Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149200 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Santy Eka Putri
"Tujuan pembatasan kecepatan adalah untuk menyeimbangkan minat mobilitas dan keselamatan dengan memastikan batas kecepatan yang aman dan sesuai untuk tingkat pengembangan sisi jalan dan kategori jalan Perbedaan karakteristik wilayah, karakteristik lalu lintas, kondisi jalan dan kondisi lingkungannya, berakibat terhadap terjadinya perbedaan dari faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan batas kecepatan maksimumnya. Dengan kriteria penentuan batas kecepatan pada jalan di Indonesia, maka penentuan batas kecepatan pada suatu ruas jalan akan lebih optimal. Menunjuk hal tersebut, sebagai awal, penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus pada jalan Sultan Agung dan jalan Sudirman, Kota Bekasi yang merupakan representasi dari jalan arteri primer dengan karakteristik geometrik jalan adalah jalan empat lajur dua arah t per lajur 3,5 meter, lebar trotoar 1,5 meter dan median < 0,5 meter serta geometrik jalan datar dan lurus.
Metode stastistik digunakan untuk mengetahui hubungan antara kecepatan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari hasil analisis diketahui frekuensi kecepatan perjalanan tertinggi adalah pada selang kelas 36-42 km/jam. Diagram % kumulatif menunjukkan kecepatan pada persentil 85 adalah 42 km/jam dan faktor yang yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan batas kecepatan maksimum adalah hambatan samping dan volume lalu lintas, dengan model hubungan kecepatan adalah y = 45,7385?0,0047xvolume laulintas (smp/jam)-0,0194xhambatan samping.

The purpose of speed limitation is to balance interest of mobility and safety by ensuring a safe and appropriate speed limit for the level of road side development and road characteristics. The differences based on road categories, traffic characteristics, road conditions and environmental conditions, have led to the occurrence of difference factors that must be considered in determining the maximum speed limit. By using the criteria of determining the speed limits on roads in Indonesia, then the speed limit determination on a road would be optimal. In respect in this case, this research was conducted by a case study on Sultan Agung and Sudirman street ? Bekasi, which represent a primary arterial road. The roads geometric characteristics are a divided four-lane two-way road (4 / 2 D), 3.5 meters lane width, 1.5 meters sidewalks width, a median of <0.5 meters and straight flat road geometric.
Statistics methods are used to determine relationship between speed and the influence factors. Analysis results indicated the highest frequency of travel speed is at interval class 36-42 km / hour (25%). Cumulative diagram shows the 85th percentile speed is 42 km / h and factors to consider in determining maximum speed limit is side barriers and traffic volume, with velocity relationship model is y = 45.7385-0.0047 x traffic volume (smp / h)-0.0194 x side barriers."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T28564
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mulky Winata
"Semblance merupakan tool yang harus ada di dalam analisis kecepatan. Analisis kecepatan seismic gather secara konvensional hanya bisa mengamati perbedaan nilai dari kecepatan efektif moveout, menghitung semblance dari jlattenea’ gathers dan menghasilkan velocity spectra untuk velocity picking berikutnya. Semblance menjadi kurang efektif terhadap variasi kuat amplitudo sepanjang seismic event pada kasus dimana terjadi pembalikan polaritas amplitudo, sepelti misalnya pada kasus AVO kelas 2. Untuk mengatasi masalah ini dikembangkan algoritma untuk mengkoreksi pengukuran semblance terhadap variasi amplitudo, yaitu atribut semblance sebagai korelasi tren amplitudo pada CMP gathers. Pengukuran ini sangat efektif untuk analisa anomali AVO kelas 2 dan konversi gelombang.

