Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36433 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hettich, Walter
New York: Cambridge Uiversity Press, 1999
336.2 HET d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesia telah melalui beberapa pase dalam sistem perpajakan daerahnya, terakhir dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Perubahan yang dilakukan dengan undang-undang tersebut cukup signifikan, mulai dari pembatasan jenis pajak daerah, penguatan local tax-ing power , perubahan sistem pengawasan, sampai pada pengaturan untuk optimalisasi pemungutan dan pemanfaatan hasil pajak daerah. Pembatasan jenis pajak daerah dilakukan dengan menerapkan ‘closed-list’ sistem dengan menetapkan 16 jenis pajak yang dapat dipungut oleh daerah, yakni 5 jenis pajak provinsi dan 11 jenis pajak kabupaten/kota. Penguatan local taxing power dilakukan dengan memperluas objek pajak daerah, menambah jenis pajak daerah, menaikkan tarif maksimum beberapa jenis pajak daerah, dan memberikan kewenangan sepenuhnya kepada daerah untuk menetapkan tarif pajak daerah. Sedangkan pengawasan pajak daerah dilakukan melalui pendekatan preventif dan korektif, yakni mengevaluasi rancangan peraturan daerah sebelum ditetapkan menjadi peraturan daerah (perda) dan membatalkan perda yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Sementara itu, optimalisasi pemungutan dan pemanfaatan hasil pajak dilakukan dengan memperbaiki porsi bagi hasil pajak provinsi kepada kabupaten/kota, menegaskan earmarking beberapa jenis pajak provinsi, dan mengatur kembali pemberian insentif pemungutan. Pembaharuan sistem perpajakan daerah di Indonesia merupakan tuntutan dari implementasi kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang dilakukan dengan menyerahkan sumber-sumber pendapatan kepada daerah secara bertahap. Pengalihan jenis pajak provinsi tertentu dan sebagian jenis pajak pusat kepada kabupaten/kota merupakan pengaturan kembali sistem perpajakan nasional dengan menetapkan jenis-jenis pajak yang tepat untuk dipungut oleh pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Kondisi ekonomi dan potensi pajak yang dimiliki oleh kabupaten/kota di Indonesia sangat bervariasi. Diperlukan strategi pemerintah untuk memberikan asistensi dan fasilitasi bagi daerah tertentu agar pemungutan pajak daerah dapat berjalan lancar. Di sisi lain, evaluasi dan penyempurnaan kebijakan perpajakan daerah perlu terus dilakukan untuk menciptakan sistem perpajakan daerah yang efisien dan efektif di Indonesia."
JLI 8:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Torgler, Benno
Cheltenham, UK: Edward Elgar, 2007
336.291 TOR t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adiena Amalia
"Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh kepemilikan institusional terhadap Book Tax Differences pada perusahaan publik di Indonesia. Penelitian ini menggunakan 82 sampel perusahaan publik yang memenuhi kriteria penelitian. Kepemilikan Institusional diproksikan dengan sesuai persentase kepemilikan saham oleh institusi perusahaan. BTD diproksikan menjadi tiga komponen yaitu, total BTD, perbedaan permanen, dan perbedaan temporer.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh negatif signifikan pada total BTD, yang berarti semakin tinggi kepemilikan institusional, semakin rendah total BTD. Untuk perbedaan permanen, kepemilikan institusional berpengaruh secara positif signifikan terhadap variabel tersebut, yang mengindikasikan bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional semakin tinggi perbedaan permanen. Dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap perbedaan temporer, yang berarti semakin tinggi kepemilikan institusional, semakin rendah perbedaan temporer.

The purpose of this research is to find the effect of institutional ownership on Book Tax Differences of registered company in Indonesia for year 2011. This research uses 82 registered companies which fulfill sample criteria. Level of Institutional ownership is measured by the percentage of share?s ownership by institutional companies. BTD is measured into three components, which are, Total BTD, permanent differences and temporary differences.
