Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107998 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratnani Ayuningtyas
"Anggota-anggota marga Citrus, memiliki jumlah kromosom sama yaitu 2n = 18. Untuk membedakan jenis-jenis Citrus dengan data kromosom, digunakan data yang lain, seperti ukuran, bentuk, dan juga indeks kromosom. Penelitian telah berhasil dilakukan pada tiga jenis Citrus yang mewakili dua seksi, yaltu Citrus aurantifolia (seksi Limonellus), C. medica, dan C. limon (seksi Citrophorum). Telah dilakukan analisis kromosom berupa pengukuran panjang, penentuan bentuk, pendeskripsian kariotipe, dan penghitungan indeks kromosom. Kesimpulan yang dapat dirumuskan dari hasil penelitian ini adalah adanya perbedaan panjang, bentuk, dan perumusan kromosom pada tiap jenis Citrus, menunjukkan bahwa ada perbedaan diantara jenis-jenis tersebut. Perbedaan tersebut dapat digunakan sebagai ciri taksonomi. Setain itu juga nilai indeks kromosom yang telah dihitung pada tiap jenis Citrus, menunjukkan perbedaan dan dapat digunakan dalam taksonomi untuk membedakan jenis-jenis Citrus, serta merupakan nilai untuk mengetahui dekat atau tidaknya suatu hubungan kekerabatan."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhri
"ABSTRAK
Alga epifitik hidup menempel pada berbagai jenis tumbuhan akuatik dan dipengaruhi oleh faktor-faktor abiotik perairan.
Untuk mengetahui keanekaan marga alga epifitik pada teratai (Nymphaea lotus L.), dilakukan penelitian di Kolara Kampus UI Depok. Pemilihan titik pengambilan sampel dilakukan dengan cara sistematik dan pengambilan sampel dengan menggunakan metode modifiKasi 'direct count method.
Alga epifitik yang ditemukan pada tangkai daun teratai ada 24 marga, yaitu Achnanthes, Anabaena, Ankistrodenmus, Anomoeoneis, Asterionella, Closterium, Cosmarium, Gymbella, Euastrum, Glenodinium, Gloeocapsa, Gonrphonema, Gyrosigma, Micrasterias, Navicula. Oedogonium, Oscillatoria, Pediastrum, Pinnularia, Scenedesmus, Spirulina, Staurartrum, Stauroneis dan Tabellaria. Alga epifitik yang ditemukan pada helaian daun teratai ada 26 marga, sama seperti di atas ditambah Pandorina dan Peridinium. Marga alga epifitik yang ditemukan paling melimpah adalah Navicula, Gomphonema , Ankistrodenmus, Cymbella, dan Oscillatoria.
Pada helaian daun dan langkai daun teratai, alga epifitik yang dominan adalah marga alga yang tergolong ke dalam Bacillariophyta dan Chlorophyta. Berdasarkan komposisi marga alga epifitik, ternyata helaian daun dan tangkai daun teratai memiliki kesamaan yang tinggi, dengan nilai indeks kesamaan sebesar 96 %. Indeks keanekaan marga alga epifitik pada helaian daun dan tangkai daun, nasing-masing sebesar 2,01172 dan 1,99005. Kedua indeks keanekaan tersebut tidak berbeda nyata.
ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bogor : Departemen Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, {s.a.}
JURAGBIO 4:2 (2008)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Mersil
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan nilai mAgNOR antara kelompok perokok kretek dan bukan perokok dan mengetahui hubungan karakteristik perokok dengan nilai mAgNOR. Metode penelitian analitik komparatif dengan pendekatan potong lintang. Pengambilan spesimen menggunakan sikat oral pada mukosa bukal tampak normal dari 21 laki-laki usia 26-35 tahun pada masing-masing kelompok. Hasilnya, nilai mAgNOR pada kelompok perokok kretek (2,9543±0,35537) lebih tinggi daripada kelompok bukan perokok (2,6971±0,43732), secara statistik signifikan. Tidak terdapat hubungan antara nilai mAgNOR dengan karakteristik intensitas merokok, lama tahun kebiasaan merokok dan lama terpapar rokok. Terdapat hubungan antara mAgNOR dengan karakteristik lama menghabiskan 1 batang rokok (p=0,030, r=0,475).

