Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6871 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Virta Permata Sari
"Skripsi ini membahas bentuk-bentuk hiasan tembikar dari Situs Gua Harimau, Sumatera Selatan. Sampel yang digunakan berjumlah 401 pecahan yang merupakan hasil penggalian pada tahun 2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah klasifikasi berdasarkan atribut bentuk hias dan teknik hias. Pengolahan data tersebut menghasilkan empat tipe bentuk hias yaitu garis, segi empat, chevron dan lingkaran, dengan enam variasi dan enam sub-variasi. Teknik hias yang digunakan adalah teknik gores, tekan dan tempel. Perbedaan teknik yang digunakan dapat menghasilkan penggambaran yang berbeda pada bentuk dasar yang sama

This undergraduate thesis discussed forms of decoration (motifs) on pottery sherds found in Gua Harimau, South Sumatera. Samples used in this research consisted of 401 fragments from the excavation conducted in 2009. Methods of classification based on decoration forms (motifs) and techniques attributes were used in this research resulting four types of decoration forms (motifs), which are lines, square, chevron, and circular, with six variations and six sub-variations of decoration forms (motifs). Furthermore, techniques used on these samples can be categorized as incised, impressed, and appliqu (applied). The difference on the techniques found within the samples can be used to acquire different depiction on the similar basic form."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S12045
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Ramadani
"Tradisi tembikar merupakan tradisi yang termasuk tua dalam perkembangan kebudayaan manusia di dunia ini. Manusia mulai mengenal tembikar sejak dikenalnya tradisi bercocok tanam di daerah pedalaman dan tradisi mencari hasil laut di daerah pantai pada masa prasejarah lebih dari 10.000 tahun yang lalu. Sejak saat itu tembikar menjadi salah satu perlengkapan kehidupan manusia yang panting, terutama karena kemampuan dan kegunaannya. Adapun jenis jenis tembikar yang dikenal dalam tradisi tembikar prasejarah di Indonesia, adalah jenis wadah (vessel) dan jenis yang bukan wadah. Jenis jenis wadah yang dikenal dari tradisi tembikar prasejarah di Indonesia antara lain, periuk, cawan (mangkuk), piring, kendi, tempayan, dan lain-lain. Tembikar sebagai data arkeologi menurut Para ahli dapat mencerminkan beberapa aspek kehidupan manusia pendukungnya. Masalah-masalah yang diajukan terhadap tembikar dari Situs Gua Pondok Selabe-1, antara lain adalah, bagaimanakah bentuk-bentuk yang dihasilkan, teknik buat apa yang dipakai, ragam bisa apa sajakah yang terdapat pada tembikar tersebut dan teknik apa yang bisa dipakainya, bagaimanakah karakteristik tembikar tersebut serta keterhubungan antara temuan tembikar dengan temuan lainnya. Dan permasalahan yang telah diuraikan tersebut, tujuan yang hendak dicapai adalah segala permasalahan tersebut dapat terjawab. Lewat analisis yang diterapkan pada tembikar ini dapat diharapkan mengetahui tipologi tembikar Situs pondok Selabe-1, Sumatra Selatan. Selain itu, untuk mengungkapkan ragam bias yang terdapat pada tembikar tersebut, teknik hias yang dipakai, teknik pembuatan dan penghalusan (jika memang terdapat indikatornya) yang telah dikenal oleh manusia pendukungnya. Tujuan penulisan ini juga diharapkan memberi gambaran bagaimana tembikar tersebut memainkan peranan dalam masyarakat pendukung kebudayaan itu. Tahap pertama untuk memudahkan penelitian ini adalah studi kepustakaan, observasi dan dilanjutkan dengan deskripsi untuk mendapatkan gambaran tentang tembikar tersebut. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis khusus dan klasifikasi yang dilakukan adalah klasifikasi taksonomi. Setelah melakukan klasifikasi, menghasilkan enam buah bentuk wadah tembikar, yaitu: periuk dibagi dalam 2 jenis dan tipe, cepuk dibagi 2 tipe, buli-buli dibagi 3 tipe, mangkuk dibagi 2 tipe, piring dibagi 2 tipe. Teknik bias yang digunakan adalah teknik teraltekan, gores, cungkil, slip, dan tempel yang menghasilkan ragam bias yang berupa motif bias berdiri sendiri, serta kombinasi lebih dari satu motif."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11573
