Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173975 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herlina
"ABSTRAK
Pengukuran kadar komplemen C3c dalam seminal plasma pria pasangan infertil dilakukan dengan Nephelometer Iaser . Pengukuran dilakukan untuk nengetahui kadar kompIenen C3c dan apakah terdapat perbedaan kadar komplenen C3c yang nyata antara ketiga kelonpok sampel. Juga diteliti peranan antibodi antisperma IgG yang menempel pada permukaan spermatozoa dan komplemen C3c dalan pengrusakan membran dan imobilisasi spermalozoa. Adanya IgG pada permukaan spermatozoa diperiksa dengan uii - IgG Mixed Antiglobulin Reaction. Keadaan membran spermatozoa diperiksa dengan uji Hypoosmotic Swelling, SampeI-sampel digolongkan kedalarn tiga kelompok, yaitu: kelompok 1 (hasiI uji-IgG MAR = 0%' spermaLozoa yang membrannya rusak < 40%), kelompok 2 (hasil uji-IgG MAR > 0%, spermatozoa yang membrannya rusak < 4O%), dan kelompok 3 (hasil uii - IgG MAR > O%, spermatozoa yang membrannya rusak >,, 40%) . Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa kadar rata - rata komplemen C3c di dalam seminal plasma Pria Pasangan infertil adalah sebesar 0 ' 6185 mg/100 ml . Tidak terdapat perbedaan kadar komplemen C3c yang nyata antara ketiga kelompok sampel. Antibodi antisperma IgG dan komplemen C3c berperanan dalam pengrusakan membran spermatozoa tetapi tidak berperanan dalam imobilisasi spermatozoa.
ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ari Pujianto
"Antibodi antisperma adalah salah satu penyebab infertilitas pada manusia. Antibodi ini berikatan dengan protein pada permukaan sperma dan dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sperma yang menghambat proses fertilisasi secara langsung maupun tak langsung. Identifikasi antigen sperma diharapkan akan menjelaskan mekanisme terjadinya infertilitas autoimun. Selain itu, apabila antigen tersebut berhubungan langsung dengan proses fertilisasi, studi ini dapat pula memperjelas mekanisme fertilisasi pada tingkat molekul.
Tesis ini melaporkan basil penelitian awal dari sebuah penelitian besar yang mempelajari tentang mekanisme infertilitas imunologis. Penelitian awal ini mencakup identifikasi antigen sperrna dengan menggunakan sera pasien infertil dan isolasi klon cDNA yang menyandi salah satu antigen tersebut. Identifikasi antigen dilakukan dengan Western immunoblotting menggunakan 13 sera yang berasal dari individu fertil sebagai kontrol (kode EIC) dan 37 sera dari pasien infertil (kode EIS). Serum pasien yang memberikan reaksi kuat dan konsisten kemudian digunakan untuk mengisolasi klon cDNA dari pustaka cDNA testis manusia.
Hasil Western immunoblotting menunjukkan bahwa EIS mengenali satu atau beberapa protein sperma dengan berat molekul yang bervariasi mulai dari 34 hingga 105 kDa. Sebagian besar EIC (11 dari 13) juga berikatan dengan beberapa protein sperma namun intensitasnya lebih lemah dibanding EIS. Serum dengan kode EIS07 memperlihatkan reaksi yang kuat dan spesifik dengan protein berukuran 66 kDa clan 88 kDa. Serum ini kemudian digunakan sebagai pelacak pada skrining pustaka cDNA testis manusia. Dari skrining tersebut berhasil diisolasi sebuah klon positif dari kurang lebih 225.000 klon. Klon ini membawa potongan cDNA berukuran kurang lebih 2.3 kpb yang selanjutnya disebut cDNA AIR (Autoimmune Infertility Related). cDNA AIR selanjutnya disubklon ice dalam vektor plasmid pGEX-4T2. Plasmid rekombinan ini kemudian dipotong dengan berbagai enzim restriksi untuk membuat peta restriksi pada fragmen eDNA AIR tersebut. Hasil pemetaan menunjukkan adanya situs restriksi untuk enzim Pstl, ApaI, HindIII, KpnI, SacI, dan Xbal. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yassin Yanuar Mohammad
"ABSTRAK
Tesis ini membahas kadar Anti Mullerian Hormone (AMH) sebagai salah satu prediktor cadangan ovarium dalam infertilitas. Tujuan penelitian adalah membandingkan kadar AMH perempuan berusia 40 tahun ke atas yang dapat hamil dengan perempuan berusia 40 taun ke atas yang mengalami infertilitas. Selain itu, melalui penelitian ini diharapkan juga diperoleh suatu nilai kadar AMH yang dapat digunakan untuk prediktor terjadinya kehamilan pada perempuan 40 tahun ke atas. Penelitian ini merupakan suatu studi potong lintang. Dari hasil studi ini, didapatkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan kadar AMH pada perempuan usia 40 tahun ke atas yang mengalami kehamilan spontan dan dengan infertilitas. Di samping itu, penelitian ini belum bisa membuktikan peran kadar AMH untuk memprediksi terjadinya kehamilan pada perempuan usia 40 tahun ke atas.

