Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104669 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Andriaansz, Marlindah J.
Jakarta: Universitas Indonesia, 1992
M.346 And p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Manuhutu, Agnes
Depok: Universitas Indonesia, 1989
TA3952
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Aripin
"Pelabuhan Tanjung Priok mcrupakan pelabuhan utama wilayah DK! Jakarta dan Jawa Barat untuk bongkar muat barang, baik yang bcrasal dari dalam negeri maupnn dari luar negeri. Perkembangan pada sektor industri dan sektor perdagarlgan di kaiua wilayah ini mengakibatkan terjadinya peningkatan a.rus kapal, baik itu arus masuk maupun arus kcluar Pelabuhan Tanjung Priok. Hal ini terlihat dari jumlah kunjungan kapal barang (general cargo, bag cargo, liquid bulk, dry bulk, container) ke Pelabuhan Tanjung Priok yang setiap tahunnya meningkat.
Peningkatan arus kapal barang yang ingin mclakukan bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok menyebabkan teljadinya penumpukan kapal di sekitar wilayah perairan pelabuhan. Kapai-kapal berlabuh menunggu merapat ke dermaga untuk mendapatkan pelayanan di sembarang tempat_ Kapal-kapal dengan jenis muatan yang berhcda, kapal-kapal yang beroperasi dan tidak beropcrasi, dan kapal-kapal yang membawa bahan bcrbahaya mcnunggu di lempat yang sama. Apabila terjadi kondisi darurat scpcrti kebakaran kapal, tentu akan membahayakan bagi kapal-kapal lain.
Bahkan di Fasililas perairan pelabuhan seperti kolam putar terdapal kapal yang berlabuh. Bclum dilerapkannya koordinat global di Pelabuhan Tanjung Priok juga menjadi masalah dalam keamanan pelayaran. Sclain faktor keamanan yang tidak tercapai juga dapat mengganggu aktifitas dari kinerja pclabuhan terscbut.
Penyelesaian masalah di alas adalah dengan menetapkan suatu tata ruang perairan pelabuhan untuk jenis kapal dan wilayah penunjang pelabuhan. Tata ruang yang di maksud adalah menetapkan batas-batas pcrairan (wilayahfarea) untuk suatu jenis kapal tertentu dan wilayah perairan Iainnya sehingga bebas dari aktifitas lain yang mengganggu aktititas dari wilayah perairan tersebut. Selain itu batas-batas yang di dapat akan di beri koordinat bumi, hal ini dimaksudkan untuk unluk keamanan dalam pelayaran serla agar scsuai dengan koordinal global (intemasional)- Untuk setiap jenis kapal tertentu disediakan luas-luas tertentu scsuai dengan jumlah kedatangan jenis kapal ke pelabuhan Tanjung Priok. Penetapan tata ruang tersebut juga ha.rus memperhatikan faktor kcdalaman, arus dan gelombang. Dengan demikian kapal dapat berlabuh dengan aman.
Hasil akhir dari pererlcanaan ini adalah cli dapatkan luasan wilayah perairan tertentu, untuk jcnis kapal tertentu pada koordinat tertentu_ Dan faktor keamanan (kcdalaman, gelombang, arus) dapat tercapai. Sehingga kapal dapat berlabuh dengan aman dan tidak tcrganggu oleh aktiiitas lain scsuai dcngan koordinat intcmmional.

Foreland Priok Port represent regional especial port of DKI Jakarta West Java and for the loading and unloading goods, both for coming from within country and also from outside the country. Growth at industrial sector of commercial sector and this regional second result the happening of ship current improvement, good that the incoming current and also the current go out Foreland Priok Port. This Matter seen fi-om mercantile marine visit amount (general cargo, bag cargo, liquid bulk, dry bulk, container) to Foreland Priok Port which every year nya mount.
Make-Up of current of mercantile marine which wish to conduct loading and unloading in Port of Forcland of Priok cause the happening of heaping of ship around region of territorial water port. Disembark to await meeting to dock to get service in any place. Ship with type of dilferent payload, ship operating and not operate, and the ship bringing dangerous substance await same in place. ln the event of condition of emergency of like ship tire, of course will endanger for other dissimilar ship. Even in facility of territorial water of port like pool tum around there are ship anchoring. Not yet applied of global co-ordinate Port of Foreland of Priok also become intemal issue of sea transport security. Besides factor of safety which not reached also can bother alctivity from performance of the p0rt.
