Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32889 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adis Banjere
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998
TA3581
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rosmaleni
"Kebutuhan akan lahan di perkotaan dari waktu ke waktu berkembang dengan cepat, dipengaruhi oleh perubahan ekonomi, kebijakan terhadap ruang kota serta perkembangan kota ilu sendiri, agar tetap terarah penggunaan ruang di wilayah perkotaan tersebut ditetapkanlah sebuah rencana terhadap ruang kota yang disebut Rencana Tata
Ruang Wilayah Perkotaan (RTRW), di mana didalamnya terdapat arahan-araham bagi semua aspek di wilayah perkotaan. Kebutuhan-kebutuhan terhadap ruang kota tersebut dapat membuat perubahan-perubahan terhadap lahan dan juga kawasan. Hal ini dapat terjadi terhadap aset-aset Pemda yang berada di wilayah pengembangan tersebut, dengan begitu ada kemungkinan Pemda mendapatkan masukan dari perubahan fungsi aset tanah dan bangunan mereka, sehingga Pemda perlu melakukan manajemen terhadap aset-aset mereka, di mana melalui manajemen aset Pemda dapat dengan mudah melakukan rencana-rencana serta pengontrolan terhadap asset mereka, baik untuk dimanfaatkan, dihapus, pembuaatan Neraca Daerah atau untuk hal-hal lainnya.
Berdasarkan pertimbangan di atas, dilakukanlah penelitian mengenai manajemen asset tanah dan bangunun yang dilakukan Pemda DKI saat ini khususnya mengenai manajemce pencatatan asset tanah dan bangunannya, karena bagian ini panting untuk memulai manajemen aset, dengan pencatatan yang baik Pemda dapat mengurangi kemungkinan akan kehilangam aset mereka, juga mencari alternatif untuk menambah pendapatan dengan memenafaatkan aset secara maksimal. Penelitian ini bcrusaha mencarikan cara terbaik untuk Manajemen Aset khususnyn pencatatan yang seharusnya dilakukan oleh Pemda DKI.
Penelitian dimulai dengan eksplorasi terhadap Manajemen Aset yang telah dilakukan oleh beberapa negara sebagai landasan teori/ acuan, kemudian dilakukan observasi terhadap Pemda DKI yang berhubungan dengan Manajemen Aset terutama sistem pencatatan, menelusuri permasalahan-permasalahan yang terjadi, kemudian dicarikan pemecahannya.
Penelitian dilakukan terhadap Aset Tanah dan Bangunam Pemda DKI yang berada di wilayah Jakarta Pusat dengan Kecmnatan Gambir sebanyak 100 sampel, kemudian akan dianalisa sistem pencatatan, pemanfaatan, serta keorganisasiannya.
Hasil dari penelitian tersebut jika dilihat dari struktur organisasi sudah memadai untuk manajemen aset, di mana tiap bagian yang bekerja untuk manajemen aset telah ada tapi kekurangnnnya terletak pada konsistensi tiap bagian yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas masing-masing dan kurang pro-aktif, serta birokrasi yang terlalu panjang dengan tenaga kerja yang tidak efisien, peralatan kerja kurang memadai yaitu teknologi tidak mendukung. Hal ini mengakibatkan ada data-data aset yang tidak cocok dengan keadaan di lapangan, juga aset tidak termanfaatkan dengan baik karena kurang pro-aktifnya Pemda menganalisa peluang yang dapat dilakukan terhadap aset mereka, sehingga kemungkinan Pemda untuk kehilangan aset sangat besar. Pemda harus memperbaiki hal-hal di atas jika tidak ingin kehilangaan aset-aset yang mereka miliki."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T6492
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Edy Marlan
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T40612
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Efizon
Pekanbaru: UR , 2010
333.916 DEN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Adisty Pratamasari
