Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183361 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Gusti Ayu Putu Sucihati
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1992
TA3464
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwik Dwi Pratiwi
"Studi ini bertujuan untuk membahas fenomena transformasi tipologi hunian yang terjadi pada permukiman warga di sekitar hutan wisata yang ada di Kawasan Ciwidey, yang terletak di Kawasan Peri-Urban Bandung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, serta bentuk transformasi yang terjadi. Peri-urban Bandung, sebagai bagian dari Bandung Metropolitan Area, merupakan salah satu kawasan peri-urban yang berkembang sangat cepat akibat pertambahan penduduk, pertumbuhan permukiman, perkembangan area industri, peningkatan kegiatan pariwisata, yang diperkuat dengan pembangunan infrastruktur jalan tol. Kegiatan-kegiatan tersebut membuka peluang ekonomi yang cukup besar, sehingga mendorong masyarakat setempat untuk mentransformasi hunian mereka menjadi fasilitas komersial, untuk mengakomodasi masyarakat pendatang maupun turis, baik untuk mendapatkan pendapatan tambahan maupun pekerjaan utama. Studi ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan riset berupa studi kasus dan analisis kualitatif untuk mengetahui secara detail transformasi bangunan yang dilakukan oleh pengelola bangunan. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa perubahan yang dilakukan berupa perubahan fisik dan territorial, dimana perubahan tersebut sangat bergantung kepada kesepakatan antaraktor atau pengelola lahan, serta kebijakan pemerintah setempat. Di samping itu, kegiatan di hutan wisata menjadi motif yang kuat bagi sebagian pemilik properti untuk melakukan transformasi permukiman tersebut karena permintaan akan fasilitas pariwisata yang cukup besar"
Bandung: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2022
728 JUPKIM 17:2 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Permata
1989
S33400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Bagus Gde Pujaastawa
"Tema kajian ekologi budaya umumnya mencoba menyimak hubungan antara fenomena-fenomena budaya dengan masalah-masalah lingkungan. Tidak sedikit dari kajian tersebut mengungkap tentang peran positif kebudayaan-kebudayaan tradisional bagi kelestarian lingkungan. Dalam berbagai sistem kepercayaan tradisional misalnya, kerap terungkap bentuk-bentuk kearifan ekologi yang berperan sebagai mekanisme kontrol yang efektif terhadap perilaku pemanfaatan lingkungan. Namun demikian, kepercayaan tradisional yang telah lama mengakar ada kalanya tidak sepenuhnya dapat mencegah munculnya perilaku-perilaku yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan. Munculnya tindakan konversi yang dilakukan oleh penduduk Dusun Taro Kaja terhadap Hutan Taro, merupakan kasus yang diharapkan cukup menarik untuk ditelaah di sini.
Kawasan Hutan Taro dan lembu putih sebagai satwa penghuninya merupakan satu kesatuan ekosistem alami yang sangat terjaga kelestariannya. Penduduk setempat telah sejak lama memperlakukannya dengan sangat hormat dan pantang melakukan tindakan-tindakan yang dapat mengganggu kelestariannya. Menurut kepercayaan mereka, kawasan hutan dan lembu putih tersebut diyakini sebagai suatu sistem lingkungan yang suci dan keramat milik dewa-dewa yang melindungi kehidupan mereka. Meskipun demikian, keberadaan hutan yang sekaligus merupakan habitat lembu putih itu pada akhirnya tak terhindar dari tindakan konversi yang justru dilakukan oleh para pendukung kepercayaan tersebut. Tindakan tersebut mengakibatkan berubahnya ekosistem alami Hutan Taro menjadi lahan pertanian (agroekosistem). Sedangkan lembu putih yang sebelumnya hidup secara liar kemudian dipelihara dalam sebuah kandang kolektif dengan sistem kereman dan keberadaannya tetap diyakini sebagai binatang suci milik dewa. Namun, berbeda dengan pemeliharaan ternak sapi umunya, berbagai macam pantangan yang dilandasi oleh kepercayaan terhadap binatang suci itu mengakibatkan tidak nampak adanya manfaat nyata yang dapat diperoleh secara langsung.
Masalah tersebut akan dicoba dipahami dengan menjawab sejumlah pertanyaan yang diformulasikan sebagai berikut : (1) Mengapa penduduk Dusun Taro Kaja berani melakukan tindakan konversi terhadap Hutan Taro, padahal sejak lama mereka telah menjaga keberadaannya sebagai suatu ekosistem alami yang dianggap suci dan keramat?; (2) Bagaimana proses dan mekanisme berlangsungnya konversi Hutan Taro?; (3) Mengapa penduduk masih mempertahankan keberadaan lembu putih sebagai binatang suci dan memeliharanya dengan sistem kereman, padahal tidak nampak manfaat-manfaat nyata yang dapat diperoleh secara langsung sebagaimana dalam pemeliharaan ternak sapi pada umumnya?.
