Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103407 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Theresia Setionegoro
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2000
TA3642
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Erna Witoelar
"Ringkasan
Permasalahan lingkungan hidup yang dihadapi manusia semakin
banyak, Iuas, dan kompleks, karenanya semakin mendesak pula
peningkatan partisipasi semua orang dalam pemecahan masalahnya.
Solusi Iingkungan tidak saja harus Iebih holistik, juga perlu ditangani
secara Iintas wilayah/negara, lintas sektoral, Iintas disiplin llmu, dan
oleh seluruh Iapisan masyarakat. Tanggung jawab lingkungan tidak saja global, nasional, lokal dan komunal, melainkan juga sudah harus
disertai tanggung jawab perorangan.
Konsumerisme hijau adalah suatu fenomena sosial yang tumbuh
dengan pesat pada dekade 1980an sebagai artikulasi tanggung iawab
perorangan tersebut. Dalam fungsinya sebagai konsumen, semua orang
mempunyai hak atas Iingkungan hidup yang bersih dan sehat. Selain itu
semua konsumen juga mempunyai tanggung jawab akan dampak
konsumsinya terhadap kerusakan dan penurunan kualitas lingkungan.
Tanggung jawab konsumen ini dapat diartikulasikannya dalam kegiatan
yang secara populer disebut 4R, yaitu reuse (penggunaan kembali),
recycle (daur ulang), reduce (pengurangan konsumsi) dan replace
(mengganti konsumsi dengan yang lebih ramah lingkungan).
Dilaksanakan oleh banyak orang, 4R dapat mendorong peningkatan
tanggung jawab lingkungan para produsen.
Di Indonesia, proses daur ulang limbah secara tradisional telah
berlangsung cukup Iama. Program PEDULl 92 yang diprakarsai Dana
Mitra Lingkungan di Jakarta mencoba melalui berbagai intervensi
meningkatkan kondisi dan kemampuan para pelapak (penampung
limbah dari pemulung) dan bandar (penampung dari pekapak) untuk
mengelola limbah daur ulang lebih baik.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan
intervensi seperti Program PEDULI 92 dapat ditingkatkan kuantitas dan
kualitas Iimbah yang didaur ulang. lngin diketahui apakah dalam jangka panjang adanya intervensi semacam ini ini beban lingkungan dapat dikurangi, penghasilan pemulung dapat ditingkatkan sebagai upaya mengangkat kemiskinan, dan daur ulang limbah dapat menjadi titik masuk pengembangan konsumerisme hijau di Indonesia.
Penelitian dilakukan terhadap 109 responden pelapak dengan sampling
secara acak dan proporsional berdasarkan distribusi populasi di 5
wilayah DKI Jakarta. Penelitian berbentuk wawancara menggunakan
kuesioner dan pengamatan langsung. Juga diadakan penelitian
retrospektif dengan menelaah dokumen-dokumen yang ada serta studi
literatur mengenai konsumerisme hijau dan daur ulang di berbagai
negara.

Abstract
Environmental problems facing humankind have become more diverse
and complicated, demanding increased popular participation in
implementing solutions. The solutions should be approached not only
holistically, but also : cross-sectoral, transending national boundaries
as well as scientific disciplines and at all levels of community. There
should be individual responsibility as well as global, national, local,
and communal concerns to deal with the issues.
Green consumerism is a social phenomena that emerged rapidly in the
80s as articulation of this individual responsibility. As consumers,
everybody has the right to a clean and healthy environment. At the
same time everybody has responsibility for the impacts of consumption
that could lead to the deterioration of environmental quality.
The consumers' responsibility can be articulated into their daily
activities, which is popularly known as 4R (reuse, recycle, reduce,
and replace). If implemented by a substantial numbers of people,
4R can certainly push environmental responsibility of producers.
ln Indonesia, traditional waste recycling processes has been
present for a long time. PEDULI 92 Program which was initiated by
Dana Mitra Lingkungan in Jakarta, through various means endeavours
to improve conditions and capabilities of the pelapak (a person
who collects waste from scavengers) and bandar (a person who
collects waste from pelapaksl in managing waste recycling).