Solving of above problem is specitiedly planology of territorial water of port for type of ship and region of port supporter. Planology which is intention specify territorial water boundary to a type of certain ship and region of other territorial water so that free from aktivity of other dissimilar bothering aktivity from region of the territorial water. Others the boundary which is eaming will giving earth co-ordinate, this matter is intended to for the security of in sea transport and also in order to as according to global co-ordinate intemational. To each every type of certain wide provided certain ship as according to amount of arrival of type of ship to port of Foreland Priok.
Stipulating of the Planology also have to pay attention to deepness factor, cunent and wave. Thereby the ship can anchor safely.
End result from this planning is getting regional of certain territorial water, for type of certain ship at certain co-ordinate. And the factor of safety (deepness, wave, current) can be reached. So that the ship can anchor safely and not annoyed by aktivity of other dissimilar as according to intemational co-ordinate.Besides factor of safety which is not reached also can bother activity from performance ofthe port.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2007
S33905
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Suryanto
"Tesis ini tentang penanganan illegal logging di pelabuhan Kalibaru Tanjung Priok Jakarta Utara oleh Direktorat V/Tipiter Bareskrim Polri, seperti kita ketahui bersama bahwa kehutanan telah memberikan sumbangan yang besar bagi pembangunan nasional Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung, di mana sumber daya hutan telah menjadi modal utama pembangunan nasional yang memberikan dampak positif antara lain peningkatan devisa, penyerapan tenaga kerja dan mendorong pembangunan wilayah dan pertumbuhan ekonomi.
Namun demikian, pemanfaatan hasil hutan kayu secara berlebihan dengan melakukan penebangan liar juga membawa dampak terhadap bencana alam dalam skala nasional, mengingat kegiatan illegal logging tidak saja hanya terjadi di kawasan hutan yaitu dengan melakukan penebangan liar yang juga perlu diperhatikan adalah illegal logging yang terjadi di tempat peredarannya, di mana salah satunya adalah di pelabuhan Kalibaru Tanjung Priok Jakarta Utara.
Penanganan illegal logging di pelabuhan Kalibaru tidak dapat dilakukan sendiri oleh Direktorat V/Tipiter Bareskrim Polri, mengingat di pelabuhan tersebut terdapat beberapa instansi pemerintah dan non-pemerintah yang memiliki tanggung jawab bersama dalam pemberantasan illegal logging."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17468
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwardi
"Kapal sebagai armada angkutan perairan di Indonesia, saat singgah di pelabuhan secara rutin menghasilkan limbah operasional antara lain berupa campuran minyak kotor yang termasuk limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Semakin meningkat jumlah kapal yang datang ke Pelabuhan Tanjung Priok, maka semakin besar beban pencemaran limbah minyak yang diterima pelabuhan. Untuk melindungi kualitas perairan, maka semua limbah B3 yang dihasilkan dari operasional kapal dilarang dibuang ke perairan secara langsung, dan pihak pelabuhan mempunyai kewajiban untuk mengelola limbah dan menyediakan fasilitas penampungan limbah dari kapal (reception facilities). Beban pencemaran limbah minyak ini jika tidak ditunjang oleh pemanfaatan reception facilities pelabuhan secara maksimal akan mengakibatkan pencemaran di perairan pelabuhan. Demikian pula yang terjadi di perairan Pelabuhan Tanjung Priok, secara visual tampak adanya lapisan minyak di beberapa titik perairan pelabuhan.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa status perairan Pelabuhan Tanjung Priok dalam kondisi tercemar berat, dengan nilai STORET berkisar antara -26 sampai -64 di 12 (dua belas) titik pantau yang ditetapkan. Jumlah kunjungan kapal ke pelabuhan meningkat rata-rata sebesar 5,8 persen per tahun dan berkontribusi terhadap buruknya mutu perairan melalui beban pencemaran minyak dari kapal yang sebenarnya sebesar 12,976 ton per bulan. Sementara itu, pemanfaatan RF untuk menangani beban pencemaran minyak dari kapal belum maksimal,dengan tingkat ketersediaan sarana RF sebesar 62,5 persen dari kebutuhan ideal, SDM 82,5 persen dan volume limbah minyak dari kapal yang tertangani sebesar 4,1 persen. Kualitas perairan pelabuhan dipengaruhi secara signifikan oleh jumlah kunjungan kapal dan pemanfaatan RF sebesar 0,660 (R²), artinya sebesar 66,0 persen kualitas perairan pelabuhan dipengaruhi oleh jumlah kunjungan kapal dan pemanfaatan RF, sementara 34,0 persen sisanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan lainnya. Pihak pelabuhan harus melakukan pembenahan dan perbaikan RF mencakup kapasitas RF, administrasi/dokumentasi limbah B3, kualitas staf operator RF, sistem prosedur dan tanggap darurat. Pihak Pelabuhan Tanjung Priok merespon dengan baik kebijakan RF diantaranya melakukan pengurusan legalitas (izin) usaha pengumpulan dan penyimpanan limbah B3 dan perbaikan terbatas sarana RF. Saran kepada pihak pelabuhan adalah segera melakukan pembenahan dan perbaikan RF sesuai hasil klarifikasi teknis dari Tim Verifikasi Kementerian Lingkungan Hidup secara keseluruhan.

