Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79352 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rini Montasya Ingana Natalia
"ABSTRAK
Sodium alginat (Alginat) adalah salah satu matriks yang dapat digunakan untuk imobilisasi sel dengan metode penjebakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh konsentrasi alginat dan konsentrasi sel, terhadap sintesis enzim α-amilase Bacillus sp. Th4. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui konsentrasi alginat dan sel yang optimum bagi sintesis enzim α-amilase Bacillus sp. Th4.
Untuk itu telah diuji coba konsentrasi alginat antara 2--6%, dan konsentrasi sel antara 5--25% dengan 5 macam kombinasi menggunakan Central Composite Experimental Design (CCED). Sintesis enzim α-amilase diukur dengan metode Virolle et al. yang dimodifikasi. Aktivitas enzim α-amilase dinyatakan dalam unit/ml, kemudian dikonversikan terhadap aktivitas enzim α-amilase standar.
Hasil pengujian statistik dengan menggunakan analisis regresi menunjukkan ada pengaruh linier, pengaruh kuadratik, dan pengaruh interaksi antara konsentrasi alginat dan sel terhadap sintesis enzim α-amilase. Berdasarkan perhitungan menggunakan kalkulus sederhana,
sintesis enzim α-amilase optimum dapat tercapai jika konsentrasi alginat 2,980 % (b/v) dan konsentrasi sel Bacillus sp. Th4 20,278 % (b/v)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ofa Suzanti Betha
"Kitin merupakan salah satu polimer alam yang banyak tersedia dialam sesudah selulosa. Kitin dan turunannya telah banyak digunakan diberbagai bidang diantaranya pertanian, tekstil, khususnya farmasi dan kesehatan. Limbah kulit udang yang merupakan sumber bahan baku pengolahan kitin menghasilkan kualitas kitin yang lebih baik apabila diolah dengan cara biologi dibandingkan cara kimia. Pengolahan kitin secara biologi menggunakan asam laktat untuk demineralisasi dan enzim protease hasil fermentasi bakteri untuk proses deproteinasi. Telah dilakukan penelitian terhadap kemampuan sel amobil Lactobacillus acidophilus FNCC116 dalam proses demineralisasi limbah kulit udang dalam ekstraksi kitin dengan tujuan untuk efisiensi proses fermentasi. Proses amobilisasi bakteri ini dilakukan dengan menggunakan metoda penjerapan sel di dalam matrik natrium alginat 2% yang selanjutnya direaksikan dengan CaCl2 0,2M. Proses demineralisasi limbah kulit udang menggunakan sel amobil Lactobacillus acidophilus FNCC116 30% dan medium yang terdiri dari 6% glukosa, 1,5% yeast, 0,003% MnSO4, 0,003% FeSO4.7H2O, 0,02% MgSO4.7H2O mampu menghasilkan asam laktat sampai 2,24% dan mampu menurunkan kadar abu dalam kulit udang sampai dengan 1,18%. Hasil penelitian ini menunjukkan, sel amobil Lactobacillus acidophilus FNCC116 mampu menurunkan kadar abu dan kadar protein kulit udang dalam tahapan pengolahan kitin secara biologi.

Chitin, a homopolimer, is the most abundant renewable natural resources after cellulose. Chitin and its derivatives hold many applications in agriculture, textile, pharmacy and medic. Chitin that extracted from waste shrimp shells by biological fermentation has better quality than chemical procees. Demineralization of chitin by biological procees use lactic acid as product of fermentation. Deproteinization of chitin use proteolytic activity of enzyme that produce by bacteria in fermentation. Lactobacillus acidophilus FNCC116 has been immobilized by entrapment methods and 2% sodium alginate in 0,2 M CaCl2 as the matric . The ability of immobilized Lactobacillus acidophilus FNCC116 cell in fermentation was tested. The fermentation that was carried out in medium which consist of 6% glukosa, 1,5 % yeast extract, 0,003% MnSO4 0,003% FeSO4.7H2O, 0,02% MgSO4.7H2O and has been producted 2,24% lactic acid. Demineralization of waste shrimp shell with 30% immobilized Lactobacillus acidophilus FNCC116 cell has successfully decreased ash content tol 1,18% and produced lactic acid maximum 2.24%. Immobilization of Lactobacillus acidophilus FNCC116 cell promised an efficient method in bioproceesing of chitin recovery."
