Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139036 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rima Muryantina
"Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari tidak semata-mata digunakan hanya untuk menyampaikan makna tertentu pada pihak kawan bicara, tetapi juga untuk menunjukkan sikap kita terhadap kawan bicara dan topik pembicaraan. Tuturan yang mencerminkan tindakan pembicara terhadap seseorang atau sesuatu disebut "tindak tutur". Dalam tindak tutur manusia, terdapat daya pragmatik yang diharapkan terjadi setelah tuturan tersebut diujarkan. Daya pragmatik ini dapat disampaikan baik dengan cara langsung maupun tidak langsung. Dalam penuturan tidak langsung, sering terdapat implikasi makna yang sering kali tergantung pada elemen-elemen kontekstual. Salah satu konteks penting dalam memahami implikatur adalah kebudayaan.
Dalam film Everything is Illuminated (2005) terdapat banyak tindak tutur dan implikatur dalam dialog tokoh Alexander Perchov dan Jonathan Foer. Sering kali kedua tokoh ini saling tidak memahami tindak tutur dan implikatur yang mereka gunakan pada satu sama lain. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Temuan dari penelitian ini adalah perbedaan kebudayaan antara kedua tokoh sangat berpengaruh terhadap proses pemahaman dan penggunaan tindak tutur dan implikatur.

Language, in daily use, doesn't only function as a medium to communicate meanings to the addressee, but also to show the speaker_s attitudes toward the addressee and the discussed topic. Utterances that indicate the speaker's attitude towards something or someone are usually called 'speech acts'. Each of these speech acts has a pragmatic force that expects something to happen when the speech act is uttered. This pragmatic force could be expressed directly and indirectly. In implied speech acts, there are implications of meanings that often depend on contextual elements. One of the important contextual elements to understand the implicatures is culture.
In the movie Everything is Illuminated (2005), there are so many speech acts and implicatures in Alexander Perchov dan Jonathan Foer's dialogues. Both characters often don_t understand each others speech acts and implicatures. These misunderstandings happen because they have different cultural backgrounds. The finding of the research is that the different cultural background of the speakers really influences the comprehension and the using of speech acts and implicatures
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13961
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ekana Priangga
"Analisis perbedaan dan kesamaan fitur_-fitur linguistik pada teks-teks bahasa Inggris dalam dua kategori genre yang berbeda, yaitu Deskripsi dan Sebab-Akibat. (Di bawah bimbingan Salindinah S. Soetarto.) Fakutas Sastra Universitas Indonesia, 1993. Cara-cara membentuk makna yang dinilai dan disepakati secara kultural, yang bisa disebut sebagai genre, dipan_dang memiliki struktur bahasa masing-masing dan bersifat khas sehingga dapat dibedakan satu sama lain. Penulis mencoba melihat perbedaan-perbedaan tersebut dengan meng_gunakan teori tatabahasa sistemik fungsional Halliday, dengan membatasi data atas dua tipe genre, yaitu deskripsi dan sebab-akibat. Penulis menerapkan salah satu aspek tatabahasa sistemik -berupa sistem transitivitas -untuk menganalisis data. Tujuan analisis ini adalah untuk mene_mukan dan juga membuktikan adanya perbedaan pola-pola pemakaian transitivas di dalam kedua genre yang mungkin mencerminkan sifat genre-nya masing-masing. Sistem transitivitas, yang oleh Halliday dimaksud sebagai representasi komponen makna eksperensial (the representation of the experential components of meaning) di dalam sebuah klausa, dibentuk atas: proses, partisipan di dalam proses, dan sirkumstans yang berhubungan dengan proses. Di dalam bahasa Inggris dikenal beberapa tipe proses, yaitu: proses material, proses mental, proses relasional, proses verbal, proses behavioral, dan proses eksistensial. Masing-masing memiliki partisipannya sen_diri-sendiri. Elemen-elemen sirkumstansnya adalah: Jangka dan Lokasi (Extent and Location), Cara (Manner), Sebab (Cause), Kesertaan (Accompaniment), Hal (Matter), dan Peran (Role). Data analisis adalah berupa kutipan teks-teks yang efektif yang mewakili kedua tipe genre. Seluruhnya ber_jumlah 11 teks, yang diperoleh