The results showed a significant negative effect on total BTD, which means the higher institutional ownership, the lower the total BTD. For permanent differences, institutional ownership is positively significant effect on these variables, indicating that the higher the institutional ownership, the higher permanent differences. Institutional ownership is also has a significant negative effect on temporary differences, which means that the higher institutional ownership, the lower level of temporary differences.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S47310
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Azhar
"Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki porsi terbesar dalam struktur APBN. Lebih dari 70% (tujuh puluh persen) struktur APBN ditopang oleh penerimaan dari sektor pajak. Menurut Undang-Undang No 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, salah satu arah dan tujuan pemerintah melakukan revisi undang-undang sebelumnya adalah untuk meningkatkan daya saing dengan negara-negara lain. Peningkatan daya saing tersebut salah satunya dapat dicapai dengan peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Sampel yang diambil untuk data studi ini adalah 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2008 sampai dengan 2009. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada rasio likuiditas dan solvabilitas, serta tidak terdapat perbedaan signifikan pada rasio rentabilitas.

Tax is a revenue source that has the largest share in the structure of the state budget (APBN). More than 70% (seventy percent) of the APBN structure is supported by tax revenue. According to Undang-undang no. 36 of 2008 on Income Tax, one of the government's direction and purpose to revise previous legislation is to improve the competitiveness with other countries. One way in achieving it is by increasing the financial performances of companies. Samples taken for this study are 30 manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange in the period 2008 to 2009. The study concluded that there are significant differences in the ratios of liquidity and solvency, and there is no significant difference in the profitability ratio
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ridha Yusra Oktaviola
"Penelitian ini menganalisis pengaruh cash holding, leverage, dan tingkat pajak terhadap nilai perusahaan yang berkendala keuangan dan tidak berkendala keuangan. Selain itu, beberapa variabel kontrol juga dimasukkan seperti asset tangibility, ukuran perusahaan (size), dan profitability. Sampel yang digunakan adalah yang sudah terdaftar di BEI pada periode 2006-2011. Hasil yang didapat adalah cash holding, leverage, dan profitability menunjukkan hubungan signifikan terhadap nilai perusahaan yang berkendala keuangan sedangkan pada perusahaan yang tidak berkendala keuangan, leverage, tingkat pajak, asset tangibility, profitability,dan ukuran perusahaan menunujukkan hubungan siginifkan terhadap nilai perusahaan.

The aims of this research to analyze the effect of cash holding, leverage, and tax rate toward firm's value with financial constraints and financial unconstraints. This research also uses control variables such as asset tangibility, firm size, and profitability. Sample of this research are companies which listed in BEI within period 2006-2011. The finding of this research is cash holding, leverage, and profitability affect financially constrained firm value significantly. Whereas leverage, tax rate, asset tangibility, profitability and firm size affect financially unconstrained firm's value significantly."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S47631
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Milla Sepliana Setyowati
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengkaji persaingan pajak di negara-negara anggota ASEAN selama periode 1990 - 2012 karena adanya fenomena penurunan tarif pajak penghasilan badan. Negara yang diteliti adalah enam negara ASEAN-6 yang dianggap cukup merepresentasikan ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed methods, diawali dengan analisis kuantitatif deskriptif atas perbandingan tarif statuter PPh Badan yang berlaku (statutory tax rate), perhitungan tarif efektif PPh Badan -baik Effective Marginal Tax Rate (EMTR) maupun Effective Average Tax Rate (EATR)- berdasarkan formula Devereux, serta pengalihan pengenaan PPh Badan kepada jenis pajak lainnya yang dianggap sebagai bentuk pengalihan penerimaan pajak untuk menutupi kekurangan penerimaan akibat penurunan tarif PPh Badan. Selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan ekonometri dari data panel negara ASEAN-6.
Dalam mengkaji persaingan pajak, penelitian ini tidak hanya melihat dari aspek tarif pajak, melainkan juga mempertimbangkan aspek lainnya seperti sistem pengenaan pajak, administrasi pajak, dan insentif pajak yang diterapkan di negara ASEAN-6. Berdasarkan analisis berbagai aspek, penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat cukup bukti mengenai indikasi persaingan pajak di kawasan ASEAN.
Dengan memperhatikan beberapa aspek dalam kajian persaingan pajak, terlihat bahwa daya saing Indonesia di bidang perpajakan berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Aspek yang lebih banyak mendapat perhatian investor adalah terkait dengan peraturan dan administrasi pajak, sedangkan tarif pajak Indonesia masih dinilai cukup kompetitif.
