Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75454 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990
331.5 ADA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1994
TA3896
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Atiet S. Heriyanto
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jason Lase
"ABSTRACT
Vandalisme merupakan respons negatif terhadap lingkungan fisik dan lingkungan buatan. Karena manusia pada hakekatnya dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan.Vandalisme dapat timbul pada diri seseorang karena faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi masalah psikologis, biotis dan genetik, sedang faktor eksternal meliputi lingkungan baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dalam penelitian ini variabel internal disumsikan konstan pengaruhnya bagi siswa. Variabel eksternal yang diteliti dibatasi pada lingkungan keluarga sebagai lingkungan primer dan lingkungan sekolah sebagai lingkungan sekunder, mengingat luasnya cakupan lingkungan masyarakat sebagai lingkungan tersier. Meskipun lingkungan masyarakat diakui berpengaruh sebagai variabel pengganggu (intervening variable) tetapi tidak dilakukan pengontrolan karena itu dianggap konstan.
Vandalisme dapat dilatarbelakangi baik oleh muatan psikologis, sosiologis maupun muatan lingkungan pada setiap orang. Obyek penelitian ini diarahkan kepada remaja karena diasumsikan memiliki andil dalam perbuatan vandalisme. Lingkungan keluarga sebagai lingkungan primer dalam kehidupan remaja mengandung muatan psikologis, sosiologis maupun lingkungan. Demikian juga halnya sekolah sebagai lingkungan sekunder. Vandalisme merupakan perbuatan yang bersifat mengganggu bahkan merusak lingkungan fisik dan buatan di sekitarnya baik yang merupakan milik orang lain (private property) maupun milik umum (public ameneties). Vandalisme yang umumnya ditemui adalah mencorat-coret dinding, jembatan, halte bis, merusak fasilitas milik umum seperti telpon umum, bis, WC umum, taman dan sebagainya.
Setiap orang diasumsikan secara potensial memiliki sifat vandalis, karena perbuatan tersebut merupakan respons negatif terhadap lingkungan. Karena itu ada pendapat yang menyatakan bahwa vandalisme merupakan perbuatan yang tidak dapat dihindarkan (inevitable). Tetapi intensitas dan obyek vandalisme dapat dijadikan indikator seberapa jauh perbuatan tersebut mengganggu norma dan aturan dalam masyarakat. Vandalisme yang merupikan orang lain dan kepentingan umum dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang negatif.
Dari sudut pandang ekologi, masalah lingkungan sebagian besar ditimbulkan atau merupakan akibat perbuatan manusia termasuk remaja di dalamnya. Karena itu perbuatan negatif sekecil apapun terhadap lingkungan terakumulasi dan berkorelasi dengan perbuatan negatif lainnya. Terutama di lingkungan perkotaan, pengamatan sementara menunjukkan kecenderungan vandalisme di kalangan remaja cukup mengkhawatirkan.
Remaja merupakan aset strategis, karena jumlahnya sangat dominan dalam struktur penduduk Indonesia saat ini. Karena itu penelitian terhadap remaja dalam hubungan dengan vandalisme perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui komponen-komponen apa saja dalam lingkungan keluarga dan sekolah yang berpengaruh serta melatarbelakangi perbuatan tersebut.
Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini yaitu sejauh mana perbedaan vandalisme siswa, jika dibedakan mengenai (1) kelas, (2) waktu sekolah, (3) kebersamaan tinggal di rumah, (4) jenis pekerjaan ayah dan ibu, (5) tingkat pendidikan ayah dan ibu, (6) pernah tidaknya pindah sekolah, (7) peminatan dalam pelajaran, (8) jenis buku yang disenangi,(9) pilihan kegiatan ekstra kurikuler,(10) pemilikan, kamar tidur, kamar belajar, dan taman/halaman(11) kebersamaan makan dengan orang tua, (12) frekuensi panggilan guru BP, (13) hukuman guru, (14) berurusan dengan polisi, (15) persepsi keharmonisan orang tua, (16) pola asuh orang tua, (17) pola kepemimpinan guru, dan (18) intensitas pembinaan agama di rumah.
Tipe penelitian ini adalah "deskripnif analitis" dalam bentuk disain survai. Agregat unit penelitian adalah seluruh SMU Negeri di DKI Jaya dan pengambilan sampel sekolah dilakukan dengan Cara purposive sampling. Kriteria pemilihan sample sekolah berdasarkan Identifikasi sekolah unggulan dan sekolah non-unggulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa pria yang duduk di kelas II dan III sebanyak 4.425 orang siswa terdiri dari 1920 siswa kelas II dan 2505 siswa kelas III. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara proportion stratified random sampling sebanyak 5% dari jumlah populasi berdasarkan tabel dari Krejcie Morgan (1985: 193), sehingga didapatkan 354 orang siswa, yang ditentukan lebih lanjut dengan undian sistematis (systematic random sampling). Pengumpulan data dilakukan melalui angket dengan memakai skala model Likert, rentangan skor 1 sampai dengan 4 serta dilakukan wawancara terstruktur dan observasi di lapangan.
