Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49372 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Mukhyarjon
"Ruang lingkup dan Cara penelitian: Buah merah merupakan tanaman yang kaya akan bahan-bahan antioksidan seperti beta karoten dan alfa tokoferol. Baik buah maupun minyaknya sudah banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan diyakini memiliki khasiat dalam pengobatan berbagai penyakit, salah satunya adalah kanker. Meskipun buah merah sudah digunakan secara luas oleh masyarakat, namun penelitian ilmiah tentang khasiat buah merah masih sangat terbatas. Penelitian pengaruh minyak buah merah terhadap karsinogenesis hati pada tikus yang diinduksi N-2-Fluroenilasetamida (FAA) bertujuan untuk menganalisis perlindungan minyak buah merah terhadap karsinogenesis akibat FAA pada tikus. Dalam penelitian ini digunakan 24 ekor tikus jantan galur Wistar, berumur ± 3 bulan dengan berat badan berkisar 150-200 gram, yang dibagi ke dalam 4 kelompok yaitu: kelompok kontrol, merupakan kelompok yang mendapatkan akuades, kelompok BM, adalah kelompok yang diberi minyak buah merah 10μl/gram BB/hari, kelompok FAA, merupakan kelompok yang diinduksi karsinogenesis FAA 40μg/hari dan kelompok BM+FAA, merupakan kelompok yang mendapatkan minyak buah merah dan FAA dengan dosis yang sama dengan kelompok BM dan kelompok FAA Perlakuan diberikan dengan sonde lambung setiap had selama ± 8 minggu. Pada minggu ke 8 tikus dikorbankan kemudian diambil hati dan darab dari jantung. Sebagai parameter karsinogenesis adalah kadar asam sialat, kadar proteasom dan skor karsinogenesis berdasarkan pemeriksaan histopatologis. Disamping itu juga diukur parameter untuk menilai fungsi hati seperti: albumin, protein total dan pola elekroforesis protein plasma serta aktivitas glutamatepiruvate transaminase (GPT) plasma. Data penelitian kemudian diolah secara statistik.
Hasil dan kesimpulan: Pada pemeriksaan asam sialat ditemukan bahwa kadar asam sialat hati kelompok FAA secara statistik lebih tinggi dibandingkan kontrol, namun demikian kadar asam sialat plasma belum ditemukan perbedaan yang bermakna. Uji statistik yang dilakukan terhadap kadar proteasom plasma dan jaringan hati menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan. Sedangkan pemeriksaan histopatologis memperlihatkan skor karsinogenesis kelompok FAA lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kontrol. Sementara itu pemeriksaan asam sialat, proteasom maupun histopatologis kelompok BM+FAA tidak berbeda bermakna dibandingkan kelompok FAA. Dari basil-basil tersebut dapat disimpulkan bahwa karsinogenesis yang terjadi masih pada tahap dini dan belum ditemukan perlindungan minyak buah merah terhadap karsinogenesis. Pada penilaian fungsi hati tidak ditemukan perbedaan bermakna kadar protein total, kadar albumin dan pola elektroforesis protein plasma. Hal ini menunjukkan bahwa FAA walaupun sudah menimbulkan karsinogenesis tapi tidak menggangu fungsi hati. Pada pemeriksaan GPT plasma ditemukan aktivilas pada kelompok BM dan FAA Iebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol atau kelompok FAA. Hal ini memberikan kesan bahwa minyak buah merah, walaupun tidak menyebabkan karsinogenesis hati namun dapat menimbulkan kerusakan hati. Hal ini didukung oleh pemeriksaan histopatologis jaringan hati yaitu ditemukannya gambaran degenerasi hidropik yang menandai awal kerusakan sel hati.