Tahapan harmonisasi kebijakan pajak yang dilakukan negara anggota ASEAN dalam rangka mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015 -dengan merujuk pada tahapan harmonisasi pajak yang disampaikan Velayos- menunjukkan telah terjadi tahap konvergensi, yaitu gerakan reaktif masing-masing negara karena terpengaruh kebijakan negara lain, khususnya dalam hal tarif PPh Badan. Tahap harmonisasi tersebut mulai berkembang pada awal tahap kerjasama, dengan adanya beberapa kesepakatan berupa pemberian bantuan timbal balik untuk kepentingan bersama, meskipun belum cukup efektif. Perkembangan kerjasama di bidang perpajakan diwujudkan dalam bentuk kesepakatan pertukaran informasi untuk tujuan perpajakan serta komitmen untuk melaksanakan standar transparansi internasional.

This research was conducted in order to review tax competition in the ASEAN member countries during the period 1990 - 2012, due to corporate tax rate declining phenomenon. Samples of this study were six ASEAN countries, namely Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore, Thailand, and Vietnam, which sufficient to represent ASEAN. This research used a mixed methods approach, starting from quantitative descriptive analysis of statutory corporate income tax rate, calculation of the effective rate of corporate income tax - both Effective Marginal Tax Rate (EMTR) and Effective Average Tax Rate (EATR) - based on the Devereux?s formula, and revenue shifting of corporate income tax to other taxes are considered to cover decreasing of corporate income tax revenue. Further, analysis used panel data of ASEAN-6 countries.
In reviewing tax competition, this research is not only examined tax rates aspect, but also consider other aspects such as the tax system, tax administration, and tax incentives applied by the ASEAN-6. Based on the analysis of various aspects, this research did not found sufficient evidence regarding indications of tax competition in the ASEAN region. Regarding some tax aspects, it appears that Indonesia's competitiveness in the field of taxation under Singapore, Malaysia, and Thailand. The more attractive aspect for investor is tax regulation and tax administration, while Indonesian tax rate is quite competitive.
Tax harmonization of ASEAN member countries in order to realize the ASEAN Economic Community in 2015 -refer to the stage of tax harmonization conveyed by Velayos- show a convergence stage, which there were reactive action of each country, influenced by other countries policy, particularly in terms of corporate income tax rates. Tax harmonization phase develop in the early stages of cooperation, with the presence of several agreements for the provision of mutual assistance, though not effective yet. Cooperation in the field of taxation, including information exchange agreements for tax purposes and commitment to implement international standards of transparency.;This research was conducted in order to review tax competition in the ASEAN member countries during the period 1990 - 2012, due to corporate tax rate declining phenomenon. Samples of this study were six ASEAN countries, namely Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore, Thailand, and Vietnam, which sufficient to represent ASEAN. This research used a mixed methods approach, starting from quantitative descriptive analysis of statutory corporate income tax rate, calculation of the effective rate of corporate income tax - both Effective Marginal Tax Rate (EMTR) and Effective Average Tax Rate (EATR) - based on the Devereux?s formula, and revenue shifting of corporate income tax to other taxes are considered to cover decreasing of corporate income tax revenue. Further, analysis used panel data of ASEAN-6 countries.
In reviewing tax competition, this research is not only examined tax rates aspect, but also consider other aspects such as the tax system, tax administration, and tax incentives applied by the ASEAN-6. Based on the analysis of various aspects, this research did not found sufficient evidence regarding indications of tax competition in the ASEAN region. Regarding some tax aspects, it appears that Indonesia's competitiveness in the field of taxation under Singapore, Malaysia, and Thailand.
The more attractive aspect for investor is tax regulation and tax administration, while Indonesian tax rate is quite competitive. Tax harmonization of ASEAN member countries in order to realize the ASEAN Economic Community in 2015 -refer to the stage of tax harmonization conveyed by Velayos- show a convergence stage, which there were reactive action of each country, influenced by other countries policy, particularly in terms of corporate income tax rates. Tax harmonization phase develop in the early stages of cooperation, with the presence of several agreements for the provision of mutual assistance, though not effective yet. Cooperation in the field of taxation, including information exchange agreements for tax purposes and commitment to implement international standards of transparency."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
D1949
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeremy Junas
"Jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat dapat menimbulkan eksternalitas negatif. Salah satu eksternalitas negatif yang dihasilkan oleh meningkatnya kendaraan bermotor tersebut ialah pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan memiliki dampak buruk bagi kehidupan di bumi, khususnya bagi manusia. Salah satu upaya untuk mengurangi pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor ini adalah dengan menggunakan kendaraan ramah lingkungan.