Daftar Kepustakaan (1959-1995)
ABSTRACT
(Study at Some Public High Schools in the Special Region of Capital City of Jakarta)Vandalism is a negative response to the physical and man made environment. Principally, human being influenced by and influence on the environment. Vandalism could emerge on somebody caused by internal and external factors. In one hand, internal factors such as psychology, biology and genetic and on the other hand, external factors such as family, school and social environment. This research focused in the external factors which limited to family as a primary environment and school as a secondary environment to the student, so that internal factors assumed has constant influences for the students. Furthermore, social environment as a tertiary environment for the students which play a role as an intervening variable is abandoned.
Vandalism is might has a background in psychology, sociology and environmental dimensions to everyone. The object of this research focused to teenagers which estimated have a share' in vandalism. Family environment as a primary environment to the students has a psychological, social and environmental dimensions.
Vandalism is the behavior which disturbing or breaking downs various objects including physic and man made environment both private properties and public amenities. Generally, vandalism in the large cities could be found such as graffiti?s on walls, bridges, bus shelters, and breaking down the public amenities such as public telephones, buses, public toilets/lavatories, public parks and so forth.
Everybody, potentially has a nature vandalism, because the behavior could be assumed as a response to the environment. Therefore, there is such an opinion which stated that vandalism is an inevitable. But the intensity and object of vandalism can indicated such behavior in the contrary of the norm and regulation in society. Vandalism that making damages or harm to others and reduce the interest of public can categorized as a negative behavior.
In the ecology point of view, environment problems mostly caused by the human actions including teenagers. Therefore, although the less negative actions to the environment, it would be accumulated and correlated to another negative deeds. Especially, in the urban area, in the temporary observation results indicate that vandalism trends of students increasingly worry.
Youth generation is a strategic asset, since its number is very dominant in the Indonesian population. Therefore, research to the youth in relations with vandalism should be carried out in order to investigating those factors in the family and school environment which influencing and stands as a background. From the results of this research could submit a various recommendations to be put in consideration by parents and teachers.
The problems presented in this research are how far are the differences of student vandalism, if it is differentiated based on (1) grades, (2) school time, (3) togetherness staying in the house, (4) type of father or mother occupation_ (5) education level of father and mother, (6) have ever or never moved from other school, (7) interest into the lesson, (8) type of book preferred,(9) choice of extra-curricular activities,(10) possession of private study room, bedroom and possession garden/park in their house, (11) togetherness in having meal with parents, (12) frequency of guidance and counseling teachers calling, (13) teacher punishment, (14) police investigation, (15) parents harmonious perception, (16) parrent bringing up pattern, (17) teacher leadership pattern, and (18) intensity of religious guidance at home.
The research type is "descriptive analytic" in survey design. Research unit aggregation is the whole public high schools in the special region of capital of Jakarta. Criteria to select school samples is based on purposively by selecting favorite schools, and non-favorite schools. The population of this research are male students from the second and third grade, numbering 4.425 students, consisting of 1920 students of second grade and 2.505 students of third grade. Number of sample is determined based on KKrejcie and Morgan (1985:193) tables numbering 354 students which selected with proportional random sampling. Method of collecting data is using questioners. Its scale is using Lickert Model, with the score 1 up to 4. Along with questioners its also use an stuctural interview, and the field observation
is executed. Construct validity is using factor analysis, its result is valid instrument, and instrument reability is calculated based on Omega Formula (W) its result is 0,99. Statistical analysis used Cross-tab, Khi Kuadrat (X2), t-test and anova, on the test level of 0,05.
References (1959 - 1995)
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azis Suganda
"Kegiatan industri di Indonesia rnenunjukkan peningkatan cepat. Kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan industri tersebut juga terus meningkat dan akan menyerap tenaga kerja yang berasal dari bukan lingkungan industri. Dengan demikian upaya menumbuhkembangkan sektor industri akan berpapasan dengan masalah nilai-nilai yang dimiliki masyarakat tenaga kerja yang memiliki basis nilai-nilai kebudayaan agraris. Kebudayaan industri modern yang antara lain bertumpu pada orientasi pandangan bahwa kemajuan masyarakat diniungkinkan oleh adanya persaingan dan konflik, berhadapan dengan orientasi pandangan kebudayaan agraris yang menekankan keharmonisan dan keutuhan, Masuknya karyawan ke dalam lingkungan industri yang merupakan perubahan lingkungan karyawan dari agraris ke industri, mau tidak mau menyebabkan karyawan beradaptasi terhadap lingkungan industri tersebut.