dari buku-buku antologi esai atau buku-buku ajar komposisi/retorika bahasa In_ggris. Berdasarkan basil analisis, penulis menyimpulkan bahwa ada perbedaan-perbedaan yang khas di dalam sistem transi_tivitas pada teks-teks genre deskrispsi terhadap genre se_bab-akibat. Teks-teks deskripsi secara dominan menggunakan tipe proses Material. Akan tetapi, teks-teks sebab-akibat, secara general, tidak menunjukkan adanya dominasi sebuah tipe proses. Teks-teks genre ini menggunakan proses Mate_rial dan/atau Relasional sebagai proses mayoritasnya. Demikian pula, terdapat sedikit perbedaan dalam peng_gunaan elemen sirkumstans di antara teks-teks kedua tipe genre. Walaupun keduanya sama-sama menunjukkan adanya penggunaan elemen sirkumstasial Lokasi secara dominan, teks-teks genre deskripsi menggunakannya secara amat mencolok dibandingkan yang digunakan pada teks-teks sebab_-akibat. Kendati demikian, pola transitivitas di dalam teks_-teks kedua genre bukannya tidak menunjukkan adanya kesa_maan. Ditemukan bahwa proses Behavioral, proses Verbal, dan proses Eksistensial adalah tipe-tipe proses yang amat jarang digunakan pada teks-teks kedua genre. Begitu pula, Kesertaan, Hal, dan Peran adalah elemen-elemen sirkumstans yang terhitung minim digunakan baik di dalam teks-teks deskripsi maupun teks-teks sebab-akibat. Analisis genre seperti ini dapat memberikan tilikan yang cukup panting, dalam rangka lebih memahami sifat organisasi bahasa pada teks-teks bahasa Inggris yang efektif, yang disusun oleh penutur asli yang baik."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fulvia
"Skripsi ini membahas representasi multikulturalisme dalam brosur pariwisata Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan metode penelitian analisis wacana kritis. Hasil penelitian ini adalah multikulturalisme Indonesia direpresentasikan melalui perpaduan berbagai symbol sejarah, kesenian, dan kebudayaan, sedangkan multikulturalisme Malaysia direpresentasikan melalui keterwakilan berbagai kelompok budaya dalam berbagai bidang, dan multikulturalisme Singapura direpresentasikan melalui keberadaan simbol-simbol kebudayaan dan agama yang berbeda-beda.

Abstract
The focus of this study is representation of multiculturalism in Indonesian, Malaysian, and Singapore Tourism Brochures. The purpose of this study is to see how the overnment of Indonesia, Malaysia, and Singapore represent their country_s multiculturalism. This will allow reader to see the role of power to represent the"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S14011
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Djunaidi
"Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penggunaan pemagar dalam percakapan berita melalui telepon yang disiarkan langsung di radio. Untuk mencapai tujuan itu masalah yang dibahas di dalam penelitian ini mencakupi pokok berikut: (1) bentuk-bentuk pemagar yang digunakan penutur di dalam percakapan dan (2) fungsi pemagar yang digunakan penutur di dalam percakapan. Korpus data penelitian ini diambil dari tiga puluh dua kegiatan percakapan yang direkam dari siaran radio Elsinta Jakarta dalam acara ""Edisi Pagi News and Talk"" (18 percakapan) dan ""Pos Sore News and Talk"" (14 percakapan).
Hasil rekaman itu ditranskripsi ortografis berdasarkan model giliran bicara (turn taking) ke dalam tulisan dengan menggunakan ejaan bahasa Indonesia. Analisis data dilakukan dengan metode analisis kualitatif dan metode analisis pragmatis dengan prosedur introspeksi dan analisis kontekstual, serta analisis wacana kritis (Salager-Meyer 1994; Dijk 2000). Pemagar yang diperoleh dari penelitian ini adalah bentuk ungkapan verbal yang berupa kata (seperti mungkin, semacam, agaknya), berupa frasa (seperti menurut kami, insya Allah, setahu saya), dan berupa klausa (seperti saya kira, saya pikir, kalau""(saya) tidak salah). Pemagar yang digunakan penutur di dalam percakapan berfungsi sebagai penanda kehati-hatian dan sebagai pelindung muka.
Pemagar dalam tuturan direktif cenderung berfungsi sebagai pelindung muka negatif petutur dan muka positif penutur, agar tidak timbul konflik penutur-petutur. Pemagar dalam tuturan representatif dan ekspresif cenderung berfungsi sebagai pelindung muka positif petutur. Implikasi penggunaan pemagar itu di dalam percakapan adalah terpeliharanya hubungan yang harmonis penutur-petutur dan terbangunnya citra did positif para penuturnya.
