Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121952 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indarti
"ABSTRAK
Jambu air (Eugenia aguea Burm. f.) banyak dijumpai di sekitar pabrik semen kawasan industri Cibinong-Citeureup Bogor Jawa Barat. Untuk mengetahui pengaruh debu terhadap daun E. aguea di kawasan tersebut, terutama pengaruhnya pada kiorofil a dan b ser'ta hubungannya dengan indeks luas daun, maka dilakukan penelitian pendahuluan di lokasi kontrol dan lokasi yang berjarak 500 m, 1500 m, 2500 m, 3500 m dan pusat surnber emisi. Berat debu pada daun E. aguea ditentukan menurut metode Smith, kadar kiorofil a dan b ditentukan menurut metode Arnon, dan . indeks luas daun dItentukan rnenurut metode Krebs. Berat debu rata-rata yang tertinggi dan yang terendah (4,8373; 0,1091 mg/cm 2 ) terdapat pada lokasi 500 m dan kontrol. Kadar kiorofil a dan b rata-rata yang tentinggi dan yang terendah (0,5842 dan 0,3520; 0,4711 dan 0,2695 rng/g daun) terdapat pada lokasi kontrol dan 500 rn. Indeks luas daun yang tertinggi dan yang terendah (0,903; 0,447) terdapat pada lokasi kontrol dan 500 m. Uji korelasi peringkat Spearman menunjukkan, bahwa makin banyak debu pada daun E. aguea makin menurun kadar kiorofil a dan b serta indeks luas daun dari daun tersebut. Debu selain berpengaruh pada kadar kiorofil a dan b daun E. aguea, secara tidak langsung berpengaruh juga pada indeks luas daun E. aguea."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutanto, 1950-
"ABSTRACT
In the area of Cibinong-Citeureup Bogor has many industries, dusty and there are has been acid rain. About 75.63 % people in this area take well water for drinking. It was studied impact of acid rain for well water degradation in order to know the trend and rate of well water pH change. Preliminary research was done in order to make sure the effect of acid rain to well water using soil column leaching simulation. The main research was done by pH monitoring of acid rain and well water in the specific location. The pH of acid rain was monitored in the first 30 minutes on 12 locations from the year of 1999 to 2009, and the well water pH was measured from the year of 1995 to 2009. The acidity (pH) was measured using pHmeter electronic. The rate of pH change was calculated by first order reaction. The result showed that the well water acidity has uptrend (the pH to be lower). The acid rain has a little impact to the acidity of well water (r = 0.68). The rate of acidity of well water has constant value, k = 0.004 year-1."
Bogor: Program Pascasarjana Universitas Pakuan, 2018
370 JPLH 6:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Iryani
"Kualitas udara di wilayah industri pada umumnya menunjukkan kecenderungan meningkatnya polusi yang disebabkan adanya emisi gas dari aktivitas industri dan transportasi. Jenis dan jumlah emisi atau pencemar udara bergantung pada jenis dan atau jumlah industri yang ada di wilayah itu. Pada umumnya pencemar udara yang berasal dari industri dan transportasi berupa partikel debu dan gas-gas seperti oksida nitrogen (NOx), oksida belerang (SOx), karbonmonoksida (CO), dan hidrokarbon (HC).
Emisi gas dari udara dapat langsung masuk ke badan air atau terbawa oleh air hujan dan meresap melalui tanah ke badan air. Gas-gas buang yang mengandung oksida nitrogen dan oksida sulfur (NOx dan SOx) dapat bereaksi dengan molekul-molekul air di udara membentuk asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (HNO3) kemudian turun ke bumi sebagai hujan asam. Melalui sistem rembesan dalam tanah (ground wafer cycle), hujan asam ini berpengaruh terhadap kualitas air sumur.
