Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123171 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pospos, P.
Djakarta: Balai Pustaka, 1967
899.221 POE a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kanya Eka Santi
"Kesadaran bahwa anak dan masa kanak-kanak merupakan realitas sosiologis bukan hal baru. George Herbert Mead telah mengangkat hal ini sekitar satu abad lalu. Namun, beberapa tahun belakangan ini terlihat adanya kegairahan di kalangan ilmuwan sosial untuk lebih memperhatikan dinamika anak dan masa kanak-kanak. Mereka menganggap anak - seperti halnya gender atau gejala sosial lainnya - sebagai gejala sosial yang sedemikian kompleksnya sehingga sulit bila dipaharni hanya dari sudut pandang psikologi.
Ketertarikan pada anak secara sosiologis ini antara lain ditunjukkan oleh William A. Corsaro. Melajui teori reproduksi interpretif, Corsaro mencoba melihat anak sebagai warga masyarakat yang kreatif dan ikut Serta dalam rnernbentuk masyarakatnya. Tentunya, keikutsertaan anak selayaknya tidak dipandang dari sudut orang dewasa. Secara lebih detail, Corsaro berargumen bahwa perkembangan anak bersifat reproduktif dalam arti, merupakan proses peningkatan densitas dan reorganisasi pengetahuan yang berubah sejalan dengan perkembangan kognitif dan kemampuan bahasa anak Serta perubahan dalam dunia sosialnya. Berdasarkan input yang diperoleh dari orang dewasa, anak secara kratif dan inovatif mengembangkan budaya sendiri dengan sebayanya dan tidak semata-mata mengimitasi dunia orang dewasa. Pada gilirannya hal ini akan membelikan kontribusi pada produksi dan perubahan budaya. Namun demikian partisipasi anak dibatasi pula struktur sosial dan reproduksi masyarakat. Argumen itu, seperti yang diakui sendiri oleh Corsaro, dilandaskan pada dialog ontologis dan epistemologis dengan pikiran-pikjran George Herbert Mead tentang self, play dan games, Anthony Giddens tentang strukturasi serta Erving Goffman soal framing dan keying.
Berkaitan dengan hal-hal di atas, saya mencoba meneliti anak yang terekspos pada situasi konflik dengan mempertanyakan: bagaimana pertalian antar berbagai konsepsi tentang anak dan masa kanak-kanak di wilayah konflik serta bagaimana dinamika struktural anak dalam budaya kelompok sebaya, keluarga, masyarakat dan negara. Adapun pengumpulan data saya lakukan di Poso, satu masyarakat yang sarat konflik khususnya sejak berakhirnya pernerintahan Orde Baru. Konflik tersebut bersumbu -pada ketegangan diantara penganut agama Islam dan penganut agama Kristen, dan masih terus berlangsung sampai saat Penganut agama Islam direpresentasikan dengan daerah Poso Kota, penganut agama Kristen direpresentasikan oleh daerah Tentena. Sedangl-can penduduk campuran Islam, Kristen dan Hindu direpresentasikan oleh Poso Pesisir.
Teori Corsaro sendiri saya tempatkan dalam penelitian ini mengikuti alur pattern theorising. Berbagai gagasan dasar Corsaro menjadi acuan teoritik untuk membimbing saya dalam merekonstruksi dinamika anak Poso secara sosiologis. Karenanya, disertasi ini terlalu jauh untuk disebut sebagai arena menguji akurasi teori Corsaro.
Secara metodologis, penelitian tentang anak Poso pasca Orde Baru dilakukan sejak tahun 2002 meskipun tidak secara intensif. Pengumpulan data secara terfokus pada dinamika anak dan kekerasan di Poso say laksanakan dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun 2005. Selepas fieldwork, data diperoleh terutama memanfaatkan teknologi komunjkasi jarak jauh.
