Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157567 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saraswati
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran
parameter semen pada penderita leukospermia yang
memeriksakan diri ke Bagian Biologi FKUI dan Klinik YPK
Gereja Theresia. Sampel di ambil dari 20 orang pasien
dengan leukospermia, dan sebagai kontrol di ambil dari 20
orang yang normozoospermia. Metode yang digunakan sesuai
dengan standar WHO yang lazim digunakan di Bagian Biologi
FKUI. Parameter yang diukur adalah:
volume semen, pH semen, jumlah spermatozoa total/ml semen,
jumlah spermatozoa motil/ml semen, kategori motilitas,
rata-rata motilitas, water test (uji air), morfologi
spermatozoa, jumlah leukosit/ml semen. Basil uji
statistik nonparametrik jumlah jenjang Wilcoxon
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada semua parameter
semen yang diukur, kecuali pH dan volume. Rata-rata
volume semen pada kelompok leukospermia lebih rendah
(2,92 ml) daripada kelompok nonleukospermia
(3,16 ml). Rata-rata pH semen kelompok leukospermia
lebih tinggi (7,8) daripada kelompok nonleukospermia
(7,62). Rata-rata jumlah spermatozoa total/ml pada
kelompok leukospermia (28,56 juta/ml) lebih rendah
daripada kelompok nonleukospermia (69,09 juta/ml). Ratarata
jumlah spermatozoa motil/ml pada kelompok
leukospermia lebih rendah (15,58 juta/ml) daripada
kelompok nonleukospermia (38,74 juta/ml). Rata-rata
kategori motilitas spermatozoa kelompok leukopsermia
lebih rendah (36,25%) daripada kelompok nonleukospermia
(52,75%). Rata-rata motilitas spermatozoa kelompok
leukospermia (0,0338 mm/detik) lebih rendah daripada kelompok
nonleukospermia (0,0436 mm/detik). Rata-rata jumlah
leukosit/ml pada kelompok leukospermia lebih tinggi (2,83
juta/ml) daripada kelompok nonleukospermia (0,15 juta/ml).
Rata-rata uji air pada kelompok leukospermia lebih rendah
(41,25%) daripada kelompok nonleukospermia (56,15%).
Rata-rata morfologi spermatozoa normal kelompok
leukospermia lebih rendah (37,2%) daripada kelompok
nonleukospermia (59%).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahadian Ramadhan
"Infertilitas pria akibat penyebab yang tidak diketahui merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang serius. Dibutuhkan analisis tambahan yang mampu menunjang hasil analisis semen standar, salah satunya adalah uji pewarnaan Aniline Blue yang dapat mengenali sperma dengan kromatin imatur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kematangan kromatin sperma dari pria fertil normospermi dan sperma dari pria infertil menggunakan pewarnaan Aniline Blue.
Penelitian dengan desain cross-sectional dilaksanakan di Laboratorium Andrologi Universitas Diponegoro dan Laboratorium Andrologi Departemen Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sampel sperma yang diteliti berjumlah total 121 sampel pria yang dikelompokkan menjadi 39 sampel asthenozoospermia dan 55 sampel oligoasthenozooespermia dari sperma pasien klinik infertilitas RS Telogorejo dan 27 sampel sperma terfiksasi dari donor fertil yang telah dianalisis profil spermanya dan diwarnai dengan pewarnaan Aniline Blue.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan persentase kromatin sperma imatur yang signifikan kelompok oligoasthenozoospermia dan kelompok asthenozoospermia dibandingkan dengan kelompok normospermi (p < 0,001). Maturitas kromatin sperma memiliki korelasi dengan abnormalitas sperma pada pasien dengan infertilitas (r=0,446; p< 0,001).

Idiopathic male infertility is a serious reproductive concern in many parts of the world. This causes the need of additional examinations that can support the results of standard semen analysis, of which one likely candidate is the Aniline Blue staining examination, which stains sperm with immature chromatin. This study aims to compare the percentage of sperms with immature chromatin between infertile men with sperm abnormalities and fertile normospermic men.
