Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163779 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sasanthy Kusumaningtyas
"ABSTRAK
Pengaruh kombinasi NAA 0, 0,5 dan 1 ppm serta kinetin 0, 1, 2, 3 dan 4 ppm pada medium Murashige & Skoog (MS) 1962 terhadap organogenesis daun terong KB Solanum khasianum Clarke diamati pada minggu ke-4, 6 dan 8 setelah penanaman. Kalus mulai terbentuk pada minggu ke-2. Pembentukan akar dan tunas terjadi secara langsung maupun tidak langsung melalui kalus. Akar mulai terbentuk pada minggu ke-2 dan ke-3: tunas mulai terbentuk pada minggu ke-3 dan ke-4 sedangkan planlet mulai terbentuk pada minggu ke-6 dan ke-8. Jumlah akar terbanyak, yaitu 5 dihasilkan dengan penambahan 1 ppm NAA dan 3 ppm kinetin; jumlah tunas terbanyak, yaitu 5 dan jumlah planlet terbanyak yaitu 2 dihasilkan dengan penambahan 4 ppm kinetin tanpa NAA; berat basah terbesar, yaitu 1962,4 mg dan berat kering terbesar, yaitu 193,5 mg dihasilkan dengan penambahan 0,5 ppm NAA dan 4 ppm kinetin. Uji Friedman pada α = 0,01 terhadap data jumlah akar, tunas, planlet serta berat basah dan berat kering pada minggu ke-8 menunjukkan adanya pengaruh kombinasi NAA dan kinetin. Uji perbandingan berganda pada α = 0,01 menunjukkan terdapat beda nyata dalam jumlah akar, tunas, berat basah dan berat kering pada beberapa pasangan perlakuan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tetty Setiowati
"Eksplan tunas apikal kecambah terong KB (Solanum khasianum Clarke) dikultur pada medium Murashige dan Skoog (MS) 1962 modifikasi dengan pemberian variasi konsentrasi IAA 0 ; 0,25; 0,5; 0,75; dan 1 ppm serta kinetin 0; 1; 2; 3; dan 4 ppm selama 8 minggu. Tunas-tunas aksilar mulait erbentuk pada hari ke-5 sedangkan planlet pada hari ke-10. Jumlah tunas pada minggu ke-8 paling banyak terdapat pada medium yang hanya diberi kinetin 4 ppm, yaitu 10 tunas; sedangkan jumlah planlet paling banyak terdapat pada medium yang diberi kinetin 3 ppm, yaitu 5 planlet. Berat basah dan berat kering tertinggi pada minggu ke-8 terdapat pada medium yang hanya diberi kinetin 4 ppm, yaitu masing-masing 3401,9 mg dan 188,4 mg. Uji nonparametrik Friedman pada minggu ke-8 dengan taraf nyata α = 0,01 menunjukkan adanya pengaruh interaksi IAA dan kinetin terhadap jumlah tunas, jumlah planlet, berat basah dan berat kering. Hasil uji perbandingan berganda dengan taraf nyata α = 0,01 menunjukkan adanya perbedaan nyata antara pasangan perlakuan pada data jumlah tunas, berat basah, dan berat kering; sedangkan pada data jumlah planlet tidak terdapat perbedaan nyata antara pasangan perlakuan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gloria
"ABSTRAK
Eksplan daun kecubung (Datura fastuosa L.) ditanam dalam medium Murashige dan Skoog (MS) 1962 dengan pemberian kombinasi IBA 0; 0,5 dan 1 ppm serta kinetin 0 dan 2 ppm. Pengamatan terhadap organogenesis dilakukan pada minggu ke-2, 4, 6 dan 8, sedangkan pengamatan terhadap jumlah akar, jumlah tunas, berat basah dan berat kering dilakukan pada minggu ke-8. Kalus dan akar mulai terbentuk pada minggu ke-2, kemudian tunas mulai terbentuk pada minggu ke-4. Dengan uji nonparametrik Friedman (cx 0,01)tampak pengaruh kombinasi IBA dan kinetin terhadap jumlah akar, jumlah tunas, berat basah dan berat kering. Jumlah akar paling banyak terdapat pada eksplan yang ditanam dalam medium MS + 1 ppm IBA + 0 ppm kinetin (36,5 akar), sedangkan jumlah tunas paling banyak terdapat pada eksplan yang ditanam dalam medium MS + 0 ppm IBA + 2 ppm kinetin (3 tunas). Berat basah dan berat kering tertinggi terdapat