Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10511 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Achmad Sagittaryan
"Ikonografi. Membahas keakuratan ikonografi 4 arca perunggu Siva Mahadewva Koleksi Museum Nasional Jakarta terhadap kitab pedoman pembuatan arca yang berasal dari India. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Pada dasarnya 4 arca Siva Mahadeva yang berukuran besar telah memenuhi ketentuan-ketentuan mayor yang ada pada kitab pedoamn pembuatan arca yang berasal dari India namun masih terdapat penyimpangan pada ukuran minornya dan juga memperkuat keberadaan sekte Saiva pada masa awal masuknya pengaruh India di Jawa Tengah"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S11540
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Roby Irsyad
"
ABSTRAK
Penelitian yang dilakukan adalah mengkaji ikonometri terhadap 14 arca Ganesa perunggu koleksi Museum Nasional Jakarta. Semua arca berasal dari pulau Jawa.
Metode dalam penelitian ini adalah metode yang umum digunakan di dalam penelitian arca. Metode tersebut meliputi deskripsi yaitu melakukan pendataan terhadap arca yang diteliti. Deskripsi yang dilakukan dititikberatkan kepada deskripsi ikonometri. Kemudian dari hasil deskripsi ikonometri tadi dilakukan perbandingan dengan ikonometri arca-arca Ganesa di India berdasarkan kitab_-kitab agama yang memuat aturan ikonometri arca Hindu India khususnya arca Ganesa. Dari hasil perbandingan ini diketahui apakah aturan ikonometri India digunakan dalam membuat arca Ganesa perunggu Jawa.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa para silpin Jawa Kuna yang membuat arca ini tampaknya mengenal aturan ikonometri India. Hal ini tampak dari diterapkannya aturan proporsi India pada pembuatan arca-_arca ini terutama sekali aturan proporsi utama yang meliputi tinggi dada, tinggi perut sampai dengan tinggi alas kaki, dan rentang kaki di antara dua lutut. Aturan ukuran proporsi yang masuk golongan minor hanya beberapa yang diterapkan oleh para silpin Jawa Kuna.
"
1998
S11901
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lani Kumarika Dharma
"ABSTRAK
Avalokitesvara merupakan Bodhisattva yang dianggap penting dalam agama Budha Mahayana. Bukti adanya pemujaan Avalokitesvara di Jawa Tengah selain diketahui dari pene_muan sejumlah arca Avalokitosvara, diketahui pula dari prasasti. Dalam penelitian ini yang dipergunakan sebagai data primer ialah 14 buah arca Avalokitosvara koleksi Museum Nasional Jakarta asal Jawa Tengah, bahan perunggu. Tujuan yang hendak dicapai ialah untuk mengetahui se_jauh mana ketentuan pengarcaan Avalokitosvara seperti yang disebutkan Sadhanamala diikuti di Jawa Tengah. Ciri yang sama antara Avalokitosvara Jawa Tengah dengan ketentuan dalam Sadhanamala adalah hiasan pada mahkota yang berupa bentuk Amitabha. Identifikasi tidak berhasil dicapai. Tidak satu pun arca yang mengikuti semua ketentuan salah satu perwujudan Avalokitosvara seperti yang disebutkan Sadhanamala. Arca Avalokitosvara dipergunakan sebagai obyek meditasi. Mantra yang digoreskan pada umpak arca memperkuat dugaan tersebut. Kepustakaan yang dipergunakan berjumlah 63 buah, yang tertua tahun 1896, yang termuda tahun 1984_

"
1985
S11768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aderina Febriana
"Penelitian yang dilakukan adalah melakukan identifikasi terhadap beberapa arca koleksi Musium Nasional yang tidak dapat dikenal. Data yang digunakan 34 arca yang terbuat dari batu dan berasal dari Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Dari hasil penelitian 17 arca tidak dapat dikenali dan dimasukkan di dalam kelompok 3,8 arca tidak dapat dikenali secara pasti namun dapat dikenali atribut yang di bawa, dan 9 arca merupakan arca yang dapat dikenali."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S11438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanny Rahardjo Wahyudi