Di Indonesia sendiri, kendaraan ramah lingkungan yang sudah diregisterasikan kepemilikannya adalah kendaraan bermesin hybrid dan berbasis listrik. Atas kepemilikan kendaraan ramah lingkungan tersebut, pemerintah mengenakan Pajak Kendaraan Bermotor. Penelitian ini menjelaskan bagaimana analisis kebijakan Pajak Kendaraan Bermotor untuk kendaraan ramah lingkungan dan alternatif kebijakan bagi kendaraan ramah lingkungan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data adalah wawancara mendalam. Pemerintah sebaiknya membedakan kebijakan Pajak Kendaraan Bermotor antara kendaraan ramah lingkungan dengan kendaraan berbahan bakar fosil pada umumnya. Hal ini mengingat bahwa pencemaran lingkungan yang dihasilkan kendaraan ramah lingkungan tersebut lebih kecil dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar fosil pada umumnya. Selain itu, alternatif kebijakan dapat diberikan dari segi tarif Pajak Kendaraan Bermotor, bobot dalam Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Nilai Jual Kendaraan Bermotor.

The increase of vehicles can cause negative externalities. One of the negative externalities is environmental pollution. The environmental pollution gives bad impact for the entire world, especially for human. One of the efforts to reduce environmental pollution is using green vehicles.
In Indonesia, green vehicles that have been registered are hybrid and electric vehicles. The ownership of it, the government imposes a Motor Vehicle Tax. This research describes how the analysis Motor Vehicle Tax policy for green vehicles and the alternative policies for it.
This research uses descriptive qualitative method. The collecting data technique is in-depth interviews. Government policies should distinguish between the Motor Vehicle Tax green vehicles with fossil-fueled vehicles. The alternative policies for green vehicles can be given in Motor Vehicle Tax Rates, 'bobot' in the Tax Base and Motor Vehicle Sale Value.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S47354
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restariana Dwinita Putri
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai latar belakang dibuatnya P3B Indonesia-Hong Kong, pengaturan pajak berganda di dalam P3B Indonesia-Hong Kong, dan permasalahan yang terjadi dalam penerapan P3B Indonesia-Hong Kong. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menyarankan bahwa dalam proses negoisasi pembuatan P3B sebaiknya pemerintah terlebih dahulu melakukan diskusi dengan beberapa kadin dan wajib pajak, pengaturan pajak berganda dengan melalui pembagian hak pemajakan, metode kredit pajak, proses prosedur persetujuan bersama, pertukaran informasi serta ketentuan anti penghindaran pajak berganda, dan permasalahan yang timbul dalam penerapan P3B Indonesia-Hong Kong, yaitu treaty shopping dan permasalahan administrasi berupa Surat Keterangan Domisili , form-DGT 1 lembar 2.

ABSTRACT
This research focuses on the background of Indonesia- Hong Kong Tax Treaty, solvable double taxation issues which occur in the field work due to Indonesia- Hong Kong tax treaty arrangement. This is a qualitative research with a descriptive design. The results shows that in the negotiation process of making P3B, government should do some discussion with Kadin and the taxpayer, the double taxation arrangement with the distribution rights through taxation, the tax credit method, the mutual agreement procedure, exchange of information and the provision of anti avoidance of double taxation, and problems that arise in the application of Indonesian P3B-Hong Kong, which is treaty shopping and administrative problems in the form of certificate of domicile, form-DGT 1 sheet 2."
2013
S46481
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Eko Rulianto
"Sebagai salah satu sumber penerimaan daerah, pajak hiburan merupakan salah satu pajak daerah yang cukup potensial dan memainkan peranan penting dalam memberikan penambahan penerimaan bagi pemerintah daerah. Namun, bila dilihat dari sisi penerimaan, sumbangan ataupun kontribusi yang diberikan oleh pajak hiburan menunjukkan hasil yang kurang menggembirakan. Hal ini terlihat dari realisasi penerimaan pada tahun 2003 yang hanya memberikan kontribusi sebesar 8,58 % dari total penerimaan pajak daerah di tingkat Suku Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Jakarta Timur.
Berangkat dari permasalahan inilah, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemungutan pajak hiburan dan tingkat efektifitas pemungutan pajak hiburan di Suku Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Jakarta Timur.