This cross-sectional design study was conducted in two laboratories, which are the Andrology Laboratory at Faculty of Medicine Universitas Diponegoro and Andrology Laboratory at Department of Medical Biology, Faculty Medicine Universitas Indonesia. This study analyzed a total of 121 sperm samples which are grouped into 39 asthenozoospermic and 55 oligoasthenozoospermic sperm samples from the patients who came to infertility clinic in Telogorejo Hospital and 27 sperm samples from normospermic fertile donors, which are analyzed using standard semen analysis technique and stained using the Aniline Blue staining method.
This study shows that there was a significant difference in the percentage of sperms with immature chromatin between normospermic group and oligoasthenozoospermic group (p < 0,001) along with the asthenozoospermic group (p < 0,001). This study also shows that there was a positive correlation between sperm chromatin maturity and the findings of standard semen analysis (r = 0,446; p < 0,001).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zeti Harriyati
"Pendahuluan : Infertilitas merupakan masalah yang dialami pasangan suami istri, dimana faktor laki-laki berkontribusi sebesar 40%. Salah satu penyebab infertilitas dari faktor laki-laki adalah gangguan remodelling kromatin yang terjadi selama proses spermiogenesis. Pada proses ini histon akan digantikan oleh protein protamin yang menyebabkan DNA lebih padat dan kompak. Regulasi protamin dipengaruhi oleh kerja protein CREM yang merupakan faktor transkripsi pada gen protamin. Pada tahapan ini dibutuhkan peran androgen yang akan aktif setelah berikatan dengan reseptor androgen (AR), sehingga aktivitas AR sangat menentukan keberhasilan remodeling kromatin. Penelitian ini bertujuan menganalisis ekspresi protein CREM, Protamin 1 dan Protamin 2 pada spermatozoa laki-laki infertil dan kaitannya dengan variasi pengulangan CAG gen reseptor androgen.
Metode: Desain penelitian cross sectional. Sampel spermatozoa berasal dari 30 pasien infertil OA/OAT dan 10 pria fertil sebagai kontrol. Protein dan DNA spermatozoa diekstraksi dari tiap-tiap individu. Analisis ekspresi protein CREM, protamin 1 dan protamin 2 dilakukan dengan teknik western immunoblotting. Distribusi protein CREM, protamin 1 dan protamin 2 dianalisis dengan teknik imunositokimia. Pemeriksaan jumlah pengulangan (CAG) dilakukan dengan sekuensing DNA spermatozoa.
Hasil: Analisis protein CREM, protamin 1 dan 2 pada laki-laki infertil menunjukan ekspresi yang menurun dibandingkan dengan pria fertil. Penurunan ekspresi protein terlihat pada frekuensi keberadaan pita lebih rendah pada laki-laki infertil secara signifikan. Ekspresi protein CREM berhubungan dengan Protamin 1. Tidak terdapat hubungan ekspresi protein CREM dengan protamin 2, dan ekspresi protamine 1 dengan protamin 2. Analisis imunositokimia menunjukkan bahwa Protein CREM, Protamin 1 dan 2 diekspresikan pada daerah kepala spermatozoa laki-laki fertil dan infertil. Rerata jumlah pengulangan CAG pada laki-laki infertil 29,6 sedangkan pada laki-laki fertil 28,9. Hasil analisis statistik menunjukan tidak ada hubungan signifikan antara jumlah pengulangan CAG gen reseptor androgen dengan tingkat ekspresi CREM, Protamin 1 dan Protamin 2.
Kesimpulan: Protein CREM, Protamine 1 dan protamin 2 diekspresikan lebih rendah pada spermatozoa laki-laki infertil dan tidak ada hubungan dengan pengulangan jumlah CAG gen reseptor androgen. Ekspresi protein CREM berhubungan dengan protein protamin 1.