ABSTRACT
The aim of this study is to determine the difference between mAgNOR counts of kretek smokers and nonsmokers, and determine the relationship of smokers characterstics with mAgNOR counts. This comparative analytical research with cross sectional approach. Specimen using oral brush on the buccal mucosa appears normal of 21 men aged 26-35 years old in each group. As a result, mAgNOR counts of the smokers group (2,9543±0,35537) is higher than nonsmokers group (2,6971±0,43732), statistically significant. There was no correlation between mAgNOR counts with intensity of smoking, years and exposure time to kretek smoke. There was a correlation between mAgNOR counts with timing spend per smoke (p=0,030, r=0,475)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar Adisaputra
"Candida albicans merupakan salah satu patogen oportunistik yang juga merupakan flora normal pada tubuh manusia. C. albicans dapat ditemukan pada saluran pencernaan, sistem genitourinari, oral dan konjungtiva. C. albicans dapat menyebabkan infeksi yang salah satunya terjadi ketika sistem imunitas inang lemah atau immunocompromised. Biofilm pada C. albicans peran dalam resistensi terhadap sebagian besar obat antijamur. Resistensi dari C. albicans terhadap antijamur disebabkan tiga faktor utama, seperti peningkatan regulasi pompa efluks, kehadiran matriks ekstraselular, dan keberadaan sel persister. Untuk menangani masalah resistensi dari C. albicans, maka diperlukan agen terapi baru dengan mekanisme aksi yang berbeda atau multi-target. Costus speciosus adalah tanaman asli Asia Tenggara meskipun saat ini lebih banyak ditemukan di India, Sri Lanka, Indonesia dan Malaysia. C. speciosus telah diketahui memiliki beragam aktivitas farmakologis salah satunya adalah antijamur. Beberapa senyawa dalam ekstrak Costus speciosus seperti dioscin, diosgenin dan costunolide memiiliki potensi untuk pengembangan terapi antifungal dengan mekanisme kerja yang baru. Metode dapat digunakan untuk menguji aktivitas dan mekanisme antifungal seperti pengujian viabilitas, uji waktu penambahan dengan deteksi menggunakan MTT dan PCR, uji struktur menggunakan SEM, uji aktivitas pompa proton, uji aktivitas mitokondria dan kuantifikasi ergosterol.

Candida albicans is an opportunistic pathogen and also a normal flora of the human body. These microorganisms can be found in digestive tract, genitourinary, oral and conjunctiva. C. albicans can cause infection, one of which occurs when the host's immune system is weak or immunocompromised. Biofilms on C. albicans play a role in resistance to most antifungal drugs.. The resistance of C. albicans to antifungals is due to three main factors, such as upregulation of efflux pump, extracellular matrix, and persister cells. In order to treat the resistance problem of C. albicans, new therapeutic agents with different mechanisms of action or multi-targeted is required. Costus speciosus is native to Southeast Asia although it is more commonly found in India, Sri Lanka, Indonesia and Malaysia. C. speciosus has been known to have various pharmacological activities, including antifungal. Several compounds in Costus speciosus extracts such as dioscin, diosgenin and costunolide have the potential to develop antifungal therapy with new mechanisms of action. The methode can be used to test the activity and antifungal mechanisms such as viability testing, time of addition with detection using MTT and PCR, structural test using SEM, proton pump activity test, mitochondrial activity test and ergosterol quantification."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Plants have been the chief source of compounds of medicine for thousand of years.Plants are also the source of many medicines for the majority of the world?s population. The role of biotechnology is very important for multiplying, conserving the spesies, and enhancing the production of secondary metabolites. Endophytes are microbes that inhabit plants are currently considered to be a wellspring of novel
secondary metabolites offering the potensial for medical and industrial exploitation. Natural products from various endophytic microbes have been investigated. Some examples of natural products observed from endophytic microbes are antibiotics, antiviral
compounds, anticancers, antimalarial compounds, antioxidants, antidiabetics, and immunosuppressive compounds."
[Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2005
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifqi Hariri
"ABSTRAK
Nymphaea is one prominent member of Nymphaeaceae family. Yet, people seemed to be mistakenly
disambigued the member of Nymphaea genus, into plants from Nelumbonaceae or Menyanthaceae family.
Apparently, the oldest fossil record of Nymphaea showed that this group of plants presumed to be existed
since the Late Eocene to Early Oligocene. Some species of Nymphaea has been known by Ancient Egyptian
and Mayan Tribe, whether being worshipped or used as ritual materials. Until now, the member of
Nymphaea is still used as food or medicinal source by some Countries."
Bogor: Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, 2019
580 WKR 17:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Syafaat
"Universitas XYZ sebagai institusi Perguruan Tinggi Terbuka Jarak Jauh (PTTJJ), senantiasa menjaga kualitas layanannya agar tetap berkualitas. Salah satu layanan yang senantiasa dijaga adalah layanan Bahan Ajar. Layanan Bahan Ajar didukung dengan manajemen stok bahan ajar dari mulai perencanaan dengan melakukan estimasi kebutuhan bahan ajar, gudang bahan ajar untuk menyimpan persediaan bahan ajar dan Student Record System (SRS). Bahan Ajar disiapkan dalam dua program yaitu melalui Sistem Paket Semester (Paket) dan non-paket. Mahasiswa yang mengikuti program nonpaket tidak diwajibkan membayar tagihan biaya bahan ajar. Untuk menjaga kualitas layanan bahan ajar, Universitas XYZ melakukan estimasi kebutuhan bahan ajar. Estimasi dilakukan secara manual dengan menggunakan formula yang berbeda pada setiap tahunnya. Estimasi dilakukan sebelum dan sesudah masa registrasi mata kuliah. Kenyataannya, kebutuhan bahan ajar masih mengalami kekurangan. Hal ini diketahui pada akhir tahun terdapat perbedaan antara hasil estimasi dan realisasi, sehingga tidak sedikit mahasiswa mendapatkan bahan ajar ketika memasuki akhir semester bahkan ketika memasuki awal semester baru. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan berapa banyak bahan ajar yang harus disiapkan dengan cara mempelajari profil mahasiswa melalui data history mahasiswa menggunakan teknik classification. Metode yang digunakan Naïve Bayes, Decision Tree dan Support Vector Machine. Evaluasi menggunakan metode cross validation dengan nilai k 2, 3, 5 dan 10. Hasil percobaan menunjukkan bahwa metode Decision Tree memiliki accuracy tertinggi dibanding dengan yang lain.

XYZ University as an institution of Distance Learning Higher Education (PTTJJ), always maintains the quality of its services to remain qualified. One service that is always maintained is the Teaching Materials service. Teaching Material Services are supported by the management of teaching material stocks from the start of planning by estimating teaching material requirements, warehouse of teaching materials to store supplies of teaching materials and Student Record System (SRS). Teaching Materials are prepared in two programs, namely through the Semester Package System (Package) and nonpackage. Students who take non-package programs are not required to pay bills for teaching materials. To maintain the quality of teaching material services, XYZ University estimates the need for teaching materials. Estimates are done manually by using a different formula each year. Estimates are made before and after the registration period of the course. In fact, the need for teaching materials is still lacking. This is known at the end of the year there is a difference between the results of estimation and realization, so that not a few students get teaching materials when entering the end of the semester even when entering the beginning of the new semester. This study aims to determine how much teaching material must be prepared by studying student profiles through student history data using classification techniques. The method used is Naïve Bayes, Decision Tree and Support Vector Machine. The evaluation uses the cross validation method with values k 2, 3, 5 and 10. The experimental results show that the Decision Tree method has the highest accuracy compared to the others."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nukeseny