pada eksplan yang ditanam dalam medium MS + 1 ppm IBA + 0 ppm kinetin (2582,15 mg berat basah dan 178,69 mg berat kering). Dengan uji perbandingan berganda ((x 0,01) tampak perbedaan nyata antara beberapa pasangan perlakuan. Pada jumlah akar, terdapat perbedaan nyata antara eksplan yang ditanam dalam medium MS + 0,5 ppm IBA +.0 ppm kinetin (18,75 akar) terhadap eksplan yang ditanam dalam medium MS + 0 ppm IBA + 2 ppm kinetin (0 akar); kemudian antara eksplan yang ditanam dalam medium MS + 1 ppm IBA + 0 ppm kinetin (36,5 akar) terhadap éksplan yang ditanam dalam medium MS + 0 ppm IBA+ 2 ppm kinetin (0 akar), serta terhadap eksplan yang ditanam dalam medium MS + 0,5 ppm IBA + 2 ppm kinetin (0,25 akar). Pada berat basah dan berat kering, terdapat perbedaan nyata antara eksplan yang ditanam dalam medium MS + 0 ppm IBA + 0 ppm kinetin (30,31 mg berat basah dan 7,28 mgberat kering), terhadap eksplan yang ditanam dalam medium MS + 0,5 ppm IBA + 2 ppm kinetin (1299,43 mg berat basah dan 178,69 mg berat kering), serta terhadap ekspan yang ditanam dalam medium MS + 1 ppm IBA+ 0 ppm,kinetin (2582,1-5 mg berat basah dan 116,34 mg berat kering); sedangkan untuk jumlah tunas, tidak terdapat perbedaan nyata antara semua pasangan perlakuan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ety Sulastianti Safitri
"ABSTRAK
Daun kecubung (Datura fastuosa L.) dikultur pada medium Murashige & Skoog (1962) modifikasi dengan pemberian variasi konsentrasi IAA 0; 1 dan 2 ppm serta kinetin 0; 0,5 clan I ppm. Pengamatan dilakukan pada minggu ke-2, 4, 6 dan 8 setelah penanaman. Kalus mulai terbentuk pada minggu ke-2. Mar mulai terbentuk pada minggu ke-2. Auksin endogen yang terdapat pada eksplan daun mampu merangsang pembentukan akar sebanyak 1,2. Jumlah akar terbanyak, yaitu 33,2 dihasilkan pada penambahan 1 ppm IAA tanpa kinetin. Tunas mulai terbentuk pada minggu ke-6. Jumlah tunas terbanyak, yaitu 0,6 dihasilkan pada penambahan I clan 2 ppm IAA serta I ppm kinetin. Berat basah terbesar yaitu 603,64 mg dihasilkan pada penambahan I ppm kinetin tanpa IAA. Berat kering terbesar, yaitu 65,72 mg dihasilkan pada penambahan I ppm IAA tanpa kinetin. Uji Friedman pada a = 0,01 terhadap data jumlah akar, jumlah tunas, berat basah, dan berat kering pada minggu ke-8 menunjukkan adanya pengaruh kombinasi IAA dan kinetin. Uji perbandingan berganda pada a 0,01 menunjukkan adanya perbedaan nyata pada jumlah akar, berat basah, dan berat kering pada beberapa pasangan perlakuan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fardiah
"Telah dilakukan penelitian induksi kalus tangkai daun majemuk ke-3 antara anak daun ke-2 dan ke-3 (t-2.3) Murraya paniculata (L.) Jack. pada medium Murashige & Skoog (MS) 1962 modifikasi dengan konsentrasi 2,4-Dichlorophenoxyacetic Acid (2,4-D) (0; 0,5; 1; 1,5; 2) mgl-1 dan Kinetin (0; 0,25; 0,5; 0,75) mgl-1. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhandan Laboratorium Biologi Perkembangan, Departemen Biologi, FMIPA UI, Depok, selama 5 bulan. Kultur dipelihara selama 8 minggu, dalam ruang gelap.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kalus hanya tumbuh pada medium dengankonsentrasi 2,4-D (0,5; 1; 1,5; 2) mgl-1 tunggal maupun dikombinasikan dengan Kinetin 0,25 mgl-1. Kalus berwarna putih, krem keputihan, krem kecokelatan, dan cokelat, serta bertekstur remah-kompak. Persentase eksplan yang membentuk kalus 10--80%, inisiasi kalus 15--24,33 hari, berat basah dan berat kering eksplan yang membentuk kalus maupun tidak, masing-masing 2,35--51,37 mg dan 0,41--3,86 mg, kategori kalus 1--4,42.
