Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86272 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elvy Arianti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayudiyah Pitaloka
"ABSTRAK
dermatoglifi merupakan pengetahuan mengenai bentuk dan pola sulur kulit pada ujung jari tangan, telapak tangan, ujung jari kaki. Pada penelitian ini telah dilakukan analisis dermatoglifi secara kulitatif dan secara kuantitatif untuk melihat adanya perbedaan dermatoglifi ujung jari tangan antara penderita dermatitis atopic dengan kelompok orang normal. Metode yang digunakan untuk mencetak dermatoglifi ujung jari tangan adalah seperti yang dilakukan oleh Cummins & Midlo. Hasil analisis dermatoglifi ujung jari tangan penderita dermatitis atopic menunjukan frekuensi tipe pola whorl 32, 33%; loop radial 4,33%; dan arch 3%; dengan indeks Dankmeijer 9,29 dan indeks Furuhata 50. Sedangkan pada orang normal frekuensi tipe pola whorl 46, 67%; loop ulna 51,33%; loop radial 1,33%; dan arch 0,67%; dengan indeks Dankmeijer 1,44 dan indeks Furuhata 88,63. Rata-rata jumlah total triradius pada penderita dermatitis optic 12,90; sedangkan pada orang normal 14,67. Rata-rata jumlah semua sulur pada penderita dermatitis atopic 134,70; sedangkan pada orang normal 162,03. Hasil uji chi-kuadrat terhadap frekuensi pola pada ujung jari kedua tangan penderita dermatitis atopic dengan normal menunjukan adanya perbedaan bermakn; hasil uji t-student terhadap jumlah total triradius pada ujung jari tangan penderita dermatitis atopic dan orang menunjukan adanya perbedaan; dan hasil uji mann-whitney terhadap jumlah semua sulur pada ujung jari tangan penderita dermatitis atopic dengan normal menunjukan adanya perbedaan, kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah dermatologlifi ujung jari tangan penderita dermatitis atopic berbeda dengan dermatoglifi ujung jari tangan orang normal.
ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Pujiyati
"ABSTRAK
Telah dilakukan analisis dermatoglifi ujung jari tangan penderita epilepsi grand mal primer dan orang normal dengan metode tinta seperti yang dilakukan oleh Cummins & Midlo (1961). Hasil analisis tersebut menunjukkan pada ujung jari tangan penderita epilepsi grand mal primer, tipe pola whorl (30,33%), loop ulna (64,33%), loop radial (1,67%), dan arch (3,67%); dengan indeks Dankmeijer 12,10 dan indeks Furuhata 45,27. Pada orang normal frekuensi tipe pola whorl (40,00%), loop ulna (53,33%), loop radial (3,00%), dan arch (4,00%); dengan indeks Dankmeijer 10,00 dan indeks Furuhata 80,00. Rata-rata jumlah semua triradius pada ujung jari tangan penderita epilepsi grand mal primer 12,67; sedangkan pada orang normal 13,60. Rata-rata jumlah semua sulur pada ujung jari tangan penderita epilepsi grand mal primer 124,00; sedangkan pada orang normal 140,90. Hasil uji Chi-kuadrat terhadap frekuensi tipe pola pada ujung jari kedua tangan penderita epilepsi grand mal primer dengan orang normal menunjukkan ada perbedaan bermakna, hasil uji Mann-Whitney terhadap jumlah total triradius dan jumlah total sulur pada ujung jari tangan penderita epilepsi grand mal primer dan orang normal menunjukkan tidak ada perbedaan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofian K. Marsawidjaya
"Komplikasi paru pacsa oprasi (PPC-Post operative Pulmonary Complications) memiliki kontribusi penting dalam peningkatan angka morbiditas, moralitas, dan lamanya perawatan. Terdapat beberapa faktor risiko terkait diantaranya: status kesehatan pasien, jenis dan teknik oprasi, dan jenis anestesi yang digunakan. Insiden yang paling sering dilaporkan diantaranya: gagal napas, pneumonia, atelektasis, dan eksaserbasi penyakit paru kronis. Model skor indeks risiko yang dikembangkan Arozullah dapat digunakan untuk memprediksi komplikasi paru pasca operasi diantaranya gagal napas dan pneumonia. Oleh karena terdapat perbedaan karakteristik populasi pasien, maka perlu dilakukan validasi untuk mengetahui performa model skor tersebut.