Daerah Cibinong-Citeureup-Gunung Putri dengan luas wilayah 36,42 km2 merupakan contoh wilayah industri yang padat transportasi dan banyak aktivitas industrinya. Terdapat lebih dari 13.748 kendaraan bermotor dan 228 industri berskala besar dan sedang yang ada di Kecamatan Cibinong-Citeureup dan Gunung Putri (BPS Kab. Bogor, 2000). Jenis industri yang ada meliputi industri rumah tangga, farmasi dan obat-obatan, tekstil, kimia, otomotif, dan semen.
Berdasarkan data sebelumnya (tahun 1999), pH rata-rata air hujan di wilayah Cibinong-Citeureup adalah 5,07. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi hujan asam di wilayah tersebut. Kualitas air sumur penduduk di wilayah Cibinong-Citeureup juga rendah. Berdasarkan penelitian sebelumnya, diperoleh data bahwa pH rata-rata air sumur di wilayah Cibinong-Citeureup 5,09 (tahun 1995) dan turun menjadi 4,63 pada tahun 1999.
Untuk mengetahui apakah kualitas udara berpengaruh pada kualitas air hujan dan apakah kualitas air hujan memang berpengaruh pada kualitas air sumur, maka dilakukan penelitian dengan mengukur parameter-parameter kunci. Penelitian ini bertujuan untuk: (a) mengetahui kualitas air hujan di wilayah industri Cibinong-Citeureup-Gunung Putri dan wilayah pembanding, dengan mengukur konsentrasi ion nitrat (NO3-), ion sulfat (S042 ), dan keasaman (pH);
(b) mengetahui kualitas air sumur penduduk wilayah industri Cibinong-Citeureup-Gunung Putri dan wilayah pembanding, dengan mengukur konsentrasi ion nitrat (NO3-), ion sulfat (SO42), keasaman (pH), logam Fe, dan kesadahan/CaCO3;
(c) mengetahui hubungan antara derajat keasaman (pH) dengan konsentrasi logam besi (Fe) dalam air sumur; dan (d) mengetahui pengaruh pencemaran udara yang berasal dari kualitas air hujan terhadap kualitas air sumur.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat: (a) memberikan informasi mengenai kualitas air hujan dan air sumur di wilayah industri Cibinong-Citeureup-Gunung Putri terutama kepada PEMDA setempat, industri yang mencemari, dan masyarakat/penduduk di wilayah itu; (b) memberikan informasi mengenai bahaya pencemaran terhadap badan air terutama air sumur yang digunakan untuk keperluan rumah tangga kepada masyarakat/penduduk di wilayah penelitian, serta memberikan solusi untuk pengolahan air agar dapat dipakai untuk air minum.
Hipotesis yang diajukan adalah: (a) terdapat perbedaan kualitas air hujan dari wilayah industri Cibinong-Citeureup-Gunung Putri dengan wilayah pembanding; (b) terdapat perbedaan kualitas air sumur penduduk dari wilayah industri Cibinong Citeureup-Gunung Putri dengan wilayah pembanding, dan (c) terdapat hubungan antara derajat keasaman (pH) dengan konsentrasi logam besi (Fe) dalam air sumur.
Penelitian dilakukan dengan metode survei dan expost facto, dimana sampel air hujan diambil dari 14 titik lokasi penelitian dan air sumur diambil dari sumur-sumur penduduk yang berada pada lokasi yang sama dengan pengambilan air hujan.
Parameter pH (derajat keasaman), daya hantar listrik (DHL), dan Total Dissolved Solids/total padatan terlarut (TDS) diukur langsung di lapangan, sedangkan pengukuran konsentrasi N03 (nitrat), S042 (sulfat), logam Fe (besi), dan kesadahan (CaCO3) dilakukan di Laboratorium Kimia, Fakultas MIPA-Universitas Pakuan Bogor.