Berdasarkan rekapitulasi hasil pengamatan parameter kuantitatif, perlakuan D (1,5 mgl-1 2,4-D) merupakan perlakuan terbaik untuk induksi kalus t-2.3 M. paniculata, karena memiliki peringkat tertinggi. Berdasarkan pengamatan mikroskopis, kalus diduga berasal dari jaringan korteks dan kambium."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S31454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Nauli
"ABSTRAK
Melastoma malabathricum L. merupakan tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi tanaman fitoremediasi. Perbanyakan tumbuhan M. malabathricum sebagai objek penelitian lanjutan diperlukan untuk mengembangkan potensi yang ada. Perbanyakan M. malabathricum dapat dilakukan melalui kultur daun secara in vitro pada medium MS dengan kombinasi Thidiazuron (TDZ) dan 1-Naphthaleneacetic Acid (NAA). Penelitian dilakukan untuk mengetahui respons eksplan daun M. malabathricum yang dikultur pada medium MS dengan penambahan kombinasi TDZ (0 mgl-1; 0,1 mgl-1; 1 mgl-1; 2 mgl-1) dan NAA (0 mgl-1; 0,1 mgl-1; 1 mgl-1). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa eksplan daun M. malabathricum dapat merespons medium perlakuan dengan membentuk kalus, kecuali pada medium dengan kombinasi 2 mgl-1 TDZ dan 1 mgl-1 NAA. Hasil pengamatan pada pekan ke-8 setelah penanaman menunjukkan bahwa kalus yang terbentuk cenderung memiliki tekstur remah kompak hingga kompak, dengan pencokelatan cenderung terjadi pada kalus yang terbentuk di medium dengan penambahan NAA tunggal (0,1 mgl-1; 1 mgl-1). Penggunaan 1 mgl-1 NAA serta 0,1 mgl-1 TDZ memberikan hasil tertinggi dalam persentase eksplan yang membentuk kalus (100%). Medium dengan penambahan 1 mgl-1 NAA membentuk kalus tercepat (6,25 hari). Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa eksplan dapat membentuk kalus dan akar pada medium dengan penambahan NAA tunggal. Medium dengan penambahan 1 mgl-1 NAA memberikan hasil terbaik dalam menginduksi pembentukan akar pada eksplan daun M. malabathricum. Lebih lanjut, terdapat satu eksplan pada medium dengan kombinasi 2 mgl-1 TDZ dan 0,1 mgl-1 yang mampu membentuk kalus dan tunas

ABSTRACT
Melastoma malabathricum L. is a plant that has the potential to be developed into phytoremediation plants. Propagation of M. malabathricum as a further research object is needed to develop the existing potential. Thus, it can be done through in vitro culture of leaves in MS medium with the combination of Thidiazuron (TDZ) and 1-Naphthaleneacetic Acid (NAA). This study was conducted to investigate the response of M. malabathricum leaf, when cultured on MS medium with the combination of TDZ (0 mgl-1, 0,1 mgl-1, 1 mgl-1 and 2 mgl-1) and NAA (0 mgl-1; 0.1 mgl-1 and 1 mgl-1). The results show that M. malabathricum leaf explants could respond to treatment medium by forming callus, except on medium with combination of 2 mgl-1 TDZ and 1 mgl-1 NAA. The results showed that the callus tended to have a friable-compact and compact texture at 8th week, with browning tends to occur in callus formed on medium with the addition of single NAA (0.1 mgl-1; 1 mgl-1). The use of 1 mgl-1 NAA and 0.1 mgl-1 TDZ gave the highest results in the percentage of explants forming callus (100%). The average of the fastest callus forming time (6.25 days) was found in the medium with the addition of 1 mgl-1 NAA. The result also show that explants could be forming callus and roots on a medium with the addition of a single NAA. Medium with addition of 1 mgl-1 NAA gave the best result in inducing root formation on M. malabathricum leaf explants. Moreover, there was one explant on the medium with a combination of 2 mgl-1 TDZ and 0.1 mgl-1 that capable to forming callus and shoots
"
2017
S70119
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khadijah Karimah