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sinha Haelamani
"Mikrokapsul alginat-kitosan merupakan invensi yang berpotensi mengatasi permasalahan pada terapi berbasis sel punca. Mikrokapsul alginat-kitosan dapat digunakan untuk mengenkapsulasi sel punca yang tidak memiliki kecocokan HLA agar dapat ikut ditransplantasikan. Penggunaan mikrokapsul alginat-kitosan sebagai proteksi sel punca, mengharuskan mikrokapsul bersifat biokompatibel dan tidak mudah terdegradasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji biokompatibilitas dan biodegradasi mikrokapsul alginat-kitosan berisi sel punca dari tali pusat. Pengujian biokompatibilitas mikrokapsul alginat-kitosan berisi sel punca dilakukan secara in vivo dengan mentransplantasi mikrokapsul alginat-kitosan berisi sel punca ke dalam sumsum tulang tikus. Pengujian biodegradasi mikrokapsul alginat-kitosan dilakukan secara in vitro dengan menimbang berat mikrokapsul alginat-kitosan berisi sel punca dan tanpa sel punca selama 10 hari. Hasil yang didapatkan dari pengujian biokompatibilitas mikrokapsul alginat-kitosan berisi sel punca yaitu persentase jumlah monosit pada tikus kelompok kontrol dan perlakuan lebih tinggi dari batas normal. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi inflamasi kronik pada tikus. Namun, hasil uji ANOVA dari persentase jumlah sel darah putih antara tikus kelompok kontrol dan perlakuan mengindikasikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persentase jumlah sel darah putih pada tikus kelompok kontrol dan perlakuan (P>0,05). Berdasarkan hasil uji ANOVA diperoleh kesimpulan bahwa inflamasi kronik yang terjadi pada tikus bukan disebabkan oleh mikrokapsul alginat-kitosan berisi sel punca yang ditransplantasi atau mikrokapsul alginat-kitosan berisi sel punca bersifat biokompatibel. Hasil pengujian biodegradasi mikrokapsul alginat-kitosan berisi sel punca dan tanpa sel punca yaitu terjadi kerusakan morfologi dan penurunan berat pada kedua jenis mikrokapsul alginat-kitosan secara signifikan selama 10 hari (P<0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi degradasi pada kedua jenis mikrokapsul alginat-kitosan. Namun, hasil uji two way ANOVA pada data perubahan berat kedua jenis mikrokapsul alginat-kitosan memperoleh nilai P>0,05, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa keberadaan sel di dalam mikrokapsul alginat-kitosan tidak mempengaruhi laju degradasi mikrokapsul alginat-kitosan.

