Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60695 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kanina Anindita
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai Museum Bahari dan konservasinya, ditinjau dari konsep yang melandasinya serta hasil pemugarannya.

Abstract
This thesis discusses the Maritime Museum and conservation, in terms of the underlying concepts and restoration reesult..."
2010
S11763
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Febri Anti
"Konservasi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah kerusakan, menghambat proses pelapukan, serta tindakan menangani koleksi yang telah mengalami kerusakan agar koleksi museum pada kondisi yang baik sesuai dengan aslinya. Penelitian ini  membahas mengenai konservasi terpadu yang dilakukan pada pamor keris sebagai warisan budaya tak benda. Mengingat pentingnya pelestarian dilakukan, konservasi mengenai pamor masih jarang dibahas, bilah keris merupakan perwujudan dari seni teknologi tempa sehingga menghasilkan pola yang disebut pamor. Mengingat pembuatannya yang kompleks konservasi terhadap bilah keris memerlukan penanganan khusus agar konservasi yang dilakukan tidak mengubah konteks artefak atau malah merusaknya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Robert H. Sharer dan Wendy Ashmore (2010) yang terdiri dari formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengelolaan data, analisis, interpretasi dan publikasi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka dan perekaman data di Museum Negeri Sonobudoyo. Hasil penelitian menjelaskan bahwa peran arkeolog  sebagai konservator keris, juga memperhatikan bahan-bahan penyusun pamor selain pada kerusakan keris sebagai indikator pelestarian.

Conservation is an effort made to prevent damage, inhibit the weathering process, and act to handle collections that have experienced damage so that the museum collection is in good condition according to the original. This research discusses integrated conservation carried out on the prestige of the keris as an intangible cultural heritage. Considering the importance of preserving it, conservation regarding pamor is still rarely discussed, the keris blade is an embodiment of the art of forging technology which produces a pattern called pamor. Considering the complex nature of the construction, conservation of keris blades requires special handling so that the conservation carried out does not change the context of the artifact or even damage it. This research uses the research method of Robert H. Sharer and Wendy Ashmore (2010) which consists of formulation, implementation, data collection, data management, analysis, interpretation and publication. Data collection was carried out by means of literature study and data recording at the Sonobudoyo State Museum. The results of the research explain that the role of archaeologists as keris conservators is also to pay attention to the materials that make up the prestige apart from damage to the keris as an indicator of preservation. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2002
691 SUN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lucas Partanda Koestoro
Medan: Balai Arkeologi Medan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata , 2010
930.1 KEA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Alqaprint Jatinangor, 2010
930.1 ARK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayan, 1996
930.1 IND i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Roseri Rosdy Putri
"Benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, sehingga perlu dilindungi dan dipelihara demi pemupukan kesadaran jati diri bangsa. Berdasar catatan Direktorat Purbakala, hingga tahun 2000, tercatat lebih dari 5000 benda cagar budaya tidak bergerak di seluruh wilayah Indonesia. Setiap perorangan yang memiliki atau menguasai benda cagar budaya diwajibkan untuk melindungi dan memeliharanya sesuai kondisi fisik benda cagar budaya tersebut. Salah satu upaya perlindungan dan pemeliharaan benda cagar budaya adalah dengan melakukan pemugaran.
Pemugaran adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengembalikan keaslian bentuk benda cagar budaya dan memperkuat strukturnya bila diperlukan, yang dapat dipertanggung-jawabkan dari segi arkeologis, historis, dan teknis. Pemugaran dilakukan dengan memperhatikan keaslian bentuk, bahan, pengerjaan, dan tata letak. Pemugaran di Indonesia telah berlangsung sejak masa penjajahan Belanda, dan tercatat lebih dari 400 benda cagar budaya berupa bangunan yang telah dipugar. Beragamnya pelaksana pemugaran dan beragamnya bentuk benda cagar budaya yang dipugar mempengaruhi hsil akhir pemugaran. Hal ini disebabkan belum dimilikinya format baku tentang metode dan teknik pemugaran benda cagar budaya. Penelitian ini ditujukan untuk mencatat tentang metode dan teknik pemugaran benda cagar budaya yang telah berlangsung di Indonesia selama ini.
Candi Induk Utara Candi Plaosan Lor, menjadi objek penelitian dalam tulisan ini, telah selesai dipugar pada tahun 1997. Candi ini berada dalam kompleks Candi Plaosan yang terletak di desa Bugisan, kecamatan Prambanan, kabupaten Klaten, Jawa Tengah, bersama-sama dengan candi Induk Selatan Candi Plaosan Lor yang telah selesai dipugar pada tahun 1964. Candi Induk Utara dan candi Induk Selatan memiliki kesamaan bentuk arsitektur mulai dari kaki hingga atap termasuk ragam hiasnya sehingga memperlihatkan sebagai candi kembar. Dengan membandingkan kondisi candi Induk Utara sebelum dipugar dan sesudah dipugar, tampak adanya perbedaan tampak yang sangat berarti. Melihat kondisi candi sebelum dipugar tidak terbayang bentuk candi secara utuh. Prinsip keaslian yang diterapkan dalam kegiatan pemugaran candi Induk Utara candi Plaosan Lor menjadi kunci dari pengembalian keutuhan candi tersebut.