Data penelitian terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengukuran secara langsung di lapangan dan di laboratorium. Data sekunder diperoleh dari penelitian sebelumnya, studi pustaka, instansi terkait, dan dari sumber-sumber lain. Data primer dan sekunder ini kemudian dianalisis secara deskrptif dan dilakukan uji statistik Two-Independent-samples Test untuk menguji perbedaan kualitas air hujan dan air sumur di wilayah industri dan wilayah pembanding, dan uji Bivariate correlation, utuk melihat hubungan antara derajat keasaman (pH) dengan konsentrasi logam besi (Fe) dalam air sumur. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
(a)Air hujan untuk wilayah industri mempunyai nilai rata-rata derajat keasaman (pH) 4,47; kadar nitrat (NO3) 3,3302 mg/L; sulfat (SO42) 3,5806 mg/L, sedangkan untuk wilayah pembanding, nilai rata-rata derajat keasaman (pH) adalah 6,13; kadar nitrat (NO3) 0,0283 mg/L dan sulfat (SO42-) 0,0079 mg/L. Jadi pada tingkat kepercayaan 95% secara statistik diperoleh nilai Z hitung (-2,58 untuk pH, -2,575 untuk S042-, dan -2,569 untuk N03), sehingga terdapat perbedaan kualitas air hujan dari wilayah industri dengan wilayah pembanding untuk parameter derajat keasaman (pH), kadar nitrat (NO3), dan sulfat (SO42-);
Air sumur penduduk di wilayah industri mempunyai nilai rata-rata derajat keasaman (pH) 4,11; kadar nitrat (NO3-) 6,19 mg/L; sulfat (SO42) 5,44 mg/L, besi (Fe) 0,27 mg/L, dan kesadahan (CaCO3) 30,10 mg/L sedangkan untuk wilayah pembanding, nilai rata-rata derajat keasaman (pH) 6,70; kadar nitral (NO3-) 0,4011 mg/L; sulfat (SO42) 1,6599 mg/L, besi (Fe) 0,3508 mg/L, dan kesadahan (CaCO3) 34,30 mg/L. Jadi pada tingkat kepercayaan 95% secara statistik diperoleh nilai Z hitung (-2,569 untuk pH, -2,260 untuk S042-, -2,569 untuk N03, -0,584 untuk Fe dan -0,857 untuk Ca C03), maka terdapat perbedaan kualitas air sumur penduduk dan wilayah industri dengan wilayah pembanding untuk parameter derajat keasaman (pH), kadar nitrat (NO3-), dan sulfat (S042), tetapi tidak terdapat perbedaan untuk parameter kandungan besi (Fe) dan kesadahan (CaCO3);(c} Nilai koefisien korelasi (r) antara derajat keasaman (pH) dengan konsentrasi logam besi (Fe) adalah sebesar -0,976. Jadi terdapat hubungan negatif yang cukup erat antara pH dengan konsentrasi besi (Fe) dalam air sumur. Makin rendah pH (makin asam), konsentrasi besi makin tinggi.
Jadi kesimpulan umum dari penelitian ini adalah: Pencemaran udara yang berasal dari air hujan berpengaruh terhadap kualitas air sumur.
Selanjutnya disarankan untuk mengadakan penelitian lanjutan untuk menentukan besarnya persentase distribusi dari sumber bahan pencemar (industri/pertanian), kepadatan penduduk, jenis/kondisi tanah dan akibat yang berpengaruh terhadap kualitas air sumur. Hal ini penting untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas air sumur dan menentukan prioritas dalam pengendalian pencemaran air sumur. Untuk sumur-sumur yang mempunyai derajat keasaman tinggi (nilai pH rendah), maka untuk menaikkan nilai pH bisa diberikan CaO (kapur). Hal ini pemah diteliti sebelumnya dimana untuk menaikkan pH satu liter air sumur dari 5,732 menjadi 7,00 (pH netral), jumlah CaO yang diperlukan adalah 0,0204 gram.

The Influence of Air Pollution To The Quality Of Well Water(Case Study: Well Water Used by Population of the Cibinong-Citeureup-Gunung Putri Industrial Districts)Generally, the air quality in the industrial districts indicates the increase of pollution due to the existence of gas emission coming from industrial and transportation activities. The type and the number of emission or air pollutant will depend on the type and or the quantity of industries located in respective district. In general, air pollutant which comes from industry and transportation consists of dust particles and gasses such as nitrogen oxides (NOx), sulfur oxides (SOx), carbon monoxide (CO), and hydrocarbons (HC).