Red fruit (Pandanus conoideus Lam) is an endemic plant in Eastern Indonesia especially in Papua. This fruit has been used traditionally since many years ago for various purposes such as daily food consumption, traditional medicine, handycraft etc. As traditional medicine it is believed that this fruit can cure many diseases like cancer, AIDS, arthritis and many others. This advantage might be due to it's rich antioxidant substances such as carotene and a tocopherol. This study was conducted to investigate the effect of red fruit oil on FAA induced carcinogenesis in rat Twenty four male Wistar rats, approximately 3 months old, weighing 150-200 g were equally divided into 4 groups. The first (control) group, received distilled water. The second (BM) group received 10pLIg body weight/day of red fruit oil. The third (FAA) group received 40µg FAAIday. The fourth (BM+FAA) group received red fruit oil as well as FAA with similar dose as BM and FAA group_ The treatments were given for eight weeks and at the end of S~' weeks the animal were sacrificed, liver and the blood were collected. To analyzed liver carcinogenesis, the level of sialic acid, proteasome and histopathological based carcinogenesis score were measured To asses liver function, glutamate-pyruvate transaminase (GPT) activity, albumin and total plasma level protein were measured, and plasma protein electrophoresis pattern were also determined. The data were statistically analyzed using ANOVA and Tukey test.
This study showed that liver sialic acid level of FAA rats was significantly higher than those in the control group but there was no statistically difference between sialic plasma level of FAA group compared to the control. The liver and proteasome plasma level found to be similar among the groups. Histopatological finding showed that carcinogenesis scores in FAA group was higher than the control group. Moreover, there were no differences in sialic acid level as well as carcinogenesis scores between BM+FAA group compared to FAA group. The analysis of liver function showed that liver function of all groups were still in normal range.
It can be concluded that the FAA induced liver carcinogenesis was still in early stage and red fruit oil supplementation has no protection effect on liver carcinogenesis. Surprisingly, the plasma GPT activity of BM and BM+FAA group were significantly higher than control group or FAA group_ This result showed that red fruit oil supplementation it self, even though couldn't induce carcinogenesis, lead to liver cells changes, a cloudy swelling degeneration, which reflecting an early liver injury.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T17673
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leni Magdalena
"Studi pendahuhian untuk melihat efek diuretik ekstrak buah Ananas comosus L. terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar telah dilakukan. Pencekokan diberikan dengan larutan kontrol dan dengan perbandingan dosis larutan murni : akuabidestilata 1: 3, ! 2, 1 : I clan I : 0 I ml/1 00 g berat badan. Pengaruh pencekokan terhadap volume urin dapat diketahul 6 jam sesudah pencekokan. Uji statistik terhadap hasH percobaan menunjukkan bahwa ekstrak buah Ananas cotnosus dengan dosis larutan murni akuabidestilata 1 2, 1 mI/i 00 g berat badan tidak mempengaruhi volume total urin, tetapi dosis larutan murni : akuabidestilata I 3 I mlIIOO g berat badan meningkatkan volume total i.win. Dengan demikian Ananas cornosus dengan konsentrasi tersebut mempunyai efek diuretik terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baiq Yuhaniz
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui kadar kreatinin plasma tikus putih (Rattus norvegicus L.) jantan galur Sprague-Dawley setelah pemberian infusa daun sukun (Artocarpus altilis). Sebanyak 30 ekor tikus dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu 2 kelompok kontrol dan 4 kelompok perlakuan yang diinduksi CCl4 kemudian diberikan infusa daun sukun dengan dosis 1,35; 2,7; 5,4; dan 10,8 g/kg BB. Uji kualitatif pada infusa daun sukun menunjukkan bahwa infusa daun sukun memiliki aktivitas antioksidan serta mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid. Infusa diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu 12 jam. Pengambilan darah dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu sebelum perlakuan, 12 jam setelah induksi CCl4, dan satu jam setelah pemberian infusa terakhir. Analisis sampel darah dilakukan menggunakan metode kolorimetri. Induksi CCl4 berhasil meningkatkan kadar kreatinin plasma tikus di atas batas normal. Rerata kadar kreatinin plasma tikus setelah pemberian infusa terakhir yaitu KK1 (0,80 0,11); KK2 (1,44 0,21); KP1 (1,12 0,42); KP2 (0,76 0,40); KP3 (0,56 0,06); dan KP4 (0,76 0,17). Uji LSD (P<0,05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara KK2 dengan KK1, KP2, KP3, dan KP4. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian infusa daun sukun dengan dosis 2,7; 5,4; dan 10,8 g/kg BB berpengaruh terhadap kadar kreatinin plasma tikus.

