Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162735 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yessika Ayurisna
"Skripsi ini membahas representasi maskulinitas dari segi fisik dan mental dalam majalah "Men's Health" USA. Obyek penelitian ini adalah empat artikel dalam majalah "Men's Health," yang terdiri dari dua artikel mengenai fisik dan dua artikel mengenai mental. Kemudian, penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis wacana kritis Norman Fairclough. Selain teori analisis wacana kritis, dalam penelitian ini juga digunakan teori representasi, teori ideologi dan teori maskulinitas.
Hasil penelitian ini adalah dari segi fisik pria harus mengikuti "standar" maskulinitas yang ada, yaitu memiliki tubuh ramping, berotot, memiliki perut kotak-kotak ("six-packs"). Sedangkan dari segi mental, pria harus bisa menerima dirinya apa adanya dengan segala kelemahan dan pria juga dituntut untuk memiliki sisi "nurture" agar bisa pengurus anak-anaknya tanpa bergantung pada wanita. Dengan demikian, pada masa kini telah terjadi perubahan pemikiran masyarakat Amerika mengenai "standar" pria ideal.

This thesis deals with the representation of masculinity from a physical and mental perspective in the American magazine "Men's Health." The main topic of this thesis concerns four articles published in "Men's Health", consisting of two articles about the human physique and two articles about the human mentality. Furthermore, the method used in this research is based on the critical discourse analysis by Norman Fairclough. Besides the framework of critical discourse analysis, this thesis applies multiple other theories as well, like the theories of representation, ideology and masculinity.
The conclusion that can be drawn from this research is that from the physical perspective, men have to follow the current 'masculinity standard', meaning a slim, yet muscled body. But, however, from the mentality perspective men have to accept their own shortcomings or weaknesses and are required to be in touch with their 'nurture-side' in order to take care of their children without being dependant on their wives. With these criteria in mind, we can see a recent development in the American way of thinking on the topic of the 'ideal man'.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S14226
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ekana Priangga
"Analisis perbedaan dan kesamaan fitur_-fitur linguistik pada teks-teks bahasa Inggris dalam dua kategori genre yang berbeda, yaitu Deskripsi dan Sebab-Akibat. (Di bawah bimbingan Salindinah S. Soetarto.) Fakutas Sastra Universitas Indonesia, 1993. Cara-cara membentuk makna yang dinilai dan disepakati secara kultural, yang bisa disebut sebagai genre, dipan_dang memiliki struktur bahasa masing-masing dan bersifat khas sehingga dapat dibedakan satu sama lain. Penulis mencoba melihat perbedaan-perbedaan tersebut dengan meng_gunakan teori tatabahasa sistemik fungsional Halliday, dengan membatasi data atas dua tipe genre, yaitu deskripsi dan sebab-akibat. Penulis menerapkan salah satu aspek tatabahasa sistemik -berupa sistem transitivitas -untuk menganalisis data. Tujuan analisis ini adalah untuk mene_mukan dan juga membuktikan adanya perbedaan pola-pola pemakaian transitivas di dalam kedua genre yang mungkin mencerminkan sifat genre-nya masing-masing. Sistem transitivitas, yang oleh Halliday dimaksud sebagai representasi komponen makna eksperensial (the representation of the experential components of meaning) di dalam sebuah klausa, dibentuk atas: proses, partisipan di dalam proses, dan sirkumstans yang berhubungan dengan proses. Di dalam bahasa Inggris dikenal beberapa tipe proses, yaitu: proses material, proses mental, proses relasional, proses verbal, proses behavioral, dan proses eksistensial. Masing-masing memiliki partisipannya sen_diri-sendiri. Elemen-elemen sirkumstansnya adalah: Jangka dan Lokasi (Extent and Location), Cara (Manner), Sebab (Cause), Kesertaan (Accompaniment), Hal (Matter), dan Peran (Role). Data analisis adalah berupa kutipan teks-teks yang efektif yang mewakili kedua tipe genre. Seluruhnya ber_jumlah 11 teks, yang diperoleh dari buku-buku antologi esai atau buku-buku ajar komposisi/retorika bahasa In_ggris. Berdasarkan basil analisis, penulis menyimpulkan bahwa ada perbedaan-perbedaan yang khas di dalam sistem transi_tivitas pada teks-teks genre deskrispsi terhadap genre se_bab-akibat. Teks-teks deskripsi secara dominan menggunakan tipe proses Material. Akan tetapi, teks-teks sebab-akibat, secara general, tidak menunjukkan adanya dominasi sebuah tipe proses. Teks-teks genre ini menggunakan proses Mate_rial dan/atau Relasional sebagai proses mayoritasnya. Demikian pula, terdapat sedikit perbedaan dalam peng_gunaan elemen sirkumstans di antara teks-teks kedua tipe genre. Walaupun keduanya sama-sama menunjukkan adanya penggunaan elemen sirkumstasial Lokasi secara