The semblance measure has been an indispensable tool for velocity analysis. Conventional velocity analysis of seismic gathers scans different values of effective moveout velocity, computes semblance of flattened gathers and generates velocity spectra for later velocity picking. Semblance becomes troublesome in the case of strong variation of amplitudes along seismic events, a particular example is class II AVO anomalies that cause seismic amplitudes to go through a polarity reversal. To address this problem, developed algorithms for correcting the semblance measurement for amplitude variations, especially in the semblance attribute as a correlation with a trend at CMP gathers. This measure is particularly affective for analyzing class II AVO anomalies and converted Waves."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29496
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Yudha Pratama
"Pemilihan semblance secara otomatis merupakan metode analisa kecepatan yang dikembangkan untuk mencapai hasil yang maksimal. Hasil ini tentunya berkorelasi dengan koreksi NMO dan kualitas penampang seismik yang terbentuk. Semblance merupakan salah satu atribut koherensi pembentuk spektrum kecepatan yang mewakili hubungan satu nilai kecepatan dengan hasil koreksi NMO-nya. Sedangkan nilai semblance itu sendiri adalah rasio energi keluaran terhadap energi masukan sinyal seismik yang telah dikoreksi NMO. Hal ini berarti, nilai semblance maksimum mewakili hasil koreksi NMO yang paling tepat (datar). Dalam metode ini dilakukan pemilihan nilai-nilai semblance maksimum secara otomatis pada setiap interval waktu tertentu. Dengan begitu, didapat nilai kecepatan NMO dan kecepatan stacking yang paling tepat, serta kualitas penampang seismik yang baik. Selain itu, dari metode ini juga didapat penampang model kecepatan yang serupa dengan kondisi perlapisan bawah permukaan, termasuk kisaran nilai kecepatan rms dan intrerval di masing-masing lapisan.

Semblance automatic picking is velocity analysis method which is developed to achieve maximum result. This result definitely correlate with NMO correction and seismic section performance. Semblance is one of the coherency atribut forming velocity spectrum that represent the correlation between velocity value and its NMO correction result. While the semblance value itself is output to input energy ratio of seismic signals that have been NMO corrected. This mean, the maximum semblance value represent the best NMO correction result. In this method, the maximum semblance is picked automaticly at certain time interval. Doing that way will give the most precise NMO and stacking velocity value, and also produce a good quality seismic section. In addition, this method also produce velocity model sections that fit with subsurface layering condition, including the range of rms and interval velocity value at every layer."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S28971
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dani Marga Eka
"Tingginya angka kecelakaan lalu lintas akibat pelanggaran lalu lintas menjadi permasalahan krusial khususnya karena pelanggaran rambu batas kecepatan. Pemasangan rambu batas kecepatan akan mempengaruhi Perilaku pengendara dalam menentukan kecepatan berkendara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh rambu batas kecepatan terhadap pengendara dalam mempertahankan batas kecepatan maksimum serta membandingkan Perilaku pengendara sebelum melewati rambu dan setelah melewati rambu batas kecepatan pada kendaraan roda empat. Data kecepatan yang diteliti pada penelitian ini mengambil rute perjalanan dari tol Jombang sampai Krian dengan menggunakan GPS Garmin, kemudian diolah dengan R programer untuk menentukan besaran nilai akselerasi terhadap pengaruh variable usia, gender, jarak rambu dan selisih batas kecepatannya dengan fungsi model likelihood function. Hasil penelitian menunjukan bahwa rambu batas kecepatan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap akselerasi pengendara dan setiap pengendara memiliki Perilaku yang berbeda beda terhadap masing masing variable penelitian. Mayoritas pengendara tidak mempedulikan rambu batas kecepatan, tetapi lebih mementingkan cepat sampai tujuan dari pada keselamatan pengemudi dengan dominasi kecepatan kendaraan berkisar antara 60-80 km/jam. Dalam penelitian ini juga menghitung prosentase Perilaku pengendara yang ditimbulkan apabila pengemudi melebihi batas yang sudah ditentukan maupun kurang dari batas yang ditentukan. Kesimpulan pada penelitian ini menunjukan bahwa masih banyak pengemudi yang berkendara melebihi batas kecepatan yang sudah ditentukan meskipun sudah dipasang rambu batas kecepatan dan tidak dipasang rambu batas kecepatan. Diharapkan dalam penelitian ini sebagai bahan kajian guna menekan fatalitas kecelakaan akibat pelanggaran batas kecepatan di jalan bebas hambatan dengan penentuan lokasi pemasangan rambu batas kecepatan yang tepat di daerah yang rawan kecelakaan.