Gas emission from the air could directly come to the body of water or be brought by rainwater and then absorbed to the body of water through the ground. The exhausts that contain nitrogen oxides and sulfur oxides (NOx and SOx) could react with water molecules in the air to form sulfuric acid (H2SO4) as well as nitric acid (HNO3), afterwards they fall to earth as an acid rain. Through the ground water cycle system, this acid rain influences the quality of well water.
The Cibinong-Citeureup-Gunung Putri districts with area of 36.47 km2 are the example of industrial districts that have massive transportation and have many industrial activities. There are more than 13,748 motor vehicles and 228 large as well as medium scale industries which are located in Cibinong-Citeureup-Gunung Putri sub-districts (BPS [Central Bureau of Statistics] of Bogor Regency, year 2000). The industries available are including household, pharmaceutical and medicines, textile, chemical, automotive, and cement industries.
Base on previous data year of 1999, the average of the acidity (pH) of rainwater in Cibinong-Citeureup districts was 5.07. This indicates that there has been an acid rain occurred on these districts. The quality of well water used by population of Cibinong-Citeureup becomes worst. Based on the previous research, the average of acidity (pH) of well water in the Cibinong-Citeureup districts was 5.09 (year 1995) and it decreased to 4.53 in 1999. In order to find out whether the air quality gives influence to the quality of rainwater and whether the quality of rainwater really gives influence to the well water, a research it needed by measuring the key parameters.
This research has purposes to: (a) find out the quality of rainwater in the Cibinong-Citeureup-Gunung Putri industrial districts as well as in the reference district by measuring the concentration of nitrate ion (NO3-), sulfate ion (SO42'), and acidity (pH); (b) find out the quality of well water used by population in Cibinong-Citeureup-Gunung Putri industrial districts as well as the quality of well water in the reference district by measuring the concentration of nitrate ion (N03), sulfate ion (SO42-), acidity (pH), Fe metal, and hardnesslCaCO3; (c) to find out the corelation between degree of acidity (pH) and concentration of iron metal (Fe) in the well water; and (d) to find out the influence of air pollution which comes from the quality of rainwater to the quality of well water.
The output of research hopefully could: (a) gives information about the quality of rainwater and the quality of well water in Cibinong-Citeureup-Gunung Putri industrial districts to the respective local government (PENIDA), all industries who tend to create pollution as well as society / population of those districts; (b) gives information to the society / population in the research location regarding the danger of pollution to the body of water, mainly the domestic well water, and also gives a solution about the treatment for the water that would use as a drinking water.
The proposed hypothesis was: (a) there is difference between the quality of rainwater in the Cibinong-Citeureup-Gunung Putri industrial districts and that of the reference district; (b) there is difference between the quality well water of population in Cibinong-Citeureup-Gunung Putri industrial districts and that of the reference district; (c) there is a correlation between the degree of acidity (pH) and the concentration of iron (Fe) in the well water.
Research is carried out by using a survey and ex post facto methods where the samples of rainwater were collected from 14 research locations, while sample of well water were collected from the residential wells at the same location whit that of samples of rainwater were collected.
Degree of acidity (pH), electric conductivity (DHL), and total dissolved solids (TDS) parameters were measured directly on the spot, while concentration of N03 (nitrate), SO4 (sulfate), Fe (iron), and hardness (CaCO3) were analyzed at the Laboratory of Chemical, Faculty of Mathematics and Natural Sciences (MlPA) University of Pakuan, Bogor. Research data consist of primary and secondary data. Primary data were obtained by direct measurement on the spot and at the laboratory. Secondary data were obtained from previous research, bibliography (references), related institutes, as well as other sources of information. These primary .and secondary data were, then analyzed descriptively and statistically with Two-Independent-Samples Test to examine the difference of rainwater and well water quality in the industrial districts and the reference district. One more test called Bivariate Correlation is done in order to see the correlation between the degree of acidity (pH) and the concentration of iron (Fe) in the well water.