The present study was aim to assess plasma creatinine levels of male albino Sprague-Dawley rats (Rattus norvegicus L.) after breadfruit leaf (Artocarpus altilis) infusion intake. Thirty male rats were devided into six groups, consisting of two control group and four treatment groups CCl4-induced and were given breadfruit leaves infusion at concentration dose of 1,35; 2,7; 5,4; and 10,8 g/kg body weight, respectively. Qualitative test of breadfruit leaves infusion showed that it has antioxidant activity and positively contains alkaloid and flavonoid. Breadfruit leaves infusion were given orally and administered four times, with an interval of twelve hours. Plasma creatinine levels were measured three times, before treatment; 12 hours after CCl4-induced; and 1 hour after the last breadfruit infusion intake using colorimetric method. Plasma creatinine levels was elevated above the upper limits of normal after CCl4-induced. Mean of plasma kreatinine levels of the last analysis: KK1 (0,80 0,11); KK2 (1,44 0,21); KP1 (1,12 0,42); KP2 (0,76 0,40); KP3 (0,56 0,06); and KP4 (0,76 0,17) mg/dl. Least significant diffrence (LSD) test (P<0,05) showed a significant effect of breadfruit leaves infusion at dose of 2,7; 5,4; and 10,8 g/kg bw on plasma creatinine levels of rats.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S62391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Lestari
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian simplisia Alphitobius sp. terhadap konsentrasi kolesterol total plasma darah tikus putih (Rattus norvegicus L.) jantan galur Sprague-Dawley. Dua puluh empat ekor tikus dibagi dalam 6 kelompok perlakuan yang terdiri atas kelompok kontrol normal yang hanya diberi pakan standar, kelompok kontrol perlakuan yang diberi diet tinggi lemak, dan 4 kelompok perlakuan yang diberi diet tinggi lemak dan bahan uji simplisia Alphitobius sp. dengan dosis 2,25 mg/kg bb, 4,5 mg/kg bb, 6,75 mg/kg bb dan 9 mg/kg bb. Pemberian bahan uji dan diet tinggi lemak dilakukan selama 14 hari berturut-turut. Hasil uji Anava satu arah (P < 0,05) menunjukkan terdapat pengaruh yang nyata terhadap konsentrasi kolesterol total akhir pada semua dosis perlakuan. Penurunan konsentrasi kolesterol terbesar dicapai oleh kelompok dosis 4,5 mg/kg bb yang juga merupakan dosis efektif dalam menurunkan konsentrasi kolesterol total yang mendekati nilai kelompok kontrol normal.

A research was done in to determine the effect of simplicia Alphitobius sp. intake on plasma total cholesterol concentration in white male rat Sprague-Dawley (Rattus norvegicus L.). Twenty-four male rats were separated into six treatment groups consisting of normal control group that were given a standard diet, treatment control group fed a high fat diet , and four treatment groups that were given a high fat diet and simplicia Alphitobius sp. with a different dose (2,25 mg/kg bw, 4,5 mg/kg bw, 6,75 mg/kg bw and 9 mg/kg bw). Provision of test material was done every day for 14 consecutive days. The result of one-way Anava test (P < 0,05) indicates that there is a significant effect on total cholesterol concentration at all treatment doses, showed that provision of simplicia Alphitobius sp. lower total cholesterol potentially. The biggest decrease of total cholesterol concentrations was achieved by dose 4,5 mg/kg bw, which is also an effective dose in lowering total cholesterol concentrations approached normal value.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Ari Nugrahaningrum
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian fortifikan NaFeEDTA dalam tepung tempe dan susu kedelai terhadap kadar natrium plasma darah tikus (Rattus norvegicus L.) jantan galur Sprague Dawley. Sebanyak 25 ekor tikus dibagi ke dalam 5 kelompok: kelompok kontrol 1 (KK1) yang diberi CMC 0,5%, kelompok kontrol 2 (KK2) yang diberi tepung tempe atau susu kedelai, dan tiga kelompok perlakuan (KP1, KP2, KP3) yang diberi tepung tempe atau susu kedelai dengan fortifikan NaFeEDTA dosis 1,35 mg Fe/ kgBB; 2,7 mg Fe/ kgBB; 5,4 mg Fe/ kgBB selama 21 hari berturut-turut. Penentuan kadar natrium plasma dengan alat AES (Atomic Emission Spectroscopy). Hasil uji Anava satu arah (P > 0,05) menunjukkan tidak ada pengaruh nyata pemberian fortifikan NaFeEDTA dalam tepung tempe dan susu kedelai terhadap kadar natrium antar kelompok perlakuan. Kadar natrium plasma pada T21 dengan bahan uji tepung tempe dan susu kedelai tetap berada pada rentang normal antara 0,456 mg/ml -- 0,586 mg/ml.