"ABSTRAK
Perbanyakan Melastoma malabathricum L. untuk mengembangkan dan memaksimalkan potensinya dapat dilakukan melalui teknik in vitro. Melalui teknik tersebut, dapat dilakukan perbanyakan dan diperoleh eksplan yang bebas dari kontaminasi. Oleh karena itu, diperlukan upaya optimasi medium kultur untuk perbanyakan M. malabathricum L. dari eksplan internodus yang ditumbuhkan secara in vitro dengan penambahan kombinasi Thidiazuron (TDZ) 0; 0,1; 1, dan 2 mgl-1 dan 1-Naphthaleneacetic Acid (NAA) 0; 0,1, dan 1 mgl-1 ke dalam medium Murashige & Skoog (MS). Hasil penelitian dari 12 medium perlakuan menunjukkan bahwa eksplan dapat membentuk kalus pada seluruh medium tersebut. Kalus yang diperoleh memiliki kecenderungan berwarna hijau dan tekstur remah-kompak. Persentase eksplan membentuk kalus tertinggi mencapai 100% pada pemberian tunggal TDZ 0,1 mgl-1, TDZ 1 mgl-1, NAA 0,1 mgl-1, NAA 1 mgl-1, dan 95% untuk kombinasi TDZ 0,1 mgl-1 serta NAA 0,1 mgl-1. Sementara itu, hasil rata-rata hari tumbuh kalus tercepat terdapat pada perlakuan MS tanpa ZPT adalah 16,79 hari setelah penanaman dan NAA 1 mgl-1 adalah 19,65 hari setelah penanaman. Oleh karena itu, dalam penelitian ini medium perlakuan yang paling optimal untuk menumbuhkan kalus berdasarkan persentase tumbuh dan rata-rata hari tumbuh kalus adalah NAA 1 mgl-1. Eksplan internodus M. malabathricum L. juga dapat membentuk kalus-akar pada perlakuan NAA 0,1 mgl-1 dan NAA 1 mgl-1. Kalus-akar yang terbentuk cenderung tumbuh optimal pada perlakuan NAA 0,1 mgl-1.

ABSTRACT
Propagation of Melastoma malabathricum L. to develop and maximize its potentials can be done through in vitro technique. Through that technique, a propagation and acquisition of contamination-free explants can be done. Therefore, an optimization of medium culture is required to propagate an in vitro grown internode of M. malabathricum L. with addition of Thidiazuron (TDZ) 0; 0,1; 1 & 2 mgl-1 and 1-Naphthaleneacetic Acid (NAA) 0; 0,1 & 1 mgl-1 into the Murashige & Skoog (MS) medium. The results from the 12 medium treatment showed that explants were able to respond all medium by forming callus. The calluses obtained tend to have green colour and semi-compact texture. The highest percentage of explant forming callus reached 100% on medium with addition of single TDZ 0,1 mgl-1, TDZ 1 mgl-1, NAA 0,1 mgl-1, NAA 1 mgl-1, and 95% on combination of TDZ 0,1 mgl-1 with NAA 0,1 mgl-1. Meanwhile, the fastest average of callus growth were obtained on MS without growth hormone (16,79 days after planting) and MS with NAA 1 mgl-1 (19,65 days after planting) treatment. Therefore, in this research an addition of NAA 1 mgl-1 is the most optimal medium treatment to grow callus based on percentage of callus growth and average of callus growth. The internode explants of M. malabathricum L. were also able to form callus-roots on MS medium with NAA 0.1 mgl-1 and MS with NAA 1 mgl-1. The callus-roots formed tend grow optimally at NAA 0,1 mgl-1 treatment"
2017
S70125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Nauli
"ABSTRAK
Melastoma malabathricum L. merupakan tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi tanaman fitoremediasi. Perbanyakan tumbuhan M. malabathricum sebagai objek penelitian lanjutan diperlukan untuk mengembangkan potensi yang ada. Perbanyakan M. malabathricum dapat dilakukan melalui kultur daun secara in vitro pada medium MS dengan kombinasi Thidiazuron TDZ dan 1-Naphthaleneacetic Acid NAA . Penelitian dilakukan untuk mengetahui respons eksplan daun M. malabathricum yang dikultur pada medium MS dengan penambahan kombinasi TDZ 0 mgl-1; 0,1 mgl-1; 1 mgl-1; 2 mgl-1 dan NAA 0 mgl-1; 0,1 mgl-1; 1 mgl-1 . Hasil pengamatan menunjukkan