Alginate-chitosan microcapsules is the invention that can handle the stem cell-based therapies’s problems. Alginate-chitosan microcapsules can use to encapsulate the non matching stem cells in order that, they are can be transplanted. As protector of stem cells, alginate-chitosan microcapsules have to be biocompatible and can not be degradad. This study aimed to evaluate the biocompatibility and biodegradation of the alginate-chitosan microcapsules with stem cells from umbilical cord. In vivo biocompatibility testing of alginate-chitosan microcapsule with stem cells were carried out by transplanting the microcapsule into the bone marrow of rat. Alginate-chitosan microcapsule biodegradability testing in vitro were carried out by measuring the weight of the microcapsules with or without stem cells for 10 days. The result of alginate-chitosan microcapsule with stem cells biocompatibility testing showed that the percentage number of monocytes from control and treatment groups’s rat higher than normal. It’s indicate that there is chronic inflammation in the rats. However, the ANOVA test results of the white blood cells’s percentage number between the control and treatment group of rats, indicated that there was no significant difference between the white blood cells’s percentage number in the control and treatment group of rats (P> 0.05). Based on the results of the ANOVA test, we can concluded that chronic inflammation in rat is not caused by alginate-chitosan microcapsules with stem cells which transplanted into the rats or alginate-chitosan microcapsules with stem cells are biocompatible. The results of the alginate-chitosan microcapsules containing stem cells and without stem cells biodegradation testing were there is morphological damage and significan weight loss for both types of alginate-chitosan microcapsules for 10 days (P <0.05). This indicated that there is degradation in both types of alginate-chitosan microcapsules. However, the two way ANOVA test results on the weight change data of the two types of alginate-chitosan microcapsules obtained a P value > 0.05, so we can conclude that the presence of cells in the alginate-chitosan microcapsules did not affect the degradation rate of the alginate-chitosan microcapsules."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuning Lestin Bintari
"Ekstrak mangostin sebagai biomaterial baru yang ditambahkan pada scaffold karbonat apatit / alginat / kitosan diharapkan dapat membunuh sisa sel kanker pada tulang setelah dilakukan tindakan pembedahan. Semua material yang akan digunakan pada tubuh harus memenuhi syarat untuk dapat diterima jaringan dan tidak menimbulkan reaksi toksik pada tubuh. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi mengenai viabilitas sel terhadap scaffold komposit karbonat apatit / alginat / kitosan dengan ekstrak mangostin. Scaffold dibuat dari bahan serbuk karbonat apatit / alginat / kitosan dengan ekstrak mangostin menggunakan metode freeze drying. Karakterisasi dilakukan dengan XRD, FTIR, SEM dan dilanjutkan dengan viabilitas sel menggunakan MTT assay pada konsentrasi 10%, 7.5%, 5%, 2.5%, 1% atau 0.5%. Hasil penelitian diperoleh porositas scaffold komposit karbonat apatit / alginat / kitosan dengan ekstrak mangostin berkisar 50 ? 300 μm. Diperoleh viabilitas tertinggi dari scaffold komposit karbonat apatit / alginat / kitosan dengan ekstrak mangostin pada konsentrasi 0.5 %. Terdapat perbedaan bermakna antara viabilitas sel dari sampel scaffold karbonat apatit / alginat / kitosan dibandingkan terhadap viabilitas sel dari sampel scaffold karbonat apatit / alginat / kitosan dengan ekstrak mangostin pada konsentrasi 10 % dan 7.5 % (P<0.05) tetapi tidak memberikan perbedaan bemakna pada konsentrasi 5%, 2.5%, 1% dan 0.5% (P>0.05). Dapat disimpulkan scaffold komposit karbonat apatit / alginat / kitosan dengan ekstrak mangostin mempengaruhi viabilitas sel sehingga bersifat sitotoksik.