The high number of traffic accidents due to traffic violations is a crucial problem, especially violations of speed limit signs. Installation of speed limit signs will affect the driver's Behavior in determining driving speed. This study aims to analyze the effect of speed limit signs in maintaining the maximum speed limit and to compare the driver's Behaviors before passing the signs and after passing the speed limit signs on four-wheeled vehicles. The speed data in this study obtained from a travel route from the Jombang to Krian toll road using Garmin GPS, then processed with R programmer to determine the magnitude of the acceleration value on the influence of the variable age, gender, signpost distance and the difference in speed limits with the likelihood function model. The results showed that the speed limit signs had a very large effect on the acceleration of the driver and each driver had different Behaviors of each research variable. The majority of drivers do not pay attention to speed limit signs, but are more concerned with getting to the destination quickly than driver safety with the dominance of vehicle speeds ranging from 80-100 km / hour. In this study also calculates the percentage of the driver's Behavior that is generated when the driver exceeds the predetermined limit or is less than the specified limit. The conclusion in this study that there are still many drivers who drive over the predetermined speed limit even though the speed limit signs have been installed and the speed limit signs are not installed. It is hoped that in this study as a study material to reduce accident fatality due to violation of the speed limit on the freeway by determining the appropriate location for installing speed limit signs in accident-prone areas."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almatrisa Mustikha Hutami
"Ruas jalan tol Cipularang km 97 memiliki kelandaian yang tinggi pada kondisi puncak pendakian yaitu sebesar 9.14 hal tersebut karena lokasinya berada di perbukitan selain itu juga terdapat banyak kendaraan berat yang melintas seperti bus, truk dan kendaraan berat lainnya. Penelitian ini membahas mengenai analisa kinerja lajur pendakian pada tol Cipularang. Lajur pendakian merupakan lajur tambahan yang diperuntukan bagi kendaraan dengan kecepatan rendah, lajur pendakian ini di khususkan untuk truk berat, bus dan kendaraan-kendaraan lain yang berjalan lebih lambat dari kendaraan lain pada umumnya. Lajur pendakian berada pada jalan dengan kelandaian yang besar. Metode pengambilan data yang dilakukan yaitu dengan survey langsung ke lapangan untuk meninjau kecepatan kendaraan dan penggunaan lajur pendakian yang pada umumnya merujuk pada standar Bina Marga 1997 . Dari hasil analisa diketahui bahwa penurunan kecepatan kendaraan pada bus 2.5 , truk 18.8 dan truk ge; 2 as 28.3 . Hasil penelitian ini yaitu analisa kinerja lajur pendakian ditinjau berdasarkan kecepatan kendaraan dan penggunaan lajur pendakian pada Tol Cipularang cikampek-purwakarta-padalarang km 97. Kata kunci: kelandaian, kecepatan kendaraan, kinerja lajur pendakian.

Cipularang toll road section at km 97 is relatively steep with is 9.14 slope and is provided with a climbing lane for heavy vehicles. Observations show that despite the existence of the climbing lane, there are significant traffic queues on both the major lanes and the climbing lanes. This study discusses the climbing lane performance in Cipularang toll road. Climbing lane is an additional lane intended for vehicles with low speed, climbing lane is devoted to heavy trucks, buses dant other vehicles that run slower then other vehicles in general. Climbing lanes are provided for lanes with big slopes. Data collection method is carried out field survey to obtain the speed of vehicles and the use of climbing lane, by reffering to the standard of highway 1997. From the analysis, it is obtained that buses speed decrease about 2.5 , trucks speed is about 18.8 and trucks more two axle is about 28.3. The study result is the level of climbing lane performance based on the descerase of vehicle speed along the road under study of Cipularang toll road section at km 97. Key Word slope, speed of vehicles. climbing lane performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67069
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Martha Leni
"Hubungan antara kecepatan dengan kecelakaan lalu lintas merupakan ranah penelitian yang banyak dilakukan dengan berbagai pendekatan. Berbagai studi telah dilakukan untuk menginvestigasi seberapa besar perubahan kecepatan rata-rata terhadap jumlah kecelakaan dan tingkat keparahannya dengan menggunakan berbagai definisi variasi kecepatan. Karakteristik kecepatan yang timbul akibat heterogenitas lalu lintas belum banyak diperhitungkan dalam berbagai penelitian. Dengan pendekatan heterogenitas kecepatan, kecepatan tidak dilihat sebagai besaran tunggal melainkan terdiri dari berbagai karakteristik kecepatan menurut jenis kendaraan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model keselamatan lalu lintas dengan heterogenitas kecepatan dimana kinerja keselamatan dinyatakan dalam bentuk indeks Accident Modification Factor (AMF). Heterogenitas kecepatan mengacu pada kecepatan beberapa kategori kendaraan. Jenis data meliputi data lalu lintas, volume dan geometrik jalan dari 18 jalan di 8 provinsi