ABSTRACT
This thesis discusses the levels of Anti Mullerian Hormone (AMH) as a predictor of ovarian reserve in infertility. The research objective was to compare the levels of AMH women aged 40 years and over who can get pregnant naturally and in women aged 40 and over who are experiencing infertility. In addition, through this study is expected to also expect to have a value of AMH levels to be used for predictors of pregnancy in women 40 years and over. This study is a cross-sectional study. From the results of this study. From the results of this study, it was found that there was no significant difference in the levels of AMH in women aged 40 years and over who experienced spontaneous pregnancy and infertility. In addition, this study can’t prove a role for AMH levels predict the occurrence of pregnancy in women aged 40 years and over."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fira Yunita Kusuma Wardani
"Skripsi ini membahas tentang dinamika hubungan istri dengan suami dan keluarga luasnya dalam menghadapi infertilitas dari sudut pandang istri. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mewawancarai tiga orang informan. Kriteria informannya adalah mereka yang telah menjalani masa perkawinan minimal lima belas tahun, ingin mempunyai anak, tetapi belum mendapatkannya, dan tidak sedang mengadopsi anak sampai penelitian dilakukan. Hasil temuan menunjukkan bahwa ketidakhadiran anak dalam perkawinan membawa dinamika pada hubungan istri dengan suaminya, maupun istri dengan keluarga luasnya. Dinamika yang terjadi tidak selalu membawa efek negatif seperti perbedaan pendapat ataupun konflik, namun juga memberi efek postif, seperti sikap saling mendukung.

This study discusses about the dynamics of husband and wife’s relationship and their extended family in facing infertility from wife’s point of view. This study uses qualitative methodology by interviewing three informants. The criteria of the informants are that they have been married at least ten years, they want to have children but they have not had and they are not adopting children when this study is conducting. The finding shows that the absent of children in a marriage causes the dynamic on relation of a wife to her husband and even a wife to her extended family. The dynamic does not always bring negative impact such as: a quarrel or a conflict, but it can also cause positive impact, such as a mutual supporting interaction.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56420
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiarti
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya stereotip yang berkembang di masyarakat bahwa setiap wanita dewasa yang telah menikah diharapkan perannya sebagai seorang ibu, bila ia mau dikatakan sebagai wanita yang sempurna. Namun demikian, sekitar 10 % pasangan di Indonesia tidak beruntung memiliki keturunan. Sedangkan penyebab kekurang berhasilan seorang wanita untuk bisa hamil dan melahirkan anak setelah 12 bulan pernikahan dengan kegiatan bersenggama secara teratur, yang lazimnya disebut infertilitas, sangat bervariasi. Adanya kenyataan infertilitas tersebut membuat wanita memiliki penghayatan psikologis terhadap kondisinya tersebut, yang pada akhirnya bisa menjadi satu sumber stres baginya.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan pertimbangan bahwa masalah yang diteliti merupakan masalah yang peka dan membutuhkan kedalaman informal. Teknik pengambilan data melalui wawancara mendalam dan observasi. Ruang lingkup penelitian adalah wanita yang sudah menikah, paling sedikit 12 bulan, berpendidikan minimal SMA dan belum punya anak. Lokasi penelitian pun dibatasi yaitu kompleks perumahan salah satu BUMN di Cilegon.