The main objective of this research is to observe whether the
intervention of a program such as PEDULI 92 in traditional waste
recycling processes can increase the quality and quantity of waste to
be recycled. lt is also to ascertain whether in the long run this
intervention can reduce environmental burden & increase scavengers'
income to improve their quality of life; and whether waste recycling
can become the entry point of green consumerism in Indonesia.
This research involved 109 pelapaks using purposive proportional size
sampling, based on scavengers' population distribution in 5
municipalities of Jakarta."
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mantik, Fred Andi
"ABSTRAK
Masalah limbah di kota-kota besar sudah merupakan persoalan lingkungan yang sangat serius yang harus ditangani secara serius pula. Di Jakarta dihasilkan sekitar 5.000 sampai dengan 6.000 ton limbah rumah tangga dan sekitar 500 ton limbah non-rumah tangga (kantor, pabrik dan pasar) setiap harinya. Sebagian besar (74%) dari limbah tersebut merupakan limbah organik yang dapat dihancurkan atau diserap oleh alam dan sisanya tergolong limbah nonorganik yang tidak dapat diserap oleh alam yang menimbulkan masalah pencemaran lingkungan yang serius, seperti plastik, kaca/beling, dan jenis metal lainnya. (Surindo Utama 1992, Studi Potensi Limbah Kertas dan Plastik).
Penanganan limbah sebanyak itu harus melibatkan semua pihak khususnya masyarakat yang memproduksi limbah itu sendiri (masyarakat konsumen, pabrik, perkantoran dan rumah tangga). Pada umumnya limbah nonorganik dapat diproses kembali (recycle) untuk dijadikan barang-barang yang berguna dan mempunyai nilai ekonomi.
Program PEDULI'92 direncanakan sebagai upaya memecahkan masalah lingkungan hidup yang sekaligus mengangkat kemiskinan. Gagasan program ini sebenarnya adalah penerapan berbagai intervensi terhadap sistem daur ulang tradisional yang telah lama ada di Indonesia.
Atas dasar hal tersebut di atas maka permasalahan yang diteliti adalah : 1. Bagaimana dampaknya terhadap mata rantai distribusi limbah daur ulang (limbah padat); 2. Apakah peran serta ibu-ibu rumah tangga secara aktif berdampak terhadap pendapatan keluarga, pemulung dan pelapak; 3. Apakah adanya penyuluhan dan pembagian kantong-kantong plastik dapat menumbuhkan peran serta dan keaktifan ibu-ibu rumah tangga dalam memilah limbah.
Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui dampak program Peduli '92 terhadap mata rantai distribusi limbah daur ulang (limbah padat) limbah padat; 2. Untuk mengetahui dampak Program Peduli terhadap pendapatan keluarga, pemulung dan pelapak; 3. Untuk mengetahui dampak Program Peduli '92 terhadap peran serta dan keaktifan ibu-ibu rumah tangga dalam pemilahan limbah.
Hipotesis Kerja 1. Diduga bahwa mata rantai sistem distribusi limbah padat semakin pendek, volume dan mutu limbah padat akan semakin tinggi; 2. Diduga bahwa program Peduli dapat memperbaiki tingkat pendapatan Keluarga, pemulung dan pelapak; 3. Diduga terdapat korelasi positif program Peduli terhadap peran serta dan keaktifan ibu-ibu rumah tangga dalam memilah limbah.
Dalam penelitian ini ada dua macam jenis data yang diperlukan, yakni data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan melalui dua tahapan yaitu tahapan pengamatan lapangan dan survei. Metode pengambilan data primer dilakukan terhadap responden penelitian yang diambil secara sampel dari populasi ibu-ibu rumah tangga, pemulung dan pelapak. Pengambilan data secara sampel ini dilakukan dengan pertimbangan adanya keterbatasan tenaga, biaya dan waktu.
Dalam populasi (1.137 ibu rumah tangga) terdapat kelompok ibu-ibu rumah tangga yang pernah dapat penyuluhan dan yang tidak pernah dapat penyuluhan. Dengan keadaan populasi seperti itu, maka metode pengambilan sampel yang tepat terhadap populasi dilakukan dengan stratified random sampling (acak berstrata), sehingga diperoleh 41 orang yang pernah mengikuti penyuluhan dan 19 orang yang tidak pernah mengikuti penyuluhan. Jadi jumlah sampel ibu-ibu rumah tangga sebanyak 60 orang.