"Sebagaimana diketahui masa prasejarah merupakan suatu masa di mana belum dikenalnya tulisan. Meskipun demikian keberadaan manusia dan kebudayaan pada masa tersebut dapat dikenali kembaii melalui artefak, ekofak, fitur (feature), dan situs, yang pada dasarnya merupakan sisa-sisa kegiatan manusia masa lalu. Namun sisa-sisa kegiatan manusia masa lalu terlebih masa prasejarah-yang sampai kepada kita boleh dikata tidak pernah lengkap. Hanya benda-benda yang tahan waktu saja. yang sampai kepada kita. Benda-benda tersebut umumnya terbuat dari batu dan logam. Jenis atau bentuk benda-benda tersebut juga sangat beragam, salah satunya berwujud arca, yang bisa ditemukan di berbagai situs prasejarah di Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Seno Joko Suyono
"Tulisan ini ingin memperlihatkan kaitan antara arca perunggu kecil dan mandala. Yang menjadi obyek penelitian adalah 23 arca kecil perunggu Nganjuk yang dimiliki Museum Nasional Arca-arca ini dahulu adalah bagian dari kumpulan arca yang ditemukan di persawahan Candi Lor, Nganjuk pada tahun 1913 . Candi Lor adalah candi yang dibangun oleh Mpu Sindok. Tulisan ini memperkirakan arca-arca kecil Nganjuk itu merupakan arca-arca yang dulu di zaman Mpu Sindok ditaruh di altar untuk keperluan ritual. Tulisan ini berpendapat bahwa arca-arca Nganjuk tersebut merepresentasikan sebuah jenis mandala tertentu.
Tulisan memperlihatkan bahwa mandala arca tersebut adalah Vajradhatu Mandala. Untuk keperluan itu telaah mempergunakan konsep Vajradhatu Mandala milik Buddhisme Shingon. F.D.K Bosch dalam sebuah artikelnya di tahun 1929 pernah menyinggung kemungkinan membaca arca Nganjuk berdasar mandala Shingon, namun ia hanya sepintas membicarakan itu. Shingon Buddhisme adalah satu sekte Buddhisme di Jepang yang dikenal sejak abad 9 sampai sekarang menggunakan Vajradhatu Mandala. Pendiri Shingon, Kukai mempelajari konsep mandala itu di Cina. Studi-studi mutakhir memperlihatkan bahwa konsep Vajradhatu Mandala selain dibawa Kukai ke Jepang juga menyebar ke Asia Tenggara meski kemudian diganti dengan jenis mandala lain.
Vjradhatu Mandala adalah sebuah mandala yang berpusat pada Vairocana. Dalam konsep Shingon dalam Vajradhatu Mandala terdapat lapisan inti dan lapisan luar. Lapisan inti terdiri dari 37 pantheon utama dan lapisan luar adalah lapisan yang berisi dewa-dewa proteksi atau pelindung. Lapisan terakhir dari lapisan luar ini adalah lapisan yang disebut Trailokyavijaya yang terdiri dari penjelmaan Vajrapani dan beberapa dewa berekspresi krodha. Tulisan ini hendak menunjukkan bahwa – sisa arca-arca kecil Nganjuk yang dimiliki Museum Nasional memiliki unsur-unsur tersebut. Vairocana, Empat Tathagata dan juga Trailokyavijaya.

The paper shows that the mandala of the statue is the Vajradhatu Mandala. For this purpose, this study is using the Vajradhatu Mandala concept of Shingon Buddhism. F.D.K Bosch in an article in 1929 mentioned the possibility of reading the Nganjuk statues based on the Shingon mandala, but he wrote about it briefly. Shingon Buddhism is a sect of Buddhism in Japan, which has been known since the 9th century to date using the Vajradhatu Mandala. Shingon founder, Kukai, studied the concept of the mandala in China. Recent studies show the concept of Vajradhatu Mandala was not only brought by Kukai to Japan but also spread to Southeast Asia, although it was later replaced by other types of mandalas.