Penelitian yang dilakukan ini hanya memperhatikan pemagar yang berbentuk ungkapan verbal dan tidak mempertimbangkan aspek yang lain (misalnya ciri-ciri prosodi dan later belakang budaya). Penelitian lanjutan yang serupa atau penelitian perpagaran dengan mempertimbangkan aspek yang lain masih perlu dilakukan agar diperoleh gambaran yang lebih jelas dan sistematis tentang perpagaran di dalam bahasa Indonesia, bail( dalam wacana lisan maupun wacana finis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T38831
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helena Menta Dumaris
"Helena Menta Dumaris. Analisis Tindak Tutur Mengancam Muka di Tempat Kerja (Di bawah bimbingan Dr. Setiawati Darmojuwono). Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 2000. Face Threatening Act (PTA) ist ein Akt, der gegen entweder das Gesicht des Sprechers oder das Gesicht des Horers ist. Dieses Gesicht hat 2 Aspekte.
Sie sind negatives Gesicht and positives Gesicht. In dieser Arbeit wurden die Gemeinsamkeiten and die Unterschiede zwischen dem FTA, der von einem Mann and dem von einer Frau geaufert warden, analysiert. Es wird auch untersucht, der FTA, aus der Sicht der Mannersprache and der Frauensprache. AuBerdem wurden auch die Hoflichkeitsstrategien analysiert, die von einem Mann bzw. von einer Frau bei der AuBerung FTA benutzt wurden.
Die Quelle der Daten in dieser Arbeit sind 2 Erzahlungen, namlich: Der erste Schritt (Woon Jung Chei) and Anneli wahnt hier trick mehr (Horst Scharnagl). these zwei Erzahlungen sind aus dem Birch Drtstennin Arbeitsplatz. Kriminelles aus den Betrieben, genommen warden, in dem als Hauptthema die Kriminalitat in den Betrieben erzahlte.
Die Ergebnisse dieser Untersuchung weisen darauf hin, daB der FTA eher von der Rolle als von dem Geschlecht des Sprechers abhangig ist. Die Leute neigen die Bedrohungen zu mildern, wenn sie mit den Vorgesetzten sprechen. Dazu benutzen sie entweder negative Haflichkeiten oder positive Hoflichkeiten. Auterdem ist es auch in dieser Arbeit festgestellt, daB nicht alle Merkmale der..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S14621
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Martina Triyatna
"Setelah pemaparan tentang konsep Halliday dan analisis pada bab-bab sebelumnya, kini penulis akan mengambil kesimpulan berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab 4.Dari sekian banyak alat kohesi gramatikal yang di_jabarkan oleh Halliday dan Hasan, ada beberapa yang tidak terdapat dalam WM, yaitu: - penyulihan klausa tidak lingsung (substitution of report ed clause) - penyuluhan klausa pengandaian (substitution of conditional clause) - penyulihan klausa modalitas (substitution of modality).Walaupun ketiga bentuk penyulihan di atas tidak dijumpai di dalam WM, keutuhsn paragraph-paragraf cerpen tersebut tidak terganggu. Kumpulan-kumpulan kalimat: tersebut membentuk wacana (yaitu paragraf), dan dengan alat-alat kohe_si yang lain dapat menjalin keutuhan cerpen itu seluruhnya. Dengan lain perkataan, untuk menjaga agar suatu wacana itu_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S14131
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Melva Ratna Rulida
"Sebagai ikhtisar dari hasil analisis sekunder terhadap data-data yang dikumpulkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1 Secara keseluruhan di keempat propinsi yang diteliti, terdapat suatu indikasi yang jelas dan nyata tentang perubahan pola perolehan bahasa-bahasa di Indonesia sebagaimana terlihat dalam perbandingan pola perolehan bahasa antara orang dewasa dan anak-anak, yang menun_jukkan bahwa sekarang ini semakin banyak orang memperoleh bahasa Indonesia sebagai BI. 2. Secara keseluruhan di keempat propinsi yang diteliti, terdapat suatu indikasi yang tidak begitu jelas tapi nyata tentang perubahan penggunaan bahasa-bahasa di Indonesia sebagaimana terlihat dalam ..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S14187
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Dinar Prihatina
"Skripsi ini menganalisis kaitan antara eksistensi dan intersubjektivitas yang ditampilkan dalam film Artificial Intelligence: A.I. dengan memaknai tokoh David, sebagai subjek yang memenuhi dorongan untuk mencapai pemenuhan diri (transendensi). Dengan menggunakan pendekatan filsafat Gabriel Marcel, penelitian ini menganilisis dinamika tokoh David yang berpartisipasi dalam hubungan personal berlandaskan cinta sehingga dapat mencapai transendensi. Berdasarkan analisis tersebut dapat dibuktikan bahwa manusia dapat meraih pemenuhan diri dengan menghentikan objektivikasi dan membina hubungan intersubjektif. Secara keseluruhan, A.I. menyuarakan keprihatinan terhadap kondisi manusia modern yang cenderung tenggelam dalam individulitas dan mengabaikan nilai hubungan personal antarmanusia sehingga tidak dapat mencapai tingkat eksistensi tertinggi sebagai _Aku_ yang _Ada_.

