Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68740 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andriansjah
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi berudu katak lembu (Rana catesbeiana Shaw) sebagai hewan uji hayati dengan metode uji mikronukleus. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan cara memaparkan kadmium kiorida pada berudu katak lembu dengan konsentrasi 0; 0,1; 0,25; 0,5; dan 1 ppm serta kolkisin 4 ppm (kontrol positif) selama 12 hari. Untuk setiap berudu katak dilakukan penghitungan mikronukleus per 1000 sel eritrosit. Penghitungan statistik menunjukkan, terdapat perbedaan sangat nyata (α = 0,01) antara perlakuan pemaparan dengan cadmium kiorida 0 ppm (kontrol negatif) terhadap perlakuan pemaparan dengan kadmium klorida 0,25; 0,5 dan 1 ppm. Hasil tersebut memberikan kesimpulan bahwa berudu katak lembu dapat membentuk mikronukleus pada eritrosit bila dipapar cadmium klorida dengan konsentrasi 0,25; 0,5 dan 1 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Gunawan
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi berudu katak lembu (Rana catesbeiana Shaw) sebagai hewan uji hayati dengan metode uji mikronukleus. Berudu R. catesbeiana dipapari merkuri klorida (HgCl2) dengan konsentrasi 0 ppm (kontrol negatif); 0,0125; 0,025; 0,05 dan 0,1 ppm. Kolkisin 4 ppm digunakan sebagai control positif. Pemaparan dilakukan selama 12 hari. Mikronukleus diamati dari sediaan olesan darah ekor yang diwarnai dengan pewarna Giemsa. Penghitungan mikronukleus dilakukan pada 1000 eritrosit.
Hasil penghitungan statistik menunjukkan adanya perbedaan nyata (α = 0,05) antara HgCl2 0 ppm dengan HgCl2 0,0125; 0,025; 0,05; 0,1 ppm; dan dengan kolkisin 4 ppm. Dari hasil analisis regresi linier didapatkan persamaan garis Y = 5,25 + 82,82x, yang berarti peningkatan jumlah mikronukleus sesuai dengan peningkatan konsentrasi merkuri klorida yang dipaparkan. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa berudu R. catesbeiana mempunyai potensi sebagai hewan uji mikronukleus untuk mendeteksi pencemaran perairan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prapto Wahjudi
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemaparan fungisidabenomil terhadap pembentukan mikronukleus path eritrosit berudu katak lembu(Rana catesbeiana Shaw). Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental,menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 6 perlakuan dan 5 ulangan.Perlakuan yang diberikan berupa kontrol negatif 0 ppm, kontrol positif kolkisin 4ppm dan perlakuan fungisida benomil dengan konsentrasi 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppmdan 4 ppm. Setelah 8 hari pemaparan, berudu dikorbankan dengan cara ekorberudu dipotong dan dibuat sediaan olesan darah. Sediaan lalu difiksasi denganmetanol absolut selama 15 menit dan diwarnai dengan pewarna Giemsa dalambufer fosfat pH 6,8 selama 15 memt. Penghitungan mikronukleus dilakukan menggunakan mikroskop cahaya pada perbesaran obyektif 40 x dan okuler 10 x dengan cara scored blind. Data kemudian diuji secara statistik dan ditemukan perbedaan nyata (P <0,05) antara perlakuan benomil 0,5 ppm dengan benomil 4 ppm. Perbedaan sangat nyata (P < 0,01) terdapat antara perlakuan kontrol negative dengan kontrol positif, perlakuan kontrol negatif dengan benomil 2 ppm dan perlakuan kontrol negatif dengan benomil 4 ppm. Dari hasil uji koefisien korelasi Spearman diketahui bahwa tidak ada korelasi antara konsentrasi fungisida benomil yang dipaparkan dengan jumlah mikronukleus yang terbentuk."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohannes Tedjasukmana
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sensitivitas berudu katak lembu (Rana catesbeiana Shaw) terhadap paparan sodium hipoklorit (NaOCI) dengan parameter induksi mikronukleus pada eritrosit. Paparan sodium hipoklorit yaitu 0,06; 0,12; 0,24 dan 0,48 ppm terhadap eritrosit berudu R. catesbeiana dilakukan selama 12 hari. Pengaruh paparan sodium hipoklorit dapat diamati dengan terbentuknya mikronukleus. Untuk mengamati mikronukleus, dibuat sediaan oles darah dari bagian ekor berudu yang kemudian diwarnai dengan pewarnaan Giemsa. Penghitungan mikronukleus dilakukan terhadap 1000 eritrosit.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa paparan sodium hipoklorit dengan konsentrasi 0,06; 0,12; 0,24 dan 0,48 ppm selama 12 hari pada eritrosit berudu R. catesbeiana, menginduksi pembentukan mikronukleus yang berbeda sangat nyata dengan kontrol (α = 0,01). Uji Regresi Linier menunjukkan peningkatan jumlah mikronukleus sesuai dengan peningkatan konsentrasi sodium hipoklorit yang dipaparkan (Y = 12,525 + 67.083X)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Dewayani