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Dewi Trisna
"Tulisan ilmiah ini berisi tentang hasil penelitian terhadap artefak tembikar prasejarah dari Situs Pasir Angin, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini atas ijin dan menggunakan data tembikar Pasir Angin yang terdapat dan tersimpan di Pusat Arkeologi Nasional. Jakarta. Hal-hal yang menjadi pokok penelitian adalah bentuk, ragam hias, dan teknologi yang tertuang dalam artefak tembikar prasejarah tersebut. Pada penjelasan akhir dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ketiga pokok penelitian tersebut saling dihubungkan, sehingga akan menghasilkan kesimpulan yang saling berkaitan antara bentuk-bentuk artefak tembikar dengan ragam hias yang menyertainya. Selain itu, penelitian ini juga menghasilkan kesimpulan yang berkaitan dengan teknik-teknik yang digunakan dalam menghasilkan bentuk-bentuk dari artefak tembikar prasejarah dari Situs Pasir Angin"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11512
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Githa Pramadyati Setiawan
"Adanya kehidupan yang lebih menetap ini mendorong berkembangnya pola pikir dan tingkat kecerdasan, khususnya pada teknologi pembuatan peralatan sehari-hari, termasuk peralatan dari bahan bebatuan. Di Indonesia, adanya konsep pembuatan alat batu yang yang lebih sempurna dan sesuai dengan tujuan penggunaannya berlangsung pada periode Preneolitik. Penelitian terhadap artefak batu periode Prenelolitik di Indonesia telah banyak dilakukan pada daerah-daerah gua dan ceruk di sekitar perbukitan karst di Sulawesi dan Jawa. Namun, penelitian mengenai artefak batu dari periode Preneolitik di wilayah Sumatera masih jarang dilakukan. Salah satu situs yang menghasilkan artefak batu dari periode Preneolitik adalah Situs Gua Pondok Selabe-1, Baturaja, Sumatera Selatan. Permasalahan penelitian yang diajukan terhadap alat batu dari Situs Gua Pondok Selabe-1 adalah bagaimana tipologi alat batu yang ditemukan, bagaimana karakteristik alat batu, serta bagaimana pemanfaatan bahan baku pada situs ini. Untuk mencapai tujuan penelitian dalam upaya mengetahui tipe-tipe, karakteristik serta pemanfaatan alat batu yang terdapat pada Situs Gua Pondok Selabe-l, maka dilakukan beberapa tahapan penelitian. Tahap-tahap yang dilakukan merupakan pengamatan terhadap aspek kualitatif dan kuantitatif dengan mengamati unsur-unsur teknologi batu yang dijadikan atribut sehingga dihasilkan beberapa klasifikasi. Pengamatan aspek kualitatif dan kuantitatif tersebut meliputi analisis morofologi, analisis bahan baku, analisis permukaan alat, serta analisis khusus pada bagian tajaman alat yang meliputi lokasi, bentuk dan jenis tajaman alat. Setelah dilakukan klasifikasi, didapatkan tiga tipe kelompok alat yaitu tipe serpih, tipe bilah dan tipe batu inti yang umumnya berukuran kecil dengan bentuk tidak beraturan dan mencerminkan teknologi pembuatan yang masih sangat sederhana. Ketiga tipe tersebut dapat dikelompokkan lagi berdasarkan adanya jejak pakai berupa retus buat dan retus pakai sehingga dihasilkan kelompok tipe alat serpih, tipe alat bilah, tipe serpih dipakai, tipe bilah dipakai dan tipe batu inti dipakai. Jenis-jenis bahan baku yang digunakan dengan memanfaatkan sumber daya alam di sekitar situs antara lain rijang, andesit, fosil kayu, jasper, tufa, gamping dan kalsedon."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S11857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irdiansyah