Secara sistematis, spesifikasi metodologis penelitian ini adalah sebagai berikut: menggunakan metode etnografi atau field research dengan menempatkan anak sebagai subyek penelitian yang dapat menyuarakan kondisinya dan mengartikulasi kapasitasnya. Pengumpulan data menggunakan berbagai teknik yaitu wawancara mendalam, wawancara kelompok/diskusi kelompok terfokus, pengamatan, testimoni, life histories, gambar, dan studi dokumentasi. Selain anak, data lainnya diperoleh dari orangtua, guru dan instansi pemerintah serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Temuan saya menunjukkan konstruksi media dan berbagai kalangan tentang kekerasan di Pose mengandung kebenaran. Kekerasan terjadi pada lingkup yang meluas dan mendalam. Selain itu, saya mendapat kesan kuat bahwa orang Pose termasuk anak-anak mulai terbiasa hidup dalam kekerasan. Kekerasan seakan-akan dianggap sebagai bagian kehidupan normal. Namun, dibalik konstruksi tentang kekerasan tersebut, saya menemukan bahwa anak-anak Poso memiliki identitas hibrid lewat paduan budaya lokal dengan budaya global. Proses ?in? dan ?out? dilakukan sebagai bentuk adaptasi terhadap desakan budaya global sambil tidak meninggalkan budaya sendiri. Pengaruh global dalam rutinitas keseharian anak tampak dalam aspek simbolik maupun material dari budaya anak-anak. Identitas tersebut tampaknya memungkinkan berkembangnya resiliensi dan mencaimya batas-batas simbolik maupun sosial termasuk di kalangan anak-anak eks kombatan. Anak kemudian sangat potensial menjadi aktor perdamaian. Temuan ini sama sekali tidak meniadakan gambaran bahwa masih ada anak yang juga trauma atau bahkan mengalami post traumatic symprons disorder (PTSD). Hal ini memperlihatkan adanya perbedaan temuan saya dengan ternuan Corsaro.
Seperti halnya penelitian-penelitian sejenis tentang anak dan kekerasan di beberapa daerah di Indonesia, saya menemukan bahwa anak menjadi korban sekaligus pelaku kekerasan. Pada masyarakat yang berkonflik, kapasitas anak berbenturan dengan situasi kekerasan. Makna kreatif dan inovatif, kemudian perlu dilihat dalam kaitannya dengan kepentingan terbaik anak. Sekali lagi terlihat perbedaan antara temuan saya dengan temuan Corsaro. Lebih tepatnya, hal yang ktuang mendapat perhatian Corsaro justru merupakan hal penting untuk memahami dinamika anak Poso. Tentunya perlu ada penelitian-penelitian lanjutan, dengan metode penelitian yang berbeda-beda, untuk menentukan seberapa benar (atau seberapa salah) temuan saya.
Temuan-temuan tersebut memiliki implikasi teoritik untuk melakukan indigenisasi pada level meta teori, teori, empirik dan aplikasi teori. Proses ini menempatkan anak dan masa kanak-kanak sebagai entitas tersendiri yang tidak sama dengan orang dewasa termasuk pengetahuan yang dihasilkannya untuk memahami realitas sosial. Hal lainnya adalah soal universalitas dan lokalitas definisi anak dan masa kanak-kanak, khususnya menyangkut kapasitas anak, identitas hibrid, resiliensi anal( dan kontnibusi pada perdamaian Pose. Kesemuanya merupakan hal yang selama ini "diabaikan" dalam sosiologi khususnya untuk konteks Poso. Sebagai kontribusi bagi pemerintah dan berbagai kalangan yang concern terhadap kesejahteraan anak, indigenisasi mencakup pemikiran tentang pentingnya memperhatikan kembali strategi dan pengelolaan perlindungan anak Indonesia. Hal yang ada baiknya diperhatikan diantaranya adalah: kebijakan tidak mereproduksi pandangan yang hanya menganggap anak sebagai obyek serta perlunya mengelola lcekuatan strulctur demi kepentingan terbaik anak."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
D793
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susi Novasari
"Kekerasan yang terjadi dalam lingkungan keluarga adalah realita yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Berdasarkan data statistik, wanita dan anak-anak adalah dua kelompok yang paling sering menjadi sasaran kekerasan dalam rumah tangga: Namun, penelitian mengenai hal tersebut lebih banyak dilakukan oleh para profesional di luar negeri, khususnya negara-negara Barat. Sedangkan di Indonesia sendiri belum terlalu banyak penelitian yang dilakukan untuk mengupas tema kekerasan dalam lingkungan keluarga, khususnya kekerasan terhadap anak. Berangkat dari beberapa pandangan teoritis yang mengatakan bahwa korban kekerasan di masa kanak-kanak akan berpotensi untuk membina relasi interpersonal -khususnya relasi intim romantis heteroseksual- di masa dewasanya kelak, peneliti kemudian tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran konflik dan strategi coping dalam relasi intim romantis heteroseksual pada dewasa muda yang pernah mengalami kekerasan di masa kanak-kanaknya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif analitis. Metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah wawancara terfokus dan observasi. Selama proses pengumpulan data, peneliti berhasil mendapatkan 3 orang subyek (1 orang laki-laki dan 2 orang perempuan), yaitu para dewasa muda yang mengalami kekerasan di masa kanak-kanaknya, serta sedang atau pernah menjalani relasi intim heteroseksual. Setelah melakukan penelitian, hasil yang didapat oleh peneliti adalah bahwa dari ketiga orang subyek dewasa muda yang mengalami kekerasan di masa kecilnya, ternyata hanya 1 orang subyek yang meneruskan rantai kekerasan dengan melakukan tindakan agresivitas terhadap pasangannya.