Untuk melihat dampak program peduli diteliti 30 orang pemulung dan 3 pelapak yang berada di RW 07 Kelurahan Sunter Jaya yang selain diwawancarai juga diberi kuesioner untuk meneliti persepsi, peran serta dan sampai berapa jauh dampak program peduli mempengaruhi pendapatan dan kewiraswastaan mereka. Metode pengambilan sampel untuk pemulung dan pelapak adalah dengan Random Sampling.
Untuk analisis ada tidaknya pengaruh program peduli terhadap mata rantai distribusi, ibu-ibu rumah tangga, pemulung dan pelapak dipergunakan analisis deskriptif dengan menggambarkan keterkaitan/hubungan masing-masing pelaku dalam suatu jaringan mata rantai distribusi. Untuk analisis perbedaan pendapatan ibu-ibu rumah tangga, pemulung dan pelapak sebelum dan sesudah program peduli digunakan uji dua rata-rata, dengan bantuan perhitungan komputer menggunakan program SPSS. Untuk analisis ada tidaknya hubungan serta tingkat hubungan antara program peduli dengan keaktifan ibu-ibu rumah tangga dalam memilah-milah limbah padat dipergunakan analisis deskriptif dengan pendekatan persentase.
Hasil penelitian ini di dapat kesimpulan I. Adanya Program Peduli telah merubah status sebagian pemulung, dari pemulung yang memungut limbah di tempat-tempat pembuangan limbah menjadi pemulung yang berfungsi sebagai pedagang keliling. Sedangkan sebagian lagi tetap sebagai pemulung yang memungut limbah di tempat pembuangan limbah; 2. Adanya Program Peduli telah meningkatkan pendapatan ibu-ibu rumah tangga, pemulung dan pelapak; 3. Adanya Program Peduli berdampak positif terhadap masyarakat (ibu rumah tangga) terhadap lingkungan, hal ini dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu-ibu rumah tangga secara meyakinkan menyatakan bersedia dan bersedia sekali masing-masing sebesar 66,7% dan 6,7%, serta cukup bersedia sebesar 20,0%. Sisanya yang hanya 6,7% menyatakan kurang bersedia dan tidak bersedia. Kesediaan berperan serta dalam pemilahan limbah oleh ibu-ibu rumah tangga. Sebagian besar ibu-ibu rumah tangga menyatakan aktif melakukan pemilahan limbah, sebanyak 58,3% dan yang menyatakan cukup aktif sebesar 23,3%, sisanya 18,3% menyatakan kurang dan tidak aktif.

ABSTRACT
Waste issue in big cities has become a very serious environmental problem which must be handled seriously as well.
Jakarta generates about 5000 till 6000 tonnes household waste and about 500 tonnes other waste (office, industry and market) each day.
A greater part (74t) of the waste is organic waste which can be deteriorated and volatilize by nature and the rest, comprised of inorganic waste which is unbiodegradable by nature and it will cause a serious environmental pollution problem as plastic, glass/porcelain, other sort of metal (Surindo Utama, 1992).
Dealing with such a lot of waste should invole all parties especially people who produce waste themselves (consumers, factories, offices and households).
In general, inorganic waste could be recycled to make useful things and has economic value. Peduli Programme'92 was planned as an effort to solve out the environmental problem and at the same time to eliminate poverty.
Actually the concept of this program is applying many kinds of interventions on the traditional recycling system which has already exist for along time in Indonesia.
Based on the case above, the problems which were investigated are: 1. What is the impact towards the distribution system of solid waste. 2. Do the participation and the activities of housewives influence income of the family, scavengers and pelapak. 3. Could enlightment and distribution of plastic bags develop the participation and the activities of housewives in selecting waste.
The purpose of the research is to know the impact of Peduli Programme 92 on: the distribution system of solid waste the income of the family, scavengers and pelapak the participation and the activities of housewives in selecting waste.
