Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100380 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prapto Wahjudi
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemaparan fungisidabenomil terhadap pembentukan mikronukleus path eritrosit berudu katak lembu(Rana catesbeiana Shaw). Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental,menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 6 perlakuan dan 5 ulangan.Perlakuan yang diberikan berupa kontrol negatif 0 ppm, kontrol positif kolkisin 4ppm dan perlakuan fungisida benomil dengan konsentrasi 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppmdan 4 ppm. Setelah 8 hari pemaparan, berudu dikorbankan dengan cara ekorberudu dipotong dan dibuat sediaan olesan darah. Sediaan lalu difiksasi denganmetanol absolut selama 15 menit dan diwarnai dengan pewarna Giemsa dalambufer fosfat pH 6,8 selama 15 memt. Penghitungan mikronukleus dilakukan menggunakan mikroskop cahaya pada perbesaran obyektif 40 x dan okuler 10 x dengan cara scored blind. Data kemudian diuji secara statistik dan ditemukan perbedaan nyata (P <0,05) antara perlakuan benomil 0,5 ppm dengan benomil 4 ppm. Perbedaan sangat nyata (P < 0,01) terdapat antara perlakuan kontrol negative dengan kontrol positif, perlakuan kontrol negatif dengan benomil 2 ppm dan perlakuan kontrol negatif dengan benomil 4 ppm. Dari hasil uji koefisien korelasi Spearman diketahui bahwa tidak ada korelasi antara konsentrasi fungisida benomil yang dipaparkan dengan jumlah mikronukleus yang terbentuk."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriansjah
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi berudu katak lembu (Rana catesbeiana Shaw) sebagai hewan uji hayati dengan metode uji mikronukleus. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan cara memaparkan kadmium kiorida pada berudu katak lembu dengan konsentrasi 0; 0,1; 0,25; 0,5; dan 1 ppm serta kolkisin 4 ppm (kontrol positif) selama 12 hari. Untuk setiap berudu katak dilakukan penghitungan mikronukleus per 1000 sel eritrosit. Penghitungan statistik menunjukkan, terdapat perbedaan sangat nyata (α = 0,01) antara perlakuan pemaparan dengan cadmium kiorida 0 ppm (kontrol negatif) terhadap perlakuan pemaparan dengan kadmium klorida 0,25; 0,5 dan 1 ppm. Hasil tersebut memberikan kesimpulan bahwa berudu katak lembu dapat membentuk mikronukleus pada eritrosit bila dipapar cadmium klorida dengan konsentrasi 0,25; 0,5 dan 1 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Gunawan
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi berudu katak lembu (Rana catesbeiana Shaw) sebagai hewan uji hayati dengan metode uji mikronukleus. Berudu R. catesbeiana dipapari merkuri klorida (HgCl2) dengan konsentrasi 0 ppm (kontrol negatif); 0,0125; 0,025; 0,05 dan 0,1 ppm. Kolkisin 4 ppm digunakan sebagai control positif. Pemaparan dilakukan selama 12 hari. Mikronukleus diamati dari sediaan olesan darah ekor yang diwarnai dengan pewarna Giemsa. Penghitungan mikronukleus dilakukan pada 1000 eritrosit.
Hasil penghitungan statistik menunjukkan adanya perbedaan nyata (α = 0,05) antara HgCl2 0 ppm dengan HgCl2 0,0125; 0,025; 0,05; 0,1 ppm; dan dengan kolkisin 4 ppm. Dari hasil analisis regresi linier didapatkan persamaan garis Y = 5,25 + 82,82x, yang berarti peningkatan jumlah mikronukleus sesuai dengan peningkatan konsentrasi merkuri klorida yang dipaparkan. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa berudu R. catesbeiana mempunyai potensi sebagai hewan uji mikronukleus untuk mendeteksi pencemaran perairan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Dewayani
"Pestisida dapat bersifat genotoksik terhadap organisme yang hidup di lingkungan tanah maupun perairan. Bentuk pengujian yang relatif mudah dan cepat untuk mendeteksi zat genotoksik khususnya di lingkungan perairan adalah dengan uji mikronukleus. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah mikronukleus dapat terinduksi pada berudu katak lembu {Rana catesheiana) yang dipaparkan pada insektisida endosulfan dengan konsentrasi 0; 0,5; 1; 2; dan 4 ppb selama 8 hari. Untuk mengamati mikronukleus dibuat preparat olesan darah yang diambil dari bagian ekor, kemudian diwarnai dengan pevyarnaan Giemsa. Penghitungan mikronukleus dilakukan pada 1000 eritrosit. Basil uji statistik menunjukkan bahwa pemaparan endosulfan selama 8 hari dengan konsentrasi endo sulfan 0,5; 1; dan 4 ppb tidak menginduksi mikronukleus pada eritrosit berudu Rana catesbeiana. Sedangkan pemaparan endosulfan dengan konsentrasi 2 ppb selama 8 hari menginduksi pembentukan mikronukleus yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan kontrol (a < 0,05)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohannes Tedjasukmana