Masalah tersebut dijelaskan dengan berpijak pada pendekatan materialisme budaya yang cenderung melihat kondisi-kondisi material (infrastruktur) seperti teknologi, ekonomi, demografi, dan ekologi sebagai titik berangkat dalam menjelaskan berbagai fenomena sosial budaya. Strategi teorotis materialisme budaya menjelaskan bahwa perubahan-perubahan sosial budaya merupakan respon adaptif terhadap kondisi-kondisi infrastruktur yang menopang keberadaan suatu sistem sosial-budaya. Hal tersebut sesuai dengan konsep desa - kala - patra dan desa mawacara yang menyatakan variasi dan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia sangat terkait dengan kondisi zaman dan lingkungan yang dihadapinya. Sedangkan mengenai praktik kepercayaan yang terpelihara dalam masyarakat dapat dipandang sebagai bentuk-bentuk respon adaptif terhadap kondisi-kondisi ekologi dan ekonomi. Terlepas dari pandangan secara normatif, hal tersebut mengandung logika rasionalitas yang tersembunyi dan tidak disadari oleh sebagian besar pendukungnya.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, di mana pengumpulan data lebih banyak dilakukan dengan pengamatan dan wawancara yang dilakukan secara langsung dalam kancah penelitian.
Kajian ini melahirkan temuan dengan simpulan sebagai berikut:
Meskipun keberadaan Hutan Taro dengan satwa lembu putihnya oleh penduduk setempat diyakini sebagai ekosistem yang suci dan keramat, namun keyakinan tersebut tidak sepenuhnya mampu mencegah munculnya perilaku-perilaku yang dapat mengganggu kelestariannya. Meningkatnya tekanan penduduk terhadap lahan dan teknologi bercocok tanam yang masih bersifat tradisional, merupakan faktor-faktor relevan yang melatarbelakangi munculnya tindakan konversi hutan. Jumlah penduduk yang semakin meningkat telah mengakibatkan terjadinya involusi dalam bidang pertanian dan fragmentasi tanah secara terselubung. Sementara itu, teknologi bercocok tanam yang diwarisi secara turun-temurun tidak mengajarkan mereka tentang bagaimana meningkatkan hasil produksi melalui bercocok tanam secara intensif. Hal tersebut mengakibatkan mereka terbelenggu dalam kondisi-kondisi kemiskinan. Kenyataan-kenyataan tersebut akhirnya mendorong mereka untuk memberanikan diri mengalihfungsikan Hutan Taro menjadi tanah tegalan, walaupun tindakan tersebut diyakini penuh dengan resiko dan ketidakpastian. Di samping itu, mencuatnya isu land reform disertai agitasi-agitasi politik yang bertemakan "tanah untuk petani" merupakan faktor yang sangat mendukung bagi terwujudnya gagasan konversi.
Sementara di sisi lain, keberadaan lembu putih tetap diyakini sebagai binatang suci dan keramat, serta dijaga kelestariannya dengan pemeliharaan sistem kereman. Terlepas dari pandangan secara normatif, hal tersebut sesungguhnya mengandung sejumlah manfaat, yaitu : (1) mengatur dan melegitimasi pemanfaatan faktor-faktor produksi, khususnya tanah pertanian; (2) melindungi tanaman budidaya dari kemungkinan serangan mamalia besar khususnya satwa lembu putih; (3) mencegah terjadinya kontak seksual antara lembu putih dengan sapi-sapi lokal peliharaan penduduk, sehingga kemurnian genetik masing-masing jenis tetap terjaga; dan (4) keberadaan lembu putih sebagai satwa endemik disertai dengan berbagai bentuk tradisi yang dilandasi kepercayaan terhadap lembu putih sebagai binatang suci, cukup potensial bagi pengembangan pariwisata setempat."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Abrasi merupakan peristiwa alam yang patut menjadi perhatian,terutama para nelayan dan penduduk di sepanjang pantai khususnya di pantai Sukaoneng, Pulau Bawean
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Astridia Putri Nurhaliza
"Hutan mangrove merupakan hutan yang sangat produktif, baik dari segi ekonomis maupun ekologis. Terlepas dari manfaatnya hutan mangrove terus tertekan dan terdegradasi akibat dari aktivitas manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah memetakan sebaran dan menganalisis kesehatan hutan mangrove berdasarkan nilai indeks vegetasi Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) dan kualitas lingkungannya. Variabel yang digunakan ialah nilai NDVI, dan kualitas lingkungan dengan parameter suhu perairan, salinitas perairan, pH perairan, dan tekstur substrat. Kesehatan dan kualitas lingkungan hutan mangrove diperoleh melalui pengolahan citra satelit sentinel 2-A tahun 2020 serta pengukuran lapangan. Kualitas lingkungan hutan mangrove diperoleh dengan menggunakan metode Ordinary Kriging pada data pengambilan sampel lapangan. Analisis tabular, statistik dan deskriptif digunakan untuk menganalisis kesehatan hutan mangrove. Hasil analisis menunjukkan nilai NDVI yang tersebar di hutan mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai semakin menurun mendekati tepi sungai, tepi pantai, dan mendekati daratan. Parameter kualitas lingkungan mangrove di Taman Hutan Raya Ngurah Rai berdasarkan suhu perairan, salinitas perairan, pH perairan, dan tekstur substrat bervariasi. Perairan dengan rentang suhu yang tinggi terdapat pada barat daya Taman Hutan Raya Ngurah Rai. Salinitas perairan semakin tinggi di mangrove yang dekat dengan pantai. pH perairan hutan mangrove sebagian besar memiliki keasaman netral dan tekstur substrat pada hutan mangrove didominasi tekstur lempung berpasir. Kesehatan hutan mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai didominasi oleh kategori sehat. Kesehatan hutan mangrove semakin buruk mendekati tepi pantai dan tepi sungai. Vegetasi mangrove dengan kondisi baik cenderung memiliki kondisi kualitas lingkungan yang optimal dan begitu pula sebaliknya.