Subyek laki-laki dan perempuan ternyata juga memiliki orientasi yang berbeda dalam relasi intim heteroseksualnya. Pada subyek laki-laki, keintiman fisik dan emosional yang dapat diwujudkan melalui aktivitas-aktivitas seksual menjadi prioritas terpenting dalam hubungannya. Di sisi lain, ia tidak ingin merasa terikat oleh adanya komitmen dengan pasangan. Pada salah seorang subyek perempuan, ia memiliki kebutuhan yang sangat besar terhadap afeksi dan kasih sayang dari pasangannya. Namun di sisi lain, ia juga memiliki kebutuhan akan power dan dominasi yang juga sama kuatnya. Pada salah seorang subyek perempuan yang lain, kebutuhan akan afeksi dan penghargaan menjadi aspek terpenting yang mewarnai hubungannya. Jika kedua hal tersebut tidak berhasil didapatkannya dari hubungan yang dijalaninya, maka ia pun akan dengan sangat mudah mengambil jalan pintas untuk segera mengakhiri hubungan tersebut.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah bahwa semua bentuk kekerasan yang dialami masing-masing subyek di masa kanak-kanaknya menggoreskan luka psikologis yang mendalam pada diri mereka. Namun, dari ketiga bentuk penyiksaan fisik, emosional, dan seksual yang mereka terima, kekerasan emosionallah yang paling meninggalkan luka traumatis bagi diri mereka. Kedua orang subyek perempuan mengatakan bahwa mereka memiliki trauma atas pengalaman kekerasan seksualnya di masa kanak-kanak, sedangkan pada subyek laki-laki hal tersebut tidak dialaminya. Konflik yang terjadi dalam relasi intim heteroseksual pada masing-masing subyek dilatarbelakangi oleh pengalaman traumatis mereka di masa kecil. Strategi coping yang dilakukan tiap subyek pun bersifat unik dan menunjukkan ciri khas karakter dari masing-masing individu."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
S3512
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosana Dewi Yunita
"Masa kanak-kanak awal merupakan periode kritis untuk pembentukan sikap dan perilaku sosial. Pada saat inilah muncul tugas perkembangan sosial yang meliputi keterampilan sosial, emosional, kognitif serta keterampilan berperilaku, belajar bekerjasama dan mengembangkan hubungan persahabatan. Kontak sosial yang terjadi pada saat ini akan mendorong berkembangnya kompetensi sosial pada anak, yang membantunya beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Anak yang kurang mempunyai kompetensi sosial, kemungkinan besar akan menjadi orang dewasa yang mempunyai resiko tinggi mengalami gangguan perilaku dan kurang memiliki motivasi berprestasi. Untuk mengembangkan kompetensi sosial pada anak, lingkungan sekolah merupakan lingkungan belajar yang efektif untuk mengembangkan keterampilan akademik maupun sosial. Keberhasilan guru dalam membantu anak mengembangkan kompetensi sosial tergantung kepada kemampuan guru dalam memberikan program yang spesifik yang dapat membantu pengembangan keterampilan tersebut.
