Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109722 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fajar Billy Sandi
"Skripsi ini membahas konsep pemberian nama diri pada budaya Jawa dan termasuk ke dalam penelitian semantik-kebudayaan. Ada sebuah hubungan antara nama diri, makna dari nama diri, dan ciri-ciri referensialnya. Dalam budaya Jawa, ada sebuah harapan yang ingin disampaikan oleh orang tua agar kelak anak tersebut bisa mencontoh makna nama dirinya. Pola pemberian nama diri ini ternyata juga berlaku pada pemberian nama diri pada tokoh dalam cerita fiktif, salah satu contoh adalah tokoh wayang yang terkenal yaitu Bima. Akan tetapi, ada sedikit perbedaan bahwa dalam nama diri tokoh cerita fiktif bukan harapan yang muncul dari makna nama diri tersebut tetapi konsistensi penggambaran di dalam cerita antara nama diri, makna nama diri, dan ciri referensialnya. Hasil dari penelitian ini membuktikan konsistensi orang Jawa dalam pemberian nama, tidak hanya dalam kehidupan nyata tetapi juga dalam cerita fiktif.

This thesis discusses the concept of self-naming Javanese culture belongs to a semantic-cultural research. There is a relationship between a proper name, a meaning of the proper name itself, and characteristics of its reference. In Javanese culture, parents sometimes expect that later their children can imitate or apply the meaning of the name itself in real life. This pattern also applies to naming fictional characters in the story, e.g. Bima, one of the most famous puppet fictional characters. But, there is a slight difference in the naming of the fictional characters. It is not about parents? hope that relates into their children?s names but the consistency of the depiction in the story between the proper name, the meaning of the proper name itself, and characteristics of its reference. The results of this study prove that the consistency of the Javanese parents in giving names does not apply only in a real life, but also in a world of literature for fictional characters."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S54
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Sejak usia muda, Sultan Hamengku Buwono II (HB II) telah menunjukkan pribadinya sebagai bangsawan Yogyakarta yang menjaga integritas dan kekuasaan Kesultanan Yogyakarta. Ia menjadi musuh utama Belanda yang dianggap telah melakukan intervensi terlalu jauh dalam kehidupan kraton Yogyakarta yang menurunkan wibawa raja-raja Jawa. Setelah memegang tampuk pemerintahan tahun 1792, ia tetap menunjukkan tekadnya untuk menjunjung tinggi kebesaran tradisi dan kewibawaan Kesultanan Yogyakarta. Hal ini mengakibatkan terjadinya benturan dengan tuntutan
dan kepentingan para penguasa kolonial yang ingin memaksakan kehendaknya kepada raja-raja Jawa. Atas dasar itu, Sultan HB II selalu melawan tekanan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Sebagai akibat dari sikapnya itu, pemerintah kolonial menggunakan berbagai alasan untuk menurunkan tahtanya. Selama hidupnya, Sultan HB II mengalami dua kali penurunan tahta (tahun 1811 oleh Daendels dan 1812 oleh Raffles), bahkan dibuang sebanyak tiga kali sebagai hukuman yang dijatuhkan kepadanya (Penang 1812, Ambon 1817, dan Surabaya 1825). Pemerintah kolonial akhirnya harus mengakui kewibawaan Sultan HB II yang terdesak sebagai akibat dari pecahnya perang Diponegoro. Ia dibebaskan dari pembuangannya dan dilantik kembali menjadi raja di Yogyakarta. Sampai akhir hayatnya Sultan HB II tidak pernah mau bekerja sama dengan Belanda apalagi untuk menangkap Diponegoro atau menghentikan perlawanannya. Hingga kini masih banyak karya peninggalan Sultan HB II yang mengingatkan pada watak dan masa pemerintahannya. Baik karya sastra, karya seni maupun bangunan fisik mengingatkan pada kebijakan, tindakan dan watak Sultan HB II semasa hidupnya.

