Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72589 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
cover
cover
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pola percabangan ranting bambu apus [Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schultes) Kurz.] di alam. Penelitian dilakukan di kawasan rumpun bambu Kebun Raya Bogor dan Laboratorium Biologi Perkembangan Departemen Biologi FMIPA UI Depok. Nodus ranting G. apus diamati secara makroskopis dan mikroskopis. Dari 20 sampel ranting pada pengamatan makroskopis, hanya nodus kedua sampai nodus kelima dari masing-masing ranting, yang digunakan untuk penghitungan jumlah mata tunas. Berdasarkan penghitungan, jumlah mata tunas bervariasi, yaitu 1, 2 dan 3. Nodus ketiga ranting diketahui memiliki jumlah mata tunas terbanyak dan digunakan sebagai acuan pengambilan sampel pembuatan sediaan histologis melalui metode parafin dengan pewarna seri safranin-fast green. Berdasarkan pengamatan mikroskopis sayatan melintang (cross section) dan memanjang (long section) nodus ketiga ranting, terlihat bahwa dari nodus bagian basal mata tunas pertama (tunas primer), dapat terbentuk mata tunas kedua dan ketiga (tunas sekunder). Adapun asal pembentukan kedua mata tunas sekunder tersebut, tidak berasal dari nodus yang sama. Dengan demikian, branch complement pada ranting G. apus di alam adalah berasal dari satu tunas primer yang nodus basalnya mampu membentuk tunas sekunder. Sehingga diketahui tipe branch complement pada ranting G. apus adalah unrestricted monoclade. Selanjutnya, berdasarkan asal pembentukan branch
iii
Pola percabangan..., Saifudin, FMIPA UI, 2007
iv
complement tersebut, dapat pula diketahui bahwa pola percabangan pada ranting G. apus di alam adalah pola percabangan tunggal (single branching)."
Universitas Indonesia, 2007
S31524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Susiani Purbaningsih
"Penelitian lanjutan yang terkait dengan perbanyakan bambu apus (Gigantochloa apus Kurz.) secara in vitro telah dilakukan. Pada periode penelitian kali ini, percobaan-percobaan yang dilakukan dititik beratkan pada masalah pengurangan tingkat kontaminasi, masalah perlu atau tidak pemberian NAA (zat pengatur tumbuh kelompok auksin) di dalam tahap induksi tunas, dilanjutkan dengan bagaimana agar tunas yang tumbuh dapat lebih dari satu (yang diharapkan minimal tiga) dan bagaimana eksplan yang telah tumbuh tunas dapat diinduksi sistem perakarannya. Untuk menjawab permasalahan tersebut, telah dilakukan berbagai cara sterilisasi (13 metode), dilanjutkan dengan penanaman eksplan pada media dasar (MS padat) ditambah dua macam zat pengatur tumbuh (Kinetin 5 mg/l) dan NAA (0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1 mg/l); untuk mengetahui pengaruh NM di dalam induksi tunas. Sedangkan untuk mengetahui apakah ada sinergi dari dua macam sitokinin, telah diujikan dua macam sitokinin (Kinetin dan BAP) baik secara tunggal maupun kombinasi. Terakhir, di dalam usaha menginduksi sistem perakaran, baik eksplan awal maupun eksplan yang telah tumbuh tunas ditanam pada media dasar MS dengan penambahan IBA dan Phloroglucinol.