Work Hypothesis: 1 It is assumed that the distribution system, becomes shorter, volume and quality of solid waste will raise. 2. It is assumed that Peduli Programme could improve family income, scanvengers and pelapak. 3 It is assumed that there's a positive correlation between Peduli Programme, participation and the activities of housewives in selecting solid waste..
This research, required two kind of data's, the primary and secondary data's. The collecting method was done in two stages, field observation, and survey. The method of collecting primary data was done towards research respondent by sampling from the respondents housewives, scanvengers and pelapak. The sampling method was done in consideration of the lack of energy, cost and time. In the population (1,137 housewives), there was a group of housewives who was enlighted and a group who has never been enlighted. in such a population, the right sampling method was stratified random sampling, so there are 41 persons who had attended the training and were enlighted and 19 persons were not enlighted. So the housewives sample were 60 persons.
Two evaluate the impact of Peduli Programme, 30 scavengers and 3 pelapak in RW 07 Kelurahan Sunter Jaya were investigated. Besides being interviewed, they also allowed to fill the questionnaire in order to know their perception, participation and how far the impact of Peduli Programme influenced their income and enterpreneurship.
The sampling method for scavengers and pelapak was random sampling. To analyze the impact of Peduli Programme towards the distribution system of solid waste, the housewives, scavenger and pelapak. Descriptive analyzes is done to evaluate the relationship of each party in the distribution system. To analyze the difference incomes of housewives, scavengers and pelapak before and after Peduli Programme is used average test by means computer programme, using SPSS.
To analyze the relationship and the gradation of relationship between Peduli programme providinginformation and facilities with the activities of housewives in selecting solid waste is used descriptive analyzes through percentage approach.
The conclusion of the result of this research is: The intervention of Peduli Programme has changed the status of part of the scavengers, from scavengers who picked up waste from the disposal place and become a street vendor, a part of them were still? scavenger who picked up waste from the disposal place. The intervention of Peduli Programme had raised the income of housewives, scavengers and pelapak.The intervention of Peduli Programme has a positive impact on the society's attention (housewives) to the environment, it could be seen that most of housewives undoubtedly stated ready and very ready each 66,7% and 6,7% and fair ready 20,0%.The rest wich was only 6,7% stated less ready and not ready participate in selecting waste.Most of the housewives stated active in selecting waste (58,3%) and some stated fair active (23,3%) the rest (18,3%) stated less,and not active.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cassanda Sarah
"Sebuah penantian panjang bagi PT Aqua Golden Mississippi Tbk. untuk sampai pada akhirnya berhasil mendapatkan persetujuan pemegang saham minoritas untuk go private. Pemegang saham dalam perusahaan terbuka merupakan pihak yang memiliki kedudukan penting dalam pengambilan keputusan aksi korporasi perusahaan. Pemegang saham memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dalam menjalankan aksi korporasi tersebut sesuai dengan porsinya sebagai pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Dalam aksi korporasi go private, tindakan ini hanya dapat dilakukan dengan persetujuan pemegang saham minoritas melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa. Persyaratan tersebut diberikan untuk melindungi kepentingan pemegang saham minoritas.Dalam tindakan go private, pemegang saham mayoritas hanya diberikan wewenang untuk memberikan usulan dan melaksanakan kewajiban sesuai dengan ketentuan hukum pasar modal. Peraturan mengenai go private secara spesifik belum ditetapkan oleh Bapepam-LK, namun bertindak sebagai pengawas dan regulator di bidang pasar modal, Bapepam-LK dapat mengeluarkan kebijakan berupa Surat Bapepam-LK perihal Rencana Go Private. Selain surat tersebut, proses go private dilakukan sesuai dengan Peraturan Bapepam Nomor IX.E.1 tentang Benturan Transaksi Kepentingan Tertentu, Peraturan Bapepam Nomor IX.F.1 tentang Penawaran Tender.