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sensitivitas berudu katak lembu (Rana catesbeiana Shaw) terhadap paparan sodium hipoklorit (NaOCI) dengan parameter induksi mikronukleus pada eritrosit. Paparan sodium hipoklorit yaitu 0,06; 0,12; 0,24 dan 0,48 ppm terhadap eritrosit berudu R. catesbeiana dilakukan selama 12 hari. Pengaruh paparan sodium hipoklorit dapat diamati dengan terbentuknya mikronukleus. Untuk mengamati mikronukleus, dibuat sediaan oles darah dari bagian ekor berudu yang kemudian diwarnai dengan pewarnaan Giemsa. Penghitungan mikronukleus dilakukan terhadap 1000 eritrosit.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa paparan sodium hipoklorit dengan konsentrasi 0,06; 0,12; 0,24 dan 0,48 ppm selama 12 hari pada eritrosit berudu R. catesbeiana, menginduksi pembentukan mikronukleus yang berbeda sangat nyata dengan kontrol (α = 0,01). Uji Regresi Linier menunjukkan peningkatan jumlah mikronukleus sesuai dengan peningkatan konsentrasi sodium hipoklorit yang dipaparkan (Y = 12,525 + 67.083X)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurfitri Bustamam
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh genotoksik fungisida benomil pada ikan mas CCyprinus carpio L.5. Kerusakan genetik dideteksi dengan cara menghitung jumlah mikronukieus pada eritrosit ikan mas yang diwarnai dengan pewarnaan Feulgen. Ikan mas dipaparkan selama 72 jam pada benomil dengan konsentrasi 0 Ckontrol3; 0,5; 1; 2 dan 4 ppm. Kolkisin 3,5 ppm digunakan sebagai kontrol positif. Hasil uji Tukey Ca = 0,05Z) menunjukkan rata-rata jumlah mikronukieus akibat pemaparan kolkisin berbeda nyata dibandingkan dengan benomil O; 0,5; 1 dan 2 ppm. Dari empat, konsentrasi benomil yang diujikan, hanya pemaparan benomil 4 ppm yang mengakibatkan rata-rata jumlah mikronukieus berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol Co = 0,05!). Selanjutnya analisis regresi linier menunjukkan rata-rata jumlah mikronukieus meningkat sesuai dengan meningkatnya konsentrasi benomil yang dipaparkan CY = 0,966 + 0,203 X3."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwien Dyastutie
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui sensitivitas berudu katak lembu (Rana catesbeiana Shaw) terhadap paparan kalium dikromat. Sensitivitas berudu
R. catesbeiana dideteksi dengan cara menghitung jumlah mikronukleus pada sediaan olesan darah yang diwarnai Giemsa. Paparan kalium dikromat dengan konsentrasi 5; 10; 20; dan 40 ppm pada berudu R. catesbeiana dilakukan selama 12 hari. Rata-rata jumlah mikronukleus per 1.000 eritrosit adalah 12; 12,4; 34,2; dan 22,6. Hasil uji Tukey menunjukkan bahwa jumlah mikronukleus rata-rata pada eritrosit berudu R. catesbeiana yang terpapar pada kalium dikromat dengan konsentrasi 5; 10; 20; dan 40 ppm berbeda nyata bila dibandingkan dengan kontrol (kalium dikromat 0 ppm) pada a = - 0,01. Analisis regresi linier menunjukkan bahwa jumlah mikronukleus tidak meningkat dengan adanya peningkatan paparan kalium dikromat (Y = 0,3904 + 0,1379 X). Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa berudu R. catesbeiana cukup sensitive dalam mendeteksi induksi pembentukan mikronukleus yang disebabkan oleh kalium dikromat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiorini
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sandhy Prayudhana
"Latar Belakang: Preeklamsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi di seluruh dunia. Gejala preeklamsia disebabkan oleh disfungsi endotel maternal. Eritrosit maternal dapat berperan menyebabkan disfungsi endotel maternal melalui gangguan keseimbangan nitric oxide. Stres oksidatif dan trace elements pada eritrosit dicurigai berperan menyebabkan gangguan produksi nitric oxide. Stres oksidatif eritrosit juga dapat mempengaruhi morfologi eritrosit. Tujuan: Penelitian ini membandingkan aktifitas antioksidan superoxide dismutase eritrosit, kadar trace elements eritrosit dan indeks eritrosit pada kehamilan normal dan preeklamsia. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan jumlah sampel 20 pasien preeklamsia dan 20 pasien hamil normal yang melakukan kunjungan pada RS Cipto Mangunkusumo, RSUD Kab. Tangerang dan RSUD Koja. Pemeriksaan antioksidan superoxide dismutase eritrosit dengan metode ELISA dan pemeriksaan trace elements eritrosit dengan metode ICP-MS. Data disajikan dalam tabel dan dianalisis dengan uji parametrik yakni uji-t tidak berpasangan bila sebaran normal atau uji Mann-Whitney U bila sebaran tidak normal. Penelitian ini sudah lolos kaji etik dan mendapatkan persetujuan pelaksanaan dari Komite Etik Penelitian Kesehatan FKUI-RSCM.