The Vajradhatu Mandala is a mandala centered on Vairocana. There is a core layer and an outer layer in the Shingon concept in the Vajradhatu Mandala. The core layer consists of 37 main pantheons and the outer layer is a layer that contains protective gods. The last layer of this outer layer is called Trailokyavijaya that consists of the incarnations of Vajrapani and several gods that have krodha’s expression. The objective of this paper is to show that the remaining small Nganjuk statues owned by the National Museum have these elements: Vairocana, the Four Tathagatas, and also Trailokyavijaya.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herna Lestari
"Menurut mitologi Hindu Harihara adalah satu bentuk Siva dan Vishnu dalam satu tubuh. Siva digambarkan pada sisi sebelah kanan dan Vishnu di sisi sebelah kiri. Harihara hadir untuk meredakan perselisihan yang terjadi antara penganut Sivaisme dengan penganut Vishnuisme yang jumlahnya cukup dominan di India. Perselisihan itu terjadi karena masing-masing penganut berusaha menunjukkan bahwa dewa utama yang mereka puja lebih 'hebat' dari dewa lainnya. Penelitian ikonografi dan gaya seni arca Harihara Jawa koleksi Museum Nasional Jakarta bertujuan untuk menguraikan ciri-ciri khan arca Harihara, bagaimana bentuk penggambarannya, adakah perbedaan penggambaran antara arca yang berasal dari Jawa Tengah dengan arca yang berasal dari, Jawa Timur, serta adakah persamaan dan perbedaan dengan arca Harihara di India.
Seluruh arca Harihara yang diteliti merupakan koleksi Museum Nasional Jakarta. Ada 11 arca koleksi Museum Nasional Jakarta yang diidentifikasikan sebagai arca Harihara, terdiri dari 10 arca berasal dari Jawa Timur dan 1 dari Jawa Tengah. Arca-arca tersebut dipotret dan diukur untuk kemudian dilakukan pemerian dengan menggunakan Model Deskripsi Arca Tipe Tokoh (Sedyawati 1983). Kajian kepustakaan yang digunakan berupa tulisan-tulisan yang secara langsung atau tidak berkaitan dengan objek yang dibahas. Kitab-kitab agama Hindu yang berkenaan dengan data ikonografi, ikonometri dan mitologi, tidak digunakan kitab-kitab aslinya, melainkan basil kutipan dan terjemahan dari kitab-kitab tersebut yang telah diterbitkan.
Hasil dari penelitian tersebut diketahui bahwa pengarcaan Harihara koleksi Museum Nasional Jakarta dari Jawa Timur ber-beda dengan dari Jawa Tengah. Arca Harihara Jawa Tengah dapat dikatakan mempunyai ciri-ciri yang lebih mendekati kesamaan dengan arca Harihara di India dibandingkan dengan Jawa Timur. Ciri-ciri yang biasa ditemukan pada arca Harihara, seperti sikap berdiri samabhanga, mahkota berbentuk sebelah kanan kirilamakula dan sebelah kiri jamalakuta, tangan kanan memegang Laksana Siva dan tangan kiri memegang Laksana Vishnu, dan di samping kanan dan kiri arca terdapat vaharaa berupa Nandi dan Garuda, dijumpai pada arca Harihara Jawa Tengah. Sedangkan pada arca Jawa Timur ciri-ciri yang pada umumnya dijumpai adalah sikap berdiri dan Laksana yang dipegangnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Dwi Prasdi
"ABSTRAK
Penelitian mengenai hiasan badan dilakukan berdasarkan pada arca batu masa Singasari dan Majapahit koleksi Museum Nasiona1 Jakarta (MNJ). Terdapat banyak variasi bentuk hiasan badan yang dikenakan oleh arca batu dari dua masa yang berbe_da tersebut, sehingga hal itulah yang kemudian dijadikan satuan pokok pengamatan.
Dari hasil pengamatan terhadap variasi bentuk hiasan badan mulai dari kepala hingga ke kaki pada arca kedua masa tersebut diketahui bahwa masing-masing hiasan badan mempunyai beberapa variasi bentuk dan jumlah pemakaian. Hal ini dapat diketahui berkat metode klasifikasi taksonomi yang digunakan dalam penelitian ini dan bertujuan membentuk tipe, serta dibantu dengan memakai data kepustakaan berisi
tentang hiasan badan. Selain itu pula metode penghitungan frekuensi pemuncu_lan terbanyak (prosentase) juga digunakan untuk melihat kecenderungan bentuk dari hiasan badan yang diamati.
Melalui hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan dari bentuk hiasan badan yang dikenakan oleh arca sesuai dengan pembagian masanya, yaitu Singasari dan Majapahit. Pada masa Singasari terdapat ke_cenderungan bentuk hiasan badan yang sederhana dengan motif dasar untaian dan sulur daun. Sedangkan pada masa Majapahit bentuknya lebih variatif dengan ditambah adanya girlande untaian manik dan pada beberapa bentuk hiasan badan yang membentuk seperti motif hias sinar majapahit.