Introduction : Infertility is a problem experienced by married couples, and causes originated from male factors contribute around 40% of total cases. One of those factor is disturbance in chromatin remodeling during spermiogenesis. During this process, an important event in which histone protein is replaced by protamine takes place. As a result, DNA becomes more compact in size, bond by protamines protein. The expression of protamines is influenced by CREM which is a transcription factor regulating protamine genes. Protamine is transcripted in round spermatid, and translated in elongated spermatid, a process which is dependent on Androgen action. The aims of this study was to analyze CREM and protamine expression in spermatozoa from infertile patients and its correlation with CAG repeats variation of androgen receptor gene.
Method: This cross sectional study was conducted from December 2012 through March 2015. Protein and DNA sperm were extracted from spermatozoa of infertile men. CREM, and protamines expressions were analyzed by using western immunobloting. Localization and distribution of CREM and protamines expression were analyzed by immunocytochemistry. Examination of CAG repeat was performed by DNA sequencing.
Result: CREM and protamines were found to be down-regulated in infertile men compared to fertile individuals. A significant association was found between CREM and protamine 1 expression, but not with protamine 2. No significant association was found between protamine 1 and protamine 2. Analyses using immunocytochemistry showed reduced expression in CREM and Protamine from infertile patient compared to normal individuals. The average CAG repeat of infertile men was 29.6 compared to 28,9 of fertile donors. Statistical analysis showed no significant association between expression level of CREM and Protamine towards the number of CAG repeats variation androgen receptor gene.
Conclusion: CREM, protamine 1 and protamine 2 expression are lower in spermatozoa of infertile male and no association with CAG repeats variation of androgen receptor gene. CREM expression is associated with protamine 1.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvia Werdhy Lestari
"Astenozoospermia merupakan penyebab umum terjadinya infertilitas pria. Motilitas spermatozoa didukung oleh homeostasis sel dan energi yang dihasilkan dari hidrolisis ATP. Na+,K+-ATPase dan Ca2+-ATPase bekerja pada transpor aktif ion di membran plasma untuk pertahanan homeostasis melalui regulasi proses metabolisme. Motilitas spermatozoa berawal pada proses morfogenesis di testis dan maturasi di epididimis serta memerlukan protein-protein fungsional seperti outer dense fiber (ODF) 1 dan 2. Aktivitas motorik terlaksana oleh protein kompleks dinein dengan ATPase dinein yang membebaskan energi dari ATP.
Dalam penelitian ini dilakukan analisis ekspresi protein Outer Dense Fiber (ODF) 1 dan 2 serta aktivitas enzim Na+,K+-ATPase, Ca2+-ATPase dan dinein ATPase spermatozoa pada pria infertil astenozoospermia. Analisis semen dilakukan secara mikroskopik disertai uji viabilitas dan HOS. Aktivitas enzim diukur berdasarkan kemampuan ATPase melepaskan fosfat anorganik dari ATP dan ditentukan sebagai aktivitas spesifik. Sebagai kontrol digunakan spermatozoa normozoospermia.
Didapati bahwa motilitas spermatozoa astenozoospermia (AG) cenderung lebih rendah dibanding dengan normozoospermia (NG). Hampir seluruh parameter, baik motilitas (VAP, VSL dan VCL), ekpresi dan kekompakan protein ODF1 dan ODF2 serta aktivitas spesifik Na+,K+-ATPase dan dinein ATPase, mengalami kecenderungan penurunan pada AG dibandingkan NG, kecuali aktivitas spesifik Ca2+-ATPase yang mengalami peningkatan secara bermakna pada AG dibandingkan NG. ODF berkorelasi positif dengan motilitas, Na+,K+-ATPase, morfologi, viabilitas dan integritas membran pada kelompok NG.

Asthenozoospermia is a common cause in male infertility. Sperm motility and cell homeostasis are supported by energy generated from the hydrolysis of ATP in the cells, mediated by ATPases such as Na+, K+-ATPase, Ca2+-ATPase and dynein ATPase. In addition, sperm motility is initiated by the process of morphogenesis in the testis and maturation process in the epididymis. The morphogenesis of spermatozoa tail requires proteins such as outer dense fiber proteins (ODF) 1 and 2.