di Indonesia: Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, NTB, NTT dan Bali. Penelitian ini difokuskan pada beberapa sub topik yang berkaitan dan juga secara independen menjawab permasalahan penelitian. Terdapat enam kategori kendaraan yang digunakan dalam studi ini, yakni: mobil, paratransit, pikap, bus, truk dan sepeda motor. Pengelompokkan ini didasari pada karakteristik fungsi dan perilaku kecepatannya serta keberadaanya di jalan antar-kota. Untuk mendapatkan efek langsung dan efek tidak langsung dari lalu lintas yang heterogen, volume, kecepatan dan deviasi standar kecepatan menurut kategori kendaraan, kondisi permukaan jalan dalam bentuk nilai IRI, serta kondisi geometrik jalan dianalisis sebagai variabel prediktor fatality rate dan accident rate. Structural Equation Modelling digunakan agar dapat dikembangkan persamaan simultan dimana tiap persamaan memiliki variabel eksplanatori bersama, tetapi tidak ada variable yang sekaligus merupakan variabel dependen. Pemodelan hubungan antara perubahan kecepatan dengan jumlah kecelakaan (no. of accidents) dan korban (no. of injuries) dilakukan dengan mengadopsi power model. Accident Modification Factor merupakan transformasi hubungan kecepatan dengan fatality rate, accident rate, jumlah kecelakaan (no. of accidents) dan jumlah korban (no. of injuries) dalam bentuk rasio sebagai indikator keselamatan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada jalan dengan lalu lintas campur, pendekatan heterogenitas kecepatan menghasilkan model yang dapat digunakan dalam evaluasi keselamatan jalan dengan melihat efek perubahan kecepatan kendaraan kategori tertentu. Bagian-bagian dari penelitian ini merupakan satu kesatuan yang dapat berkontribusi pada pengembangan program peningkatan keselamatan jalan pada jalan antar kota di Indonesia.

The relationship between speed and traffic accidents is the domain of research that is widely modelled with various approaches. Various studies have investigated how the average speed changes with the number of accidents and the severity using various definitions of speed variation. The speed variations used vary by definition, and speed is generally regarded as a single speed representing all types of vehicles. The characteristics of speed arising from traffic heterogeneity have not been widely taken into account in various studies. With the approach of speed heterogeneity, speed is not seen as a single magnitude but instead consists of various speed characteristics according to the vehicle types. Speed heterogeneity can be seen from the speed and standard speed deviation of a vehicle category. This research aims to develop a traffic safety model with speed heterogeneity. Safety performance is expressed in the form of Accident Modification Factor (AMF) index. The data types include traffic data, road volumes and geometrics from 18 roads in 8 provinces in Indonesia: Sulawesi Tengah, Southeast Sulawesi, South Sulawesi, West Kalimantan, Central Kalimantan, NTB, NTT and Bali. This study focuses on several related sub-topics and independently addresses research issues to get a complete picture of the characteristics of speed, geometry, and accidents.. Structural Equation Modelling is used to develop simultaneous fatality rate and accident rate equations with shared explanatory variables, but no variable is at once a dependent variable. The relationship between the average speed of vehicles per category as dependent variables lies in the correlation between errors of each equation. Traffic volume, speed and standard deviation of speed by vehicle category, road surface conditions in the form of IRI values, and geometric conditions of roads are hypothesized as variable predictors of fatality and accident rates, and the direct effects and indirect effects of heterogeneous traffic are analyzed. Modelling the relationship between speed changes with the number of accidents and victims is done by adopting a power model. Accident Modification Factor is a transformation of speed relationship with fatality rate, accident rate, number of accidents and number of victims in ratios as an indicator of safety. The results of the analysis showed that on roads with mixed traffic, the approach of speed heterogeneity resulted in a model that could be used in road safety evaluation by looking at the effect of vehicle speed changes in certain categories. Parts of this study can contribute to the development of road safety improvement programs on intercity roads in Indonesia"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astuti
"Penelitian fenomena kecepatan benda bergerak di dalam air sudah banyak dilakukan baik yang vertikal maupun yang horisontal dengan berbagai cara. Ada beberapa hal yang masih perlu diteliti untuk dapat menjelaskan studi ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur kecepatan jatuh pada bola dalam air dengan menggunakan 2 (dua) buah laser pointer dan 2 (dua) buah receiver. Tiga bola baja dengan diameter berbeda digunakan sebagai alat uji benda jatuh. Ketiga bola tersebut adalah S I (rn5 = 67 gr, ds= 25,4 mm), S2(ms = 80 gr, d5 27,0 mm) dan S3 (ms = 226 gr, ds= 38,1 mm), diukur pada 3 buah keadaan yang berbeda, yaitu jarak jatuh (Ls) 0,675 m ; 0,75 m dan 0,825 m. Dari hasil percobaan ini menunjukkan bahwa bola dengan diameter yang lebih besar mempunyai kecepatan jatuh yang besar.