Ship as a means of the transportation of territorial water in Indonesia, when halting-place in port routinely yield operational waste for example in the form of dirty oil mixture which the including waste of poisonous and dangerous materials. Progressively mount the amount of incoming ships to Port of Tanjung Priok, hence ever greater of burden contamination of accepted oil waste in port. To protect the quality of territorial water, hence all wastes yielded of ship operational prohibited to be to be thrown to territorial water directly, and port authority have obligation to manage waste and provide reception facilities. Burden contamination of this oil waste is otherwise supported by exploiting of port facilities reception maximally will result contamination in territorial water of port. That way also that happened in territorial water of Port of Tanjung Priok, visually see the existence of oil coat in some points territorial water of port.
Result of research indicate that status territorial water of Port of Tanjung Priok impure in a condition weight, with value of STORET range from -26 until -64 in 12 (twelve) locations the specified. Amount of ship visits to port mount mean equal to 5,8% per year and have contribution to to obsolence quality of territorial water through burden contamination of oil of ship which in fact equal to 12,976 ton per month or 408,16 kg per day. Meanwhile, exploiting of RF to handle burden contamination of oil of ship not yet maximal, with storey; level of[is availibility of medium of RF equal to 62,5% of ideal requirement, operator staff 82,5% and oil waste volume of ship handled equal to 4,1%. Quality of territorial water of port influenced by isn't it by ship visits amount and exploiting of RF equal to 0,660 (R²), it means equal to 66,0% of is quality of territorial water of port influenced by ship visits amount and exploiting of RF, whereas 34,0% of the rest influenced by other environmental factor. Port authority have to correction and repair of RF include; cover capacities of RF, administration/waste documentation, quality of operator staff of RF, procedure system and listen carefully emergency. Good respon of Port authority of Tanjung Priok of policy of RF among others management of legality of is effort gathering and depository of waste and limited repair of equipments of RF. Suggestion to port authority is immediately correction and repair of RF according to technical clarification result of Team Verification Ministry of Environment as a whole."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25029
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nuryadi Purtono
"Tesis ini tentang pekerja pelabuhan dan pengamanan oleh petugas Pos Polisi di TPK Koja. Perhatian utama tesis adalah kegiatan pekerja pelabuhan dan kegiatan pengamanan yang dilakukan oleh petugas Pos Polisi dalam rangka menciptakan keamanan dan ketertiban, dengan fokus pola hubungan yang terjalin di antara pekerja pelabuhan dan petugas Pos Polisi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode etnografi dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan terlibat dan wawancara secara bebas dan berpedoman untuk mengungkapkan pola hubungan yang terjadi.
Tesis ini menunjukkan bahwa kegiatan pekerja pelabuhan dilakukan oleh pekerja yang terorganisir dalam TPK Koja yaitu pekerja staf dan lapangan (teknik, pengamanan) TPK Koja dan pekerja lain dengan sistem kontrak kerja, seperti kontrak kerja pekerja bongkar muat yang dilakukan oleh Koperasi Maritim dengan TPK Koja, dan pekerja lain yang mempunyai hubungan kerja dengan pihak luar TPK Koja seperti cab ekspedisi, sopir kontainer, tukang ojek pelabuhan, serta pekerja pelabuhan yang berdiri sendiri yaitu pedagang kaki lima dan pedagang asongan. Aktivitas para pekerja pelabuhan tersebut satu dengan lainya sating berhubungan. Pekerja pelabuhan yang umumnya adalah masyarakat dengan status ekonomi lemah dalam menjaga kelangsungan hidupnya melakukan berbagai pola hubungan berupa hubungan pertemanan, perantaraan, patron klien dan kekuatan dengan sesama pekerja yang lain.