Penelitian ini ingin menggali pengetahuan mengenai profil dan pola adaptasi karyawan terhadap lingkungan industri yang mencakup lingkungan fisik, lingkungan sosial, tuntutan prestasi produksi, disiplin kerja dan penghasilan, Dalam melihat adaptasi tersebut dipergunakan 3 (tiga) model adaptasi yang diperkenalkan Bennet (1976) yaitu: penyesuaian (adjustment), reaksi (reaction), dan penarikan diri (withdrawal). Selain itu juga akan dilihat kaitan adaptasi dengan pertimbangan-pertimbangan karyawan mengenai ganjaran dan hukuman yang bakal diterima bila mereka melakukan atau tidak melakukan adaptasi menurut perspektif Teori Pertukaran Social (Social Exchange Theory) Romans.
Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan pengamatan terlibat dan wawancara tidak terstruktur selama kira-kira 6 bulan pada sebuah perusahaan industri pengolahan yang berlokasi di wilayah Jakarta Utara.
Temuan lapangan menunjukkan bahwa terdapat variasi pada pola adaptasi bersifat penyesuaian antara lain penyesuaian terfokus, penyesuaian sepihak, penyesuaian yang mengandung reaksi dan penyesuaian yang berdampingan dengan reaksi. Pola adaptasi bersifat reaksi nampak pada adaptasi terhadap hubungan vertikal dan disiplin kerja.
Variasi adaptasi penyesuaian selalu memperhitungkan ganjaran dan hukuman yang bakal diterima. Ganjaran-ganjaran yang umumnya diminati karyawan ialah penghasilan lebih tinggi, penghargaan dan persahabatan di tempat kerja, dan keringanan kerja. Ganjaran lebih besar memperlihaikan gejala hubungan positif dengan adaptasi karyawan.
Sistem manajemen yang diterapkan belum cukup menjadi stimulan bagi karyawan untuk bekerja secara optimal. Penentuan target yang belum optimal, tidak adanya sistem bonus, sistem karier dan penilaian yang kurang jelas, belum bisa memfasilitasi adaptasi karyawan terhadap lingkungan industri.
Para manajer sebagai kelompok menengah di pabrik belum berfungsi sebagai perantara yang bisa mensosialisasikan etos kerja industrial kepada karyawan, karena mereka sendiri belum cukup memiliki etos kerja industrial dan secara individual mereka juga memiliki kepentingan-kepentingan mengenai ganjaran dan hukuman baik dari perusahaan maupun dari karyawan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992
307.72 PER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian arsitektur terkait dengan pengukuran kinerja bangunan terhadap kemampuan adaptasi pada lingkungan sering kali terkendala oleh kondisi tempat dan cuaca yang tidak memiliki kesamaan ketika kegiatan pengukuran dilakukan pada beberapa sampel. Beberapa variable data yang diukur sulit dikontrol, seperti dalam pengukuran udara. Pada kasus penelitian pengaruh desain terhadap kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, diperlukan beberapa sampel yang diambil dari desain yang berbeda. Tulisan ini menjelaskan penerapan metode dengan analisa kovariansi dalam mengukur kinerja desain bangunan secara murni tanpa pengaruh perbedaan tempat dan iklim mikro."
JURPEM 8:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alma Shafira Salsabila
"Kota Jakarta Timur merupakan kota yang memiliki jumlah penduduk bekerja tertinggi di Provinsi DKI Jakarta. Adanya pemberlakuan bekerja di rumah (work from home) atau bekerja jarak jauh (telecommuting) saat adanya pandemi COVID-19 membuat perbedaan lingkungan fisik kerja karyawan saat bekerja di rumah dan di kantor. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan lingkungan fisik yang bekerja di rumah dan di kantor, serta mengetahui hubungan lingkungan fisik terhadap kinerja karyawan yang bekerja jarak jauh. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah lingkungan fisik kerja karyawan dan kinerja kerja karyawan. Metode yang digunakan adalah analisis keruangan dan analisis statistik Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan lingkungan fisik sebesar 63% yang terdiri dari perbedaan tingkat 1 sebesar 61% dan perbedaan tingkat 2 sebesar 2%. Hasil uji statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa adanya hubungan antara lingkungan fisik kerja dengan kinerja kerja karyawan signifikan pada taraf nyata 5%. Lingkungan fisik karyawan yang bekerja di rumah dan di kantor yang tidak memiliki perbedaan rata-rata berada tepat di dekat jaringan jalan. Sedangkan untuk kinerja kerja karyawan yang bekerja di rumah dan di kantor yang tidak memiliki perbedaan kebanyakan berada tidak tepat di jaringan jalan.