This study aims to evaluate the expression of Outer Dense Fiber (ODF) 1 and 2 protein, as well as the activity of the Na+,K+-ATPase, Ca2+-ATPase and dynein ATPase in asthenozoospermia infertile men. Microscopic semen analysis was carried out by CASA, equipped with the viability and HOS test. ATPase activity was determined based on its ability to release inorganic phosphate (Pi) from ATP and Pi concentration was measured as the intensity of the blue color of phosphomolibdate with a spectrophotometer.
In the AG group, almost all parameters, both motility (VAP, VSL and VCL), expression and density of protein ODF1 and ODF2 and the enzyme specific activities of Na+,K+-ATPase and dynein ATPase, experienced a downward tendency compared to the NG group. However, the specific activity of Ca2+-ATPase exhibited significant increase in the AG compared to the NG group. ODF correlates positively with motility, Na+,K+-ATPase, morphology, viability and membrane integrity in the NG group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Jachtaniaedwina
"Infertilitas terjadi pada 10-15 pasangan di dunia. Faktor laki-laki terjadi pada 35 kasus infertilitas dan 10-20 terjadi karena keduanya. Salah satu uji untuk mendeteksi faktor infertilitas pada laki-laki adalah dengan uji fungsional spermatozoa yaitu uji integritas membran dan fragmentasi DNA spermatozoa. Uji integritas membran spermatozoa adalah uji untuk melihat keutuhan dan fungsi dari membran plasma spermatozoa. Uji fragmentasi DNA spermatozoa adalah uji untuk melihat keutuhan dari DNA spermatozoa. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara integritas membran dengan fragmentasi DNA spermatozoa.
Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dengan 100 sampel dari hasil laboratorium laki-laki infertil di Klinik Yasmin RSCM Kencana. Uji integritas membrane spermatozoa dilakukan dengan uji Hypo-osmotic Swelling HOS sedangkan fragmentasi DNA spermatozoa diuji dengan uji Sperm Chromatin Dispersion SCD. Uji dan pengelompokan analisis semen ini dilakukan berdasarkan WHO laboratory manual for examination and processing of human semen edisi ke-lima. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan p=0,008 dengan kekuatan korelasi lemah r=-0,265 antara integritas membran dengan fragmentasi DNA spermatozoa.

Infertility occurs in 10 15 of couple in the world. Male factor occurs in 35 of infertility cases and 10 20 occurs as both. One of the test to detect infertility factor in men is the spermatozoa functional test whereas the spermatozoa membrane integrity and DNA fragmentation test. Spermatozoa membrane integrity test is a test to see the integrity and function of the plasma membrane of spermatozoa. Sperm DNA fragmentation test is a test to determine the integrity of the DNA of spermatozoa. This study investigates the relationship between the membrane integrity of spermatozoa with DNA fragmentation.
This study using cross sectional method with 100 samples of laboratory result in Klinik Yasmin Kencana RSCM. Spermatozoa membrane integrity test conducted by Hypo osmotic swelling test and spermatozoa DNA fragmentation tested with Sperm Chromatin Dispersion test. The semen analysis is based on WHO laboratory manual for examination and processing of human semen 5th edition. The result of this study is that there is a significant negative weak correlation p 0,008, r 0,265 between the spermatozoa membrane integrity and DNA fragmentation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Retno Sariningsih
"ABSTRAK
Abstinensi adalah jarak waktu antara dua ejakulasi
berturutan- Masa abstinensi merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi parameter semen. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
yang nyata pada beberapa parameter semen, dari hasil
analisis semen dengan masa abstinensi 3, 5, dan 7 hari.
Sampel semen diperoleh dari 12 donor pria fertil
yang normozoospermia, yang datang ke Bagian Biologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Masing-masing
donor memberikan semennya 3 kali dengan masa
abstinensi masing-masing 3, 5, dan 7 hari, sehingga
diperoleh 3 kelompok data.
