miocene epoch. Our results provide new insights into insular isolation in a previously unstudied region, and it implies that the distribution pattern of Bronchocela has been largely shaped by pre-Pliocene dispersal followed by deep vicariance events. We further demonstrate that Pliocene climatic changes can have profound effects on species diversification and demography in these forest species."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>