Research conclusions were:
(a) Rainwater in the industrial districts has average value of acidity degree (pH) of 4.47; nitrate (NO3-) content of 3.3302 mg/L; sulfate (SO42-) content of 3.5806 mg/L, while rainwater in the reference district has the average value of acidity degree (pH) of 6.13; nitrate (NO3) content of 0.0283 mg/L and sulfate (SO42-) content of 0,0079 mg1L. Thus, at 95% level of confidence, statistically it was obtained the calculated Z value (-2.58 for pH, -2.575 for S042-, and -2.569 for N03-), so that there was a difference between the quality of rainwater in the industrial districts and that the reference district for the parameter of degree of acidity (pH), nitrate (NO3-), and sulfate (SO42') content;
(b)Well water used by population of the industrial districts has average value of acidity degree (pH) of 4.11; nitrate (NO3') content of 6.19 mg/L; sulfate (50422') content of 5.44 mg/L,; iron (Fe) content of 0.27 mg/L; and hardness (CaCO3) of 30.10 mg/L, while well water in the reference district has the average value of acidity degree (pH) of 6.70; nitrate (NO3-) of 0.3508 mg/L; and hardness (CaCO3) of 4.30 mg/L. Thus, at 95% level of confidence, statistically it was obtained the calculated Z value (-2.569 for pH, -2.260 for 5042-, -2.569 for NC3-, -0.584 for Fe and -0.857 for CaCO3). So that there was a difference between the quality of well water of the industrial districts and that of the reference district for the parameter of degree of acidity (pH), nitrate (NO3-) content and sulfate (SC42..) content, but there is no significant difference for the parameter of iron (Fe) content and hardness (CaCO3);
(c) the value of correlation coefficient (r) between the degree of acidity (pH) and the concentration of iron (Fe) is -0.976. Hence, there is a close negative correlation between pH and concentration of iron (Fe) in the well water. The lower (the more acid) the pH, the higher the concentration of iron (Fe).
The general conclusion of this research is: Air pollution which come from rainwater affected to the quality of well water. For the next step, it is suggested to conduct a further research to determine the distribution percentage of the source of pollutant materials (industry/agriculture), population density, type/condition of soil and aquifer that influence to the quality of well water. This is important to be done to find out the most influencing factor to the quality of well water, and to determine the priority in reference ling the well water pollution. To increase the pH value for the wells that have high degree of acidity (low pH value), it could be added with CaO (quick lime). It has been examined previously, where 0,0204 gram of CaO was needed to increase the pH of one liter of well water from 5.732 to 7.00 (neutral pH)."
2002
T3039
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Lenggo Putri
"ABSTRAK
Gangguan fungsi paru merupakan penyakit tidak menular yang diperkirakan menjadi penyebab ketiga kematian di dunia pada Tahun 2030. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan panjanan partikulat (PM2,5) terhadap gangguan fungsi paru pada ibu rumah tangga di sekitar kawasan pabrik semen Desa Citeuruep, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 100 orang ibu rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 57 orang ibu rumah tangga memiliki gangguan fungsi paru, 55% berumur lebih dari 40 tahun, 58% memiliki status gizi tidak normal, 59% memiliki ventilasi rumah tidak memenuhi syarat, 70% anggota keluarga merupakan perokok aktif, 67% menetap dirumah dengan jarak dari pabrik semen memiliki risko akan paparan debu, 100% Kelembaban rumah ibu rumah tangga tidak memenuhi syarat. Ibu rumah tangga yang terpajanan partikulat (PM2,5) tidak memenuhi syarat sebanyak 56,4% mengalami gangguan fungsi paru. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa semua varibel yang diteliti pada penelitian ini tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap gangguan fungsi paru pada ibu rumah tangga. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah melakukan sosialisasi kepada ibu rumah tangga untuk melakukan pola hidup bersih dan sehat. Selain itu, pihak puskesmas dapat melakukan penyuluhan terkait rumah sehat, pola konsumsi gizi seimbang serta inspeksi snaitasi rumah secara berkala.