East Jakarta City is a city with the highest number of working populations in DKI Jakarta Province. The implementation of working at home or working remotely (telecommuting) during the COVID-19 pandemic has made a difference to the physical work environment of employees while working at home and at the office. This study aims to determine the differences in the physical environment at home and in the office, as well as to determine the effect of the physical environment on the performance of employees who work remotely. The variables used in this study are the employee's physical work environment and employee work performance. The method used is spatial analysis and Chi-Square statistical analysis. The results showed that there was a difference in the physical environment of 63% consisting of a difference in level 1 of 61% and a difference in level 2 of 2%. The results of statistical tests conducted indicate that there is a significant relationship between the physical work environment and employee work performance at the 5% level of significance. These employees whose physical work environments are in their homes and in the office that does not differ is on average are near main road networks. As for the work performance of employees who work at home and in the office, which have no difference, most of them are not near main road networks."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Habsari Kuspurwahati
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1982
S16701
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria I. Hidayatun
"ABSTRAK
Manusia sebagai mahluk hidup harus memenuhi berbagai kebutuhan pokok agar dapat melakukan segala kegiatan kehidupannya dengan baik, aman dan tenang, sehingga ia dapat menemukan dan merasakan suasana hidup yang seimbang. Kebutuhan pokok manusia tersebut yakni: tempat tinggal, makan dan minum serta kebutuhan-kebutuhan primer lainnya. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang dapat menunjang dan mendukung kegiatannya. Disamping itu ada kebutuhan-kebutuhan sekundair lainnya yang bersifat integratif, misalnya berkesenian, berkeadilan, bermoral, berprestasi dan lain sebagainya, sehingga ia dapat mempertahankan hidupnya lebih lama. Ini berarti pula bahwa manusia dapat mempertahankan dan melangsungkan kehidupannya, karena dia dapat melakukan kegiatan-kegiatannya.
Filsuf Yunani Aristoteles (Bertens, 1992: 166) mengatakan bahwa manusia adalah noon politicon, yang dapat diartikan sebagai mahluk sosial yang selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesamanya (hidup dalam polis). Dalam bergaul manusia menginginkan suasana yang aman, tenteram, nyaman dan bebas,sehingga ia dapat berkarya dan bekerja untuk mengabdikan dirinya bagi kepentingan sesamanya. Selanjutnya untuk dapat memenuhi kebutuhannya sebagai: mahluk sosial, dan mendukung kegiatan dalam memenuhi kebutuhannya, manusia memerlukan lingkungan alam dan lingkungan sosial yang dapat mendukung kehidupannya. Oleh karena itu manusia bertindak secara adaptif terhadap lingkungan fisik dan sekaligus lingkungan sosialnya.
Lingkungan fisik di sini meliputi dan berarti sebagai lingkungan alam dan lingkungan buatan atau binaan. Lingkungan alam diartikan sebagai lingkungan yang ada disekitarnya yang bersifat alamiah. Sedangkan lingkungan buatan dapat diartikan sebagai lingkungan yang dibuat oleh manusia yakni sebagai papan atau tempat. Dengan papan atau tempat tersebut tentunya manusia dapat memenuhi kebutuhan di atas. Oleh karena itu kadang-kadang atau bahkan sering papan atau tempat oleh sebagian besar manusia diartikan sebagai bangunan atau lebih disempitkan lagi sebagai rumah tinggal.
Dengan demikian, rumah tinggal sebagai perwujudan budaya mempunyai arti serta makna tidak hanya merupakan tindakan adaptif terhadap lingkungan fisik, akan tetapi juga merupakan tindakan adaptif terhadap lingkungan secara sosial dan bahkan kultural. Sebagaimana yang tercermin dalam pernyataan Piddington (1950. dalam Suparlan, 1986:9) dan Maslow (Goble, 1987:69-93 dan Maslow, 1984) bahwa manusia untuk dapat melangsungkan kehidupannya dan untuk dapat hidup lebih baik lagi yaitu dapat mengaktualisasikan dirinya, maka harus dipenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya terlebih dahulu.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu: (i) kebutuhan primer, yang kemunculannya bersumber pada aspek-aspek biologi/organisme tubuh manusia; (ii) kebutuhan sosial atau kebutuhan sekunder, yang terwujud sebagai hasil akibat dari usaha-usaha untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang tergolong sebagai kebutuhan primer, yang harus dipenuhinya dengan cara melibatkan orang/sejumlah orang lain; (iii) kebutuhan integratif, yang munculnya dan terpencar dari hakekat manusia sebagai mahluk pemikir dan bermoral."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>