Abstract
Since his younger age, Sultan Hamengku Buwono II indicated that he always refused the Dutch intervention in the sultanate?s palace of Yogyakarta. He became rival of the Dutch governments because of his opinion that the Dutch had intervented too much in the cultural and noble life?s sultanate of Yogyakarta. After his coronation as a sultan in Yogyakarta in 1792, he kept his mind to guard the Java?s glorious tradition and the traditional power of the Sultan. This condition caused a great conflict between the Sultan and the Dutch government. Sultan HB II tried to refuse all the intervention of Dutch Government. As consequences of his character, the colonial government proposed to replace the Sultan with the crown prince. During his life, he accepted twice decoronation (in 1811 by Gouvernor General Daendels and in 1812 by Leutnant General Raflles) and he was exiled three times (Penang in 1812, Ambon in 1817 and Surabaya in 1825). Finally, the Dutch Government recalled him to be a sultan in Yogyakarta to persuade all princes who supported Prince Diponegoro?s revolt. Unfortunately, till his death, he still refused to cooperate with the colonial government. To the present, there are many works of this sultan as: literary works, philosophy, arts dan physical buildings, which describes his characters toward the colonial government."
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia], 2008
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mawaddatul Khusna Rizqika
"Budaya Jawa sangat dekat dengan unsur tanah. Orientasi kehidupan sehari-hari berpusat pada keselarasan antara dirinya sebagai makhluk manusia dengan alam sebagai kesatuan bagian yang lebih luas. Upaya manusia Jawa dalam menjaga hubungan baik dengan alam dapat dilihat pada penggunaan ani-ani saat proses panen padi di sawah. Konsep penghormatan kepada Dewi Sri atau Dewi Padi oleh masyarakat Jawa mendasari praktik budaya ini. Menjaga Dewi Sri sama halnya dengan menjaga alam. Demikian juga sebaliknya. Kajian ini bertujuan untuk menginterpretasi koleksi ani-ani yang dikelola oleh Museum dan Cagar Budaya. Koleksi ani-ani tidak hanya dilihat sebagai benda material, tetapi juga memiliki makna mendalam khususnya bagi para pendukung kebudayaan itu sendiri. Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah kualitatif yang berdasarkan pada koleksi ani-ani milik Museum dan Cagar Budaya dari wilayah budaya Jawa, khususnya Jawa Tengah"
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta, 2022
900 JSB 17:1 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Aditya Pratama
"Kuliner tidak hanya menjadi sekedar makanan dan minuman saja tetapi lebih dari itu bertransformasi menjadi sebuah kajian gastronomi kuliner yang menitikberatkan pada aspek sejarah, nilai nilai, filosofi, cita rasa dan komponennya. Pengkajian permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini terkait identitas budaya gastronomi kuliner Jawa dalam kelima lagu karya Ki Narto Sabdo. Metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan objektif terhadap penerapan teori Gastronomi Kuliner Santich, dan Representasi Identitas Budaya Stuart Hall. Hasilnya, representasi identitas budaya gastronomi kuliner Jawa terbangun atas komponen gastronomi kuliner seperti bahan, cara pembuatan, bentuk, cita rasa, warna, nilai nilai dan manfaat. Kelima kuliner tidak mengandung semua komponen tersebut dalam satu lagu melainkan hanya beberapa komponen. Komponen gastronomi dalam setiap lagu menjadi ciri khas tersendiri pada kuliner tersebut. Selain itu, representasi identitas budaya gastronomi kuliner Jawa juga terepresentasikan dalam ekspresi diri masyarakat Jawa melalui unen-unen dan wewaler. Kesimpulannya ialah representasi identitas budaya gastronomi kuliner Jawa dalam lagu tersebut terbangun atas kecerdasan berpikir masyarakat Jawa yang tertuang dalam unen-unen dan wewaler yang terafiliasi dengan keunikan serta ciri khas masing-masing kuliner menjadikan keberagaman khazanah kuliner Jawa.

Culinary not only becomes just food and drink but more than that transformed into a study of culinary gastronomy that focuses on aspects of history, values, philosophy, taste and its components. The study of the problems discussed in this research is related to the cultural identity of Javanese culinary gastronomy in the five songs by Ki Narto Sabdo. Descriptive qualitative method with an objective approach to the application of Santich's Culinary Gastronomy theory, and Stuart Hall's Cultural Identity Representation. As a result, the representation of Javanese culinary gastronomy cultural identity is built on culinary gastronomy components such as ingredients, method of preparation, shape, taste, color, value and benefits. The five cuisines do not contain all these components in one song but only some components. The gastronomic components in each song characterize the culinary. In addition, the representation of Javanese gastronomic cultural identity is also represented in Javanese self-expression through unen-unen and wewaler. The conclusion is that the representation of Javanese culinary gastronomic cultural identity in the song is built on the intelligence of Javanese thinking contained in unen-unen and wewaler which is affiliated with the uniqueness and characteristics."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Sih Baksono
Depok: Universitas Indonesia, 1991
S11716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isroul Murtafiah
"Skripsi ini membahas simbol tokoh Bisma dlam budaya Jawa melalui analisis pencitraan dalam tiga lakon wayang, yaitu Lakon Dewabrata, Lakon Dewabrata Rabi dan Lakon Baratayuda II ( Tawur )- Bisma Moksa. Dengan teori citra dan simbol penulis melakukan analisis untuk mengkaji citra Bisma yang kemudian didapatkan simbol Bisma dalam budaya Jawa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif interpretatif dan kepustakaan dengan menggunakan teori citra dan simbol. Hasil penelitian ini dapat dirumuskan bahwa citra tokoh Bisma dalam tiga lakon wayang yang dipilih didapatkan makna simbolik, yaitu Bisma sebagai rohaniwan dan prajurit.