"Situs Gua Pandan di Sumatra Selatan merupakan salah satu situs di Indonesia yang memiliki beragam tipe artefak batu, selain itu penelitian tentang jejak pakai alat batu di situs ini belum pernah dilakukan. Berdasrkan klasifikasi, didapat lima tipe alat yang mayoritas berupa alat dengan tajaman unifasial bersudut sangat landai (tipe 11), kemudian diikuti alat dengan tajaman bersudut sangat terjal (tipe 13), tajaman unifasial bersudut terja (tipe 12), tajaman bifasial bersudut landai (tipe 11), tajaman bifasial bersudut sangat terjal (tipe 113), dan tajaman bifasial bersudut landai (tipe 111). Berdasarkan analisis jejak pakai serta penapsiran melalui analogi etnografi dan eksprimen, alat pakai tipe 12 cendrung dekat dengan kegiatan yang sangat beragam, seperti menyerut/memotong kayu, menyerut tumbuhan, melubangi kulit segar, memoton/mengiris daging dan menggergaji tulang. Alat pakai tipe pada 11 cendrung dekat dengan kegiatan memotong/mengiris daging, meraut tulang, dan meraut/menyerut/memotomg kayu. Alat pakai tipe 13 dekat dengan kegiatan menyetut/mengetam kayu dan menyerut kulit kerang. Alat pakai pada tipe 113 dekat dengan kegiatan membelah kayu. Berdasarkan berbagai perkiraan, kemungkinan individu/kelompok, manusia di situsGgua Pandan dekat dengan kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan yang secra langsung dilakukan melalui alat-alat berbahan baku kayu, sementara itu, alat batu merupakan alat bantu untuk memproduksi alat-alat kayu tersebut. Dengan demikian, alat batu yang cukup efisien dan proporsional di Gua Pandan tidak dibuat untuk mudah dibawa saat kepentingan berburu, tetapi mudah dibawa dalam perjalanan saat perpindahan tempat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11799
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Novianty
"Berdasarkan analisis, diketahui bahwa terdapat lima tipe bentuk tembikar halus situs Leran, yaitu periuk, kendi, cawan,/mangkuk, guci, dan tutup . Periuk yangdiindentifikasi hanya satu tipe, yaitu periuk dengan bentuk badan bulat dengan berbagai variasi pada tepian. Kendi merupakan temuan yang paling dominan di antara tipe bentuk lainnya, terdiri dari dua subtipe; kendi yang tidak memiliki bagian payungan dan kendi yang memiliki bagian payungan dengan berbagai variasi bentuk tepian. Cawan halus terdiri dari dua subtipe; cawan tegak dan cawan terbuka. Wadah lainnya yang dapat diintifikasi adalah guci yang terdiri dari dua subtipe; guci kecil dan guci besar. Tutup dengan dua subtipe; tutup dengan bentuk tepian sederhana dan tutup dengan tutup tepian tidak sederhana dengan berbagai variasi bentuk tepian dan badan tutup. Semua wadah dibuat dengan teknik roda putar. Motif hias yang diindentifikasi pada tembikar halus Leran terdiri dari motif garis horisontal tunggal, motif garis horisontal ganda, motif garis vertikal tunggal, motif sisir vertikal, motif sisir miring, motif tambang, dan motif kelompok dengan teknik tekan, teknik gores, teknik cukil, dan teknik lukis. Hiasan paling banyak terdapat pada tepian dan badan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S12039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurfuadi
"Pada masa berburu tingkat lanjut, manusia prasejarah telah mengenal gua-gua sebagai tempat tinggal, mereka memilih gua-gua yang tidak jauh dari sumber air, atau dekat sebuah sungai yang terdapat sumber makanan seperti ikan dan moluska (Soejono, 1993: 155-156). Sisa moluska banyak ditemukan di situs-situs arkeologi, baik berupa temuan individual, maupun temuan bukit kerang (Kjokkenmoddinger). seperti ditemukan di Denmark (Meehan, 1982: 4), Di Indonesia juga banyak terdapat situs-situs yang memiliki temuan sisa moluska, terutama situs human seperti di gua-gua. Situs-situs dengan temuan cangkang moluska tersebut diantaranya situs Ulu Leang (Clason, 1976: 61; Glover, 1976:138) dan Gilimanuk di Bali (Soejono, 1977). Kajian ini membahas salah satu situs yang memiliki temuan cangkang moluska cukup banyak, yaitu situs Gua Pondok Selabe 1, Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Kabupaten Baturaja, Sumatera Selatan. Melalui identifikasi taksonomi yang telah dilakukan, temuan sisa cangkang moluska