"Monitoring perubahan iklim terutama potensi kenaikan Tinggi Muka Laut (TML) di daerah pesisir yang mempengaruhi perubahan garis pantai penting dilakukan untuk perlindungan lingkungan dan pembangunan nasional. Penelitian ini bertujuan untuk membangun model spasial perubahan garis pantai melalui hasil identifikasi data garis pantai historis multitemporal tahun 1990-2021 berbasis citra Landsat (TM, ETM, dan OLI) menggunakan metode DSAS. Pemodelan spasial dibangun dengan mempertimbangkan faktor geodinamik eksternal (erosi dan akresi), faktor hidrometeorologi (kenaikan TML), faktor proses biologi (NDVI), dan faktor aktivitas antropogenik (penutup lahan), memprediksi posisi garis pantai di masa depan, berkaitan dengan rencana penataan ruang. Hasil pemodelan spasial yang merepresentasikan periode waktu tahun 1990-2021 menunjukkan rata-rata secara umum pesisir Pandeglang mengalami erosi dan akresi yang hampir seimbang, dengan dominasi persentase total erosi 53% dan akresi 47%. Lebih lanjut penelitian ini menemukan bahwa faktor aktivitas antropogenik memiliki peran penting, dimana semakin meningkatnya luasan permukiman di wilayah pesisir berpengaruh pada terjadinya akresi, dan faktor kenaikan TML tidak berpengaruh signifikan pada perubahan garis pantai, sementara faktor kerapatan vegetasi berbanding terbalik dengan perubahan garis pantai. Pemodelan prediksi perubahan garis pantai menggunakan perhitungan statistik variabel LRR dengan metode Kalman Filter pada tahun 2041 akan bervariasi di sepanjang pesisir barat Pandeglang mulai dari -261,4 meter hingga 1368,6 meter, dengan rata-rata pergeseran 6 meter. Pola ruang RTRW Kab.Pandeglang Tahun 2011-2031 berdasarkan prediksi garis pantai tahun 2031 dan 2041 secara umum mengalami dampak terutama pada kawasan pariwisata dengan dinamika pantai mengalami erosi tinggi hingga 43 meter pada tahun 2031 dan 70 meter pada tahun 2041, sementara akresi tinggi hingga 89 meter pada tahun 2031 dan 206 meter pada tahun 2041. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pemangku kebijakan agar terwujud tujuan penataan ruang sebagai pusat pariwisata di Provinsi Banten yang berkelanjutan.

Monitoring climate change, especially the potential for sea level rise (SLR) in coastal areas that affect shoreline changes, is important for environmental protection and national development. This study aims to build a spatial model of shoreline change through the results of knowing multitemporal historical coastline data for 1990-2021 based on Landsat (TM, ETM, and OLI) images using DSAS variables : NSM, SCE, EPR, and LRR. Then spatial modeling is built by considering external geodynamic factors (erosion and accretion), hydrometeorological factors (Sea Level Rise), biological process factors (vegetation), and anthropogenic activity factors (land cover), predicting the position of the coastline in the future, related to the plan. spatial planning. The results of spatial modeling representing the time period 1990-2021 show that the general average of the coast of Pandeglang experiences almost equal erosion and accretion, with the dominance of the total proportion of erosion 53% and accretion 47%. The average rate of change of the LRR value is 0.15 meters/year, the EPR value is 0.07 meters/year, and the NSM value is 2.23 meters. Anthropogenic by increasing the factors that can be seen in coastal areas have an effect on the occurrence of erosion. Meanwhile, hydrometeorological factors (Sea Level Rise) in this study have no significant effect on shoreline changes, but biological process has inversely relationship. Predictive modeling of shoreline changes using statistical calculations of LRR variables using the Kalman Filter method in 2041 will vary along the west coast of Pandeglang starting from -261, 4 meters up to 1368.6 meters, with an average shift of 6 meters. The spatial pattern of the RTRW of Pandeglang Regency in 2011-2031 based on coastline predictions in 2031 and 2041 generally has an impact, especially on the area and coastal dynamics, experiencing high erosion of up to 43 meters in 2031 and 70 meters in 2041, while high accretion up to 89 meters in 2031 and 206 meters in 2041. This needs attention from policy makers in order to realize the goal of spatial planning as a sustainable center for tourism in Banten Province."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Suyanti