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan menyajikan data perkembangan penerimaan pajak hiburan yang diukur dengan menggunakan rumus TPI (Tax Performance Index) untuk mengetahui berapa besar tingkat efektifitas pemungutan pajak hiburan, dan melakukan analisis pemungutan pajak hiburan di Suku Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Jakarta Timur.
Dari hasil perhitungan tingkat efektivitas dan penelitian mengenai pemungutan pajak hiburan pada Suku Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Jakarta Timur, menunjukkan bahwa :
1. Dari sisi kemampuan pemungutan pajak, pelaksanaan koordinasi dengan unit terkait seperti Dinas Pariwisata masih kurang, Law Enforcement dari Dinas Pendapatan Daerah masih lemah dan sumber daya manusia yang ada ternyata kurang mendukung efektifitas pemungutan pajak hiburan, kondisi ini terlihat dari kurang efektifnya hasil pemeriksaan dari wajib pajak yang dikelola oleh Suku Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Jakarta Timur.
2. Hasil pengukuran rata-rata tingkat efektivitas selama lima tahun (1999/2000-2003) berdasarkan target pajak hiburan di Suku Dinas Pendapatan Daerah Jakarta Timur sudah efektif, yaitu mencapai 104,16%, namun target yang ditetapkan masih di bawah potensi yang rill.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka disarankan agar penentuan target penerimaan seharusnya dilakukan berdasarkan data potensi yang riil dan selalu diperbaharui secara berkala, perlu adanya penambahan jumlah staf untuk melaksanakan pemungutan pajak khususnya aparat pemeriksa pajak, perlu dibuat Surat Keputusan bersama dalam meningkatkan koordinasi dengan unit terkait, dan peningkatan Law Enforcement berupa penerapan sanksi hukum secara konsisten baik sanksi administrasi maupun pidana sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dari hasil penelitian ini semoga dapat memberi masukan bagi Suku Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Jakarta Timur untuk meningkatkan penerimaan pajak hiburan secara optimal.
xiii + 105 halaman + 6 tabel + 8 gambar + 1 lampiran
Daftar Pustaka : 53 buku + 4 artikel/karya ilmiah + 6 peraturan perundang-undangan + 4 Perda dan Peraturan pelaksanaannya. (1951-2002)

As one of the source acceptance of area, entertainment amusement lease is one of the potential enough area lease and play role important in giving addition of acceptance for local government. But, if/when seen from acceptance side, contribution and or contribution given by entertainment amusement lease show less seething with excitement result. This matter seen from acceptance realization in the year 2003 which only giving contribution equal to 9,74 % from totalizing acceptance of area lease in Sub-Service storey; level Earnings Of Area Municipality of Jakarta East.
Leaving of problems this is, hence conducted by research with aim to know ability of entertainment amusement imposition and storey; level of effectiveness entertainment amusement imposition in Sub-Service Earnings of Area Municipality of East Jakarta.
In this research, method the used is descriptive method of analysis presented data growth of acceptance of measured entertainment amusement lease by using formula of TPI ( Tax Performance Index) to know how big storey; level of effectiveness entertainment amusement imposition, and analyze entertainment amusement imposition in Sub-Service Earnings Of Area Municipality of East Jakarta.
From result of is calculation effectiveness storey; level and research concerning entertainment amusement imposition at Sub-Service Earnings of Area Municipality of Jakarta East, please show that (1.) From side ability of imposition, execution of coordination with related unit like on duty Tourism still less, Enforcement from On duty Earnings of Area still weaken and existing human resource in the reality less support entertainment amusement imposition effectiveness, condition of this seen from less effective of him result of inspection of taxpayer managed by Sub-Service Earnings of Area Municipality of Jakarta East, (2.) Result of measurement of mean mount effectiveness during five year ( 1999 / 2000-2003) pursuant to entertainment amusement lease goals in Sub-Service Earnings of Area of Jakarta East have effective, which is reaching 104,16%, but specified goals still below/under real potency.
Pursuant to conclusion, hence suggested that by determination of acceptance goals ought to be conducted pursuant to real potency data and is always innovated periodically, need the existence of addition of staves amount to execute imposition specially government officer examiners of lease, require to be made by Decree with in improving coordination with relevant unit, and make-up of Law Enforcement in the form of applying of sanction punish good consistently administration sanction and crime prescribed by the regulations. From this research result hopefully can give input for Sub-Service Earnings of Area Municipality of Jakarta East to improve acceptance of entertainment amusement lease in an optimal fashion.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13720
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>