Maksud pemugaran dengan mempertahankan keaslian bentuk benda cagar budaya adalah melakukan perbaikan dengan mempertahankan desain awal benda cagar budaya sebelum mengalami kerusakan. Ketentuan yang dipakai adalah: (1) pengembalian bentuk benda cagar budaya dilakukan sampai pada Batas yang secara akademis dapat dipertanggung-jawabkan, serta harus dihentikan bila timbul keragu-raguan; (2) penyelesaian bentuk akhir dari ragam hias hanya dibatasi pada bentuk dasar ragam hias sebagai upaya untuk menghindari kerancuan dalam mempertahankan keaslian data; (3) Kegiatan pengembalian keaslian bentuk harus selalu disertai dengan kegiatan perekaman data, verbal dan pictorial.
Pemugaran dengan mempertahankan keaslian bahan adalah melakukan perbaikan dengan mempertahankan material yang dipakai untuk membangun benda cagar budaya sama seperti pada saat awal pendiriannya. Pelaksanaannya dilakukan dengan ketentuan-ketentuan: (1) bahan pengganti memiliki ukuran, jenis, kualitas, dan kandungan unsur bahan yang sama dengan bahan asli, yang didapat melalui penelitian laboratorium; (2) bahan pengganti harus diberi tanda yang ditempatkan pada bagian yang tidak mengganggu estetika bangunan secara keseluruhan; (3) pengadaan bahan pengganti tidak dibenarkan apabila pada akhirnya tampak mendominasi; (4) penggunaan bahan pengganti harus disertai dengan perekaman data, baik verbal maupun gambar dan foto.
Pemugaran dengan mempertahankan keaslian pengerjaan adalah upaya perbaikan dengan mempertahankan bentuk struktur dan sistem konstruksi benda cagar budaya sama seperti pada saat awal pendiriannya. Dalam pelaksanaannya dilakukan dengan ketentuan-ketentuan: (1) penggunaan teknologi pengerjaan masa kini atau baru dapat dibenarkan atau diperbolehkan apabila teknologi pengerjaan yang asli sudah tidak memungkinkan; (2) teknologi pengerjaan masa kini atau baru dapat diterapkan setelah melalui penelitian dan uji kelayakan; (3) penggunaan teknologi pengerjaan masa kini harus disertai dengan perekaman data, baik verbal maupun gambar dan foto.
Pemugaran dengan prinsip mempertahankan keaslian tata letak adalah melakukan perbaikan dengan mempertahankan lokasi dan keletakan benda cagar budaya terhadap lingkungan makro dan mikro sama seperti pada saat awal pendiriannya. Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan adalah (1) pengembalian keletakan benda cagar budaya ke tempat aslinya, dilakukan setelah diadakan penelitian terhadap kondisi benda cagar budaya dan lingkungannya; (2) perekaman data tentang kondisi keletakan benda cagar budaya beserta komponen dan unsur-unsur didalamnya sudah dihimpun dan dikumpulkan sebelum benda cagar budaya dipugar; (3) pengembalian keletakan material candi yang memiliki hiasan dilakukan dengan cara mencocokkan alur hiasan antara batu satu dengan lainnya.
Akhir dari penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat tiga tingkat keharusan dalam penerapan prinsip keaslian pada pemugaran benda cagar budaya, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Penerapan prinsip keaslian dengan tingkat keharusan tinggi dicapai oleh prinsip keaslian bentuk dan tata letak. Penerapan prinsip keaslian dengan tingkat keharusan sedang dicapai oleh prinsip keaslian bahan. Penerapan prinsip keaslian dengan tingkat keharusan rendah terjadi pada penerapan keaslian pengerjaan. Secara ekstrim, penerapan prinsip keaslian pengerjaan dalam pemugaran benda cagar budaya dapat dikatakan tidak tercapai.
Melihat hasil penilaian terhadap penerapan setiap butir keaslian pada pemugaran candi Induk Utara Candi Plaosan Lor, dan juga yang terjadi pada banyak pemugaran benda cagar budaya berbahan batu lainnya, maka prinsip keaslian yang tepat untuk pemugaran benda cagar budaya dari batu adalah mempertahankan keaslian bentuk, bahan, dan tata letak. Keaslian pengerjaan dapat dikatakan selalu tidak tercapai mengingat bahwa teknologi pengerjaan yang baru dinilai lebih memenuhi kebutuhan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi benda cagar budaya dibandingkan dengan teknologi pengerjaan asli. Penggunaan teknologi pengerjaan yang baru membuat tujuan pemugaran sebagai suatu upaya pelestarian benda cagar budaya dapat tercapai."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11806
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979
R 930.103 KAM
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
"Arkeologi dan masyarakat / Daud Aris Tanudirjo -- Pengelolaan informasi hasil penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta / Indah Asikin Nurani -- Kerangka pengembangan pangkalan data hasil penelitian arkeologi sebagai dasar kegiatan pemasyarakatan / Sugeng Riyanto -- Publikasi hasil penelitian arkeologi untuk publik / T.M. Hari Lelono -- Peran publik dalam pengelolaan Situs Patiayam / Siswanto -- Video (berbasis) komunitas / Putri Novita Taniardi -- Konflik kepentingan pengelolaan peninggalan bawah air / Priyatno Hadi Sulistyarto -- Optimalisasi potensi dan tata kelola kawasan Cagar Budaya Pleret, Karimunjawa / Hery Priswanto & Alifah -- Pemberdayaan pesantren dalam inventarisasi dan digitalisasi naskah-naskah kuno Cagar Budaya Pleret / Ma"
Yogyakarta: Arkeologi dan publik, 2011
930.1 ARK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>