It is a long wait for PT Aqua Golden Mississippi Tbk. to finally managed to get the approval of minority shareholders to go private. Shareholders in public companies is a party that has an important position in the company's corporate decision-making action. The shareholders have the rights and obligations that must be met in carrying out corporate action in accordance with it's portion as a majority shareholder and minority shareholders. In a corporate action, go private can only be done with the approval of minority shareholders through the Extraordinary General Meeting of Shareholders. These requirements are given to protect the interests of minority shareholders. In this go private action, the majority shareholders of a company only authorized to propose and carry out duties in accordance with the provisions of capital market law. Specific regulations for Go Private have not been determined by Bapepam-LK yet, but act as supervisors and regulators in the capital market, Bapepam-LK may issue a policy letter concerning to the plan of going private of a company. In addition to the letter, go private process conducted in accordance with Bapepam Rule Number IX.E.1 on Conflicts of Interest of Certain Transactions and Bapepam Rule No. IX.F.1 about the Tender Offer.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
S538
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suwarno
"Dalam Tesis ini penulis menilai harga wajar saham PT Aqua Golden Mississippi Tbk pada saat melakukan go private dengan menggunakan data proyeksi tahun 2005-2010 dan data keuangan Actual tahun 2005-2007, yang ternyata hanya dapat direalisasi berkisar antara 38% - 50 % saja.
Penilaian harga wajar saham dilakukan dengan menggunakan 3 metode pendekatan yakni pendekatan income yang dalam hal ini menggunakan Dis- counted Cash Flow (DCF) dan Dividend Discount Model (DDM), dan sebagai pembanding, juga menggunakan pendekatan asset yakni Net Asset Value (NAV) dan pendekatan pasar dengan menggunakan Price Earnings Ratio (PER) untuk industri makanan dan minuman. Dengan menggunakan ketiga metode pendekat- an tersebut diharapkan lebih mendekati harga wajar saham PT Aqua Golden Mississippi Tbk yang pada saat proses go private menawarkan harga pembelian kembali (buyback) sebesar Rp 100.000 per lembar.
Berdasarkan ketiga pendekatan tersebut diperoleh penilaian harga wajar saham: (1) dengan Discounted Cash Flow (DCF) sebesar Rp 139.350 per lembar. Namun karena proyeksi dinilai terlalu agresif, yang hanya dapat dicapai berkisar antara 38% - 50% untuk tahun 2005 – 2007, maka harga wajar saham di prorata menjadi Rp 69.675 per lembar. (2) dengan Dividend Discount Model (DDM) menghasilkan harga wajar sebesar Rp 18.859 per lembar. Penilaian dengan metode ini sangat tergantung pada kebijakan dalam membayar dividen, bukan berdasarkan profitabilitas. (3) dengan Net Asset Value (NAV), yang menghasil- kan harga wajar sebesar Rp 32.969 per lembar, dan (4) dengan Price Earnings Ratio (PER) untuk industri makanan dan minuman menghasilkan harga wajar sebesar Rp 70.739 per lembar.
Dengan menggunakan keempat metode tersebut, metode Discounted Cash Flow dan Price Earnings Ratio dianggap paling mendekati harga wajar saham. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa harga penawaran pembelian kembali (buyback) oleh Perseroan sebesar Rp 100.000 per lembar sudah diatas harga wajar.

In this thesis I make a valuation of PT Aqua Golden Mississippi Tbk ‘s share fair value exactly as at the company took corporate action for going private, using the company’s projection data for 2005-2010 and the actual financial data for 2005-2007 which can only be realized about 38% to 50% during the period.
The valuation of the share fair value uses three approaches: income approach which uses Discounted Cash Flow (DCF) and Dividend Discount Model (DDM), while other approaches are used for a comparation purpose: assets approch, uses Net Asset Value (NAV) and market approach, uses Price Earnings Ratio (PER) of food and beverages industry. The three appoaches are expected can give an appropriate result of PT Aqua Golden Mississippi Tbk’s share market fair value, in which the company offered buyback share price for IDR 100.000,- as at the going private action was taken.
Based on the three approaches, result of the share fair value can be described as follow: (1) Discounted Cash Flow (DCF) for IDR 139.350 per share, but, since the projection is consider as too agresive, on which the realization figure during 2005-2007 were only 38% to 50% , therefor the fair value should be about IDR 69.675 per share. (2) Dividend Discount Model (DDM) for IDR 18.859 per share. This valuation method depands on the company’s policy to determine the dividend amount per share, and not depands on the profitabilities. (3) Net Asset Value (NAV), for IDR 32.969 per share, and (4) Price Earnings Ratio (PER) for foods and beverages industry, for IDR 70.739 per share.