"ABSTRACT
Latar belakang: Diagnosis pasti kanker paru ditegakkan dengan menemukan sel ganas pada pemeriksaan sitologi/ histopatologi pada spesimen yang didapat dari berbagai prosedur diagnostik.Tujuan: Untuk mengetahui jumlah sel ganas dari pemeriksaan sitologi yang didapat dari berbagai prosedur diagnostik TTNA terpandu CT scan, TTNA tidak terpandu, TTNA terpandu USG, BJH, sikatan bronkus, bilasan bronkus, TBNA, BAL, sitologi cairan pleura dan sitologi sputum .Metode: Penelitian potong lintang pada slide pasien kanker paru dari pemeriksaan sitologi yang ditegakkan dari berbagai prosedur diagnostik di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. Data diambil dari laborarorium Patologi Anatomi, Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan dan data khusus Adenokarsinoma paru diambil dari laboratorium KalGen Jakarta Pusat pada periode 1 Juni 2015 sampai 31 Juli 2016. Slide pasien yang mengandung sel ganas akan dikoding oleh SpPA dan dihitung jumlahnya dibawah mikroskop dibawah supervisi Sp.PA.Hasil: Sampel penelitian 425 slide sitologi dengan karateristik pasien laki-laki 72,5 median usia 57 tahun, range usia 26-92 tahun dan pasien kanker paru perempuan 27,3 median usia 54 tahun, range usia 18-84 tahun . TTNA terpandu CT Scan merupakan prosedur diagnostik yang paling sering dapat menemukan sel ganas > 200 16,9 , diikuti BJH dengan jumlah sel > 200 11,8 , TTNA tidak terpandu dengan jumlah sel ganas > 200 7,3 . Jumlah sel ganas minimal yang memungkinkan untuk pemeriksaan molekuler lanjutan EGFR khususnya pada jenis adenokarsinoma paru adalah didapatkan 0,8 pemeriksaan EGFR pada jumlah sel ganas < 50 sel dan semakin tinggi jumlah sel ganas maka semakin memungkinkan untuk pemeriksaan molekuler lanjutan. Jumlah slide mempengaruhi jumlah sel ganas yang didapatkan nilai p=0,000 dan semakin banyak jumlah slide maka semakin banyak juga jumlah sel ganas yang didapatkan.Kesimpulan: Jumlah sel ganas pada slide sitologi kanker paru paling banyak ditemukan dengan pemeriksaan TTNA terpandu CT scan, dikuti BJH dan TTNA tidak terpandu. Jumah slide mempengaruhi jumlah sel ganas nilai bermakna, p= 0,000 .Kata kunci: Kanker paru, sel ganas, slide sitologi, prosedur diagnostik
ABSTRACT
Background A definitive diagnosis of lung cancer by finding malignant cells on cytology histopathology examination of the specimen obtained from a variety of diagnostic procedures.Objective To determine the number of malignant cells of cytologic examination that are obtained from a variety of diagnostic procedures CT guided TTNA, unguided TTNA, ultrasound guided TTNA, FNAB, bronchial brushing, bronchial washing, TBNA, BAL, cytology examination of pleural fluid and sputum cytology .Methods A cross sectional study in lung cancer patients slides from cytological examination from a variety of diagnostic procedures in the Central General Hospital Persahabatan. Data are taken from Anatomical Pathology laborarorium, Medical Record of Central General Hospital Persahabatan and the specific data of lung adenocarcinoma taken from the laboratory KalGen in Central Jakarta from1 June, 2015 until July 31, 2016. Slides containing malignant cells of patients are to be coded by SpPA and numbered under a microscope under the supervision of Sp.PA.Results The research sample with characteristic cytologic slide of 425 male patients were 72.5 median age 57 years, range 26 92 years of age and female lung cancer patients were 27.3 median age 54 years, age range 18 84 year . CT guided TTNA was a diagnostic procedure that was most often able to find malignant cells 200 16.9 , followed by the BJH of cell counts 200 11.8 , unguided TTNA with the number of malignant cells 200 7.3 . Minimal number of malignant cells that were possible for advanced molecular examination EGFR , particularly on the type of lung adenocarcinoma was obtained 0.8 EGFR examination in the number of malignant cell "
2016
T55662
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>