Hasil yang diperoleh adalah terjaringnya berbagai sumber-sumber stres, baik berupa penghayatan frustrasi, karena adanya hambatan fisik dan sosial, konflik maupun tekanan-tekanan yang dirasakan oleh wanita infertil. Tergali pula mengenai makna anak, serta hal yang menarik lagi adalah diketahuinya peran dukungan suami yang sangat besar dalam memotivasi istri untuk melakukan coping secara efektif. Sedangkan strategi coping yang muncul pun bervariasi, mencakup coping baik yang berpusat pada masalah, maupun berpusat pada emosi. Upaya pencarian pengobatan yang dilakukan oleh wanita infertil lebih condong bersifat bukan medis/tradisional. Hal ini berkaitan dengan kurangnya dukungan suami untuk terlibat dalam upaya pencarian pengobatan. Kesimpulan yang diperoleh adalah tentang pentingnya dukungan suami dalam memotivasi wanita infertil untuk melakukan upaya pencarian pengobatan. Saran yang diberikan adalah perlunya konseling infertilitas bagi pasangan infertil dan pemberdayaan pengobatan tradisional oleh wanita infertil.

This research is base on stereotype about role of woman as married adult who has a child. About 10% of married couples in Indonesia doesn't have child. They are called infertile couple or who has infertility problem. The infertility is condition where married woman doesn?t have pregnancy including 12 months during her married periods within do coitus routinely. The cause of infertility is varied. The infertility made a married woman appreciate some psychological feeling about her problem, so that can be a stressor for her.
Method of this research is qualitative, because of the essential research problem is sensitive and wants a accurate and in-depth data. The informants are married women, with married age at least 12 months, high school education minimal, Childless. The research location is in Cilegon.
The results of research are known frustration, because of physical and social barriers, conflicts and stress. The informants appreciated varied meaning of child for them. The role of social support from informants? husbands is very important, because that can motivate them to do coping effectively. There are many coping strategy; problem-focused coping and emotion focused coping that do by informants. The low of social support from their husbands made them do traditional treatments, that no husband participants. The infertility counseling and the improvement traditional medicine is propose to help infertility couple to solve their problems.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iqbal Adi Pratama
"Latar Belakang: Infertilitas adalah suatu kondisi di mana pasangan gagal menghasilkan keturunan setelah 12 bulan melakukan hubungan seksual, tanpa alat kontrasepsi. Infertilitas wanita yang disebabkan oleh berbagai faktor merupakan masalah yang dapat meningkat dalam beberapa tahun ke depan. Salah satu penanganan infertilitas adalah teknologi reproduksi berbantuan seperti IVF dan ICSI yang keberhasilannya dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama viabilitas oosit. Viabilitas oosit sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti zat gizi yang mengandung seperti asam lemak tertentu dan isoflavon. Kedelai (Glycine max) diketahui mengandung berbagai zat yang dapat mempengaruhi viabilitas oosit, namun belum ada penelitian mengenai pengaruh konsumsi kedelai.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedelai terhadap viabilitas oosit yang diukur dengan potensial membran mitokondria.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan hewan coba. Mencit betina galur Swiss (Mus musculus) umur 6 minggu dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana setiap kelompok harus menghasilkan 16 oosit yang diberi pakan kedelai 120 g/KgBB dan yang tidak. Mencit diberi perlakuan sampai umur 8 minggu. Pada umur 8 minggu, mencit diterminasi untuk diambil oositnya. Oosit kemudian diperlakukan dengan protokol MitoTracker (ThermoFisher) dan dilihat menggunakan mikroskop confocal untuk melihat intensitas warna, yang kemudian dianalisis dengan perangkat lunak ImageJ.
Hasil: Rata-rata intensitas warna pada kelompok yang diberi kedelai lebih tinggi (27154.63) dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi (19036.42). Namun, perbedaan ini tidak signifikan secara statistik jika diuji menggunakan uji-t independen dengan p > 0,05).
Kesimpulan: Rata-rata intensitas warna kelompok dengan kedelai lebih tinggi tetapi perbedaannya tidak nyata. Kurangnya signifikansi statistik bisa menjadi hasil dari ukuran sampel yang kecil.