ABSTRACT
Lung function disorders is a non-commucibale disease which is estimated to be the third leading cause of death in the world in 2030. This research aims to analyze the relationship of particulate exposure (PM2,5) with lung function disorders in housewife around the cement factory area in Citeureup, Bogor Regency. The study uses a cross-sectional study design. The number of samples in this study were 1000 housewives. The result showed that 57 housewives had lung function disorders, 55% were over 40 years old, 58% had abnormal nutritional status, 59% had inadequate home ventilation, 70% of family members were active smokers, 67% settled at home with a distance from the semen factory has a risk of dust exposure, 100% humidity housewife does not qualify. Housewives who were exposed to particulate matter (PM2,5) did not meet the requirements as many as 56,4% experienced lung function disorders .Statistical result showed that all variables in this research did not have a significant relationship to lung function disorders in housewives. Prevention efforts that can be done is to socialize to housewives to do a clean and healthy lifestyle. In addition, the Puskesmas Citeureup can conduct counseling related to healthy homes, balanced nutrition consumption patterns and periodic home sanitation inspections."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikry Eswara Adi
"ABSTRAK
Tugas akhir ini membahas mengenai analisis perbandingan dua kondisi musim terhadap partikulat pada sekolah dasar di sekitar kawasan industri semen. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menghubungkan hasil dengan faktor yang mempengaruhinya menggunakan perhitungan dan analisa terkait. Hasil penelitan ini adalah pada musim kemarau konsentrasi partikulat tertinggi berada pada SD E sebesar 45,766 μg/m3, sementara konsentrasi partikulat terendah berada pada SD A sebesar 9,347 μg/m3. Pada musim hujan konsentrasi partikulat tertinggi berada pada SD D 28,147 μg/m3, sementara konsentrasi partikulat terendah berada pada SD A sebesar 4,191 μg/m3. Walaupun demikian, kosentrasi partikulat di tiap sekolah dasar masih berada dibawah baku mutu

ABSTRACT
This final project deals with the analysis of comparison of the two conditions of the season against particulate matter on elementary schools around the area of the cement industry. This research is qualitative research by linking results with factors affected it using calculation and analysis of related. The results of this study are in the dry season the highest concentrations of particulates are at SD E of 45.766 μg/m3, while the lowest particulate concentrations are on SD A of 9.347 μg/m3. In the rainy season the highest concentrations of particulates are at SD D 28.147 μg/m3, while the lowest particulate concentrations are on SD D of 4.191 μg/m3. However, concentrations of particulate matter in each primary school still under raw quality."
2016
S65746
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
L. Meily Kurniawidjaja
"Latar Belakang. Industri semen di Indonesia telah berkembang dengan pesat, terutama dalam tahun-tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan antara lain karena permintaan yang meningkat baik dari dalam maupun luar negeri. Peningkatan industri semen di dalam negeri sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemakaian semen meningkat sesuai dengan peningkatan pembangunan di sektor pemerintah maupun swasta, seperti pembangunan prasarana jalan dan jembatan, perumahan, gedung-gedung bertingkat, bendungan dan irigasi. Gambar 1 menunjukkan kenaikan konsumsi semen di dalam negeri dari tahun 1978 sampai dengan tahun 1990 <1). Peningkatan permintaan dari luar negeri dimulai sejak awal 1988. Hal ini antara lain disebabkan oleh karena Jepang mengurangi produksi semennya secara drastis. Sebelumnya Jepang adalah pemasok semen terbesar di dunia dengan kapasitas lebih dari 70 juta ton pertahun (2). Indonesia adalah satu-satunya negara di kawasan ASEAN yang mengalami surplus semen, dengan kapasitas terpasang nasional sebesar 17,41 juta ton per tahun pada akhir Pelita 2 lalu. Semen Indonesia yang diproduksi oleh 10 grup pabrik semen, berpeluang besar untuk meningkatkan produksi pada tahun-tahun mendatang.