Mangosteen Extract as a new biomaterial to be added to carbonate apatite scaffold / alginate / chitosan is expected to remove any remaining cancer cells in the bones after surgery. All materials which will used on the body must eligible to be accepted by system and does not cause toxic reactions in the body. The purpose of this study was obtaining information on cell viability against carbonate apatite composite scaffold / alginate / chitosan with mangosteen extract. The scaffold is made of carbonate apatite powder / alginate / chitosan with extract mangosteen using freeze drying method. Characterization are performed by XRD, FTIR, SEM and followed by cell viability using MTT assay at concentrations of 10%, 7.5%, 5%, 2.5%, 1% or 0.5%. The results were obtained composite scaffold porosity carbonate apatite / alginate / chitosan mangosteen extract range 50-300 lm. Obtained the highest viability of carbonate apatite composite scaffold / alginate / chitosan with mangosteen extract at a concentration of 0.5%. There is a significant difference between the cells viability of composite of scaffold carbonate apatite / alginate / chitosan samples compared to the cells viability of composite of scaffold carbonate apatite / alginate / chitosan with mangostin extract samples at concentrations of 10% and 7.5% (p<0.05), but no difference significant in the concentration 5%, 2.5%, 1% and 0.5% (p>0:05). It can be concluded composite of scaffold carbonate apatite / alginate / chitosan with mangostin extract affect the viability of cells that are cytotoxic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cika Radezky
"Latar Belakang: Alginat adalah salah satu bahan cetak kedokteran gigi yang paling sering digunakan. Sifat fisik alginat, seperti reproduksi detail, kompatibilitasnya dengan gipsum, dan perubahan dimensi, dapat dipengaruhi waktu penundaan pengecoran. Belum ada studi yang menguji sifat fisik alginat buatan Indonesia jika dibandingkan dengan alginat yang diproduksi di luar negeri. Tujuan: Mengetahui perbedaan reproduksi detail dan kompatibilitas dengan gipsum serta perubahan dimensi antara bahan cetak alginat buatan Indonesia (Hexalgin) dengan bahan cetak alginat buatan luar negeri (GC Aroma Fine Plus Normal Set) jika pengecorannya dengan dental stone ditunda selama 10 menit, 20 menit, dan 30 menit setelah penyemprotan disinfektan. Metode: 20 spesimen Hexalgin dan 20 spesimen GC Aroma Fine Plus Normal Set dibuat berdasarkan standar ISO 1563. Spesimen didesinfeksi dengan natrium hipoklorit 5,25% dan dibungkus paper towel lembap dalam plastik klip tertutup selama 10 menit, 20 menit, 30 menit, atau segera dibilas. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan dental stone tipe III. Perubahan dimensi, reproduksi detail, dan kompatibilitas dengan gipsum diuji sesuai standar ISO 1563 dan ISO 21563, diukur menggunakan kaliper digital serta diamati dengan kamera digital dengan perbesaran 6,3x. Data dianalisis dengan uji One Way Anova dan uji Pearson Chi Square.
Hasil: Rerata perubahan dimensi (%) pada Hexalgin untuk penundaan 10 menit 0,144±0,048, penundaan 20 menit 0,228±0,021, penundaan 30 menit 0,553± 0,042, dan pengecoran segera -0,151±0,031, dan pada GC Aroma Fine Plus Normal Set untuk penundaan 10 menit 0,041±0,018, penundaan 20 menit 0,141±0,021, penundaan 30 menit 0,311±0,026, dan pengecoran segera -0,039±0,034. Rerata perubahan dimensi antara kelompok perlakuan dan antara Hexalgin dengan GC Aroma Fine Plus Normal Set berbeda bermakna (p<0,05). Proporsi reproduksi detail menunjukkan hasil sama yaitu dapat mereproduksi detail. Baik pada alginat Hexalgin maupun GC Aroma Fine Plus Normal Set terdapat skor kompatibilitas dengan gipsum 1, 2, dan 3. Tidak ada spesimen dengan skor 4. Proporsi skor kompatibilitas dengan gipsum Hexalgin dan GC Aroma Fine Plus Normal Set tidak berbeda bermakna (p≥0,05). Proporsi skor kompatibilitas dengan gipsum antara kelompok perlakuan berbeda bermakna (p<0,05). Kesimpulan:Penundaan pengecoran pada bahan cetak alginat buatan Indonesia (Hexalgin) selama 10 menit, 20 menit, dan 30 menit menghasikan perubahan dimensi yang dapat diterima secara klinis, dapat mereproduksi detail dengan baik, dan kompatibel dengan dental stone tipe III.