Tujuan menilai performa kalibrasi dan diskriminasi model skor indeks risiko komplikasi paru Arzullah dalam memprediksi komplikasi gagal napas dan pneumonia pacsa oprasi pada pasien yang menjalani oprasi non-kardiak di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo ( RSCM).
Metode penelitian ini merupakan studi khorot retrospektif pada populsi pasien yang menjalani oprasi non-kardiak di RSCM dari bulan Januari sampai Desember 2015. Variabel yang dinilai adalah jenis oprasi, usisa, oprasi darurat, riwayat Penyakit Paru Obtruksi Kronis ( PPOK), kadar albumin darah, kadar ureum darah, status fungsional, penurunan berat badan >10% dalam 6 bulan, prokok, penggunaan alkohol, transfusi darah pre oprasi >4 kolf, anatesi umum, riwayat cerebrovascular disaese, gangguan sensorium akut, dan penggunaan steroid kronis. Lauran yang dinilai dengan uji Hosmer-Lemeshow. Performa diskriminasi dinilai dengan area under the curve (AUC). "
Jakarta: Departement of Internal Medicine, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3 : 2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Tri Rahayu
"ABSTRAK
Terapi radiasi pada penderita kanker serviks dapat menyebabkan penurunan jumlah se1 limfosit. Keadaan ini diduga disebabkan oleh kerusakan kromosom yang terbentuk selama terapi radiasi, karena kerusakan kromosom dapat menyebabkan kematian sel.
Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian pengaruh terapi radiasi terhadap jumlah aberasi kronosom (disentrik, asentrik, cincin dan aberasi- kromosgm yang lain selain tiga tipe pertama) serta dilakukan pengujian jumlah limfosit pada 24 orang penderita kanker serviks. Para penderita mendapatkan dosis radiasi eketerna 2OO cGy per hari (kecuali Sabtu dan Minggu), atau 10OO eGy per minggu, selana 5 minggu. Penderita dikelompokkan menjadj, empat kelompok yaitu: kelompok sebelum mendapat terapi radiasi, kelonpok setelah mendapat terapi radiasi dosis 2000 cGy, 4000 cGy dan sekitar 6O0O cGy (setelah mendapat radiasi eksterna dan satu kali radiasi interna).
Dari perhitungan statistik diperoleh kesimpulan . bahwa terapi radiasi menyebabkan terjadinya aberasi kromosom disentrik dan asentrik- Telah terbentuk keadaan "plateau" pada dosis 4000 cGy untuk kromosom disentrik dan dosis 2000 cGy untuk kromosom agentrik. Selain itu diperoleh kesimpulan bahwa terapi radiasi tidak menyebabkan terjadinya aberasi kromosom cincin dan aberasi lain- Dari analisie korelasi Spearman dapat disimpulkan bahwa ada korelasi negatif yang nyata (p < 0,05) antara jumlah kromosom disentrik dengan jumlah sel limfosit, penderita kanker serviks, sedangkan jumlah kromosom cincin dan aberasi lain tidak ada korelasi dengan junrah sel limfositnya.
ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Nasopharyngeal carcinoma (NPC) is a unoque ephithelial malignancy that occurs at a high frequency in certain regions of Southeast Asia. Previous study revealed the association between Epstein Barr Virus (EBV) and to a lesser extent, Human papiloma Virus (HPV) with NPC...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rino Alvani Gani
"ABSTRAK
Tenofovir disoproksil fumarat (tenofovir) dan telbivudin merupakan dua analog nukleos(t)ida yang tersedia untuk terapi pasien hepatitis B. Tenofovir telah diketahui sebagai agen nefrotoksik pada pasien HIV, namun masih menjadi kontroversi pada pasien hepatitis B kronik. Di lain sisi, telbivudin memiliki efek proteksi terhadap fungsi ginjal dan bahkan meningkatkan estimasi laju filtrasi glomerulus (eLFG). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil keamanan terhadap fungsi ginjal dari tenofovir dan telbivudin pada pasien hepatitis B kronik di Indonesia.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif pada pasien hepatitis B kronik yang mendapat terapi tenofovir atau telbivudin dalam rentang waktu Januari 2013 - Desember 2016. Pasien yang mempunyai eLFG awal <60 mL/ menit/1,73 m2 sebelum mulai terapi, mengalami perubahan regimen, lost to follow up, atau meninggal dalam 1 tahun tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Data kreatinin serum yang dinilai adalah data pada minggu ke 24 dan 48 setelah pemberian tenofovir atau telbivudin.