Kenyataan di lapangan menunjukkan adanya penyimpangan berupa tindak pidana pemerasan yang dilakukan oleh pekerja bongkar muat terhadap ekspedisi atau pemilik barang. Penyimpangan tersebut termasuk dalam meningkatkan peran patron dalam hubungan pola hubungan patron klien.
Petugas Pos Polisi di TPK Koja sebagai penjaga keamanan dan ketertiban di pelabuhan melakukan tugas pengaturan, penjagaan, pengamanan dan patroli berdasarkan fungsi dan peranannya sebagai penjaga keamanan dan ketertiban, penegak hukum, pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat dalam ruang lingkup terbatas. Kemudian dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana serta kesejahteraan untuk menunjang tugas, maka petugas Pos Polisi melakukan pola hubungan (hubungan pertemanan, patron klien dan kekuatan). Peran petugas Pos Polisi dalam melakukan hubungan patron klien pada umumnya sama dengan pekerja pelabuhan yang lain yang berperan sebagai klien dari pengusaha yang berkepentingan dengan jasa pelabuhan.
Peran dan tugas petugas Pos Polisi berkaitan dalam menciptakan keamanan dan ketertiban di pelabuhan secara normatip dibantu oleh pelaksanaan tugas Satpam dan bentuk pengamanan yang lain. Akan tetapi karena kurangnya pembinaan dan pemahaman tentang tugas satuan pengamanan tersebut pada masalah tertentu mengakibatkan terjadi hubungan kekuatan yang dapat merugikan sistem pengamanan di TPK Koja. Implikasi dari tesis ini adalah perlunya pemahaman dan pembinaan pelaksanaan tugas Polisi dan satuan pengamanan dari Kapolres Kesatuan Pelaksana Pengamanan Pelabuhan dan Manajeman TPK Koja untuk menciptakan keamanan dan ketertiban yang lebih baik.
Daftar Kepustakaan : 43 buku +10 dokumen."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11066
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iskendar
"Penelitian ini secara umum bertujuan mempelajari bagaimana aktivitas suatu kapal berlabuh yang berwawasan lingkungan. Sedang secara khusus, bertujuan mempelajari bagaimana aktivitas kapal berlabuh lego jangkar menimbulkan beban lingkungan. Dalam hal ini penulis mengambil studi tentang bagaimana pembuangan berbagai jenis limbah yang ada di kapal-kapal berlabuh lego jangkar di Perum Pelabuhan II Cabang Tg. Priok, Jakarta. Diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan suatu masukan yang bermanfaat bagi pengelola pelabuhan dalam mengelola limbah yang ditimbulkan oleh aktivitas kapal berlabuhsehingga aktivitas ini berwawasan lingkungan. Faktor-faktor aktivitas kapal berlabuh yang diamati dalam penelitian adalah faktor bentuk keaktifan operasional kapal di pelabuhan dan faktor pelayanan pemanfaatan fasilitas kepelabuhanan. Faktor-faktor tersebut diduga menyebabkan kapal lama berada di pelabuhan dan memberikan beban lingkungan. Terhadap perkembangan beban lingkungan tersebut diamati faktor pembuangan berbagai jenis limbah yang pelaksanaannya disebabkan oleh faktor: usia kapal, jenis kapal, sarana permesinan dan perlengkapan kapal, kesadiaan sarana dan prasarana pelabuhan, tingkat kesadaran hukum awak kapal, persepsi awak kapal terhadap tingkat kebersihan lingkungan perairan pelabuhan, dan kebutuhan teknis operasional permesinan kapal. Melalui pengalaman awak kapal yang bersangkutan dikaji tingkat peranannya yang diperkirakan menimbulkan gangguan kebersihan dan estetika lingkungan. Dalam hal ini dikaji pembuangan limbah apa yang paling berperan menyumbangkan gangguan terhadap kualitas lingkungan tersebut. Pengamatan terhadap aktivitas kapal berlabuh lego jangkar dilakukan dengan pengambilan sampel secara berkelompok (cluster- sampling). Data yang dipergunakan dalam penelitian ini, bersumber dari Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Departemen Perhubungan; Perusahaan Umum Pelabuhan Cabang Tanjung Priok, Kantor-Administrasi Pelabuhan/Kantor Syahbandar/Kantor Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai Pelabuhan Tanjung Priok; Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkotaan dan Lingkungan DKI Jakarta; Pustaka dan sebagainya. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka; sedang pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi lapangan, yaitu dengan melakukan wawancara berstruktur kepada awak kapal (Capten atau Perwira kapal) sebagai responden; dan analisis laboratorium. Sedang analisis data dilakukan dengan metoda statistika berupa analisis regresi dan korelasi. Dalam penelitian ini diajukan 3 (tiga) buah hipotesis. Hipotesis 1: Timbulnya beban lingkungan perairan pelabuhan karena aktivitas kapal berlabuh atau lamanya suatu kapal berlabuh disebabkan oleh faktor-faktor keaktifan operasianal kapal dan pelayanan pemanf aatan fasiliitas kepelabuhanan. Di antara faktor-faktor tersebut yang menjadi penyebab terpenting adalah faktor pelayanan pemanfaatan fasilitas kepelabuhanan. Hipoesis 2 : Apabila beban lingkungan aktivitas kapal berlabuh lego jangkar dipelajari,maka faktor pembuangan limbah menjadi penyebab penting terhadap timbulnya kontribusi gangguan kualitas estetika dan kebersihan lingkungan laut di sekitarnya.Terlaksananya pembuangan limbah saat lego jangkar ini disebabkan oleh faktor-faktor sarana permesinan dan perlengkapan kapal, sarana dan prasarana kepelabuhanan, persepsi awak kapal terhadap tingkat kebersihan lingkungan perairan pelabuhan,tingkat kesadaran hukum awak kapal, usia kapal, jenis kapal dan faktor kebutuhan teknis operasional permesinan dalam kapal. Di antara faktor-faktor tersebut, yang menjadi penyebab terpenting adalah faktor sarana dan prasarana kepelabuhanan yang tersedia. Hipotesis 3 : Apabi1a dikaji keadaan pembuangan berbagai jenis limbah pada kapal-kapal berlabuh lego jangkar, maka beberapa di antara pembuangan jenis-jenis limbah tersebut yang mempunyai nilai dampak tinggi terhadap kualitas kebersihan dan estetika lingkungan adalah faktor pembuangan limbah minyak dan sampah. Dari hasil analisis data diperoieh kenyataan bahwa faktor keaktifan operasional kapal lego jangkar yang di ukur melalui variabel kategori aktif dan tidak aktif secra sendiri-sendiri. (r^2=0.95) maupun secra bersama-lama (r^2=0,96) dengan faktor pelayanan fasilitas kepelabuhanan (r^2 = 0,27) mempunyai peranan penting dalam menentukan lama kapal berlabuh maupun berperan penting terhadap timbulnya aktivitas yang berbeban lingkungan. Kapal lego jangkar yang tidak aktif pada umumnya mempunyai waktu labun yang tidak terbatas, sehingga memberikan waktu berlabuh yang lebih lama dari kapal-kapal yang aktif operasional. Namun kapal kategori tidak aktif ini memberikan beban lingkungan yang lebih rendah (r^2=0,34). Bagi kapal-kapal aktif beban lingkungan ini berupa timbulnya limbah kapal yang selalu harus di bersihkan dan di buang setiap saat. Sehingga cenderung memberikan beban lingkungan yang lebih tinggi, mengingat limbah yang dibuang selalu mengandung minyak dan lemak yang berlebihan (350 s/d 12.950 mg/l) dan menounyai COD yang tinggi (l00,75 s/d. 326.98,5 mg/l) dan pula terdapat sampah sintetis (plastik dsb) yang tidak danat atau sulit termusnahkan oleh alam. Untuk menekan beban lingkungan yang timbul tersebut, tentunya kapal yang aktif tidak harus dinonaktifkan, namun apabila beban lingkungan dipelajari kembali, maka sesuai dengan hasil analisis data, terdapat faktor-faktor lain yang penting yang menyebabkan pembentukan cara pembuangan limbah dilakukan oleh kapal-kapal yang sedang lego jangkar. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa penilaian awak kapal atas kesediaan prasarana dan sarana pelabuhan, kelengkapan peralatan dan permesinan penanganan limbah di kapal, kesadaran hukum awak kapal terhadap lingkungan serta persepsi awak kapal terhadap tingkat kebersihan perairan pelabuhan. Dari hasil analisis data secara sendiri-sendiri, faktor-faktor penilaian awak kapal atas kesediaan sarana dan prasarana pelabuhan (r^2= 0,35), tingkat kesadaran hukum awak kapal dalam membuang limbah (r^`2 =0,20) dan persepsi awak kapal terhadap tingkat kebersihan perairan pelabuhan (r^2 = 0,25) dengan sangat berarti mempunyai pengaruh terhadap cara pembuangan limbah dalam kapal. Sedang secara bersama-lama faktor yang tidak boleh diabaikan adalah faktor penilaian awak kapal atas kesediaan sarana dan prasarana pelabuhan untuk penanganan limbah (r^2 = 0,297) dan faktor kelengkapan peralatan dan permesinan penanganan limbah di kapal (r^2 = 0,216). Untuk itu faktor penilaian awak kapal atas kesediaan sarana dan prasarana pelabuhan, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama mempunyai peranan penti ng dalam menentukan pembuangan limbah sebuan kapal. Untuk. pengkajian, terhadap pembuangan berbaga jenis limbah dari kapal-kapal lego jangkar, maka dari hasil analisis data di peroleh kenyataan bahwa pembuangan limbah minyak (r^2 = 0,5625 dan 0,234) dan sampah (r^2 = 0,7569 dan 0,584) merupakan pembuangan limbah yang mempunyai nilai dampak tinggi terhadap kebersihan dan estetika lingkungan. Untuk dapat meniadakan atau mengurangi pengaruh negatif dari aktivitas kapal berlabuh