Background: Alginate is one of the most frequently used dental impression materials. Physical properties of alginate, such as reproduction detail, compatibility with gypsum, and dimensional stability, can be affected by the pouring delay duration. There has been no study about the physical properties of Indonesian-made alginate compared to foreginmade alginate. Objective: To determine the differences in detail reproduction, compatibility with gypsum, and dimensional changes between Indonesian-made alginate impression material (Hexalgin) and foreign-made alginate impression material (GC Aroma Fine Plus Normal Set) if the pouring with dental stone is delayed for 10 minutes, 20 minutes, and 30 minutes after spraying the disinfectant. Materials and Method: 20 specimens of Hexalgin and 20 specimens of GC Aroma Fine Plus Normal Set were made based on ISO 1563 standard. Specimens were disinfected with 5.25% sodium hypochlorite and wrapped in damp paper towels in plastic clips for 10 minutes, 20 minutes, or 30 minutes, or immediately rinsed. Pouring was done using type III dental stone. Dimensional changes, detail reproduction, and compatibility with gypsum were assessed according to ISO 1563 and ISO 21563 standard, measured using digital calipers and a digital camera at 6.3x magnification. Data were analyzed using One Way Anova test and Pearson Chi Square test. Result: The mean dimensional changes (%) on Hexalgin was 0.144±0.048 for 10 minutes delay, 0.228±0.021 for 20 minutes delay, 0.553±0.042 for 30 minutes delay, and -0.151±0.031 for immediate pouring, and for GC Aroma Fine Plus Normal Set it was 0.041±0.018 for 10 minutes delay, 0.141±0.021 for 20 minutes delay, 0.311±0.026 for 30 minutes delay, and -0.039±0.034 for immediate pouring. Mean of dimensional changes between treatment groups and between Hexalgin and GC Aroma Fine Plus Normal Set was significantly different (p<0.05). Proportion of detail reproduction showed constant results, details were reproduced. Both alginates had compatibility with gypsum scores of "
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayuni Rahmadina
"Masih banyak pengguna alginat yang tidak memerhatikan kondisi penyimpanan yang bisa memengaruhi shelf life alginat sehingga kualitasnya perlu dipertanyakan. Oleh karena itu, digunakan alginat dengan tanggal kedaluwarsa berbeda untuk dilihat perbedaan waktu pengerasannya. Adonan alginat dituang ke cincin metal (d= 3 cm, t= 16 mm) dan diuji waktu pengerasannya dengan dengan batang uji (d=6 mm, h=10 cm). Dari hasil analisa statistik, terdapat perbedaan waktu pengerasan yang bermakna (p<0,05) antara alginat yang belum melewati tanggal kedaluwarsa (157 ± 3 detik) dan alginat yang sudah melewati tanggal kedaluwarsa (144 ± 2 detik). Dapat disimpulkan bahwa lama penyimpanan mempengaruhi waktu pengerasan alginat.

There are still many issues regarding consumer carelessness in controlling factors that affect alginate shelf life. Two groups of alginate are tested; one group of alginate that hadn’t passed the expired date, and one that had passed the expired date. The mixed alginate is poured into a mould (d= 3 cm, h= 16 mm) and tested with a test rod (d= 6 mm, h= 10 cm). Statistic analysis showed a significant difference in the setting times of alginates before the expired date (157±3 seconds) and after the expired date (144 ± 2seconds). It has been concluded that shelf life can affect alginate setting time.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Aiginat digunakan di bidang bio medis, antara lain sebagai bahan baku pembalut luka primer (kontak langsung dengan luka) karena bersifat nontoksik, biodegradable, biocompatible dan dapat mempereepat pertumbuhan jaringan baru. Produk tersebut mulai diteliti sebagai biomaterial dengan teknologi elektrospining. Serat - serat hasil elektrospining berukuran diameter <100 nm - 500 nm, umumnya digolongkan sebagai serat nano. Polimer alginat tidak dapat membentuk serat nano, sehingga harus dieampur dengan polimer lain, misalnya PVA (polivinil alkohol). Dari penelitian terdahulu diperoleh membran alginat yang dapat digunakan sebagai pembalut luka, tetapi dengan metoda elektrospining, maka akan diperoleh membran berkualitas lebih tinggi karena mempunyai luas permukaan yang sangat besar dan berpori. Untuk itu dilakukan penelitian pembuatan webs (Iembaran tipis) atau membran dari serat alginaUPVA melalui teknologi elektrospining, karena metodanya mudah. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pembalut luka berskala mikro hingga nano. Pereobaan dilakukan dengan mengunakan variasi komposisi larutan pintal Aiginat 3%/PVA 10% ( 7/3, 6/4, 5/5,4/6, 3/7), jarak (10 em, 15 em, 20 em, 25 em) dan tegangan (12 KVA, 15 KVA, 18 KVA, 23 KVA). Pengujian terhadap produk akhir meliputi analisa gugus fungsi, analisa struktur mikro, uji resistensi terhadap mikroba dan uji pre klinis. Hasil penelitian menunjukkan proses elektrospining menggunakan larutan Aiginat 3%/PVA 10% 4/6, pad a tegangan 15 KVA dengan jarak 15 em, akan menghasilkan webs serat dengan ukuran diameter mayoritas antara 100 nm - 300 nm. Selain itu, produk tersebut bersifat anti bakteri dan lolos uji pre klinis, karena tidak menyebabkan iritasi serta dapat berfungsi sebagai pembalut luka dengan kualitas yang lebih baik dibanding pembalut luka alginat konvensional, yaitu mampu mempereepat penyembuhan luka dari 24 jam menjadi 1 jam."