tersebut berasal dari 2 kelas, yaitu kelas Gastropoda dan Pelecypoda dan berasal dari habitat yang berbeda yaitu air lawar, darat dan taut. MoIuska kelas Gastropoda terdiri dad 6 famili yaitu: 7'h/at/doe, Achatinidae, Cyclophoridae, Lymnaeidae, Cypraeidae, Planorbiidae dan Elobrdae. Pada kelas Pelecypoda hanya sate famili yaitu Unionidae. Identifikasi pemanfaatan moluska dilakukan melalui pengamatan permukaan bagian luar dan dalam cangkang, serta pada permukaan pecahan. Pengamatan ini dilakukan untuk mengamati jejak jejak perusakan kultural. Perusakan ini ditandai dengan adanya jejak pemangkasan, jejak pencungkiian dan jejak hangus terbakar. Pada Gastropoda jejak pemanfaatan moluska oleh manusia dapat dilihat dari oliva yaitu lubang yang dibuat dengan pemangkasan apex (Awe, 1983 : 36 - 37). Pada moluska kelas Pelecypoda, Daerah pecahan terdapat pada bagian central cangkang, sedangkan pemanfaatan moluska sebagai artefak dapat ditandai dengan adanya bidang lengkung dan perimping (Soejono, 1984: 149). Banyaknya sisa cangkang moluska yang ditemukan di situs Gua Pondok Selabe 1 dan ditunjang dengan adanya bukti-bukti pemecahan cangkang dalam usaha pengambilan dagingnya, menunjukkan bahwa moluska merupakan salah satu sumber daya pangan yang cukup panting bagi manusia penghuni Gua Pondok Selabe 1 waktu itu, disamping mengkonsumsi hewan buruan lain dan tumbuh-tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11973
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Mentari
"Liang Bua merupakan situs prasejarah yang menyimpan berbagai temuan, salah satunya adalah tembikar. Skripsi ini berfokus pada analisis bentuk, teknik pembuatan, dan variasi ragam hias dari tembikar yang ditemukan di Sektor XXV Situs Liang Bua, Flores, Nusa Tenggara Timur. Sampel yang digunakan berjumlah 59 fragmen dari hasil penggalian pada tahun 2012. Dengan menggunakan metode analisis khusus, penelitian ini menemukan bahwa terdapat enam jenis wadah yang berhasil teridentifikasi, di antaranya adalah piring, cawan, periuk, kendi, pasu, dan tempayan. Teknik pembentukan yang digunakan adalah teknik tekan dan teknik roda putar. Kemudian, ragam hias yang dihasilkan berupa motif geometris, seperti garis, lingkaran, titik, koma, dsb. Adapun teknik hiasnya adalah tekan, gores, dan cukil.

Liang Bua site is  a prehistoric site that preserves various archaeological findings, one of which is pottery. This thesis focuses on the analysis of the shapes, manufacturing techniques, and decorative variations of pottery found in Sector XXV at the Liang Bua Site, Flores, East Nusa Tenggara. The sample includes 59 fragments from the excavation conducted in 2012. Using a specific analysis method, this study found that there are six types of containers that are successfully identified, including plates, cups/bowls, pots, jugs, urns, and jars. The forming techniques used are the press technique and the rotary wheel technique. The decorative variations consist of  geometric motifs, such as lines, circles, dots, commas, etc. The decorative techniques are pressing, scratching, and scraping."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rachmiana
"Skripsi ini berisi tentang analisis bentuk-bentuk wadah, ragam hias dan teknik hias gerabah yang berasal dari Leles (Garut). Penelitian ini dilakukan karena situs Leles (Garut) merupakan situs potensial dengan gerabah sebagai temuan terbesar kedua setelah obsidian. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu penjelasan mengenai keragaman bentuk, ragam hias dan teknik hias gerabah yang berasal dari situs Leles (Garut). Pengumpulan data dilakukan dengan dua macam kegiatan, meliputi pengumpulan data literatur dan pengumpulan data lapangan. Pengumpulan data literatur dibagi dua, pengumpulan data literatur primer dan data literatur sekunder. Pengumpulan data lapangan dibagi dua, yaitu pengumpulan data artefaktual dan data lingkungan situs. Data artefaktual dalam penelitian ini adalah fragmen-fragmen gerabah yang berasal dari situs Leles (Garut) yang sekarang menjadi koleksi laboratorium Asisten Deputi Urusan Arkeologi Nasional, terdiri dari fragmen bagian tepian, bibir, karinasi, dasar, dan cerat. Pengumpulan data lingkungan diperoleh melalui media foto yang diharapkan dapat memberikan informasi tentang keadaan lingkungan situs Leles (Garut). Dalam pengolahan data dibagi menjadi dua macam kegiatan, yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kualitatif adalah analisis berdasarkan aribut bentuk, dan gaya. Atribut bentuk memiliki variabel ukuran (metrik) artefak, yaitu panjang, lebar, tebal dan diameter, sedangkan atribut gaya memiliki variabel seperti warna, hiasan, dan teknik hias. Analisis kuantitatif adalah analisis yang kegiatannya menghitung dan mendata seluruh artefak yang akan dianalisis. Tahap akhir yang dilakukan adalah penginterpretasian semua hasil analisis terhadap fragmen-fragmen gerabah dari situs Leles (Garut). Hasil penelitian menunjukkan bahwa gerabah Leles (Garut) memiliki 5 macam bentuk wadah yaitu piring, cawan, periuk, pasu dan kendi. Ragam hias yang paling banyak ditemukan adalah motif hias garis, hal ini dikarenakan motif garis memberikan kemudahan dalam membuat hiasan dan mudah untuk dimodifikasikan, sedangkan teknik hias yang paling sering digunakan adalah teknik hias tekan (impressed) bukan cap."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Ricky Meinson Binsar
"Minanga Sipakko merupakan salah satu situs prasejarah terpenting di Indonesia. Di situs ini ditemukan berbagai alat-alat litik, alat tulang, sisa fauna, sisa pembakaran, dan pecahan tembikar. Penelitian oleh Puslitbang Arkenas tahun 2004, 2005, dan 2007 di Minanga Sipakko menemukan sejumlah pecahan tembikar polos dan berhias. Tembikar berhias yang ditemukan berjumlah 326 pecahan. Metode penelitian yang dipakai adalah analisis khusus (specific analysis), yang mencakup aspek motif hias dan teknik hias. Berdasarkan analisis, motif hias tembikar Minanga Sipakko terdiri dari motif-motif geometris seperti garis, segitiga, setengah lingkaran, lingkaran, empat persegi panjang, belah ketupat, dan titik; sedangkan teknik hias yang digunakan adalah teknik gores, gabungan gores tekan, tekan, cukil, dan tusuk. Dalam kaitannya dengan tembikar tradisi Sa Huynh-Kalanay, tembikar Minanga Sipakko menunjukkan kemiripan motif hiasnya dengan berbagai bentuk penggambaran. Kemiripan tersebut tidak terlepas dari persebaran tradisi Sa Huynh-Kalanay di Asia Tenggara yang dibawa oleh petutur Austronesia ke Indonesia dan Minanga Sipakko khususnya.

Minanga Sipakko is one of the most important prehistoric site in Indonesia. Various of lithic tools, bone tools, faunal remains, firing remains, and potsherds are found in this site. Research conducted by the Research and Development Center of National Archaeology in years 2004, 2005, and 2007 yielded many fragments of decorated and undecorated potsherds. This undergraduate thesis is about identifying various motives of the decorated potsherds mentioned above, which all are of 326 pieces. Specific analysis is used to identify the decoration motives and the techniques applied, and the result shows that the Minanga Sipakko potteries are decorated with various motives which are geometricals, such as lines, triangle, semi circle, circle, rectangular, diamond, and dots; and the techniques used are incised, excised, and combination of incised and impressed, and puncture techniques. In relation with the Sa Huynh-Kalanay pottery tradition, the Minanga Sipakko potteries shows similarity the Sa Huynh-Kalanay pottery either in the motives or the design. This similarity is very possible as the result of the spreading of the Sa Huynh-Kalanay tradition in Southeast Asia brought by the Austronesian speaking-people to Indonesia in general, and Minanga Sipakko particularly."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12058
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>