"Pestisida dapat bersifat genotoksik terhadap organisme yang hidup di lingkungan tanah maupun perairan. Bentuk pengujian yang relatif mudah dan cepat untuk mendeteksi zat genotoksik khususnya di lingkungan perairan adalah dengan uji mikronukleus. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah mikronukleus dapat terinduksi pada berudu katak lembu {Rana catesheiana) yang dipaparkan pada insektisida endosulfan dengan konsentrasi 0; 0,5; 1; 2; dan 4 ppb selama 8 hari. Untuk mengamati mikronukleus dibuat preparat olesan darah yang diambil dari bagian ekor, kemudian diwarnai dengan pevyarnaan Giemsa. Penghitungan mikronukleus dilakukan pada 1000 eritrosit. Basil uji statistik menunjukkan bahwa pemaparan endosulfan selama 8 hari dengan konsentrasi endo sulfan 0,5; 1; dan 4 ppb tidak menginduksi mikronukleus pada eritrosit berudu Rana catesbeiana. Sedangkan pemaparan endosulfan dengan konsentrasi 2 ppb selama 8 hari menginduksi pembentukan mikronukleus yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kontrol (a < 0,05)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwien Dyastutie
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui sensitivitas berudu katak lembu (Rana catesbeiana Shaw) terhadap paparan kalium dikromat. Sensitivitas berudu
R. catesbeiana dideteksi dengan cara menghitung jumlah mikronukleus pada sediaan olesan darah yang diwarnai Giemsa. Paparan kalium dikromat dengan konsentrasi 5; 10; 20; dan 40 ppm pada berudu R. catesbeiana dilakukan selama 12 hari. Rata-rata jumlah mikronukleus per 1.000 eritrosit adalah 12; 12,4; 34,2; dan 22,6. Hasil uji Tukey menunjukkan bahwa jumlah mikronukleus rata-rata pada eritrosit berudu R. catesbeiana yang terpapar pada kalium dikromat dengan konsentrasi 5; 10; 20; dan 40 ppm berbeda nyata bila dibandingkan dengan kontrol (kalium dikromat 0 ppm) pada a = - 0,01. Analisis regresi linier menunjukkan bahwa jumlah mikronukleus tidak meningkat dengan adanya peningkatan paparan kalium dikromat (Y = 0,3904 + 0,1379 X). Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa berudu R. catesbeiana cukup sensitive dalam mendeteksi induksi pembentukan mikronukleus yang disebabkan oleh kalium dikromat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiorini
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyani
"ABSTRAK
Metil karbamat merupakan pestisida pilihan setelah penggunaan dikhloro difenil trikhloroetana (DDT) dilarang. Meskipun tergolong aman karena cepat mengalami biodegradasi, metil karbamat diduga mempunyai efek genotoksik pada organisme bukan sasaran. Bentuk pengujian yang mudah dan cepat untuk mendeteksi potensi genotoksik suatu zat adalah dengan uji mikronukleus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi genotoksik metil karbamat dengan parameter induksi mikronukleus pada kultur limfosit
manusia. Limfosit manusia dipapar dengan metil karbamat konsentrasi 10, 20, 50, dan 100 µg/ml selama 3 jam. Mikronukleus diamati dari sediaan kultur limfosit dan
dihitung per 1.000 sel limfosit untuk tiap perlakuan. Jumlah rata-rata mikronukleus tertinggi (4,167) didapat pada konsentrasi 10 µg/ml dan terendah (3,333) pada konsentrasi 20µg/mi. Metil karbamat pada kondisi penelitian yang dilakukan mampu menginduksi mikronukleus alaupun hasil uji statistik (uji Dunn α = 0,25) menuniukkan baha jumlah mikronukleus pada konsentrasi 10, 20, 50, dan 100 µg/ml tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol negatif."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Engla Merizka
"ABSTRAK
Latar belakang. Pasien yang mendapatkan trasfusi darah berulang berisiko
mempunyai aloantibodi terhadap antigen yang ada pada permukaan sel darah
merah. Aloantibodi tersebut dapat menyebabkan terjadinya reaksi transfusi berupa hemolisis sel darah merah pada transfusi darah berikutnya. Untuk mencegah terjadinya hemolisis sel darah merah maka pasien talasemia sebaiknya mendapatkan darah yang sesuai dengan antigen sel darah merah yang dimilikinya. Namun hal ini belum dimungkinkan karena keterbatasan pemeriksaan rutin pretransfusi yang dilakukan untuk setiap pasien talasemia yang mendapatkan transfusi darah berulang.