"Skripsi ini membahas fasilitas olahraga (FOR) Pemda DKI Jakarta dimana keberadaannya menjadi kebutuhan bagi masyarakat. Maka perlu diketahui dimana saja lokasi persebarannya dan yang mempengaruhi karakteristik lokasi FOR yaitu, penggunaan tanah, jaringan jalan, luas lahan, dan jumlah unit olahraga, sehingga diketahui variasi keruangan dengan adanya jumlah dan karakteristik pengguna. Dengan metode kualitatif, pendekatan keruangan, dan wawancara khusus, hasilnya yaitu: jumlah terbanyak adalah FOR Kecamatan di wilayah perumahan pada jalan lokal. FOR lainnya di wilayah jasa perdagangan pada jalan utama. FOR yang memiliki jumlah unit olahraga banyak, lahan luas, berlokasi di wilayah jasa perdagangan pada jalan utama, dominan digunakan oleh masyarakat/karyawan.

The focus of this study is about Jakarta Government?s sport facilities that could be a necessary for civilization. In that case, it needs to know where are the place spread and what kind of things can be influential to sport facilities location characteristics. It is about land use, roadway network, land space, and number of sport unit. Until this, we know about spatial variation with number of user and its characteristics. It used qualitative methods, spatial approach, and elite interviewing. The result is sport facilities in district are dominating from the others. Its location are in lodging and local road. The sport facilities that have a lot of number of sport unit, large land space, located in commercial place on main road are using by civil society/employees."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S34155
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sutiman
"Dampak dari krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 hingga saat ini masih membawa dampak bagi perekonomian Indonesia, terutama dibidang ekonorni yaitu melemahnya kinerja sektor keuangan domestik khususnya perbankan. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap sector riil perekonomian sehingga menimbulkan permasalahan sosial seperti pengangguran dan kemiskinan yang meningkat tajam (Penduduk miskin pada ahun 1997 berjumlah 22,5 juta jiwa meningkat menjadi menjadi 98 juta atau naik sebesar 48% pada tahun 1998 dan sekitar 70%nya merupakan penduduk desa).
Dampak posistif dari krisis ekonomi tersebut, yaitu bangkitnya kegiatan usaha yang berbasis pada usaha kecil dan menengah khususnya yang berbasis pada sector produksi yang berpeluang strategis dapat memberikan nilai tambah cukup besar bail( nasional maupun daerah yaitu sektor perikanan dan kelautan.
DKI Jakarta sebagai salah satu daerah yang mempunyai sumber pendapatan dari sektor perikanan dan kelautan, terlihat kontribusinya yang cukup dominan dalam PDRB yaitu menyumbang sebesar 71% kepada sektor pertanian, walaupun sektor pertanian hanya menyumbang sebesar 0,28 bagi pembentukan PDRB DKI Jakarta.
Kotamadya Jakarta Utara dengan wilayah 97,8% merupakan wilayah lautan, sudah barang tentu sektor perikanan merupakan unggulan dari segi PAD. Dengan kapal motor sebanyak 3.299 buah dan 4 TPI (tempat pelelangan ikan) pada tahun 1999 telah menghasilkan produksi ikan sebanyak 70,119,5 ton dengan nilai sebesar Rp 120,1 milyar meskipun pada tahun 2000 menurun dengan nilai sebesar Rp 92,8 milyar.
Pendapatan regional perkapita merupakan, salah satu indikator kesejahteraan penduduk yang dilihat dari segi produk yang dihasilkan. Selama kurun waktu 1996-1999 pendapatan regional perkapita atas harga berlaku naik dari Rp12,9. juta menjadi Rp.22,5 juta. Namun pada tahun 1998 turun sebesar 19,08% dibanding tahun 1997.