Among the four method, the Discounted Cash Flow and the Price Earnings Ratio are treated as better methods then others and therefor the rusult can reflect the market fair value. Finally I can make a conclusion that the buyback price offered by the company for IDR Rp 100.000,- was above the fair value.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T33491
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Amalia
"Tesis ini membahas tentang saham-saham yang tidak dapat diidentifikasi lagi oleh emiten terkait dengan aksi korporasi emiten yang membutuhkan persetujuan dari pemegang saham independen. Aksi korporasi yang membutuhkan persetujuan dari pemegang saham independen hanya ada 2 (dua), yaitu Transaksi yang mengandung Benturan Kepentingan, sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Nomor IX.E.1 tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu dan aksi korporasi merubah status dari Perseroan Terbuka menjadi Perseroan Tertutup (go private). Penelitian dilakukan dengan cara menganalisis penyebab, hambatan serta dampak yang ditimbulkan oleh saham tidak teridentifikasi. Data yang digunakan adalah data aksi korporasi go private PT. Aqua Golden Mississippi Tbk yang mendapat hambatan dari pemegang saham tidak teridentifikasi dimana RUPSLB dilakukan berulang-ulang begitu pula dengan penawaran tender yang dilakukan berulang-ulang dan sampai Emiten melakukan investigasi langsung ke lapangan untuk mencari pemegang saham tidak teridentifikasi. Dari hasil analisis diperoleh fakta bahwa saham tidak teridentifikasi mengakibatkan kesulitan pengelolaan data administrasi oleh Emitenerta dapat juga menghambat aksi korporasi tertentu emiten yang membutuhkan persetujuan pemegang saham independen. Penyelesaiannya adalah dengan sistem pengelolaan harta oleh Balai Harta Peninggalan (BHP) yang memberikan perlindungan terhadap Emiten, Pemegang saham tidak teridentifikasi dan juga kepada Negara melalui, sedangkan untuk tindakan preventif kedepannya adalah dengan diberlakukannya Single Investor Identity (SID) yang mewajibkan setiap investor yang akan melakukan transaksi di Pasar Modal wajib membuka rekening efek. Meskipun belum ada peraturan yang khusus mengatur masalah saham tidak teridentifikasi sampai saat ini, namun Bapepam-LK hanya memberikan perlindungan bardasarkan kasus per kasus. Namun demikian untuk memberikan kepastian hukum maka diperlukan adanya amandemen terhadap UUPT dan UUPM, sedangkan pelaksanaanya dapat diatur dengan Keputusan dari Ketua Bapepam-LK.

This thesis discussed about the stocks that were unidentified by the issuers concerned with corporate action that needed approval from the independent shareholders. Corporate action that needed approval from independent shareholders have only 2 (two), first is transaction containing the conflict of interest, referred to Regulation number IX.E.1 about Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu and second is corporate action to change corporate status from public company to private company (going private). Research done by analyzing the causes, constraints and the impact caused of unidentified stocks. The data used is PT. Aqua Golden Mississippi Tbk. action for go private, which got resistance from unidentified shareholders when RUPSLB done repeatedly as well as the tender offer is made repeatedly and the issuer have to do direct investigation to find unidentified shareholders. From the analysis results obtained by the fact that the stocks was not identified, it has caused difficulties for the data management administration by the issuer, and may also inhibit the action of certain corporate issuer who require these independent approval. The Solution for completion is through property management system by Balai Harta Peninggalan (BHP) which provides protection to Issuer, unidentified shareholder and to the State through. Whereas for preventive measures for the future with implementation of Single Investor Identity (SID) which requires each investor who would do transaction in capital market required to open securities account. Although there are no regulations that specifically regulate the unidentified stocks problem recently, but Bapepam-LK only provide protection case by case basis. However, to provide law certainty, it is necessary to amendment UUPT and UUPM, while the implementation can be regulated by own rules of Chairman of Bapepam-LK."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
T28716
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bramasta N.G.W.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007
S24792
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wijaya Laksana
"Penelitian ini membahas program Corporate Social Responsibility di PT Pupuk Kalimantan Timur, yaitu Program Peduli Pendidikan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana implementasi sebuah program CSR dapat membentuk reputasi perusahaan di mata stakeholder-nya. Melalui penelitian ini diketahui implementasi program ini sudah sangat baik tapi belum ditunjang oleh strategi komunikasi yang dapat membentuk identitas perusahaan secara luas. Meskipun demikian, program CSR Peduli Pendidikan terbukti dapat membentuk reputasi perusahaan di mata para peserta program. Untuk masa mendatang, penelitian ini dapat dilengkapi dengan penelitian kuantitatif sehingga dapat menjangkau responden yang lebih banyak dan pengukuran reputasi yang lebih luas.