Dengan demikian untuk membantu guru, maka disusunlah suatu program yang aplikasi disesuaikan dengan perkembangan anak. Program ini diharapkan mampu mencapai tujuan secara sistematis dalam mengembangkan kompetensi sosial anak. Program ini juga dapat menjadi panduan bagi orangtua di rumah.
Namun demikian, masih ada kekurangan dalam program ini, antara lain analisa kebutuhan awal tidak dilakukan di berbagai tempat/daerah, selain itu program ini juga belum diujicobakan. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlulah bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan analisa kebutuhan di beberapa tempat yang dapat mewakili karakteristik anak di berbagai tempat yang bersangkutan sehingga dapat diperoleh data yang lebih komprehensif. Selain itu, apabila akan menggunakan program ini, sebaiknya melakukan uji coba lebih dahulu untuk penyempurnaannya.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh peneliti selanjutnya adalah membuat format evaluasi yang lebih detail yang dapat memberi data tentang perkembangan anak setelah mendapatkan program, dapat juga mencoba mengidentifikasi aspek kompetensi sosial pada kegiatan-kegiatan lain yang diajarkan dan memberikan panduan guru memantau perkembangan kompetensi sosial pada anak didiknya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barut Junia Sandra
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui jenis kalimat yang dominan dalam lagu populer kanak-kanak serta menentukan pola kalimatnya, dalam hal ini pola urutan fungsi sintaksisnya sehingga dapat diketahui bagaimana bahasa Indonesia dalam lagu populer kanak-kanak. Masalah tentang lagu populer kanak-kanak ini menarik karena penelitian tentang bahasa dalam lagu populer kanak-kanak belum banyak berkembang. Selain itu saya ingin melihat sejauh mane pola-pola kalimat yang mewarnai lagu-lagu populer kanak-kanak. Sumber data diambil dari lagu populer kanak-kanak terlaris yang beredar dari bulan Januari sampai dengan Juli tahun 1992. Hasil penelitian dengan menggunakan Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis (1990) dari Harimurti Kridalaksana menunjukkan bahwa jenis kalimat yang banyak dijumpai dalam lagu populer kanak-kanak adalah kalimat tunggal dengan pola kalimat terbanyak adalah S P."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S10763
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nini Hidayati Jusuf
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa cerita kenangan merupakan genre yang mempunyai susunan naratologis atau struktur cerita tertentu. Dengan kata lain untuk menemukan konvensi cerita kenangan masa kanak-kanak.
Pilihan atas korpus didasarkan pada asumsi bahwa karya-karya tersebut memiliki unsur-unsur cerita yang khas sesuai dengan pernyataan pengarang Pagnol dan Dini. Pertimbangan lai, kedua karya merupakan bagian pertama dari serial cerita kenangan Pagnol dan Dini yang khusus mengungkapkan kenangan masa kanak-kanak mereka.
Untuk memperoleh jawaban terhadap masalah, maka penelitian kedua cerita kenangan akan menggunakan pendekatan struktural. Metode ini melakukan pendekaran terhadap karya sastra dengan mempelajari hubungan-hubungan antar unsur yang fugsional dalam karya sastra untuk menemukan maknanya. Pendekatan semacam ini mempergunakan ilmu bahasa sebagai dasarnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aini Annapurna
"ABSTRAK
This article is an excerpt from an undergraduate thesis of the same title and which focuses on A Series of Unfortunate Events, a children rsquo s book series by Lemony Snicket. This thesis explores how a culture of fear shapes childhood, which is represented in the series. This research uses qualitative textual analysis that focuses on the portrayal of the society and adult characters in its treatment of children. This research analyzes how the series represent the way that childhood is shaped by a culture of fear through the depiction of various characters and the society in the novels by analyzing the social institutions in the novels. This research also explores the author rsquo s attempts of challenging the notion of children as a vulnerable group that is represented in the novels, by analyzing the Baudelaires rsquo identity and vulnerability. Results suggest that A Series of Unfortunate Events demonstrate ambivalence in the perception of childhood. Social institutions that should create a safe space for children tend to further perpetuate the culture of fear for them. Furthermore, children rsquo s vulnerability is often taken advantage of by adults for their own interests. Results also suggest that for children, their childhood is shaped by a culture of fear that is created and maintained by adults.