Hasil sementara dari berbagai percobaan tersebut di atas adalah sebagai berikut: Pertama, tingkat kontaminasi terendah (10%, metode ke-12) diperoleh jika antibiotik yang digunakan dalam prosedur sterilisasi adalah Dumocycline (Dumex) 500 mg/100 ml. Kedua, di dalam media induksi tunas keberadaan senyawa auksin (NM) menunjukkan kecenderungan pengaruh yang baik, yaitu pada konsentrasi NM 0,6 dan 0,8 mg/l. Ketiga, dari dua macam sitokinin yang diujikan (Kinetin dan BAP) menunjukkan adanya sinergisme dari kedua zat pengatur tumbuh tersebut, yang terlihat pada kombinasi konsentrasi Kinetin 7,5 mg/l dan BAP 5 mg/l Sementara itu, proses induksi sistem perakaran masih berlangsung hingga laporan ditulis, sehingga hasil akhirnya belum dapat dilaporkan. Namun demikian, dari sekian banyak perlakuan yang telah dicobakan ada satu eksplan yang sistem perakarannya dapat terinduksi. Selain itu, di dalam media yang mengandung IBA dan Phioroglucinol respon pertama dari eksplan adalah tumbuh tunas, serta dijumpai adanya varigasi daun.

An experiment to overcome the problem of contamination of explant in vitro and to obtain a multiple shoots, including rooting of the shoot of Gigantochloa apus Kurz. have been carried out. Single nodal segments with axillary buds were the starting material. The nodal segment (each segment was 2-3 cm long) was collected from Gigantochloa apus plants grown in the riverside at Griya Tugu Asri, Depok. Since a high rate of contamination is reported in bamboo, a series of sterilization methods were tested through successive modification. There were 13 methods of sterilization tested. After sterilization, nodal segments were directly inoculated on modified Murashige & Skoog (MS) medium, supplemented with Kinetin 5 mg/I and various concentration of NM (0; 0,2; 0,4; 0,6, 0,8; 1,0 mg/l) or in the same basal medium supplemented with 16 combination Kinetin (0; 2,5; 5,0; 7,5 mg/1) and BAP (0; 2,5; 5; 7,5 mg/l). Rooting of the shoots and initial explants were achieved under in vitro and ex vitro conditions. For rooting in vitro a series of combination IBA and Phloroglucinol were tested.
The results of the experiment showed that the rate of contamination could be reduced to 10% with successive modifications in the methods of surface sterilization. The use of Dumocycline as an antibiotic seemed to be useful. The presence of NAA (0,6 or 0,8 mg/l) in the shoot induction medium contained 5 mg/l Kinetin, appeared to enhance the growth of the shoots. On the other hand, a combination of two cytokinines (Kinetin 7,5 mg/l and BAP 5 mg/l) showed slightly better than NAA-Kinetin combination, but this result should be confirmed. Rooting of the shoots either in vitro or ex vitro have not been successful yet, but the experiments are in progress to study the rooting induction.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Novianti Indriastuti
"ABSTRAK
Daun pacar air {Impatiens balsamina Linn.) dikultur
pada medium Murashige-Skoog (1962) modifikasi dengan pemberian
interaksi 2,4-D dan kinetin. Kultur dipelihara
dalam ruang bersuhu +-25C dan diberi cahaya. Pengamatan
dilakukan terhadap waktu inisiasi, jenis, warna, berat basah
dan berat kering kalus. Kalus mulai terbentuk pada
minggu ke-2 setelah penanaman, berwarna krem dan bertekstur
remah kompak. Berat basah kalus rata-rata tertinggi
pada minggu ke-4 diperoleh dari kalus dalam medium PIO
(2 ppm 2,4-D + 0,5 ppm kinetin) yaitu 0,2288 gram, dan
berat kering kalus rata-rata tertinggi diperoleh dari
kalus dalam medium P9 (1 ppm 2,4-D + 0,5 ppm kinetin)
yaitu 0,0195 gram. Berat basah dan berat kering kalus
rata-rata tertinggi pada minggu ke-8 diperoleh dari kalus
dalam medium PIO (0,2991 gram dan 0,0285 gram). Berat
basah kalus rata-rata tertinggi pada minggu ke-12 diperoleh dari kalus dalam medium P3 (3 ppm 2,4-D) yaitu 0,8481
gram, sedangkan berat kering kailus rata-rata tertinggi
diperoleh dari kalus dalam medium PIO (0,0603 gram).