Hasil analisis statistik dengan uji Kruska1-Wallis
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada jumlah
spermatozoa/ml ejakulat dan viabilitas spermatozoa,
sedangkan kecepatan gerak dan persentase morfologi
normal spermatozoa tidak berbeda nyata.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yani Riani
"Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dewasa ini, terutama dalam bidang imunologi, para peneliti telah menemukan kemungkinan penyebab ?unexplained infertility?. Dinamakan ?unexplained infertility? apabila dalam pemeriksaan fisik dan laboratorik yang seksama terhadap pasangan-pasangan infertil, tidak ditemukan kelainan apa-apa. Pada tahun-tahun terakhir ini telah dapat diterima bahwa salah satu penyebab ?unexplained infertility? adalah adanya antibodi terhadap sperma. Adanya antibodi terhadap sperma ini dapat menimbulkan berbagai manifestasi, seperti misalnya aglutinasi sperma (sperma menggumpal), imobilisasi sperma (sperma tidak bergerak), sitotoksik sperma (sperma hancur). Dan telah dibuktikan bahwa antibodi antisperma ini ialah imunoglobulin G (IgG). Dalam beberapa penelitian menggunakan teknik imunoperoksidase, para peneliti telah membuktikan bahwa spermatozoa dapat mengikat antibodi kelas IgG yang dinamakan ?sperm-coating antigen?. Bila kita lihat berat molekul antibodi IgG (150.000-160.000 dalton), maka pengikatan antibodi tersebut pada sperma sedikit banyak dapat mengganggu mobilitas sperma. Dalam penelitian ini telah dilakukan analisis seman dan penghitungan banyaknya spermatozoa yang mengandung IgG per 100 spermatoza pada 60 orang pria dengan metode imunoperoksidase, dengan tujuan untuk mengetahui ada/tidaknya hubungan (korelasi) antara jumlah spermatozoa yang mengandung IgG permukaan dengan beberapa parameter semen yang meliputi: jumlah spermatozoa motil per ejakulat semen, jumlah spermatozoa non-motil per ajakulat semen dan kecepatan spermatozoa. Hasil analisis data dengan menggunakan uji korelasi jenjang Spearman, yang menguji ada/tidaknya hubungan (korelasi) antara jumlah spermatozoa yang mengandung IgG permukaan dengan jumlah spermatozoa motil per ejakulat semen, antara jumlah spermatozoa yang mengandung IgG permukaan dengan jumlah spermatozoa non-motil per ejakulat semen dan antara jumlah spermatozoa yang mengandung IgG permukaan dengan kecepatan spermatozoa pada 60 orang pria menunjukkan tidak ada hubungan (korelasi) pada a = 0,05."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulita Witantina
"ABSTRAK
Dalam menangani kasus infertilitas, inseminasi
buatan atau fertilisasi in vitro dengan semen suami
sering dilakukan. Dalam hal ini diperlukan kualitas
spermatozoa yang cukup baik, terutama gerak dan
kecepatan spermatozoa. Semen dengan kualitas spermato
zoa yang kurang baik masih dapat ditingkatkan dengan
car a sperm washing dengan menggunakan metode swim up
dalam medium tertentu. Dalam penelitian ini dilakukan
studi perbandingan antara tiga macam medium, yaitu
Ham's Kramer dan untuk diketahui yang mana
paling baik dapat menyeleksi spermatozoa dengan kuali
tas yang baik dan perbandingan konsentrasi, kecepatan
dan motilitas spermatozoa sebelum dan sesudah dilakukan
proses swim up.