Jumlah nelayan yang ada di Jakarta Utara sebanyak 21.012 orang atau 2,94% dari jumlah penduduk. Jumlah tersebut sebanyak 9.460 nelayan penduduk tetap selebihnya merupakan pendatang. Sedangkan jumlah nelayan di Kepulauan Seribu sebanyak 4.717 orang nelayan atau 56,5% dari jumlah penduduk di kepulauan Seribu. Persentase jumlah nelayan pekerja terhadap pemilik di Kepulauan Seribu mencapai 362, artinya sebagian besar nelayan (65%) yang ada di Kepulauan Seribu hanya sebagai pekerja.
Kabupaten Kepulauan Seribu dibentuk dengan PP nomor 55 tahun 2001 dan SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 186 tahun 2000 tentang pembentukan Kelurahan di Kepulauan Seribu. Dengan pembentukan kecamatan menjadi kabupaten Kepulauan Seribu dapat diartikan bahwa Pemda Kepulauan Seribu harus dapat membiayai berbagai sarana dan prasarana maupun SDM untuk mendukung kegiatan pelayanan masyarakat maupun dalam membangun prasarana publik dan mencari sumber pembiyaannya.
Kondisi sumberdaya alam Kepulauan Seribu memberikan peluang bagi sektor pariwisata dan perikanan laut. Komoditas yang dikembangkan adalah budidaya rumput laut dan ikan kerapu dengan jumlah petani sebanyak 460 nrang. Produksi perikanan laut mencapai 57,2 juta kg dengan nilai Rp 97,26 milyar pada tahun 2000 menurun dibanding pada tahun 1999 yang mencapai 63 juta ton. Meskipun produksi sektor perikanan di Kepulauan Seribu cukup besar namun masyarakat nelayan belum dapat menikmati hasilnya atau dapat diartikan tidak merubah kesejahteraannya atau masih tetap miskin. Dalam hal ini tidak ada hubungan antara jumlah penduduk pada satu wilayah dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan para nelayan berdasarkan data yang tersedia adalah rendahnya kualitas sumberdaya manusia, alat tangkap yang masih tradisional, kurangnya sarana dan prasarana dasar (transportasi/Kapal/perahu motor, pendidikan, kesehatan), tempat pelelangan ikan (TPI), pencemaran laut, tingginya biaya hidup, namun masih perlu dibuktikan dengan suatu penelitian secara komprehensif.
Penanggulangan kemiskinan masyarakat nelayan di Kepulauan Seribu, baik Pemerintah pusat maupun daerah telah mengambil beberapa kebijakan. Penanggulangan masyarakat pesisir/nelayan oleh pemerintah pusat melalui pemerintah daerah adalah bantuan PDM-DKE selama 2 tahun (1998-1999), bantuan ingub sudah cukup lama dan sampai sekarang (2002) dan Program PEMP dimulai tahun 2001 sampai sekarang (2002). Masalahnya adalah hanya sebagian kecil yang menerima bantuan dengan kriteria-kriteria tertentu dibandingkan dengan jumlah masyarakat miskin yang ada kepulauan Seribu.
Program Penanggulangan Kemiskinan untuk pengelolaan wilayah pesisir dan pemberdayaan masyarakat nelayan, pada umumnya dengan menggunakan perencanaan strategis. Artinya penanganan suatu wilayah akan berbeda dengan wilayah lain karena harus didasarkan kepada permasalahannya. Perbedaan ini juga dapat dilihat dari Strength, Weakness, Opportunuity dan Threat. Namun perbedaan tersebut juga bisa dilihat dari segi nisi, misi, strategi dan sasaran yang hendak dicapai.
Kebijakan-kebijakan yang ada di Kepulauan Seribu, pada umumnya masih bersifat Top Down, yaitu kebijakan yang dilahirkan dari pendekatan manajemen strategis, sementara masyarakatnya masih bersifat pasif atau menerima apa adanya, apalagi kegiatannya adalah bersifat bantuan dana.