Abstract
The main focus of this study is the significance of David_s existence in Steven Spielberg_s film, Artificial Intelligence: A.I. This study particularly analyzes the correlation between human_s existence and openness (l_intersubjectivit_) by exploring David as a subject who urges to achieve the exigence of transcendence, the need of transcendence. Using Gabriel Marcel_s philosophical approach, this study examines David_s interpersonal relationship based on love as a manifestation of his openness which could lead him to achieve the state of fullness (transcendence). This study confirms that human being will be able to achieve the need of transcendence when we are willing to see other people as subject and maintain interpersonal relationship. All in all, A.I. criticizes the condition of modern man who are drowned in individuality and despises the value of interpersonal relationship, so that the highest level of existence, the state of Being cannot be achieved."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13942
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Welya Roza
"One of the differences between the expression of the language aspects of English and Indonesian is related to the definiteness and indefiniteness (henceforth: DFS and IDFS) phenomenon. Lyons (1995:0) sates that the natural languages express the DFS and IDFS phenomenon by using several semantic categories. However, the expression of the phenomenon in most languages is not as a well-defined system, with clear-cut categories and black and white distinctions, as that in English (Chesterman, 1991:4; Lyons, 1977:179). According to Lyons (1977) English might use the definite article the in the definite noun phrase (henceforth: NP). Proper names and personal pronouns also express the English definite NP Then, the English indefinite NP is usually peceded by the indefinite article a/an. The Indonesi_an DFS's syntactic devices include demonstratives itu/ini and personal pronoun -nya, while the IDFS's uses noun classifiers (seorang for human, seekor for animal, and sebuah for the rest) (Dardjowidjojo, 1983:194_245). Alwi et al. (1998a:44) specifies the DFS""s syntactic devices of the parts of Indonesian syntax, namely, artrcles (si/ sang, yang), demonstratives (itu/ini), proper names (Rizky, Rizka, Kharin), personal pronouns (I, my, you, your), or referring nouns (I3apak, Ibu, Saudara). Thus, those devices vary, and my study suggests to use zero (4)), too. The analogical mistakes made by the Indonesian students who study English were due to the fact that the forms and the meanings of the syntactical devices in English and Indonesian are not equivalent (Dardjowidjojo, 1983:194_245; cf. Mansyur, 1993). The definite and indefinite NP are two referring expessions in the referential system; the others are the general, opaque, and generic references (Lyons, 1977:177-197). The role of the definite and indefinite NP are more basic than those other referring expressions. Thus, my study focuses on the definite and indefinite NP which entail the discussion of those other referring expressions, but not vice versa."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
D1639
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herawaty Abdoellah Isa
"Kompetens dan Performans dalam perilaku bahasa merupakan faktor utama dalam perkembangan bahasa seseorang. Kedua faktor tersebut tercermin dalam kemampuan seseorang dalam menguasai empat segi pokok yang menyangkut bidang-bidang fnologi, gramatika, kosa kata serta leksikon. Perkembangan dari Kompetens dan Performans tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor biologis dan psikologis. Kesempurnaan dari mekanisme sistem penerimaan dalam berbahasa, misalnya telinga, serta sistem produksi, misalnya alat-alat wiacara, merupakan faktor biologis yang sangat berperan dalam perkembangan kemampuan seseorang dalam berbahasa. Di samping itu faktor psikologis, misalnya emosi dan lingkungan juga merupakan faktor yang menentukan. Lingkungan sosial dan pendidikan formal, misalnya, sangat berpengaruh terhadap perkembangan fonologi, gramatika, kosa kata dan leksikon seseorang..."
Depok: Universitas Indonesia, 1981
S14129
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>