Hasil. Sebanyak 68 pasien dalam terapi tenofovir dan 62 pasien dalam terapi telbivudin dimasukkan penelitian ini. Kadar kreatinin serum meningkat pada kelompok tenofovir dari 0,88 (simpang baku [SB] 0,17) mg/dL pada awal studi menjadi 0,93 (SB 0,22) mg/dL setelah 24 minggu (p = 0,02) dan cenderung plateau setelah penggunaan selama 48 minggu. Namun, pada kelompok telbivudin, kadar kreatinin serum menurun dari 0,85 (SB 0,21) mg/dL pada awal menjadi 0,80 (SB 0,18) mg/ dL pada minggu ke 48 (p = 0,003).
Simpulan. Tenofovir berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin serum dan penurunan eLFG pada pasien hepatitis B kronik dengan eLFG >60 mL/menit/1,73 m2."
Jakarta: Bidang Penelitian dan Pengembangan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
610 JPDI 5:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adolfina R. Amahorseja
"Selama kurun waktu 3 tahun antara 1988 sampai 1990 nampak jumlah penderita. "stroke" di RS. PGI. Cikini Jakarta cendrung meningkat, 149 penderita (1988), 237 penderita (1989), dan 241 penderita (1990). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor risiko yang dapat menimbulkan "stroke", dalam penelitian ini faktor risiko yang diteliti yaitu hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterolerni, dan merokok.
Penelitian ini merupakan studi kasus-kontrol (case-control study), dengan menggunakan data sekunder yang didapat dari catatan medik RS.PGI. Cikini Jakarta dari penderitapenderita rawat mondok bulan April sampai Desember 1991, dimana diperoleh jumlah kasus 124. orang dan kontrol 124 orang. Teknik analisis statistik yang digunakan adalah analisa terhadap distribusi frekuensi, tabulasi silang, dan multiple logistic regression.
Hasil penelitian merunjukkarn bahwa faktor risiko hipertensi, dan hiperglikemi secara statistik mempunyai hubungan. yang bermakna dengan kejadian "stroke", dimana individu dengan hipertensi mempurnyai risiko 11.021 kali untuk menjadi "stroke" dibandingkan dengan yang tidak menderita hipertensi. Individu dengan hiperglikemi mempunyai risiko 4, 325 kali untuk menjadi "stroke" dibandingkan dengan yang tidak hiperglikemi. Sedangkan faktor hiperkolesterolemi dan merokok menunjukkan hubungan yang tidak bermakna dengan kejadian "stroke". Dari analisa dengan multiple logistic regression yang paling besar pengaruhnya adalah faktor hipertensi.
Berdasarkan informasi yang didapat, maka saran-saran yang dikemukakan adalah pemeriksaan laboratorium klinik tidak hanya kolesterol total, tetapi perlu pula diperiksa HDLC (high density lipoprotein cholesterol) dan LDLC (Low density lipoprotein cholesterol}, agar hasilnya dapat lebih memuaskan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meilani Kumala
"Insiden dan prevelansi penyakit ginjal kronik (PGK) meningkat dari tahun ke tahun baik di negara maju ataupun sedang berkembang. Malnutrisi energi protein (MEP) sering dijumpai pada penderita PGK dengan dialisis (PGK-D) ataupun sebelum mendapat terapi dialisis (PGK-ND). Malnutrisi energi protein pada PGK-ND dapat menurunkan kualitas hidup, meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta merupakan prediktor yang kuat terhadap survival penderita PGK-D di kemudian hari. Tujuan penelitian untuk memperoleh parameter komposisi tubuh dan fungsi otot yang dapat mendeteksi kecenderungan terjadinya MEP pada penderita PGK-ND.