The focus of this study is to know about the symbol of Bisma in Javanese culture by image projection analyzing in three wayang scanes: Lakon Dewabrata, Lakon Dewabrata Rabi; and Lakon Baratayuda II (Tawur)-Bisma Moksa. Researcher analyze Bisma_s image by using image projection theory and from this process, the symbol of Bisma in Javanese culture will be known. This research use descriptive-interpretative and literature method and supported by image projection and symbolism theory also. Bisma as a soldier and churchman is the conclution from analyzing result of Bisma_s character in three choosen wayang scanes."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S11364
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Phuspita
"Skripsi ini membahas mengenai sistem kepercayaan adat kehamilan dan kelahiran didalam masyarakat Jawa dalam teks Platenalbum Yogya 30. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teori religi untuk mendeskripsikan sistem kepercayaan yang mendasari adat kehamilan dan kelahiran dalam masyarakat Jawa yang terkandung didalam teks Platenalbum Yogya 30 dan menjelaskan aspek-aspek sistem kepercayaan yang membangun adat kehamilan dan kelahiran dalam masyarakat Jawa melalui tema-tema adat yang muncul apa teks tersebut, seperti ngidam , pantangan, selamatan dan upaya adat yang juga mengandung sistem nilai aktivitas sosial seperti sikap, tindakan, tingkahlaku dan cara.

The focus of this study is the belief system of pregnancy and birth in Javanese society in the text of Platenalbum Yogya 30. This research that writers do by using religion theory to describe the belief system provided the basis for the pregnancy and birth Javanese society tradition which contained in the text Platenalbum Yogya 30 and to explain the aspects of belief system which build the pregnancy and birth tradition in Javanese society by means of the culture themes that emerge in that text, such as Ngidam, Pantangan, Selamatan, and Upaya Adat which also contain the social activity value system such as , attitude, measure, behavior and manner."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S11648
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Renny Risthya
"Penelitian ini mengangkat sebuah ungkapan yang dijadikan sebagai pengetahuan budaya oleh masyarakat. Konsep ngundhuh wohing pakarti bukan hanya mengacu pada hasil namun juga berkaitan dengan religiusitas, oleh karena itu menarik untuk diteliti. Untuk itu perlu adanya pembuktian dengan menggunakan analisis teks dalam teks yang berjudul Paramayoga, sehingga dapat memperkuat bahwa konsep karma merupakan cermin dalam segala tindakan masyarakat Jawa. Analisis teks difokuskan pada data yang berupa wacana, kemudian dipilah antara wohing (hasil) dan pakarti (tindakan). Untuk dapat memilah maka diperlukan pemaknaan secara semantis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 35 wacana yang menunjukkan adanya konsep karma (kausalitas). Pesan-pesan yang ditemukan pun terbagi menjadi 6 yaitu, hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan pribadi, hubungan antar personal, hubungan dengan kekuasaan, hubungan dalam pekerjaan, hubungan dalam kompetisi, yang kesemuanya masih relevan untuk diterapkan pada masa kini.

This thesis discusses about Javanese expression that are still exist until now as one of the local genius. The Concept of Ngundhuh Wohing Pakarti is not merely refers to a simple cause and effect relation, but also refers to the spirituality of the people who believe in the concept. This thesis is a research that proven that the concept of karma do exist in Javanese people daily life, through their personal and also social action. A discourse analysis method is being used in revealing the concept of Ngundhuh Wohing Pakarti in Paramayoga Manuscript. Furthermore, to classified the discourses into two parts that are reflect to the meaning of wohing (result/effect) and pakarti (action), a semantic explanation is a being used.
The result of this research reveals that there are 35 discourses that carry the concept of karma (causality). This research also discover 6 types of causality relation in Paramayoga Manuscript that are related to the concept of Ngundhuh Wohing Pakarti. There are: causality relation between man and God, causality relation beetwen ourselves, causality relation between other people, and also causality relation that are exist in a work society and a competition. All of that causality relation that are mentioned still can be found in our daily life, so the concept is still relevant until now.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1696
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>