Background: Infertility is a condition in which a couple fails to produce offspring after 12 months of sexual intercourse, without contraception. Female infertility caused by various factors is a problem that will increase in the next few years. One of the treatments for infertility is assisted reproductive technology such as IVF and ICSI whose success is influenced by many factors, especially oocyte viability. Oocyte viability itself is influenced by various factors such as nutrients that contain certain fatty acids and isoflavones. Soybean (Glycine max) is known to contain various substances that can affect oocyte viability, but there has been no research on the effect of soybean consumption.
Objective : This study aimed to determine the effect of soybean on oocyte viability as measured by mitochondrial membrane potential.
Methods : This research is an experimental study with experimental animals. Female Swiss strain mice (Mus musculus) aged 6 weeks were divided into several groups, where each group had to produce 16 oocytes that were fed 120 g/KgBW soybean and those that were not. Mice were treated until the age of 8 weeks. At the age of 8 weeks, the mice were terminated to collect the oocytes. The oocytes were then treated with the MitoTracker protocol (ThermoFisher) and viewed using a confocal microscope for color intensity, which was then analyzed with ImageJ software.
Results: The average color intensity in the group that was given soybeans was higher (27154.63) than the group that was not given (19036.42). However, this difference was not statistically significant when tested using an independent t-test with p > 0.05).
Conclusion: The average color intensity of the group with soybeans was higher but the difference was not significant. The lack of statistical significance could be a result of the small sample size.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ervan Surya
"Latar belakang: Fertilisasi in vitro (FIV) merupakan salah satu tata laksana utama dalam penanganan infertilitas. Penyuntikan human Chorionic Gonadotropin (hCG)eksogen merupakan salah satu tahapan penting dalam proses FIV untuk proses maturasi oosit. Walaupun sudah terdapat penelitian sebelumnya mengenai korelasi kedua hal tersebut, namun belum didapatkan suatu model prediksi maturitas oosit.
Tujuan: Mengetahui korelasi kadar serum hCG 12 jam pascapenyuntikan terhadap tingkat maturitas oosit pada FIV dan model prediksi maturitas oosit.
Metode: Penelitian ini merupakan sebuah penelitian potong lintang yang dilakukan pada peserta program FIV di Klinik Yasmin, RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia sejak Januari 2020 hingga Desember 2020. Pasien dengan riwayat prosedur pembedahan ovarium, kemoterapi, radioterapi, dan peserta poor responder dieksklusi dari penelitian. Dilakukan penyuntikan r-hCG 250 µg secara subkutan pada semua subjek. Kadar serum hCG 12 jam pascapenyuntikan dan tingkat maturitas oosit setiap subjek dikumpulkan dan dianalisis.
Hasil: Didapatkan sebanyak 28 subjek yang diikutsertakan dalam penelitian. Didapatkan korelasi yang tidak bermakna antara kadar hCG 12 jam pascapenyuntikan dan tingkat maturitas oosit (r = 0,052, p = 0,788). Namun, didapatkan kadar serum hCG 12 jam pascapenyuntikan yang lebih tinggi pada subjek dengan tingkat maturitas >75% (mean diff 34.78,p = 0.046). Didapatkan titik potong kadar serum hCG 12 jam pascapenyuntikan sebesar 90.15 mIU/mL untuk memprediksi tingkat maturitas yang baik. (sensitivitas 68.2%, spesifisitas 83.3%). Prediksi tingkat maturitas oosit dapat dilakukan dengan mengetahui kadar serum hCG 12 jam pascapenyuntikan dan indeks massa tubuh (IMT) subjek (sensitivitas 83.3%, spesifisitas 68.2%).
Simpulan: Kadar serum hCG 12 jam pascapenyuntikan yang lebih tinggi berhubungan dengan tingkat maturitas oosit yang lebih baik pada peserta program FIV. Tingkat maturitas oosit dapat diprediksi melalui kadar serum hCG 12 jam pascapenyuntikan dan IMT.

Background: In vitro fertilization (IVF) is one of the main treatments of infertility. Exogenous Human chorionic gonadotropin (hCG) injection is an important process of IVF and thought to be vital in determining oocyte maturation.
Purpose: This study aims to determine the relationship between 12 hours post-injection serum hCG and oocyte maturation rate on IVF participants.