Mangrove forest is a very productive forest, both economically and ecologically. Despite its benefits, mangrove forests continue to be degraded as a result of human activities. The purpose of this study was to map the distribution and analyze the health of mangrove forests based on the value of the Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) vegetation index and environmental quality. The variables used are NDVI values, and environmental quality with parameters of water temperature, water salinity, water pH, and substrate texture. The health and environmental quality of mangrove forests were obtained through the processing of Sentinel 2-A satellite imagery in 2020 and field measurements. The environmental quality of the mangrove forest was obtained using the Ordinary Kriging method on field sampling data. Tabular, statistical and descriptive analysis were used to analyze the health of the mangrove forest. The results of the analysis show that the NDVI values ​​scattered in the mangrove forest of the Ngurah Rai Forest Park are decreasing towards the riverbanks, the coast, and closer to the mainland. The quality of the mangrove environment in Ngurah Rai Forest Park based on water temperature, water salinity, water pH, and substrate texture varies. Waters with a high temperature range are found in the southwest of Taman Hutan Raya Ngurah Rai. The salinity of the waters is higher in the mangroves close to the coast. The pH of mangrove forest waters mostly has neutral acidity and the texture of the substrate in mangrove forests is dominated by sandy loam texture. The health of the mangrove forest of the Taman Hutan Raya Ngurah Rai is dominated by the mangrove with healthy category. The health of the mangrove forest is getting worse closer to the shore and riverbanks. Mangrove vegetation with good conditions tends to have optimal environmental quality conditions and vice versa."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsul Arifin
"Penebangan hutan bakau yang dilakukan di ^epanjang pantai kecamatan Padang Ceritiin Kabupaten Lampung Selatan telah mengubah ekosistem pantai. Keadaan tersebut telah banyak mempengaruhi keadaan fauna, termasuk nyamuk. Pbnelitian mengenai keberadaan spesies nyamuk yang hidup di daerah tersebut dengari kondisi sekarang ini perlu dilakukan kareha beberapa spesibs nyamuk mempunyai hubungan yang erat sekali dengan kesehatan penduduk setempat, yaitu sebagai vektor penyakit tertentu seperti malaria yang merupakan masalah di daerah tersebut. Dari penangkapan dengan umpan badan brang, perangkap lampu, dan pengumpulan jentik, diperoleh nyamuk sebanyak 33 spesies, yang terdiri dari Culex 12 spesies. Anopheles 9 spesies, Aedes 6 spesies, Armigeres 3 spesies, Coquillettidia l spesies, Mansohia 1 spdsies dan Tripteroides l spesies. Culex vishnui hampir selalu tertangkap dSngan ksiimpahan nisbi tinggi sedangkan nyamuk dari genus Anopheles tertangkap dengan kelimpahan nisbi yang rendah. Anopheles sundaicus, An. nigerrimus, An. subpictus dan. An. barbirostris adalah sebagian dari spesies nyamuk yang tertangkap dan dikonfirmasi sebagai vektor penular penyakit malaria di Indonesia."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Arie Budiman
"Mangrove molluscs data collected from some mangrove forest in Indonesia (Sumatra, Kalimantan, Java, Mollucas, and Papua) are used in order to understand the mangrove molluscs distribution and pattern of species abundance. The result of the present study strongly suggest three models (or combination of them) of distribution (1) molluscs (especially bivalve ) only recruit into certain microhabitat, in which they reach larger densities; (2) certain species of mollusc may recruit widely, but suffer increase mortality in certain microhabitats; and (3) molluscs (especially for mobile animals, such as many gastropods) may actively move among macrohabitats, increasing local densities in some of those. The correlation between features of habitat and abundance of molluscs which can be described as preference are discussed "
Bogor: Pusat Penelitian Biologi, 2009
BBIO 9:4 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>