The effect of NaFeEDTA fortificant inserted in tempeh flour and soy milk intake on plasma sodium concentration in male Sprague-Dawley rats (Rattus norvegicus L.) had been studied. Twenty five rats were divided into five groups: control group 1 (KK1) was administered with CMC 0.5%, control group 2 (KK2) was administered with tempeh flour or soy milk; three treatment groups (KP1, KP2, KP3) were administered with tempeh flour or soy milk added with fortificant NaFeEDTA 1.35 mg Fe/kgBw; 2.7 mg Fe/kgBw; 5.4 mg Fe/kgBw consecutive for 21 days. Plasma sodium concentration was measured by AES (Atomic Emission Spectroscopy). One way Anova test (P > 0.05) showed there is no significant effect of fortificant NaFeEDTA inserted in tempeh flour and soy milk intake on plasma sodium concentration in all treatment groups. Plasma sodium concentration on T21 which was administered with tempeh flour and soy milk remains in normal range between 0.456 mg/ml ? 0.586 mg/ml.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65139
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Lia Darma Wijayanti
"Dua puluh lima ekor tikus dibagi dalam lima kelompok perlakuan, terdiri atas kelompok normal kontrol (KK1) yang tidak diberi diet tinggi lemak dan kolesterol, kelompok perlakuan kontrol (KK2) yang diberi diet tinggi lemak dan kolesterol, dan tiga kelompok perlakuan (KP1, KP2, dan KP3) yang diberi diet tinggi lemak dan kolesterol dan suspensi biomassa Rhodotorula minuta UICC Y-227 dengan dosis 5, 10, dan 20 mg/kg bb. Pemberian bahan uji dilakukan setiap hari selama 21 hari berturut-turut. Pengambilan sampel darah dilakukan pada hari ke-0 dan hari ke-22, kemudian dilakukan analisis konsentrasi trigliserida berdasarkan hasil reaksi glycerol phosphate oxidase (GPO). Rerata nilai konsentrasi trigliserida secara berturut-turut pada KK1, KK2, KP1, KP2, dan KP3 adalah 80,25 mg/dl ± 0,85; 87,49 mg/dl ± 1,93; 73,48 mg/dl ± 1,71; 72,72 mg/dl ± 1,83; dan 68,61 mg/dl ± 0,84. Berdasarkan uji LSD (P < 0,05) menunjukkan adanya penurunan konsentrasi trigliserida pada seluruh kelompok dosis. Rerata penurunan konsentrasi trigliserida hingga di bawah konsentrasi trigliserida kelompok normal kontrol dicapai oleh kelompok perlakuan dengan dosis 20 mg/kg bb. Sedangkan, kelompok perlakuan dengan dosis 5 dan 10 mg/kg bb mendekati konsentrasi trigliserida kelompok normal kontrol."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31654
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rohmad Joni Pranoto
"Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian fortifikan NaFeEDTA dalam susu kedelai terhadap kadar zat besi plasma darah tikus (Rattus norvegicus L.) jantan galur Sprague-Dawley. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sebanyak 25 ekor tikus putih jantan yang dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan, yaitu KK 1 yang diberi pakan dan minum standar; KK 2 yang diberi pakan minum standar dan susu kedelai tanpa fortifikan; dan KP 1, 2, dan 3 yang diberi pakan minum standar dan susu kedelai dengan fortifikan NaFeEDTA berturut-turut dosis 1,35 mg Fe/ kgBB, 2,7 mg Fe/ kg BB, dan 5,4 mg Fe/ kgBB selama 21 hari berturut-turut. Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-0 dan setelah perlakuan pada hari ke-21. Darah dipreparasi menggunakan destruksi basah lalu ditentukan kadar zat besinya dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Hasil uji ANAVA satu arah dan uji LSD (P < 0,05) menunjukkan perbedaan nyata pemberian fortifikan NaFeEDTA dalam susu kedelai terhadap kadar zat besi antar kelompok perlakuan. Peningkatan kadar zat besi tertinggi terjadi pada KP 3 di hari ke-21 yaitu 31,74% terhadap KK 1; dan 23,52% terhadap KK 2.