lego jangkar tarhadap lingkungan, langkah-langkah yang perlu diambil.antara lain: (1) mengurangi keaktifan operasional mesin di saat kapal berlabuh lego jangkar; (2) Dihimbau agar para pemilik atau pengusaha kapal mengatur jadwal pelayaran kapalnya sebaik mungkin sehingga waktu layar dan labuh selalu teratur serta tidak membutuhkan waktu labuh yang lama; {3) Menekan frekuensi menunggu pelayanan fasilitas kepe1abuhanan: (4) Mernprioritaskan program pengelolaan limbah kapal yang dapat dilaksanakan dalam jangka waktu pendek, menengah maupun jangka panjang, berdasarkan peraturan-perundangan yang telah ada ; (5) Memasyarakatkan Konvensi Internasional tentang Pencegahan Pencemaran Laut oleh Kapal (Marpol 1973/1978) yang telah diratifikasi oleh Pemerintah RI dengan Kepres No. 46 th. 1986 kepada para pelaut Indonesia agar lebih menghayati keterkaitan aktivitas transportasi laut dengan lingkungannya; (6) Prioritas utama pengeloliaan limbah dari kapal lego jangkar ada baiknya ditekankan kepada penanganan limbah minyak dan sampah.
In general this research is proposed to study how is the anchorage ships activities to become an environmental insight. While in more specific, the thesis also aimed to study how the anchorage ships activities gene-rates environmental load. In this study the author has examined how is the variety of waste being discharged by the anchorage ships on Tanjung Priok Harbour, Jakarta. It has been expected that this research could come up with the useful input for Port Authority in managing the waste generated by anchorage ship so that the activity could become an environmental insight. Factors of anchorage ships activities to be examined on this work are the ship operational factor and factors related to the serving and functioning of harbor facilities. Those factors might cause the ship longer in the harbor and generates more loads to the environment. For the propagation of the load to the environment to be examined discharging factor of variety of waste where the carrying out being influenced by: the age of ship, the type, ship machinery and equipment, the existing harbor facilities, law awareness of crew to prevent marine pollution from their ship, perception of the crew toward the cleanness of the coastal water on harbor and the need of operational techniques of ship machineries. Through the experiences of ships crew, to be assessed the role which is suspected might cause untidiness and affects esthetic of the environment. In this case to be assessed what kind of waste, which contribute more damage to the environmental quality. Observation on anchorage ship activities is carried out by taking sample in to a group of ships (cluster sampling). Data to be used in this research, are to be collected from: Directorate General of Sea Transportation, Communication Department; Tanjung Priok Port Administration/Harbor and coastal guard of Tanjung Priok, The center of research and development of city and environment, DKI Jakarta; literature etc. The secondary data collected in this research are from study literature; while the primary data collecting to be carried out by field observation; viz, by structural discussion directly to the ships crew (captain or officer) as respondent and laboratory analysis: while the analysis off the data it self to be carried cut by statistical method in form of regression and correlation analysis. This research proposed three hypotheses. Hypothesis 1 the creation of environmental load on coastal water due to the anchorage ship activities as well as the time of ship being hold up in the harbor caused by ship operational activity factors and utility and serving of harbor facilities. Among this factors the most important one is the presenting factor of the used of harbor facility. Hypothesis 2: If the environmental load created by the anchorage ship activities has been studied, therefore the discharging of waste to be the most important reason of the contribution several damage of esthetic quality and the tidiness of the environment could be assessed. The discharging of waste during the ship anchorage in the harbor is caused by factor related to the machinery facilities and ship equipments; harbor facilities; perception of the crew regarding to the quality c-f environment in the coastal water; a level of law awareness of ship crew (to prevent marine pollution from their ship); ship age; ship type and factor of the necessity of operational techniques of machinery