Hasil ANAVA menunjukkan bahwa interaksi 2,4-D dan kinetin
berpengaruh terhadap pertambahan berat basah dan berat
kering kalus pada minggu ke-8 dan minggu ke-12.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filzah Putri
"ABSTRAK
Melastoma malabathricum L. merupakan anggota suku Melastomataceae yang berpotensi dikembangkan sebagai tanaman obat dan fitoremediator, sehingga perlu dikembangkan, salah satunya melalui kultur in vitro. Penelitian kultur in vitro daun M. malabathricum dilakukan untuk mengetahui respons eksplan terhadap penambahan zat pengatur tumbuh TDZ 0, 1, 2, dan 3 mgl-1 dan 2,4-D 0; 0,1; 0,2 mgl-1 secara tunggal maupun kombinasi. Kalus yang terbentuk pada seluruh perlakuan memiliki warna dan tekstur yang beragam. Pada perlakuan TDZ tunggal, 2,4-D tunggal, dan kombinasi keduanya, dihasilkan kisaran 75 mdash;95 , 95 mdash;100 , dan 45 mdash;90 eksplan yang membentuk kalus. Akar adventif terbentuk pada perlakuan 0,1 mgl-1 70 dan 0,2 mgl-1 2,4-D 60 . Lebih lanjut, tunas adventif terbentuk pada perlakuan 1 mgl-1 15 , 2 mgl-1 5 dan 3 mgl-1 TDZ 5 . Persentase kuantifikasi kalus pada perlakuan 0,1 mgl-1 2,4-D 63 ; 0,2 mgl-1 2,4-D 50 ; 2 mgl-1 TDZ 42 dan 3 mgl-1 TDZ 50 cenderung lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain, yaitu dengan skor 3 kategori jumlah kalus lsquo;sedang rsquo;. Dengan demikian, eksplan daun dapat merespons medium dengan membentuk kalus pada seluruh medium perlakuan, merespons akar adventif hanya pada medium 2,4-D tunggal, dan merespons tunas adventif hanya pada medium TDZ tunggal.

ABSTRACT
Melastoma malabathricum is a member of the Melastomataceae that is potential to be developed as a medicinal purpose and phytoremediation plant. Therefore, cultivation such as by in vitro culture, should be useful. The aim of this research was to know effect of thidiazuron TDZ and 2,4 dichlorophenoxyacetic acid toward growth and development of the leaves culture of Melastoma malabathricum. Explant were cultured in solid MS containing single or combination TDZ 0, 1, 2, 3 mgl 1 and 2,4 D 0 0,1 0,2 mgl 1 . Various color and texture of callus was induced in all treatments. In the presence of single TDZ, single 2,4 D, and both TDZ 2,4 D, about 75 mdash 95 , 95 mdash 100 , and 45 mdash 90 explants produced callus, respectively. Root adventitious was produced in 0,1 mgl 1 70 and 0,2 mgl 1 2,4 D 60 . Furthermore, shoot adventitious was initiated in 1 mgl 1 15 , 2 mgl 1 5 and 3 mgl 1 TDZ 5 . Percentage of callus quantification in treatment 0,1 mgl 1 2,4 D 63 0.2 mgl 1 2,4 D 50 2 mgl 1 TDZ 42 and 3 mgl 1 TDZ 50 were higher than other treatments. Research about in vitro culture from leaves of M. malabathricum on MS media containing single or combination TDZ 0 0,1 0,2 mgl 1 and 2,4 D 0, 1, 2, 3 mgl 1 has been conducted. Callus were induced on 12 different media, adventitious root were induced only on single 2,4 D media, and adventitious shoot were induced only on single TDZ media.Keywords thidiazuron 2,4 dichlorofenoxyacetid acid Melastoma malabathricum callus."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofia Kasnianti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S31131
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>