Metode. Penelitian dilakukan di Bagian Penyakit Dalam RS Sumber Waras, RS PGI. Cikini, RS Islam Jakarta dan Universitas Tarumanegara dengan rancangan cross sectional. Subyek penelitian: 45 penderita PGK-ND (30 laki=laki, 15 perempuan) dan 45 subyek kontrol yang disepadankan jenis kelamin, usia (PGK-ND 48,2 ≠7,3 tahun, kontrol 47,7 + 6,2 tahun) tinggi badan (PGK-ND 159,4 ≠ 7,5 cm, kontrol 160,6 ≠ 7,6 cm) dan indeks massa tubuh (IMT) (PGK-ND 22,4 ≠ 3,4 kg/m2, kontrol 22,5 ≠ 3,1 kg/m2). Status nutrisi dikelompokkan dalam status nutrisi kurang, normal dan lebih berdasarkan IMT, WHO, 1995. Pada penderita dan subyek kontrol dilakukan penilaian asupan nutrisi (tanya ulang 2 X 24 jam dan pncatatan asupan makanan), pemeriksaan biokimiawi (darah dan urin), pengukuran komposisi tubuh (antropimetri dan bioelectric impedance analysis, BIA). dan fungsi otot (kekuatan genggam tangan).
Hasil. Penderita dan subyek kontrol didapatkan 7 (15,6%) status nutrisi kurang, 28 (62,2%) normal dan 10 (22,2%) lebih. Rerata laju filtrasi glomerulus penderita PGK-ND sebesar 19,3 + 1,7 mL/men/1,73m2, 13 (28,9%) penderita stadium 3, 17 (37,8%) stadium 4 dan 15 (33,3%) stadium 5. Konsentrasi albumin, prealbumin dan insulin like growth factor-1 (IGF-1) penderita PGK-ND tidak berbeda bermakna berdasarkan status nutrisi dan stadium PGK. Konsentrasi transferin didapatkan lebih tinggi bermakna pada penderita PGK-ND status nutrisi lebih dibandingkan dengan status nutrisi kurang dan normal. Konsentrasi C reactive protein (CRP) lebih tinggi bermakna pada penderita PGK-ND status nutrisi kurang dibandingkan dengan status nutrisi baik. Derajat asidosis metabolik (konsentrasi HCO3) penderita PGK-ND tidak berbeda berdasarkan status nutrisi dan stadium PGK. Secara antropometri massa bebas lemak (MBL), indeks-MBL (I-MBL), massa lemak (ML) dan persen (ML penderita PGK-ND tidak berbada bermakna dengan subyek kontrol. Berdasarkan BIA didapatkan MBL, dan I-MBL, persen ML penderita PGK-ND lebih tinggi bermakna dibandingkan subyek kontrol (p < 0,05). Massa bebas lemak (MBL), I-MBL dan ML mempunyai linearitas dengan klasifikasi status nutrisi berdasarkan uji trend analysis. Massa bebas lemak dan I-MBL berkolerasi dengan IMT. Massa bebas lemak, I-MBL, ML dan PGK-ND tidak berbeda dengan subyek kontrol dan berdasarkan status nutrisi serta stadium PGK. Status (KGT) penderita lebih rendah bermakna dibandingkan dengan kontrol, dan KGT penderita dengan status nutrisi kurang lebih rendah bermakna dibandingkan dengan status nutrisi baik. Kekuatan genggam tangan mempunyai korelasi dengan I-MBL dan IMT. Terdapat kesesuaian yang baik antara I-MBL dan KGT dengan IMT untuk penilaian status nutrisi penderita PGK-ND. Dengan uji Receiver Operating Curve didapatkan titik potong I-MBL sebesar 14,23 kg/m2 dan titik potong KGT sebesar 9,7 kg untuk membedakan status nutrisi kurang dan baik.