The effect of NaFeEDTA fortificant addition to soymilk on plasma iron concentration of male Sprague-Dawley rats (Rattus norvegicus L.) had been studied. By using Complete Random Design (CRD), twenty five rats were divided into five groups. Normal control group (KK 1) which was administered with standard feeding and drinking only. Treatment control group (KK 2) which was administered with extra soymilk non fortificant, and three treatment groups which were administered with extra soymilk added with NaFeEDTA fortificant 1.35 mg Fe/kgbw (KP 1); 2.7 mg Fe/kgbw (KP 2); and 5.4 mg Fe/kgbw (KP 3). All of the five groups were treated for 21 days consecutively. The plasma iron concentration was measured by Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). One way ANOVA test and post hoc LSD test (P < 0.05) showed significant effect of NaFeEDTA fortificant addition to soymilk on plasma iron concentration in all treatment groups. The highest increase of plasma iron concentration was detected on KP 3 at t21 which is 31.74% to KK 1; and 23.52% to KK 2."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fidelia Andrean
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
fortifikan NaFeEDTA dalam tepung tempe terhadap kadar zat besi plasma darah tikus
(Rattus norvegicus L.) jantan galur Sprague-Dawley. Metode penelitian
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas 25 ekor tikus putih
jantan yang dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol normal
(KK1) yang hanya diberikan CMC 0,5%, kelompok kontrol perlakuan (KK2) yang
diberikan suspensi tepung tempe tanpa fortifikan dan kelompok perlakuan 1, 2, 3
(KP1, KP2 dan KP3) yang diberikan suspensi tepung tempe dengan fortifikan
NaFeEDTA dosis 1,35 mgFe/ kgBB, 2,7 mgFe/ kg BB, dan 5,4 mgFe/ kgBB.
Pemberian bahan tersebut dilakukan secara oral selama 21 hari berturut- turut.
Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-0 dan setelah perlakuan hari ke-21. Kadar
Fe diukur dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Hasil uji anava satu
arah dan LSD (P < 0,05) terhadap sampel menunjukkan terdapatnya perbedaan nyata
pemberian fortifikan NaFeEDTA dalam tepung tempe terhadap kadar zat besi selama
21 hari. Peningkatan kadar zat besi tertinggi akhir penelitian (t21) terjadi pada KP 3,
yaitu sebesar 27,40% terhadap KK1 dan 24,38% terhadap KK2.

ABSTRACT
The study has been conducted to know the effect of fortificant NaFeEDTA
administration on tempeh flour to the plasma iron concentration of male rats (Rattus norvegicus L.). Twenty five male rats were divided to five groups consisting of normal control group (KK1) which was administered with CMC 0,5%; treatment control group (KK2) which was administered with tempeh flour without fortificant; and three treatment groups which were administered with tempeh flour and fortificant NaFeEDTA with different doses; 1,35 mgFe/KgBw (KP 1); 2,7 mgFe/KgBw (KP 2); and 5,4 mgFe/KgBw (KP 3). Treatments were carried out orally within 21"
"consecutive days. Blood is tested before treatment (t0) and after 21 days of treatment (t21). The plasma iron concentrations were measured by Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Result was statistically tested with SPSS. One-way anova test (P < 0,05) and post hoc LSD test (P <0,005) showed that adding fortificant NaFeEDTA is giving a differences iron concentrations at blood levels of rats from the first day until last day of treatments. Increased iron levels are highest in the KP3 at day 21, which increased 27.40 % compared with KK 1 and 24,38% compared with KK 2."
2016
S4787
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>