This research discusses the CSR Program in PT Pupuk Kalimantan Timur, namely Peduli Pendidikan program. The research uses qualitative method in order to describe how the implementation of a CSR program could form the reputation of a company by its stakeholder. The research discovered that the implementation of the program is already been well-executed but haven?t been supported by a communication strategy that could help build the corporate identity. However, the Peduli Pendidikan program is proved to have been succesfull in forming the corporate reputation on its participant. For the future, this research should be equiped with a quantitative research so that it would be able to reach a wider respondent and more thorough research on reputation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T31731
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rafif Rabbani Prasetyo Jati
"Skripsi ini membahas mengenai tahapan pengembangan modal manusia dan modal sosial komunitas pemulung pada program RBU (Recycling Business Unit) atau Bisnis Daur Ulang Tangerang Selatan Danone-AQUA. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalu wawancara semi terstruktur dan studi literatur yang melibatkan 6 orang pemulung, 1 orang program manager, 1 orang perwakilan dari NGO, dan 2 orang karyawan Danone-AQUA. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tahapan pengembangan modal manusia terdiri dari 9 tahapan dan dilaksanakan oleh dua tahap atau siklus. Pemberdayaan modal manusia yang diupayakan dalam tahapan pemberdayaan ini adalah peningkatan kesadaran dan pola pikir komunitas pemulung, peningkatan pengetahuan dan keterampilan keuangan dasar, mesin conveyor, bisnis, digital marketing, dan presentasi dan negosiasi. Sedangkan dalam tahapan pemberdayaan pada aspek modal sosial terdiri dari 7 tahapan dan dilaksanakan oleh dua tahap atau siklus. Pemberdayaan modal sosial yang dilaksanakan dalam tahap pemberdayaan ini adalah pengembangan jejaring baik sesama pemulung, maupun dengan pihak yang memiliki sumber daya seperti NGO, Danone-AQUA, dan Bisnis serupa dengan RBU. Pengembangan kepercayaan melalui sistem komunikasi yang efektif, testimoni dan pengalaman sesama komunitas pemulung. Serta pengembangan norma atau aturan baru dengan adaptasi penerapan safety working dan pembentukan tim baru (purchasing).

This thesis discusses the stages of developing human capital and social capital of the scavenger community in the RBU (Recycling Business Unit) South Tangerang Danone-AQUA program. This study used a qualitative approach with data collection techniques through semi-structured interviews and literature studies involving 6 scavengers, 1 program manager, 1 NGO representative, and 2 Danone-AQUA employees. The results of this study concluded that the stages of human capital development consisted of 9 stages and were carried out by two stages or cycles. The empowerment of human capital that is pursued in this empowerment stage is to increase awareness and mindset of the scavenger community, increase in basic financial knowledge and skills, conveyor machines, business, digital marketing, and presentations and negotiations. Whereas the empowerment stage in the aspect of social capital consists of 7 stages and is carried out by two stages or cycles. Empowerment of social capital carried out in this empowerment stage is the development of networks both among scavengers, as well as with parties who have resources such as NGOs, Danone-AQUA, and businesses similar to RBU. Development of trust through an effective communication system, testimonials and experiences from fellow scavenger communities. As well as developing new norms or rules by adapting the application of safety working and forming a new team (purchasing)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>