Secara teoritis, kecepatan jatuh benda dapat dianalisa dengan persamaan Basset-Boussinesq-Oseen yang diselesaikan dengan cara metode numerik. Hasil percobaan tersebut akan diplot ke dalam grafik yang berasal dari persamaan Basset-Boussinesq-Oseen (MO).

The study about the phenomenon of velocity of a free-falling sphere in water has been investigated in vertically or horizontally. It is necessary to research the motion to elucidate this study.
The purpose of this study is to measure the fall velocity of a sphere in water by means of two laser pointers and two receivers. Three spheres in different diameter were tested. The three of sphere are S1 (m5= 67 gr., ds= 25,4 mm), S2 (m5= 80 gr., d5= 27,0 mm) and S3 (ms= 226 gr., ds= 38,1 mm. Which is measured in three different situation, fall distance (L5) 0.675 m; 0.75 m and 0.825 m. From the experimental results, it was shown that the sphere which higher diameter has higher fall velocity.
Theoritically, fall velocity of sphere can be analyzed using Basset-Boussinesq-Oseen equation that solved numerically. The experimental results will be plotted on a graph which from calculated results using Basset-Boussinesq-Oseen equation (BBO).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mentary Adisthi
"[Kecepatan menjadi faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap jumlah kecelakaan karena baik kecepatan yang kurang maupun lebih dari batas kecepatan mempunyai resiko terhadap terjadinya kecelakaan di jalan raya. Beberapa kecepatan yang berlaku di jalan yaitu kecepatan rencana (design speed), batas kecepatan (posted speed limit) dan kecepatan yang disarankan (advisory speed). Kecepatan yang konsisten dengan rambu-rambu di alinemen horizontal dapat menyampaikan pesan yang realistis untuk pengemudi dan dapat membuat operasi jalan menjadi lebih efektif. Tujuan dari penelian ini adalah menetapkan rambu kecepatan berkeselamatan yang diambil dari advisory speed dan mengkaji resiko kecelakaan di lokasi penelitian dengan diberlakukannya rambu ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa advisory speed diambil berdasarkan Metode GPS. Advisory speed ini berlaku di tikungan, sementara di jalan lurus dilakukan perubahan batas kecepatan menjadi 60 Km/Jam tetapi di lokasi-lokasi khusus ada pengurangan kecepatan untuk mengurangi kecelakaan terhadap pejalan kaki., Speed becomes the most factors that affect number of accidents because whether the speed is less or more than speed limit have the risk toward accident on the road. Some speed which is applicable on the road are design speed, speed limit, and advisory speed. Speed that is consistent with signs in horizontal alinemen can give realistic message to drivers and can make road operation be more effective. The purpose of this study was to determine safety speed signs which is taken from advisory speed and to review the accident risk in this study location by enforcing this speed signs.
The results indicate that advisory speed is taken based on GPS method that is a speed from the measurements of road geometric. This advisory speed is applied at the road bend while in the straight road there is changing of the speed limit become 60 Km/Jam but at special locations such as school there is a reduction due to reduce the accident risk toward pedestrians.]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58916
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Lestari
"Perluasan infrastruktur transportasi global telah mendorong pertumbuhan ekonomi namun juga menyebabkan lonjakan kecelakaan lalu lintas yang mengkhawatirkan, yang diperkirakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan menjadi penyebab kematian global kelima pada tahun 2030. Jalan Tol Cipali di Indonesia, yang sangat penting untuk menghubungkan Jakarta dan Cirebon, bergulat dengan meningkatnya tantangan lalu lintas dan masalah kecepatan yang terus-menerus membahayakan keselamatan jalan raya. Meskipun ada kesadaran global, Indonesia menghadapi kendala dalam menerapkan manajemen kecepatan yang efektif. Penelitian ini menyelidiki Jalan Tol Cipali, mengkaji pola ngebut, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan mengevaluasi strategi manajemen kecepatan, yang bertujuan untuk memberikan masukan bagi intervensi yang ditargetkan untuk meningkatkan keselamatan jalan dalam konteks meningkatnya risiko terkait lalu lintas global. Penelitian ini menggunakan metode pengukuran kecepatan berbasis video dan data dari kamera CCTV, kuesioner demografi, dan kuesioner laporan mandiri untuk mendapatkan wawasan tentang perilaku pengemudi. Analisisnya akan menggunakan chi-square dan Cramer's V untuk mengetahui signifikansi hubungan antar variabel. Penerapan berbagai upaya manajemen kecepatan, seperti marka gigi naga, marka chevron, rumble strip, rambu area blackspot, rambu batas kecepatan, dan rambu kamera kecepatan, hasilnya menunjukkan bahwa intervensi tersebut belum berpengaruh signifikan terhadap keputusan kecepatan pengemudi.