bahwa eksplan daun M. malabathricum dapat merespons medium perlakuan dengan membentuk kalus, kecuali pada medium dengan kombinasi 2 mgl-1 TDZ dan 1 mgl-1 NAA. Hasil pengamatan pada pekan ke-8 setelah penanaman menunjukkan bahwa kalus yang terbentuk cenderung memiliki tekstur remah kompak hingga kompak, dengan pencokelatan cenderung terjadi pada kalus yang terbentuk di medium dengan penambahan NAA tunggal 0,1 mgl-1; 1 mgl-1 . Penggunaan 1 mgl-1 NAA serta 0,1 mgl-1 TDZ memberikan hasil tertinggi dalam persentase eksplan yang membentuk kalus 100 . Rerata hari pembentukan kalus tercepat 6,25 hari terdapat pada medium dengan penambahan 1 mgl-1 NAA. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa eksplan dapat membentuk kalus dan akar pada medium dengan penambahan NAA tunggal. Medium dengan penambahan 1 mgl-1 NAA memberikan hasil terbaik dalam menginduksi pembentukan akar pada eksplan daun M. malabathricum. Lebih lanjut, terdapat satu eskplan pada medium dengan kombinasi 2 mgl-1 TDZ dan 0,1 mgl-1 yang mampu membentuk kalus dan tunas.

ABSTRACT
Melastoma malabathricum L. is a plant that has the potential to be developed into phytoremediation plants. Propagation of M. malabathricum as a further research object is needed to develop the existing potential. Thus, can be done through in vitro culture of leaves in MS medium with the combination of Thidiazuron TDZ and 1 Naphthaleneacetic Acid NAA . This study was conducted to investigate the response of M. malabathricum leaf, when cultured on MS medium with the combination of TDZ 0 mgl 1, 0,1 mgl 1, 1 mgl 1 and 2 mgl 1 and NAA 0 mgl 1 0.1 mgl 1 and 1 mgl 1 . The results show that M. malabathricum leaf explants could respond to treatment medium by forming callus, except on medium with combination of 2 mgl 1 TDZ and 1 mgl 1 NAA. The results showed that the callus tended to have a friable compact and compact texture at 8th week, with browning tends to occur in callus formed on medium with the addition of single NAA 0.1 mgl 1 1 mgl 1 . The use of 1 mgl 1 NAA and 0.1 mgl 1 TDZ gave the highest results in the percentage of explants forming callus 100 . The average of the fastest callus forming time 6.25 days was found in the medium with the addition of 1 mgl 1 NAA. The result also show that explants could be forming callus and roots on a medium with the addition of a single NAA. Medium with addition of 1 mgl 1 NAA gave the best result in inducing root formation on M. malabathricum leaf explants. Moreover, there was one explant on the medium with a combination of 2 mgl 1 TDZ and 0.1 mgl 1 that capable to forming callus and shoots."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novianti Indriastuti
"ABSTRAK
Daun pacar air {Impatiens balsamina Linn.) dikultur
pada medium Murashige-Skoog (1962) modifikasi dengan pemberian
interaksi 2,4-D dan kinetin. Kultur dipelihara
dalam ruang bersuhu +-25C dan diberi cahaya. Pengamatan
dilakukan terhadap waktu inisiasi, jenis, warna, berat basah
dan berat kering kalus. Kalus mulai terbentuk pada
minggu ke-2 setelah penanaman, berwarna krem dan bertekstur
remah kompak. Berat basah kalus rata-rata tertinggi
pada minggu ke-4 diperoleh dari kalus dalam medium PIO
(2 ppm 2,4-D + 0,5 ppm kinetin) yaitu 0,2288 gram, dan
berat kering kalus rata-rata tertinggi diperoleh dari
kalus dalam medium P9 (1 ppm 2,4-D + 0,5 ppm kinetin)
yaitu 0,0195 gram. Berat basah dan berat kering kalus
rata-rata tertinggi pada minggu ke-8 diperoleh dari kalus
dalam medium PIO (0,2991 gram dan 0,0285 gram). Berat
basah kalus rata-rata tertinggi pada minggu ke-12 diperoleh dari kalus dalam medium P3 (3 ppm 2,4-D) yaitu 0,8481
gram, sedangkan berat kering kailus rata-rata tertinggi
diperoleh dari kalus dalam medium PIO (0,0603 gram).