Method: This is a cross-sectional study on IVF participants on Yasmin Clinic, dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Jakarta, Indonesia, during the period of January 2020 to December 2020. Subjects with history of ovarian surgery, chemotherapy, radiotherapy, and poor responder subjects were excluded from the study. Subjects were injected with 250 µg of r-hCG subcutaneously. Twelve hours post-injection serum hCG level and oocyte maturation rate were collected and analyzed accordingly.
Result: A total of 28 subjects were included in the study. It was found that higher 12 hours post-injection serum hCG was related with subjects with >75% oocyte maturation rate (mean diff 23.78, p = 0.046). The cut-off point of 12 hours post-injection serum hCG in order to predict better oocyte maturation rate was found to be 90.15 mIU/mL (sensitivity 68.2%, specificity 83.3%). Oocyte maturation rate predicted may be calculated using body mass index and 12 hours post-injection serum hCG. (sensitivity 83,3%, specificity 68,2%).
Conclusion: Higher 12 hours post-injection serum hCG was associated with higher oocyte maturation rate on IVF subjects. Oocyte maturation rate may be predicted using body mass index and 12 hours post-injection serum hCG.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Nuraini
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Salah satu penyebab infertilitas pada pria adalah rendahnya motilitas sperma (asthenozoospermia). Motilitas yang rendah ini dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain adanya gangguan pada fungsi mitokondria. Porin atau voltage dependent anion channel (VDAC) merupakan kanal ion dengan berat molekul 30-35 kDa yang terdapat di membran luar mitokondria sel eukariota. Sampai saat ini telah berhasil diidentifikasi 3 tipe porin dengan tingkat homologi yang tinggi. Sebagai kanal ion, porin bertanggung jawab atas keluar masuknya metabolit di dalam sel, termasuk ATP. Porin tidak banya memperantarai transport ATP dari dalam mitokondria bahkan juga mengatur proses keluarnya ATP. Hasil penelitian Sampson et al. (2001) dengan teknik knock out mouse yang mendelesikan 4 exon terakhir gen VDAC3 mencit menyebabkan mencit jantan mutan sehat tapi infertil asthenozoospenmia (Jumlah sperma normal tapi motilitas menurun). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis exon 6 gen VDAC3 manusia pada sperma motilitas rendah dari pasien infertilitas asthenozoospermia dibandingkan dengan sperma motilitas lurus dan cepat (normal). Sperma pasien asthenozoospermia diswim-up dan diambil sperma yang gerakannya lemah. Sedangkan sperma yang normal diswim-up dan diambil sperma yang berenang ke atas (gerakannya baik). Setelah itu dilakukan isolasi DNA dan sperma yang didapat. Jumlah sampel sperma asthenozoospermia adalah 30 sampel, sedangkan sperma normal sebanyak 20 sampel. DNA genom yang sudah didapatkan kemudian di amplifikasi dengan primer yang spesifik untuk exon 6 gen VDAC3. Hasil PCR dielektroforesis dengan gel agarose 2%. Setelah dilakukan sekuensing terhadap produk PCR dari sampel yang ada dengan menggunakan Big Dye Terminator Mix menggunakan musin sekuensing the ABI 377A.