ABSTRAK
Artikel ini adalah ringkasan dari skripsi berjudul sama yang membahas serial buku anak-anak A Series of Unfortunate Events karya Lemony Snicket. Skripsi ini membahas bagaimana culture of fear mempengaruhi masa kanak-kanak yang direpresentasikan oleh A Series of Unfortunate Events. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis tekstual yang berfokus pada penggambaran masyarakat dan karakter orang dewasa dalam perlakuannya terhadap anak-anak. Penelitian ini menganalisa representasi masa kanak-kanak dalam serial ini yang dibentuk oleh culture of fear melalui penggambaran berbagai karakter dan institusi-institusi sosial yang terdapat di dalam novel. Penelitian ini juga menganalisa upaya-upaya penulis untuk mematahkan asumsi identitas anak sebagai sosok yang rawan melalui penggambaran identitas dan kerawanan anak-anak Baudelaire. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat ambivalensi dalam persepsi masa kanak-kanak. Institusi-institusi sosial yang semestinya menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak malah menempatkan mereka di situasi-situasi yang menakutkan. Selain itu, identitas vulnerability yang dimiliki anak-anak seringkali dimanfaatkan orang dewasa untuk kepentingannya sendiri. Penelitian juga menunjukkan bahwa masa kanak-kanak dibentuk oleh culture of fear yang diciptakan dan dipertahankan oleh orang dewasa."
2017
S69416
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ami Puspasari
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meliala, Dianisa Gyanina
"Penelitian ini membahas tentang parenting self-efficacy pada ibu dengan anak usia kanak-kanak madya ditinjau dari attachment yang dimiliki di masa lalu. Selain itu dibahas pula mengenai gambaran deskriptif tentang parenting self-efficacy dan attachment yang dimiliki ibu dengan anak usia kanak-kanak madya. Partisipan yang berjumlah 123 orang dan adalah ibu yang memiliki anak usia kanak-kanak madya mengisi dengan lengkap kuesioner attachment dan parenting self-efficacy. Pengukuran attachment dilakukan dengan menggunakan Alat Ukur Pola Kelekatan dengan Orangtua di Masa Kecil yang dibuat oleh Diantika (2004) dan telah diberi beberapa perubahan oleh Utami (2007), sedangkan untuk pengukuran parenting self-efficacy digunakan alat ukur Self-Efficacy for Parenting Tasks Index (SEPTI) dari Coleman dan Karraker (2000) yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan parenting self-efficacy yang signifikan di antara ibu dengan anak usia kanak-kanak madya yang memiliki pola secure, avoidant, resistant, dan disorganized-disoriented attachment baik dengan ayah maupun ibunya di masa lalu (pada attachment dengan ayah F = 2,781; p = 0,044, pada attachment dengan ibu F = 5,497; p = 0,001, signifikan pada L.o.S 0,05). Diketahui pula bahwa perbedaan tersebut secara signifikan terlihat di antara ibu yang memiliki secure attachment dan disorganized-disoriented attachment dengan orangtuanya di masa lalu. Selain itu, dimensi parenting self-efficacy dengan skor terendah pada ibu dengan usia kanakkanak madya adalah dimensi disiplin dan yang tertinggi adalah dimensi kesehatan. Penting bagi setiap orangtua untuk dapat membangun attachment yang secure dengan anaknya, sebab attachment akan memengaruhi terbentuknya parenting self-efficacy individu serta perilaku pengasuhan individu dengan anaknya di kemudian hari.

This research discusses about the parenting self-efficacy among mothers of middle childhood children considered from their attachment in the past. The descriptive overview of parenting self-efficacy and attachment among mothers of middle childhood children are also discussed. The participants of this research are 123 mothers of middle childhood children. Attachment in the past was measured by using Alat Ukur Pola Kelekatan dengan Orangtua di Masa Kecil, an instrument made by Diantika (2004) and modified by Utami (2007). Parenting self-efficacy was measured by using an adapted instrument named the Self-Efficacy Parenting Tasks Index (SEPTI) by Coleman and Karraker (2000).