Global transportation infrastructure expansion has spurred economic growth but brought a concerning surge in road traffic accidents, predicted by the World Health Organization to become the fifth leading global cause of mortality by 2030. The Cipali Toll Road in Indonesia, vital for connecting Jakarta and Cirebon, grapples with heightened traffic challenges and persistent speeding issues jeopardizing road safety. Despite global awareness, Indonesia faces hurdles in implementing effective speed management. This research delves into the Cipali Toll Road, examining speeding patterns, influencing factors, and evaluating speed management strategies, aiming to inform targeted interventions for enhanced road safety in the context of escalating global traffic-related risks. The research uses a video-based speed measurement method and data from CCTV cameras, demographic questionnaires, and self-report questionnaires to gain insights into driver behavior. The analysis will use chi-square and Cramer's V to determine the significance of relationships between variables. The implementation of various speed management measures, such as dragon teeth markings, chevron markings, rumble strips, blackspot area signs, speed limit signs, and speed camera signs, the results indicate that these interventions have not significantly influenced drivers' speed decisions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Supriyadi
"Lima negara di Association of South East Asian Nation (ASEAN) yang meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina, menggunakan banyak zat kimia dalam industri yang menghasilkan risiko keselamatan dan kesehatan kerja bagi para pekerjanya. Nilai Ambang Batas (NAB) kimia digunakan sebagai regulasi atau instrumen referensi untuk mengendalikan risiko kimia. Penelitian ini membandingkan NAB kimia di negara ASEAN-5 dengan TLV ACGIH 2016 dan PEL OSHA 2016 untuk mengajukan kemungkinan harmonisasi NAB kimia di ASEAN. 713 zat kimia yang ada di dalam daftar perbandingan dengan 40 zat kimia selalu ada di semua daftar NAB kimia serta 124 zat kimia yang keluar hanya di dalam 1 daftar NAB kimia. Dalam non-metric multidimensional scaling plot, 5 NAB kimia diketahui mirip dengan TLV ACGIH 2016 dan PEL OSHA 2016 sedangkan dua daftar NAB kimia (NAB Thailand dan Permenkes 70 2016) berbeda karena jumlah substansi yang ada dalam daftar NAB tersebut jauh lebih sedikit daripada jumlah substansi NAB yang lain. NAB kimia ASEAN-5 memiliki rata-rata geometrik lebih tinggi daripada TLV ACGIH 2016 dan lebih rendah daripada PEL OSHA 2016 kecuali untuk Rule 1070 Filipina dan NAB Thailand. Ada persamaan dan perbedaan pada NAB kimia ASEAN-5 untuk dipertimbangkan dalam upaya harmonisasi NAB di ASEAN.

Five countries within Association of South East Asian Nation (ASEAN) which are Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand and Philippine, use a lot of chemical substances in their industries that put risk on health and safety to their worker. Occupational Exposure Limit (OEL) is used as regulation or reference instrument to control chemical risk. This study compared OEL in ASEAN-5 countries with TLV ACGIH 2016 and PEL OSHA 2016 in order to propose a harmonization possibility within ASEAN. There are 713 chemical substances in comparison list with 40 substances that always available in all OEL lists and 124 unique substances that only appear on 1 list OEL. In non-metric multidimensional scaling plot, it was found that 5 OEL list were quite similar with both TLV ACGIH 2016 and PEL OSHA 2016, while the other two (Thailand OEL and Permenkes 70 2016) much differ due to less number of substances listed on these OEL lists. ASEAN-5 OEL list found higher geometric means than TLV ACGIH 2016 and lower than PEL OSHA 2016 except for Rule 1070 Philippine and OEL Thailand. There are similarities and differences in OEL ASEAN-5 to consider in ASEAN OEL harmonization effort.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>