Hasil dan Kesimpulan: Dari 30 sampel sperma pasien asthenozoospermia, 28 sampel menunjukkan adanya hasil amplifikasi fragmen exon 6 gen hVDAC3 berukuran + 225 pb dan dari hasil sekuensing ditemukan adanya 4 mutasi substitusi nukleotida yang menyebabkan perubahan asam amino penyusun exon 6 gen bVDAC3 pada 9 sampel, yaitu perubahan asam amino posisi 131 dan isoleusin menjadi leusin sebanyak 8 sampel (26,67%), posisi 174 dari lisin menjadi asam glutamat sebanyak 1 sampel (3,33%), posisi 143 dan valin menjadi glisin sebanyak 1 sampel (3,33%), dan posisi 164 dari leusin menjadi triptofan sebanyak 1 sampel (3,33%). Mutasi ini mungkin dapat menyebabkan gangguan fungsi mitokondria sperma dalam mengeluarkan ATP."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16219
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arjatmo Tjokronegoro
Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2012
616.692 ARJ k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Alfianto Widiono
"Latar belakang: Infertilitas dapat berasal dari pihak perempuan maupun laki-laki, termasuk di antaranya akibat jumlah spermatozoa yang kurang (oligozoospermia) ataupun gabungan dari gangguan pada jumlah, motilitas, dan morfologi spermatozoa (oligoastenoteratozoospermia/ OAT). Infertilitas sendiri biasanya dapat dideteksi menggunakan analisis semen konvensional, namun ternyata didapatkan bahwa 15% laki-laki yang infertil memiliki hasil analisis semen yang normal, sehingga perlu pula dilakukan analisis fragmentasi DNA dan maturasi kromatin spermatozoa untuk mengetahui kualitas spermatozoa lebih lanjut. Metode: Penelitian bersifat cross sectional, dilakukan terhadap 34 sampel (15 sampel oligozoospermia, 10 sampel OAT, dan 9 sampel fertil normozoospermia) yang diperoleh dari pasien dan petugas Klinik Infertilitas Yasmin Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Sampel kemudian dianalisis menggunakan SpermFunc® DNA-f kit untuk mengetahui indeks fragmentasi DNA (IFD)-nya serta SpermFunc® Histone kit untuk tingkat maturasi kromatinnya.Hasil: Untuk IFD spermatozoa, hasil uji ANOVA didapatkan bermakna (p: 0,003), dengan uji Post Hoc menunjukkan kelompok yang berbeda secara bermakna yaitu IFD OAT dan fertil (p: 0,003) serta IFD oligozoospermia dan OAT (p: 0,021). Sementara itu, uji Kruskal-Wallis menunjukkan perbandingan antara tingkat maturasi spermatozoa pada kelompok infertil dan fertil yang tidak bermakna (p: 0,289). Korelasi antara IFD maupun tingkat maturasi kromatin spermatozoa pada ketiga kelompok sangat lemah juga tidak bermakna, sehingga dapat diabaikan (r: -0,014; p: 0,936). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara IFD OAT dibandingkan dengan kelompok fertil normozoospermia, namun sebaliknya pada hubungan IFD oligozoospermia dengan kelompok fertil. Adapun perbandingan tingkat maturasi kromatin spermatozoa kelompok infertil oligozoospermia dan OAT dengan kelompok fertil serta korelasi antara IFD dan tingkat maturasi kromatin spermatozoa pada kelompok yang diujicobakan bersifat tidak signifikan.

Introduction: Infertility can be attributed to both female and male factors, included in male infertility causes are decreased sperm number (oligoozoospermia) as well as combination of defect in sperm quantity, motility, and morphology (oligoasthenoteratozoospermia/OAT). Male infertility usually can be detected through conventional semen analysis, however it is known that 15% of infertile males have normal semen analysis result, therefore it has become essential to do sperm DNA fragmentation and chromatin maturation analysis to know more about sperm quality. Method: This is a cross sectional study done to 34 samples (15 oligozoospermic samples, 10 OAT samples, and 9 fertile normozoospermic samples) that were collected from patients and staff of Yasmin Infertility Clinic at Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana Jakarta. Those samples were then analyzed using SpermFunc® DNA-f kit to measure its DNA fragmentation index (DFI) and also using SpermFunc® Histone kit to measure its chromatin maturation percentage.Result: For sperm DFI, ANOVA test showed significance (p: 0,003), in which Post Hoc test confirmed that the groups with significancy in difference were the DFI of OAT and fertile group (p: 0,003) as well as oligozoospermic and OAT group (p: 0,021). On the other hand, Kruskal-Wallis test showed no signficance in the difference of sperm chromatin maturation percentage between infertile and fertile group (p: 0,289). The correlation between DFI and sperm chromatin maturation percentage of those groups was very weak and insignificant, thus negligible (Pearson correlation coeficient: -0,014; p value: 0,936). Conclusion: There is a significant relationship between the DFI difference of OAT and fertile normozoospermic group, but not between the DFI difference of oligozoopsermic and fertile group. On the other hand, sperm chromatin maturation difference between infertile oligozoospermic and OAT group and fertile group as well as the correlation of DFI and sperm chromatin maturation percentage on the groups that are being observed are not significant."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>