Hasil: Didapatkan kadar eritrosit preeklamsia dibandingkan kontrol adalah (4,39 ± 0,55 vs 3,84 ± 0,44 juta/ml) (p=0,001), MCV (83,01 ± 8,48 vs 88,53 ± 5,6 fL) (p=0,020), MCH (26,9 ± 3,6 vs 29,6 ± 5,7 pg) (p=0,009) dan MCHC (32,4 ± 1,7 vs 33,4 ± 1,03 %) (p=0,023). Tidak terdapat perbedaan bermakna RDW-CV eritrosit preeklamsia dibandingan kontrol 14,3 (12,5-23,7) vs 14,1 (12-16,2) (p=0,448). Kadar aktifitas SOD eritrosit kelompok preeklamsia dibandingkan kelompok kontrol adalah 35,74 ± 7,97 vs 28,9 ± 6,28 U/ml (p=0,005); Aktifitas SOD/Hb eritrosit kelompok preeklamsia dibandingkan kelompok kontrol adalah 310,8 ± 83,4 vs 257,88 ± 63,1 U/g Hb (p=0,029). Untuk trace elements preeklamsia dibandingkan kontrol adalah : Ferrum (67 (23-82) vs 75 (24-92)) fg/RBC (p=0,033); Cobalt (0,15 (0,05-0,61) vs 0,08(0,02-0,34)) ag/RBC (p=0,027); Selenium (18,5 ± 4,6 vs 21,7 ± 2,8) ag/RBC (p=0,014); Cadmium (0,10 (0,02-0,22) vs 0,33 (0,01-0.14)) (p=0,006) dan Timbal (9,37 ± 4,67 vs 5,6 ± 2,06) ag/RBC (p=0,003). Trace elements eritrosit mangan, nikel, cuprum, seng, arsenik, merkuri dan thalium tidak terdapat perbedaan antara kehamilan preeklamsia dan kontrol.

Background : Preeclampsia is a major cause of maternal and infant morbidity and mortality worldwide. Symptoms of preeclampsia are caused by maternal endothelial dysfunction. Maternal erythrocytes can play a role in causing maternal endothelial dysfunction through impaired nitric oxide balance. Oxidative stress and micro-minerals in erythrocytes are suspected to play a role in causing impaired nitric oxide production. Oxidative stress of erythrocytes can also affect the morphology of erythrocytes. Objective : This study compared the anti-oxidant activity of erythrocyte superoxide dismutase, erythrocyte micro mineral content and erythrocyte index in normal pregnancy and preeclampsia. Methods: This study is a cross-sectional study with a sample of 20 patients with preeclampsia and 20 pregnant patients without preeclampsia who visited Cipto Mangunkusumo Hospital, Kab. Tangerang and hospitals. Koja. Examination of erythrocyte superoxide dismutase antioxidant by ELISA method and micro erythrocyte mineral examination by ICP-MS method. The data are presented in tables and analyzed by parametric test, unpaired t-test if the distribution is normal or the Mann-Whitney U test if the distribution is not normal. This research has passed the ethical review and received implementation approval from the Health Research Ethics Committee of the FKUI-RSCM.