Metode penelitian. Delapan puluh delapan sampel pasien talasemia yang
mendapat transfusi darah berulang dilakukan skrining antibodi sel darah merah
dengan metode Indirect Coomb's Test (ICT) dan dilanjutkan dengan identifikasi
antibodi. Sampel yang terdeteksi mempunyai antibodi dikonfirmasi dengan
pemeriksaan fenotyping dan genotyping untuk melihat jenis antigen yang ada di permukaan sel merah.
Hasil. Dari hasil skrining antibodi terdeteksi adanya aloantibodi pada tujuh dari
88 sampel. Dari delapan sampel yang diidentifikasi terdapat tiga sampel
mempunyai anti E (47%), empat (57 %) sampel tidak dapat disimpulkan jenis
antibodi apa yang terdapat dalam sampel.
Simpulan. Pasien talasemia yang memiliki aloantibodi pada sampel darahnya
memiliki genotype RHCE*Ce dan sesuai dengan hasil fenotyping. Dapat
disimpulkan bahwa antibodi pada pasien merupakan aloantibodi. Pada penelitian ini didapatkan persentase aloantibodi pada pasien talasemia sebanyak tujuh (8%) dari total 88 sampel (100 %). Dengan dilakukannya skrining antibodi diharapkan dapat mengurangi risiko terbentuknya aloantibodi dengan memberikan darah donor yang sesuai dengan antibodi yang dimiliki pasien sehingga tidak terjadi hemolisis.

ABSTRACT
Background. Patients who receive repeated blood trasfusi alloantibody risk
having the antigen on the surface of red blood cells. Alloantibody can cause
transfusion reactions in the form of a red blood cell hemolysis on next blood
transfusions. To prevent the occurrence of the red blood cell hemolysis in
thalassemia patients should receive blood that best match the red blood cell
antigen has. But this was not possible due to the limitations of routine pretransfusion examination performed for every patient with thalassemia who receive repeated blood transfusions.
Research methods. Eighty-eight samples thalassemia patients receiving repeated blood transfusions carried red cell antibody screening method Indirect Coomb's Test (ICT) and continued with the identification of antibodies. Samples were detected with antibodies was confirmed by examination fenotyping and genotyping to see what kind of a cell surface antigen that is red.
Results. From the results of antibody screening detected seven out of 88 samples contained alloantibody. Of the eight samples has identified three samples contained anti-E (47%), four (57%) samples can not be inferred what kind of antibodies contained in the sample.
Conclusions. Patients with thalassemia who have alloantibody on blood samples have genotype RHCE * Ce and in accordance with the results of fenotyping. It can be concluded that the antibodies in patients is alloantibody. In this study, the percentage of patients with thalassemia alloantibody seven (8%) of the total 88 samples (100%). The effect of antibody screening is expected to reduce the risk of developing alloantibody by providing appropriate donor blood with antibodies that owned the patient so there is no hemolysis."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandhy Prayudhana
"Latar Belakang: Preeklamsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi di seluruh dunia. Gejala preeklamsia disebabkan oleh disfungsi endotel maternal. Eritrosit maternal dapat berperan menyebabkan disfungsi endotel maternal melalui gangguan keseimbangan nitric oxide. Stres oksidatif dan trace elements pada eritrosit dicurigai berperan menyebabkan gangguan produksi nitric oxide. Stres oksidatif eritrosit juga dapat mempengaruhi morfologi eritrosit. Tujuan: Penelitian ini membandingkan aktifitas antioksidan superoxide dismutase eritrosit, kadar trace elements eritrosit dan indeks eritrosit pada kehamilan normal dan preeklamsia. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan jumlah sampel 20 pasien preeklamsia dan 20 pasien hamil normal yang melakukan kunjungan pada RS Cipto Mangunkusumo, RSUD Kab. Tangerang dan RSUD Koja. Pemeriksaan antioksidan superoxide dismutase eritrosit dengan metode ELISA dan pemeriksaan trace elements eritrosit dengan metode ICP-MS. Data disajikan dalam tabel dan dianalisis dengan uji parametrik yakni uji-t tidak berpasangan bila sebaran normal atau uji Mann-Whitney U bila sebaran tidak normal. Penelitian ini sudah lolos kaji etik dan mendapatkan persetujuan pelaksanaan dari Komite Etik Penelitian Kesehatan FKUI-RSCM.