Gambar 1. Konsumsi Semen di Indonesia, 1978 ? 1990 (Untuk melihat gambar silahkan link ke file pdf.)
Meningkatnya produksi semen sangat berpengaruh terhadap peningkatan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Namun demikian, kewaspadaan terhadap kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh proses produksi semen harus selalu mendapat perhatian. Termasuk dampak negatif debu semen yang beterbangan di udara. Paparan debu semen dengan kadar tertentu di udara dapat menimbulkan penyakit, seperti penyakit saluran napas, penyakit kulit serta penyakit saluran cerna (3 - 9).
Penelitian mengenai pengaruh debu semen terhadap saluran napas telah banyak dilakukan. Di Indonesia penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Hariadi dan Hargono di Surabaya (1979), Harsono dan Musauaris {1983). Soedirman (1987) dan Hariana di Citeureup {I98E3) (10-14). Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan keragaman hasil sesuai dengan latar belakang penelitian masing-masing, namun pada umumnya menyimpulkan bahwa upaya perlindungan khusus terhadap bahaya debu semen belum sepenuhnya dilakukan secara memadai dan menyeluruh. Lebih lanjut dikemukakan bahwa, untuk mencegah timbulnya penyakit saluran napas perlu dilakukan upaya pemantauan secara berkelanjutan. Dengan pemantauan ini diharapkan bahwa apabila sewaktu-waktu terjadi penyimpangan dapat segera diketahui dan segera dilaksanakan tindakan koreksi yang diperlukan (3,15).
Pemantauan ini secara khusus dilaksanakan terhadap para pekerja, untuk mendeteksi kemungkinan timbulnya penyakit sedini mungkin melalui pemeriksaan kesehatan berkala serta pemantauan terhadap lingkungan kerja. Cara ini dapat dipandang sebagai diagnosis dini yang mempunyai peran amat penting, sebagai salah satu indikator paparan debu di lingkungan kerja, untuk kemudian dilakukan tindakan-tindakan pencegahan dan bila perlu pengobatannya (3,15)?"
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kuwat Karyadi
"Pencemaran udara merupakan masalah yang terjadi di area industri seperti salah satunya di pabrik semen, di mana hal ini dapat menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan pada karyawan. Gangguan kesehatan berupa penyakit saluran pernafasan yang dapat terpicu oleh pencemaran udara salah satu di antaranya adalah Asma. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kecenderungan prevalensi Asma serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya pada karyawan di sebuah pabrik semen di Jawa Barat. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi potong lintang (Cross Sectional) dilakukan selama 3 bulan Mei-Juli dilakukan wawancara terhadap 142 orang karyawan. Prevalensi asma di sebuah pabrik semen di Jawa Barat pada tahun 2008 adalah sebesar 9,2%. Asma pada karyawan tidak terkait langsung dengan faktor-faktor demografi, perilaku dan lingkungan kerja tetapi lebih pada faktor keturunan yang dibawa sejak sebelum bekerja di pabrik semen tersebut. Penanggulangan dapat dilakukan dengan penerimaan dan penempatan karyawan sesuai dengan syarat kesehatan yang telah ditetapkan.

Air pollution is a problem commonly in any industry area such as cement factory, and cause various respiratory problem like Asma. This study aims to description prevalence of asthma occurence, as well as to determine the correlation between any factor influencing of employees of a cement factory in West Java during 2008. This study is descriptive in nature and is a cross sectional study in design among three months during May-July to 142 respondents by interview. Asthma prevalence of employees of a cement factory in West Java during 2008 is 9.2%. Asthma of the employees is not be direct related with demography factors, behavioral and the environment work but mostly caused degraded by their parents or genetic factor since before working in this factory. Means to minimize the number of cases can be done with employees location and acceptance as according to health condition which have been specified.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T41303
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41527
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desdiani
"Latar belakang. Pabrik semen merupakan salah satu industri yang menerapkan kerja gilir bagi karyawannya untuk meningkatkan produktifitas. Kerja gilir ini berdampak pada gangguan irama sirkadian yang menyebabkan gangguan pencernaan. Di pabrik semen ini, gangguan pencernaan ditemukan pada pekerja gilir yang berotasi. Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan tujuan mengetahui prevalensi gangguan pencernaan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan pencernaan
Metode penelitian. Berupa studi comparative cross sectional (perbandingan potong lintang) melalui perbandingan prevalensi gangguan pencernaan antara kelompok pekerja gilir dengan pekerja non gilir. Jumlah sampel pada kelompok kerja gilir dan kelompok non gilir masing masing 100 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana dari populasi yang memenuhi persyaratan kriteria inklusi. Data penelitian diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner, pemeriksaan fisik, rekam medis pekerja dan data dari bagian kepegawaian.