Kesimpulan. Penelitian ini menunjukkan protein viseral (albumin, prealbumin, transferin dan insulin like growth factor-1) merupakan parameter status nutrisi yang lemah untuk penderita PGK-ND. Indeks massa tubuh mempunyai kolerasi positif dengan I-MBL dan KGT. Indeks-MBL dan KGT dapat membedakan derajat status nutrisi penderita (PGK-ND stadium 3,4 dan 5, dan dapat digunakan sebagai prediktor untuk skrining status nutrisi pada penderita PGK-ND."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
D638
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irman Firmansyah
"Latar Belakang: Penyakit Jantung Koroner (PJK) sebagai masalah kesehatan di Indonesia. Terdapat peningkatan kejadian PJK dihubungkan dengan peningkatan sindrom metabolik. Sampai saat ini belum ada data prevalensi sindrom metabolik pada subyek dengan PIK di RSCM.
Tujuan: Untuk melihat proporsi sindrom metabolik pads populasi penderita PAC, serta profil komponen sindrom metabolik.
Metode Penelitian bersifat deskriptif, dilakukan pada bulan Maret-Nopember 2005 di Poli Kardiologi, Divisi Kardiologi Departemen Penyakit Dalam RSCM.. Subyek adalah penderita PIK di RSCM dengan jumlah responden 92 subyek.
Hasil: Dari 92 responden didapatkan hasil yang mengalami sindrom metabolik pada PJK sebesar 45 (48,9%) lebih besar dibandingkan populasi umum (16,5%-31,1%), dengan komposisi laki-laki 30 (66,7%) clan perempuan 15 (33,3%). Rerata usia 59 tahun (1K 95% 55-63), rerata tekanan darah sistolik 133,9 mmHg (IK 95% 129,7-138,1), rerata tekanan darah diastolik 83,2 mmHg (IK 95% 80,8-85,6), rerata indeks massa tubuh 25 kg/m2 (IK 95% 24,3-25,7), rerata lingkar perut 86,5 cm (IK 84,6-88,4), rerata HDL 42,9 mg/dL (IK 95% 41,04,8), rerata LDL 133,7 mg/dL (IK 95% 126,3-141,1), rerata trigliserida 149,9 mgldL (1K 95% 131,6-168,2), rerata glukosa darah puasa 110,4 mg/dL (1K 95% 101,9-118,9).
Simpulan Sindrom metabolik ditemukan pada sebagian besar populasi penderita PJK.
Kata Kunci : PJK, sindrom metabolik, proporsi.

Background: Coronary heart disease (CHD) has become one of health problems in Indonesia. The increment in CHD incidence is associated with increment in metabolic syndrome. Currently, there is no data about metabolic syndrome in patient with CHD at Dr. Cipto Mangunkusumo hospital.
Purpose_ (1) To find out the proportion of metabolic syndrome among CHD patients. (2) To find out the profiles of the components of metabolic syndrome.
Methods: We conducted a descriptive study during March - November 2005 in Cardiology outpatient unit, Dr. Cipto Mangunkusumo hospital. The subjects for this study were CHD patients who came to the outpatient unit. The numbers of subjects included were 92 people.
Results: From 92 subjects who participated in this study, we found 45 subjects (48.9%) had metabolic syndrome more than general population 16.5%-31.1%). Thirty six subjects (66.7%) were male. Mean age was 59 years old (95% CI = 55 - 63 years old)_ Mean systolic pressure was 133.9 mmHg (95% CI = 1293 - 138.1 mmHg). Mean diastolic pressure was 83,2 mmHg (95% CI = 80.8 --- 85.6 mmHg). Mean Body Mass Index was 25 kglm2 (95% CI = 24.3 - 25.7 kglm2). Mean waist circumference was 86.5 cm (95% CI = 84.6 - 88.4 cm). Mean HDL level was 42.9 mg/dL (95% CI = 41,0 - 44.8 mg/dL). Mean LDL level was 133.7 mg/dL (95% CI = 126.3 - 141.1). Mean triglyceride level 149.9 mg/dL (95% CI = 131.6 - 168.2 mg/dL). Mean fasting blood glucose level was 110.4 mg/dL (95% CI = 101.9 -118.9).
Conclusion. Metabolic syndrome was found in the majority of CHD patients.
Keywords : coronary heart disease, metabolic syndrome.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21342
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>