Hasil: Didapatkan kadar eritrosit preeklamsia dibandingkan kontrol adalah (4,39 ± 0,55 vs 3,84 ± 0,44 juta/ml) (p=0,001), MCV (83,01 ± 8,48 vs 88,53 ± 5,6 fL) (p=0,020), MCH (26,9 ± 3,6 vs 29,6 ± 5,7 pg) (p=0,009) dan MCHC (32,4 ± 1,7 vs 33,4 ± 1,03 %) (p=0,023). Tidak terdapat perbedaan bermakna RDW-CV eritrosit preeklamsia dibandingan kontrol 14,3 (12,5-23,7) vs 14,1 (12-16,2) (p=0,448). Kadar aktifitas SOD eritrosit kelompok preeklamsia dibandingkan kelompok kontrol adalah 35,74 ± 7,97 vs 28,9 ± 6,28 U/ml (p=0,005); Aktifitas SOD/Hb eritrosit kelompok preeklamsia dibandingkan kelompok kontrol adalah 310,8 ± 83,4 vs 257,88 ± 63,1 U/g Hb (p=0,029). Untuk trace elements preeklamsia dibandingkan kontrol adalah : Ferrum (67 (23-82) vs 75 (24-92)) fg/RBC (p=0,033); Cobalt (0,15 (0,05-0,61) vs 0,08(0,02-0,34)) ag/RBC (p=0,027); Selenium (18,5 ± 4,6 vs 21,7 ± 2,8) ag/RBC (p=0,014); Cadmium (0,10 (0,02-0,22) vs 0,33 (0,01-0.14)) (p=0,006) dan Timbal (9,37 ± 4,67 vs 5,6 ± 2,06) ag/RBC (p=0,003). Trace elements eritrosit mangan, nikel, cuprum, seng, arsenik, merkuri dan thalium tidak terdapat perbedaan antara kehamilan preeklamsia dan kontrol.

Background : Preeclampsia is a major cause of maternal and infant morbidity and mortality worldwide. Symptoms of preeclampsia are caused by maternal endothelial dysfunction. Maternal erythrocytes can play a role in causing maternal endothelial dysfunction through impaired nitric oxide balance. Oxidative stress and micro-minerals in erythrocytes are suspected to play a role in causing impaired nitric oxide production. Oxidative stress of erythrocytes can also affect the morphology of erythrocytes. Objective : This study compared the anti-oxidant activity of erythrocyte superoxide dismutase, erythrocyte micro mineral content and erythrocyte index in normal pregnancy and preeclampsia. Methods: This study is a cross-sectional study with a sample of 20 patients with preeclampsia and 20 pregnant patients without preeclampsia who visited Cipto Mangunkusumo Hospital, Kab. Tangerang and hospitals. Koja. Examination of erythrocyte superoxide dismutase antioxidant by ELISA method and micro erythrocyte mineral examination by ICP-MS method. The data are presented in tables and analyzed by parametric test, unpaired t-test if the distribution is normal or the Mann-Whitney U test if the distribution is not normal. This research has passed the ethical review and received implementation approval from the Health Research Ethics Committee of the FKUI-RSCM.
Results: The preeclampsia erythrocyte levels compared to controls were (4.39 ± 0.55 vs 3.84 ± 0.44 million/ml) (p=0.001), MCV (83.01 ± 8.48 vs. 88.53 ± 5 .6 fL) (p=0.020), MCH (26.9 ± 3.6 vs 29.6 ± 5.7 pg) (p=0.009) and MCHC (32.4 ± 1.7 vs 33 ,4 ± 1.03%) (p=0.023). There was no significant difference in RDW-CV of preeclampsia erythrocytes compared to controls 14.3 (12.5-23.7) vs. 14.1 (12-16.2) (p=0.448). SOD activity levels of erythrocytes in the preeclampsia group compared to the control group were 35.74 ± 7.97 vs. 28.9 ± 6.28 U/ml (p=0.005);The erythrocyte SOD/Hb activity of the preeclampsia group compared to the control group was 310.8 ± 83.4 vs. 257.88 ± 63.1U/g Hb (p=0.029). For preeclampsia trace minerals compared to controls were: Ferrum (67 (23-82) vs 75 (24-92)) fg/RBC (p=0.033); Cobalt (0.15 (0.05-0.61) vs. 0.08(0.02-0.34)) ag/RBC (p=0.027); Selenium (18.5 ± 4.6 vs. 21.7 ± 2.8) ag/RBC (p=0.014); Cadmium (0.10 (0.02-0.22) vs. 0.33 (0.01-0.14)) (p=0.006) and Lead (9.37 ± 4.67 vs 5.6 ± 2.06) ag/RBC (p=0.003). The trace elements erythrocyte: manganese, nickel, cuprum, seng, arsenic, mercury and thallium showed no significant difference between the preeclampsia and control groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>