Results: The preeclampsia erythrocyte levels compared to controls were (4.39 ± 0.55 vs 3.84 ± 0.44 million/ml) (p=0.001), MCV (83.01 ± 8.48 vs. 88.53 ± 5 .6 fL) (p=0.020), MCH (26.9 ± 3.6 vs 29.6 ± 5.7 pg) (p=0.009) and MCHC (32.4 ± 1.7 vs 33 ,4 ± 1.03%) (p=0.023). There was no significant difference in RDW-CV of preeclampsia erythrocytes compared to controls 14.3 (12.5-23.7) vs. 14.1 (12-16.2) (p=0.448). SOD activity levels of erythrocytes in the preeclampsia group compared to the control group were 35.74 ± 7.97 vs. 28.9 ± 6.28 U/ml (p=0.005);The erythrocyte SOD/Hb activity of the preeclampsia group compared to the control group was 310.8 ± 83.4 vs. 257.88 ± 63.1U/g Hb (p=0.029). For preeclampsia trace minerals compared to controls were: Ferrum (67 (23-82) vs 75 (24-92)) fg/RBC (p=0.033); Cobalt (0.15 (0.05-0.61) vs. 0.08(0.02-0.34)) ag/RBC (p=0.027); Selenium (18.5 ± 4.6 vs. 21.7 ± 2.8) ag/RBC (p=0.014); Cadmium (0.10 (0.02-0.22) vs. 0.33 (0.01-0.14)) (p=0.006) and Lead (9.37 ± 4.67 vs 5.6 ± 2.06) ag/RBC (p=0.003). The trace elements erythrocyte: manganese, nickel, cuprum, seng, arsenic, mercury and thallium showed no significant difference between the preeclampsia and control groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rosita Saumi Imanta Putri
"Latar Belakang: Transfusi darah masih sering dilakakukan sekarang. Transfusi darah yang aman dan steril seharusnya dilakukan untuk mencegah reaksi yang tidak diinginkan untuk ada. Transfusi sel darah merah mempunyai insiden yang paling rendah. Walaupun dorongan dan praktik untuk memeriksa darah sebelum donor sudah dilakukan, reaksi transfusi tetap menunjukan angka kejadian yang tinggi terutama di negara dengan berpenghasilan rendah. Walaupun sebagian besar reaksi transfusi tidak mengancam, namun reaksi transfusi tetap menambah ketidaknyamanan pasien.
Metode: cross-sectional digunakan dalam riset ini. Data diambil secara primer dengan kuesioner yang diberikan kepada pasien anak berumur 0-18 tahun yang sedang di transfusi dengan sel darah merah. Kuesioner tersebut di isi sendiri oleh orang tua atau wali pasien. Kuesioner mencakupi ada atau tidaknya reaksi transfusi, diagnosis pasien, dan frekuensi transfusi pasien dalam satu bulan. Dibutuhkan 81 subyek untuk riset ini.
Result: Dari 83 pasien, ditemukan prevalensi reaksi transfusi di RSCM Kiara adalah 39.8%. Data yang diperolah sebagian besar adalah perempuan dan umur paling tinggi adalah 5-10 tahun. Hubungan signifikan antara diagnosis pasien dengan kemunculan reaksi transfusi ditemukan. Namun, signifikansi antara frekuensi transfusi dan reaksi transfusi tidak ditemukan di riset ini.
Kesimpulan: reaksi transfusi yang paling sering terjadi adalah gatal, kemerahan, dan nyeri. Dari penelitian, ditemukan bahwa pasien dengan diagnosis keganasan 6 kali lebih mungkin untuk mengidap reaksi transfusi dikarenakan keadaan kesehatan pasien tersebut. Frekuensi transfusi tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan reaksi transfusi.

Background: Blood transfusion is a common practice done nowadays. Safe and sterile practice should be done to avoid any unwanted reaction that could happen. Red blood cell transfusion has the lowest incidence of transfusion reaction compared to other blood product. However, transfusion reaction is still happening despite the endorsement and practice of blood screening especially in some low income countries. The most common transfusion reactions are usually benign, however, it still adds to the patient’s discomfort.
Methode: This is a cross-sectional study. Primary data by a questionnaire given to pediatric patient undergoing RBC transfusion between 0-18 years old in RSCM Kiara transfusion ward. The questioner was completed by the parents or guardian of the patient. The questionare include the presence of transfusion recation, patient’s diagnosis, and the frequention of transfusion in one month. 81 subjects are needed for this research.
Results: From 83 patients that was included in this research, it was found that prevalence of transfusion reaction in pediatric patient is 39.8%. Most of the data was taken from female and most were between age 5-10 years old. There is a significant correlation between the recepient underlying diagnosis and the presence of transfusion reaction. However, there is no significant results in transfusion frequency.
Conclusion: The most common transfusion reactions found in this study are urticarial, rash, and pain. From this research, it was proven that patient with malignancy is 6 times more prone to transfusion reaction due to the patient’s condition. The frequency of transfusion does not significantly effect the possibility of developing transfusion reaction.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>