The main result of this research shows that there is a significant difference of parenting self-efficacy among mothers of middle childhood children who had secure, avoidant, resistant, and disorganized-disoriented attachment with their parents in the past (on attachment with the father F = 2,781; p = 0,044, on attachment with the mother F = 5,497; p = 0,001, significant at the L.o.S 0,05). The difference is significantly seen between the mothers who had secure attachment and disorganizeddisoriented attachment with their parents in the past. Furthermore, the dimension of parenting self-efficacy that has the lowest score among these mothers of middle childhood children is discipline, and the dimension that has the higest score is health. It is important for every parent to build a secure attachment with their children, because attachment will influence the formation of parenting selfefficacy and also parenting behavior towards one`s children in the future.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fenny
"Penelitian ini bertujuan untuk menilai efek suplementasi probiotik pada masa kanak-kanak terhadap indeks resistensi insulin pada masa remaja. Studi ini merupakan studi tindak lanjut tahun ke-10 dari uji klinis pemberian probiotik dan kalsium pada anak-anak yang tinggal di daerah sosioekonomi rendah di Jakarta Timur, yang diadakan pada bulan Januari hingga Maret 2019. Studi ini melibatkan 154 remaja berusia 11-17 tahun, yang terbagi menjadi 3 kelompok berdasarkan intervensi terdahulu (kalsium regular (KR) sebagai kelompok kontrol, kelompok reuteri, dan kelompok casei). Luaran utama berupa perbedaan resistensi insulin yang dinilai dengan homeostatic model assessment for insulin resistance (indeks HOMA-IR) diantara ketiga kelompok sesudah dilakukan penyesuaian terhadap faktor perancu, seperti usia, jenis kelamin, status pubertas, status nutrisi, aktivtas fisik, dan pola asupan makanan. Studi ini memperoleh karakteristik subjek tidak berbeda bermakna diantara kelompok KR, casei, dan reuteri. Pola asupan makanan subjek juga tidak berbeda bermakna diantara kelompok RC, casei, dan reuteri. Rerata indeks HOMA-IR pada kelompok casei, reuteri, dan KR berturut-turut adalah 3,5 ± 1,9; 3,2 ± 1,7; 3,2 ± 1,6. Rerata indeks HOMA-IR tidak berbeda bermakna diantara kelompok casei dan RC (mean differences (MD): 1,10 [95% CI: 0.9-1.33]), diantara kelompok reuteri dan RC (MD:0.99 [95% CI: 0.82-1.22]) sesudah penyesuaian terhadap usia, jenis kelamin, status gizi, asupan serat, dana asupan lemak. Suplementasi probiotik selama 6 bulan pada masa kanak-kanak diduga tidak memengaruhi indeks resistensi insulin pada masa remaja.

Objective: To investigate the effect of probiotic supplementation in the childhood toward insulin resistance index in adolescence.
Methods: This study was a 10-year follow-up study on probiotic and calcium trial in children living in low-socioeconomic urban area of East Jakarta between January and March 2019. This study involved 154 adolescents aged 11-17 years, divided into 3 groups based on previous intervention (regular calcium as a control group, reuteri group, and casei group). Primary outcome was differences in insulin resistance that measured by homeostatic model assessment for insulin resistance (HOMA-IR index) between the three groups after adjustment of the confounding factor, such as age, gender, pubertal status, nutritional status, physical activity, and dietary intake patterns.
Results: Subjects' characteristics were not significantly different among casei, reuteri, and RC. Subjects' dietary intake patterns also were not significantly different among casei, reuteri, and RC. The mean HOMA-IR in casei, reuteri, and RC were 3.5 ± 1.9, 3.2 ± 1.7, 3.2 ± 1.6, irrespectively. The mean HOMA-IR index were no significantly different between casei and RC (mean differences (MD): 1,10 [95% CI: 0.9-1.33]), between reuteri and RC (MD:0.99 [95% CI: 0.82-1.22]) after adjusted with age, gender, nutritional status, fiber intake, and fat intake.
Conclusion: Probiotic supplementation for 6 months in childhood may not affect insulin resistance index in adolescence.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>