620 JSI 6:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet
"The photocatalytic degradation of methylcyclohexane (MCH) in two phases (aqueous and vapor) was examined using modified titania that was immobilized on pumice and performed in the system of a specific condition. The photodegradation system that used a particular configuration reactor and modified catalyst could facilitate the two-phase photodegradation of MCH simultaneously. The photocatalyst was prepared by the mechanical mixing of urea and TiO2 P25 with mass ratios of 1:3 and 2:3, respectively and then calcined at 350 and 450oC. This modified photocatalyst was then immobilized on pumice and finally used for the photodegradation of MCH. The Infrared spectra studies revealed that modified titania with urea successfully incorporated a non-metal dopant within the TiO2 lattice. The catalyst that spread evenly across the surface of the pumice can be seen from Scanning Electron Microscope (SEM) characterization. The loading of 7.5% mass photocatalyst that immobilized on pumice degraded MCH in two-phases simultaneously during a 120 minute period and can be considered the optimum condition."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2017
UI-IJTECH 8:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Andrianto
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pemakaian berulang lipase Candida rugosa E.C 3.1.1.3 yang terimobilisasi pada nanopartikel Fe3O4-kitosan pada reaksi esterifikasi asam lemak minyak kelapa sawit dengan sorbitol. Pemakaian dari enzim lipase Candida rugosa yang terimobilisasi pada nanopartikel Fe3O4-kitosan digunakan sebanyak lima kali pemakaian. Nilai persen loading pada lipase terimobilisasi yang diperoleh adalah sebesar 75%. Reaksi esterifikasi dilakukan pada pelarut t-butanol dan Metil Isobutil Keton (MIBK). Persen konversi reaksi esterfikasi menggunakan enzim bebas dalam pelarut MIBK adalah 24,20%, sedangkan dalam pelarut t-butanol belum diperoleh. Persen konversi yang diperoleh pada penggunaan enzim terimobilisasi dalam pelarut MIBK secara berturut-turut adalah 16,28%, 13,96%, 10,93%, 5,60%, dan 3,50%, sedangkan dalam pelarut t-butanol adalah 12,60%, 9,97%, 6,20%, 4,79%, dan 2,45%. Jumlah produk yang dihasilkan menggunakan enzim terimobilisasi lebih efektif dibandingkan menggunakan enzim bebas.

This research is going to study about repeating usage of Candida rugosa E.C 3.1.1.3 lipase immobilized to Fe3O4-chitosan nanoparticles as esterification reaction catalyst of palm oil fatty acid and sorbitol. Lipase Candida rugosa which is immobilized to Fe3O4-chitosan is used five times. The value of percent loading for lipase immobilized is 75%. Esterification reaction is in t-butyl alcohol and Methyl Isobutyl Ketone (MIBK) solvent. Percent convertion for esterification reaction using free enzyme in MIBK solvent is 24,20%, whereas in t-butyl alcohol solvent is not completely done. Percent convertion for esterification reaction using immobilized enzyme in MIBK solvent are 16,28%, 13,96%, 10,93%, 5,60%, dan 3,50%, whereas in t-butyl alcohol solvent are 12,60%, 9,97%, 6,20%, 4,79%, dan 2,45%. Amount of product is produced using immobilized enzyme is better than using free enzyme."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Lukman Hakim
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49127
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>