Lebih jauh lagi perbedaan tersebut terutama pada hiasan badan bagian mahkota, jamang, sumping, subang, upawita, ikat dada, kelat bahu, gelang tangan, ikat pinggang, kain dan cincin kaki. Sedangkan persamaan hanya terlihat pada bentuk: hiasan badan berupa kalung, cincin tangan, uncal, sampur dan gelang kaki. Hal ini juga dapat turut memperkuat adanya teori tentang pembagian gaya seni pada arca batu tersebut, yang secara garis besar terbagi menurut masa kerajaannya (masa kekuasaan pllitik), yaitu masa Singasari dan masa Majapahit.

"
1995
S12070
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Ariefianto
"Penelitian mengenai ragam hias perunggu prasejarah koleksi Museum Nasional Jakarta, bertujuan untuk mengetahui persebaran berbagai macam ragam hias dan keterat_uran-keteraturan yang ada pada benda-benda perunggu tersebut, serta hubungan antara suatu jenis ragam hias dengan benda-benda perunggu itu sendiri. Pengumpulan data dilakukan terbatas terhadap benda perunggu prasejarah ber_hias koleksi Museum Nasional Jakarta. Kemudian masing-masing hiasan tersebut dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam kelas-kelas tertentu, yang untuk selanjutnya dilihat persebaran serta gejala-gejala yang muncul di dalamnya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ragam hias geometris terdapat pada setiap jenis benda perunggu prasejarah, sedangkan teknik hias yang banyak dipergunakan pada hampir disetiap jenis benda perunggu prasejarah adalah teknik hias cetak."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Donas
"Penelitian mengenai bentuk-bentuk pedupaan perunggu, yang umumnya ditemukan dari daerah asalh penemuan di Pulau Jawa dan Madura ini, telah dilakukan di Museum Nasional Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran lengkap mengenai bentuk-bentuk, pembagian berdasarkan tipologi, konteks penggunaan, serta melihat hubungan natara bentuk-bentuk pedupaan perunggu koleksi Museum Nasional Jakarta tersebut dengan tata-cara penggunaannya. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini dapat dibagi dalam beberapa tahap, yaitu pertama, tahap pengumpulan data : dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung yang didalamnya dilakukan kegiatan-kegiatan seperti pencatatan, pengukuran, penggambaran dan pemotretan; serta studi kepustakaan yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan peranan pedupaan perunggu dalam kehidupan manusia masa lalu. Kedua, tahap pengolahan data: dilakukan dengan melakukan pemerian dan analisis terhadap pedupaan-pedupaan perunggu tersebut.
Pada tahap ini juga dilakukan klasifikasi (tipologi), yaitu dengan menempatkan pedupaan-pedupaan perunggu tersebut ke dalam kelas-kelas tertentu, dengan menggunakan perbedaan-perbedaan bentuk-bentuk pegangannya, sebagai dasar pembagi. Selanjutnya, ketiga, yaitu tahap penafsiran data: dilakukan dengan melakukan analogi-analogi bentuk-bentuk pedupaan perunggu tersebut dengan sumber-sumber sejarah dan etnografi, yakni: relief-relief cerita di candi Borobudur, laksana-laksana arca, data-data prasasti, serta dengan berita-berita mengenai penggunaan pedupaan perunggu di dalam konteks kehidupan sehari-hari pad amasa kini, di Bali. Hasilnya menunjukkan bahwa, perbedaan-perbedaan yang diperlihatkan oleh bagian pegangan pedupaan perunggu koleksi Museum Nasional Jakarta, ternyata berhubungan dnegan konteks dan tata-cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari pada masa lalu. Absensi dan presensi penggunaan pegangan, ternyata dapat dihubungkan dnegan cara pedupaan tersebut diperlakukan atau ditempatkan pada saat penggunaannya. Bukti lain juga menunjukkab bahwa lubang-lubang pasak pada pegangan dari beberapa pedupaan perunggu yang diamati, berhubungan pula dengan penggunaan alat-alat bantu (tambahan) yang berfungsi sebagai penghambat panas (isolator). Dengan demikian, perbedaan pada tata-cara penggunaannyalah yang menyebabkan dijumpainya perbedaan-perbedaan pada bentuk-bentuk pegangan"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>