Pemilihan prioritas strategi kebijakan dalam tesis ini dilakukan dengan menggunakan metode TOWS dan metode Game Theory atau teori permainan. Kebijakan tersebut diharapkan dapat mengidentifikasi permasalahan dan prioritas strategi serta dapat memecahkan masalah konflik antar stakeholder dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pemberdayaan nelayan karena prioritas strateginya merupakan kombinasi dari para stakeholder yang ada. Prioritas strategi kebijakan yang diusulkan sebagai suatu kebijakan baru adalah peningkatan kematnpuan teknis keterampilan penangkapan dan budidaya ikan serta konservasi bagi para nelayan dan masyarakat pesisir pada umumnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T8603
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Prasetyo Wiranto
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998
TA3674
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Siti Maryam
"Keseimbangan tubuh pada lansia dapat ditingkatkan dengan melakukan latihan keseimbangan fisik secara teratur untuk meningkatkan kekuatan otot ekstremitas bawah, daya tahan dan kelenturan sendi sehingga secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya jatuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan keseimbangan fisik terhadap keseimbangan tubuh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wilayah Pemda DKI Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen Semu dengan desain nonequivalent pretest-postest with control group. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dan didapatkan 73 lansia sebagai responden dimana 36 lansia pada kelompok intervensi dan 37 lansia pada kelompok kontrol. Instrumen penilaian keseimbangan menggunakan skala keseimbangan Berg. Latihan keseimbangan fisik dilaksanakan 3 kali seminggu selama 6 minggu. Analisis data menggunakan uji-t dan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseimbangan tubuh lebih baik pada lansia sesudah diberikan latihan keseimbangan pada kelompok intervensi (p<0,05). Keseimbangan tubuh lebih baik pada lansia sesudah diberikan latihan keseimbangan fisik pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,05). Gangguan keseimbangan terjadi pada kelompok kontrol dengan usia lebih dari 80 tahun, berjenis kelamin perempuan, dan kurang melakukan aktivitas fisik. Ada pengaruh latihan keseimbangan fisik terhadap keseimbangan tubuh lansia (p<0,05) dimana pada kelompok intervensi terjadi peningkatan yang bermakna 7 item dari 14 item penilaian keseimbangan. Kebijakan panti terkait penerapan bentuk intervensi latihan keseimbangan tanpa mengabaikan aktivitas fisik yang telah ada dan memaksimalkan peran perawat dan petugas sosial diperlukan untuk meningkatkan keseimbangan dan mencegah risiko jatuh pada lansia.

Postural balance in older people can be improved by physical balance exercise regularly to improve muscle leg strength, endurance and joint flexibility, so the risk of fail can be prevented.This Research aimed to know influence of physical balance exercise at Panti Sosial Tresna Werdha in Pemda Region DKI Jakarta. A quasi experimental with nonequivalent pretest-postest with control group design were used in this study. Seventy three sample was taken by randomization, consist of thirtysix older people of interventions group and thirtyseven older people of control group. Instrument of balance assessment uses Berg Balance Scale. Postural stability exercise is executed 3 times a week for 6 week. Data analysis uses independent and dependent t-test and multiple linear regression. The result of the study showed that postural balance much better in older people after given balance exercise at intervention group (p<0,05). Postural balance much better in older people after given balance exercise at intervention group compared to control group (p<0,05). Balance disorder happens at control group with age more than 80 year, woman, and less conduct physical activity. There is influence of physical balance exercise to postural balance in older people (p<0,05) where at intervention group showed significant improvement on 7 of 14 items in the Berg Balance Scale. Panti policy caught in applying of intervention form balance exercise without disregard physical activity that already there is and maximize nurse role and social worker are needed to improve balance and prevent risk falls in older people."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T26584
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>