Ditemukan 133422 dokumen yang sesuai dengan query
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1984
899.223 8 CER
Buku Teks Universitas Indonesia Library
I Gusti Ngurah Bagus
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1981
899.223 8 IGU c
Koleksi Publik Universitas Indonesia Library
I Gusti Ngurah Bagus
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1981
899.223 8 IGU c
Buku Teks Universitas Indonesia Library
"Pertunjukan Arja dikenal sebagai drama tari yang mempergunakan kisah Panji sebagai lakonnya. Kisah Panji yang dikenal di Bali sebagai Malat pada awalnya dipertunjukkan dalam Gambuh. Sejak kemunculannya di tahun 1825 hingga saat ini, Arja telah mengalami berbagai perubahan yang menarik. Salah satu di antaranya adalah hadiirya beberapa Iakon baru dalam pertunjukannya. Lakon-lakon baru yang muncul dari kisah wayang, dan foklare Bali mengalami adaptasi yang menarik terkait dengan struktur Panji. Gejala yang menarik kemudian adalah sepulangnya Wayan Dibia dari Amerika (1990-an). la memperkenalkan ]akon-Yakon baru seperti Oedipus Rex, Phaedra, Sukreni Gadis Bali, dan lain sebagainya untuk diadaptasi ke dalamnya. Meskipun menggunakan lakon-lakon dari prosa modern, tctapi masyarakat penonton Arja mampu menerima lakon ini seperti mereka menelaah lakon-lakon sebelumnya. Pertunjukan-pertunjukan Arja yang digarap Wayan Dibia mendapatkan tanggapan dari para kritikus Bali sebagai inovasi yang menjadikan Arja selalu kontekstual, meskipun belum sepenuhnya maksimal pengadaptasiannya. Pada waktu yang sama muncul sebuah kelmnpok Arja yang semua pemainnya laki-laki. Kelompok ini disebut Arja Muarti (Arja aki-laki). Lakon-lakon yang mereka pertunjukan dipandang oleh banyak kalangan sebagai sebagai lakon gang berkecenderungan (lawakan). Salah satu kredo yang menarik dari mereka adalah ingin mengembalikan Arja sebagai pertunjukan laki-laki. Pada awal kemunculannya Arja memang dipertunjukan Ieh laki-laki, terkait dengan kritikan para golongan puri untuk menyindir perempuan yang menolak untuk labuh geni (melakukan sati sebagai lambang kesetiaan pada suaminya yang meninggal). Tahun 1925 muncul 4. a perempuan, dan kemudian Arya Sebunan (campuran laki-laki dan perempuan). Perkembangan ini memunculkan gagasan untuk menggunakan berbagai lakon di luar Panji. Perkembangan dari lakon-Iakon diatas akan dikaji sebagai upaya resepsi pendukungnya atas karya setiap jaman."
JPSNT 20:1 (2013)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Denpasar : Baliologi, 1986
899.223 8 DON
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
MUL 2:10 (2011)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , 1994
899.226 4 HUM
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2001
899.231 09 ERO (1);899.231 09 ERO (2)
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Ratttiya Saleh
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1988
895.91 RAT p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2013
297.6 ANT
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library