Sebanyak 20 sampel semen pria normozoospermia
pasangan infertil diperoleh dari Bagian Biologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI),
Makmal Terpadu Imunoendokrinologi FKUI dan Rumah Sakit
Yayasan Pemeliharaan Kesehatan, Jakarta. Setiap semen
yang dilakukan proses swim up masing-masing dengan
Hams F10, Kramer dan diamati di bawah mikroskop
konsentrasi, kecepatan dan motilitasnya sebelum dan
sesudah spermatozoa motil melakukan swim up.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardiana Sjamsuddin
"ABSTRAK
Ruang Iingkup dan cara penelitian : Kemampuan spermatozoa untuk mengadakan fertilisasi harus didukung oleh motilitas spermatozoa. Salah satu penyebab infertilitas adalah gangguan motilitas pada spermatozoa. Pada astenozoospermia motilitas spermatozoa menurun. Seng termasuk elemen renik (trace element). Seng sitrat dapat meningkatkan motilitas spermatozoa manusia di dalam semen in vitro. Larutan Tyrode sebagai pengencer dan serum anak sapi (calf) dapat mempertahankan motilitas dan daya hidup spermatozoa. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kombinasi larutan Tyrode, serum dan seng sitrat terhadap kualitas spermatozoa semen astenozoospermia manusia in vitro. Kualitas spermatozoa meliputi persentase spermatozoa motil dengan gerak maju dari penetrasi spermatozoa yang menembus (in vitro) getah serviks sapi masa estrus. Terlebih dahulu ditentukan waktu inkubasi yang optimum untuk meningkatkan persentase spermatozoa motil dengan gerak maju dari 5 sampel semen. Dengan waktu inkubasi optimum yang diperoleh penelitian dilanjutkan terhadap 30 sampel semen astenozoospermia pasangan ingin anak (PIA) dengan kriteria : volume > 2.5 mL; jumlah spermatozoa di dalam semen > 10 juta per mL; persentase spermatozoa motil < 50%. Masing-masing sampel semen dibagi 4, untuk kontrol (K), kontrol dengan perlakuan (Kdp), perlakuan (PI dan P2).
Hasil dan Kesimpulan : Penelitian pendahuluan menunjukkan waktu inkubasi 0,5 jam berpengaruh paling baik terhadap persentase spermatozoa motil dengan gerak maju di dalam semen. Hasil penelitian lanjutan, dengan analisis varian 2 arch, menunjukkan perbedaan bermakna (P < 0,01) antara persentase spermatozoa motil dengan gerak maju pada kelompok 0 dan 0,5 jam, juga antara kelompok K, Kdp, P1 dan P2. Uji BNT menunjukkan bahwa kelompok P2 setelah inkubasi 0,5 jam 37°C mempunyai persentase spermatozoa motil dengan gerak maju tertinggi. Kelompok P2 juga memperlihatkan penetrasi spermatozoa ke dalam getah serviks bertambah secara bermakna (P < 0,01)
Kesimpulan : Pengaruh pemberian kombinasi larutan Tyrode, serum dan seng sitrat masing-masing larutan Tyrode sebanyak 50%, serum sebanyak 5% dan seng sitrat dosis 183 mikrogram/mL pada semen astenozoospermia in vitro dapat meningkatkan persentase spermatozoa motil dan penetrasi spermatozoa ke dalam getah serviks bertambah.

ABSTRACT
Scope and Methods of study : The motility of spermatozoa is very important for fertilization. The disturbance of the sperm motile is one of the caused of male infertility. In the asthenozoospermia the motility of spermatozoa is descending. Zinc belong to trace element. Zinc citrate can increase motile spermatozoa in human semen in vitro. Solution of Tyrode as dilute and calf serum can stand in life and motile sperm. This study is intended to investigate the effects of combination of solution of Tyrode, serum and zinc citrate on the quality of human spermatozoa in vitro. The quality of spermatozoa consist the percentage of progressive motility and spermatozoa penetrating cervical mucus. The bovine cervical mucus in the estrous period was used instead of midcycle human cervical mucus. The optimal incubation period that can increase the percentage of progressive motility of spermatozoa was first determined on 5 semen samples. This incubation period was then used in further investigation on 30 sperm samples of asthenozoospermia from infertile men, which fulfill the criteria : volume of semen > 2,5 mL; percentage of progressive motility of spermatozoa < 50%; sperm count > 10 million per mL semen. Each semen samples was divided into 4 groups ; untreated control, treated control, treatment I and treatment 2.