on ship. Among that factor, the most effective +actor is the one related to the harbor facility. Hypothesis 3: On the Assessment of discharging condition of some kind of waste by anchorage ships, it has been concluded that some of them play an important role in disturbing the tidiness quality and environmental esthetic that is the discharge or oil and garbage. From the analytical result of the data, its found that operational activity factor of anchorage ship belong reasonable through categorized variable e.g. active or non active either separated (r^2=0,95) or as a whole (r^2 = 0,96) analysis by presenting factor of utility of harbor facilities (r^2 = 0,27) has important role in stating how long the ship to be in harbor as well as how the ship could create activities wick have an environmental load. A non active anchorage ship usual y have an unlimited time on harbor, therefore will have harbor time much more than operationally active ship. But the ship categorized as non-active will give lower environmental load (r^2 - 0,34). For active ships the environmental load are in form of waste created on a ship which shall be cleaned and discharged to the sea at any time, therefore have a tendency to create more environmental load due to the waste material being discharge always contain oil and grease in a significant amount (350 to 12.950 mg/l) with a high level COD (100,75 to 326.968,5 mg/1) and also contain synthetic disposal (plastic etc.) which is unable to be annihilated by nature. To decrease the resulting environmental load, doesn't mean that we should make an active ships to be non active, but by studying environmental load once again, show that in accordance of data analysis, there is some other important factors which create the way how waste material should be discharged from anchorage ships. Those factors among other things are appreciation of ship's crew on harbor facilities condition, complete of machinery and equipment to handle ships waste, law awareness of crew in environmental regulation and their perception upon the tidiness of coastal water on harbor. From the separate data analysis, the appreciation of ship's crew upon, harbors facilities and condition (r^2 = 0,35), the understanding level of crew upon waste discharging regulation (r^2= 0,20) and perception of crew upon, the tidiness of coastal water (r^= 0,25) significantly influences the way that waste should be discharged from ships. While the analysis of factor as a whole, shows that the appreciation of crew upon harbor facilities and condition for waste handling (r^2= 0,297) and the completion of machinery and equipment to handle waste on ship: r^2 = 0,216). 5o; the appreciation factor of the crew upon readiness of harbor facilities and condition, either to be examine as a whole or together with other factor or in separate analysis, have an important role toward the way how the waste should be discharge from a ship. cr the assessment of the discharging of a variety of waste from the anchorage ship activities, from the data analysis result come up the reality that oily waste discharged (r^2=0,5625 and 0,234) and garbage (r^2 0.7569 and 0,554) to be discharged waste which have higher value on inhalation toward the tidiness and esthetic o-f environment. In order to eliminate or to decrease the effects of anchorage ships activities toward the environment, the ways should be taken among other things: (1) Limitation of operational time of engine when the ship is anchorage; (2) It was suggested that the owner or shipping enterprises should arranged the best possible schedule of their ships, so that the harbor time can be limited; (3) Give more emphasis on increasing idle time due to waiting for harbor facilities; (4) Give priority on ships waste handle program which could be exceeded in short period, medium as well as long-term period in accordance with the existing regulation; (S) reapply International Convention for the prevention of marine pollution from ships (Marpol 1973/1978) which have been ratificated by the Government of Indonesia by KEPPRES no: 46, 1986 among Indonesians ship crew, so that they could more aware of the influence of sea transportation activities on environment; (6) The first priority on waste handle system of anchorage ship are recommended to be emphases on the handle of oily waste and garbage."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1988
T3006
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>