Hasil penelitian. Didapatkan gangguan pencernaan pada pekerja gilir dengan pola rotasi dan prevalensi gangguan pencernaan sebesar 11% dengan CI 95% 4,9% - 17.1%. Faktor yang berhubungan paling kuat dengan gangguan pencernaan adalah riwayat penyakit seperti ginjal, hepatitis, tukak lambung dan batu empedu dengan p= 0,001 OR=14,635 CI 95% 2,909 - 73,626. Dan faktor yang juga berpengaruh terhadap timbulnya gangguan pencernaan adalah jumlah hari kerja dalam seminggu dengan p = 0,049 OR = 4,098 CI 95% 1,008 - 16,663 , Variabel penelitian seperti usia pekerja, tingkat pendidikan,jumlah jam kerja dalam sehari, masa kerja, stres, pola makan, kebiasaan merokok dan kebiasaan olah raga pada kedua kelompok kerja tidal( ditemukan perbedaan yang bermakna.
Kesimpulan: Dari penelitian ini tidak terbukti bahwa kerja gilir yang berotasi mengakibatkan gangguan pencernaan dan secara statistik terbukti bahwa faktor jumlah hari kerja dalam seminggu dan riwayat penyakit bermakna dalam mempengaruhi timbulnya gangguan pencernaan (p< 0,05 ).
Oleh karena itu untuk mencegah dan mengurangi gangguan pencernaan, perlu dilakukan antisipasi dan pengertian yang dalam baik dari pihak manajemen, pekerja maupun dokter perusahaan.

The Influence Shift Work To Digestive Disorder At Male Worker Part Of Production At Cement Factory PT " X" In Citeureup BogorBack ground Cement factory represent one of the industry applying shift work to its employees to increase productivity. This shift work affect at rhythm trouble of circadian causing digestive disorder. In this cement factory, digestive disorder found at shift worker which is rotation. Therefore this study conduct to identify the prevalence of digestive disorder and other factors related to digestive disorder.
Research method Comparative cross sectional (transversal crosscut comparison) passing comparison of digestive disorder prevalence among group shy worker with non shift worker. Amount of sample at shift worker team and non shy worker team of everyone 100 persons. Intake of sample conducted at random modestly from population fulling conditions of inclusion criteria. Research data obtained from interview with questionnaire, physical examination, medical record and employee data
Result of research. Digestive disorder at shift worker with rotation pattern and the prevalence digestive disorder is II % with CI 95% 4,9 - 17,1%. The most influence factor related to digestive disorder is historical of disease with p = 0,001 OR=14, 635 CI 95% 2,909 - 73,626. And factor having an effect to incidence digestive disorder is amount of workday within a week with p = 0,049 OR = 4,098 CI 95% 1,008 - 16,663. Research variable like worker age, education level, the amount of workhour within a day, year of job, sires, pattern eat, habit smoke, habit of disease history and sport at both working team have equivalent so that not be found by difference having a meaning.
Conclusion. This research didn't proven that rotating shift work caused to digestive disorder and statistically significant relation between amount of workday within a week and historical of disease with digestive disorder (p < 0,05).Therefore to prevent and lessen digestive disorder, a coordination need to conducted between management, company doctor and also worker to improve this matter.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T 13637
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>