Finding and conclusions : The preliminary study showed that incubation period of 0,5 hour was optimal to increase the percentage of progressive motility of spermatozoa. The follow up investigation by two way nova, showed a significant difference in the percentage of progressive motility of spermatozoa between the 0,5 hour and 0 hour incubation, and also between the four groups. BNT test showed the treatment 2 group after 0,5 hour incubation at 370C the percentage of progressive motility of spermatozoa was increased significantly (P < 0,01). Friedman's test on penetrating of spermatozoa cervical mucus showed that the treatment 2 group was increased 4 cm significantly (P<0,01).
Conclusions : The effects of combination of solution of Tyrode, serum and zinc citrate instead of solution of Tyrode 50%, serum 5% and zinc citrate 183 ug/mL on human asthenozoospermia semen in vitro, the percentage of progressive motility of spermatozoa was increased and spermatozoa penetrating cervical mucus was increased.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiarti
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya stereotip yang berkembang di masyarakat bahwa setiap wanita dewasa yang telah menikah diharapkan perannya sebagai seorang ibu, bila ia mau dikatakan sebagai wanita yang sempurna. Namun demikian, sekitar 10 % pasangan di Indonesia tidak beruntung memiliki keturunan. Sedangkan penyebab kekurang berhasilan seorang wanita untuk bisa hamil dan melahirkan anak setelah 12 bulan pernikahan dengan kegiatan bersenggama secara teratur, yang lazimnya disebut infertilitas, sangat bervariasi. Adanya kenyataan infertilitas tersebut membuat wanita memiliki penghayatan psikologis terhadap kondisinya tersebut, yang pada akhirnya bisa menjadi satu sumber stres baginya.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan pertimbangan bahwa masalah yang diteliti merupakan masalah yang peka dan membutuhkan kedalaman informal. Teknik pengambilan data melalui wawancara mendalam dan observasi. Ruang lingkup penelitian adalah wanita yang sudah menikah, paling sedikit 12 bulan, berpendidikan minimal SMA dan belum punya anak. Lokasi penelitian pun dibatasi yaitu kompleks perumahan salah satu BUMN di Cilegon.
Hasil yang diperoleh adalah terjaringnya berbagai sumber-sumber stres, baik berupa penghayatan frustrasi, karena adanya hambatan fisik dan sosial, konflik maupun tekanan-tekanan yang dirasakan oleh wanita infertil. Tergali pula mengenai makna anak, serta hal yang menarik lagi adalah diketahuinya peran dukungan suami yang sangat besar dalam memotivasi istri untuk melakukan coping secara efektif. Sedangkan strategi coping yang muncul pun bervariasi, mencakup coping baik yang berpusat pada masalah, maupun berpusat pada emosi. Upaya pencarian pengobatan yang dilakukan oleh wanita infertil lebih condong bersifat bukan medis/tradisional. Hal ini berkaitan dengan kurangnya dukungan suami untuk terlibat dalam upaya pencarian pengobatan. Kesimpulan yang diperoleh adalah tentang pentingnya dukungan suami dalam memotivasi wanita infertil untuk melakukan upaya pencarian pengobatan. Saran yang diberikan adalah perlunya konseling infertilitas bagi pasangan infertil dan pemberdayaan pengobatan tradisional oleh wanita infertil.

This research is base on stereotype about role of woman as married adult who has a child. About 10% of married couples in Indonesia doesn't have child. They are called infertile couple or who has infertility problem. The infertility is condition where married woman doesn?t have pregnancy including 12 months during her married periods within do coitus routinely. The cause of infertility is varied. The infertility made a married woman appreciate some psychological feeling about her problem, so that can be a stressor for her.
Method of this research is qualitative, because of the essential research problem is sensitive and wants a accurate and in-depth data. The informants are married women, with married age at least 12 months, high school education minimal, Childless. The research location is in Cilegon.
The results of research are known frustration, because of physical and social barriers, conflicts and stress. The informants appreciated varied meaning of child for them. The role of social support from informants? husbands is very important, because that can motivate them to do coping effectively. There are many coping strategy; problem-focused coping and emotion focused coping that do by informants. The low of social support from their husbands made them do traditional treatments, that no husband participants. The infertility counseling and the improvement traditional medicine is propose to help infertility couple to solve their problems.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>