Hasil ANAVA menunjukkan bahwa interaksi 2,4-D dan kinetin
berpengaruh terhadap pertambahan berat basah dan berat
kering kalus pada minggu ke-8 dan minggu ke-12.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filzah Putri
"ABSTRAK
Melastoma malabathricum L. merupakan anggota suku Melastomataceae yang berpotensi dikembangkan sebagai tanaman obat dan fitoremediator, sehingga perlu dikembangkan, salah satunya melalui kultur in vitro. Penelitian kultur in vitro daun M. malabathricum dilakukan untuk mengetahui respons eksplan terhadap penambahan zat pengatur tumbuh TDZ 0, 1, 2, dan 3 mgl-1 dan 2,4-D 0; 0,1; 0,2 mgl-1 secara tunggal maupun kombinasi. Kalus yang terbentuk pada seluruh perlakuan memiliki warna dan tekstur yang beragam. Pada perlakuan TDZ tunggal, 2,4-D tunggal, dan kombinasi keduanya, dihasilkan kisaran 75 mdash;95 , 95 mdash;100 , dan 45 mdash;90 eksplan yang membentuk kalus. Akar adventif terbentuk pada perlakuan 0,1 mgl-1 70 dan 0,2 mgl-1 2,4-D 60 . Lebih lanjut, tunas adventif terbentuk pada perlakuan 1 mgl-1 15 , 2 mgl-1 5 dan 3 mgl-1 TDZ 5 . Persentase kuantifikasi kalus pada perlakuan 0,1 mgl-1 2,4-D 63 ; 0,2 mgl-1 2,4-D 50 ; 2 mgl-1 TDZ 42 dan 3 mgl-1 TDZ 50 cenderung lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain, yaitu dengan skor 3 kategori jumlah kalus lsquo;sedang rsquo;. Dengan demikian, eksplan daun dapat merespons medium dengan membentuk kalus pada seluruh medium perlakuan, merespons akar adventif hanya pada medium 2,4-D tunggal, dan merespons tunas adventif hanya pada medium TDZ tunggal.

ABSTRACT
Melastoma malabathricum is a member of the Melastomataceae that is potential to be developed as a medicinal purpose and phytoremediation plant. Therefore, cultivation such as by in vitro culture, should be useful. The aim of this research was to know effect of thidiazuron TDZ and 2,4 dichlorophenoxyacetic acid toward growth and development of the leaves culture of Melastoma malabathricum. Explant were cultured in solid MS containing single or combination TDZ 0, 1, 2, 3 mgl 1 and 2,4 D 0 0,1 0,2 mgl 1 . Various color and texture of callus was induced in all treatments. In the presence of single TDZ, single 2,4 D, and both TDZ 2,4 D, about 75 mdash 95 , 95 mdash 100 , and 45 mdash 90 explants produced callus, respectively. Root adventitious was produced in 0,1 mgl 1 70 and 0,2 mgl 1 2,4 D 60 . Furthermore, shoot adventitious was initiated in 1 mgl 1 15 , 2 mgl 1 5 and 3 mgl 1 TDZ 5 . Percentage of callus quantification in treatment 0,1 mgl 1 2,4 D 63 0.2 mgl 1 2,4 D 50 2 mgl 1 TDZ 42 and 3 mgl 1 TDZ 50 were higher than other treatments. Research about in vitro culture from leaves of M. malabathricum on MS media containing single or combination TDZ 0 0,1 0,2 mgl 1 and 2,4 D 0, 1, 2, 3 mgl 1 has been conducted. Callus were induced on 12 different media, adventitious root were induced only on single 2,4 D media, and adventitious shoot were induced only on single TDZ media.Keywords thidiazuron 2,4 dichlorofenoxyacetid acid Melastoma malabathricum callus."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>