dominan, teks-teks genre deskripsi menggunakannya secara amat mencolok dibandingkan yang digunakan pada teks-teks sebab_-akibat. Kendati demikian, pola transitivitas di dalam teks_-teks kedua genre bukannya tidak menunjukkan adanya kesa_maan. Ditemukan bahwa proses Behavioral, proses Verbal, dan proses Eksistensial adalah tipe-tipe proses yang amat jarang digunakan pada teks-teks kedua genre. Begitu pula, Kesertaan, Hal, dan Peran adalah elemen-elemen sirkumstans yang terhitung minim digunakan baik di dalam teks-teks deskripsi maupun teks-teks sebab-akibat. Analisis genre seperti ini dapat memberikan tilikan yang cukup panting, dalam rangka lebih memahami sifat organisasi bahasa pada teks-teks bahasa Inggris yang efektif, yang disusun oleh penutur asli yang baik."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiningsih Sulistiarsti
"Hasil penelitian pada konstruksi partisipial dalam bahasa Inggris yang tertuang dalam tesis ini terdiri dari empat butir kesimpulan semantis dan empat butir kesimpulan sintaksis. Butir yang pertama dan sebagian dari butir ketiga adalah penemuan peneliti-peneliti terdahulu. 1. Thompson (1985, 44) mengatakan bahwa konstruksi partisipial adalah latar belakang bagi klausa utamanya, yang dalam tesis ini dirujuk sebagai klausa latar depan. 2. Kontruksi partisipial mengandung makna yang mengungkapkan hubungan semantis antara konstruksi tersebut dan klausa latar depannya. Hubungan semantis antara verba konstruksi partisipial dan verba klausa latar depan dicurigai berperan dalam menentukan makna konstruksi partisipial. 3. Azar (1985, 296) ,engatakan bahwa makna yang terkandung dalam konstruksi partisipial adalah..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
T37282
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrianisa Mutiara
"Retorika adalah suatu kajian yang membahas pidato sebagai suatu kesatuan linguistik yang melibatkan konteks tempat dibacakannya pidato tersebut, konteks audiens dari pendengar pidato tersebut, dan konteks tujuan yang diinginkan dari pembacaan pidato tersebut (Lauren, 1981). Retorika telah menjadi kajian penting dalam perpolitikan sejak jaman peradaban Yunani sebagai bentuk kekuasaan pengejawantahan kekuasaan dengan mengandalkan kemampuan orator untuk berbicara di depan umum dan logika argumentasi (Van Dijk, 1997). Retorika pidato ini menujukkan upaya pemerolehan kekuasaan dari seseorang kepada orang lain baik secara tersurat maupun tersirat. Dengan demikian, pidato harus dipahami secara utuh sehingga diketahui kepentingan yang disampaikan oleh pidato tersebut. Seringkali pendengarnya terlalu terpukau dengan pidato tersebut sampai tidak tahu bahwa Ia sedang diperalat secara langsung maupun tidak langsung. Dalam budaya pendidikan Barat, retorika menjadi sebuah kajian penting yang dipelajari selama berabad-abad sejak jaman Yunani kuno (Herrick, 2001:31) Masa awal berkembangnya pendidikan retorika di tengah masyarakat Yunani kuno diperkirakan dimulai pada abad ke-5 S.M. Sejarawan Richard Leo Enos mengungkapkan indikasi penerapannya di tulisan-tulisan Homer di abad ke-9 S.M. Secara umum, Enos melihat bahwa retorika dalam karya-karya Homer difungsikan melalui tiga aspek yaitu heuristik, eristik, dan protreptik (Ibid.). Heuristik dari retorika adalah bahasa difungsikan sebagai alat untuk mengungkap kesadaran atas suatu makna tertentu, sedangkan eristik menunjukkan bahwa bahasa dalam retorika memiliki kekuatan tertentu. Protreptik kemudian memfungsikan bahasa dengan kekuatan yang dimilikinya untuk mengarahkan orang lain sesuai kehendak pembicara. Ketiga hal inilah yang membedakan retorika dengan penggunaan bahasa sehari-hari. Tidak sekedar berkomunikasi dan ..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S14024
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Martina Triyatna
"Setelah pemaparan tentang konsep Halliday dan analisis pada bab-bab sebelumnya, kini penulis akan mengambil kesimpulan berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab 4.Dari sekian banyak alat kohesi gramatikal yang di_jabarkan oleh Halliday dan Hasan, ada beberapa yang tidak terdapat dalam WM, yaitu: - penyulihan klausa tidak lingsung (substitution of report ed clause) - penyuluhan klausa pengandaian (substitution of conditional clause) - penyulihan klausa modalitas (substitution of modality).Walaupun ketiga bentuk penyulihan di atas tidak dijumpai di dalam WM, keutuhsn paragraph-paragraf cerpen tersebut tidak terganggu. Kumpulan-kumpulan kalimat: tersebut membentuk wacana (yaitu paragraf), dan dengan alat-alat kohe_si yang lain dapat menjalin keutuhan cerpen itu seluruhnya. Dengan lain perkataan, untuk menjaga agar suatu wacana itu_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S14131
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fulvia
"Skripsi ini membahas representasi multikulturalisme dalam brosur pariwisata Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan metode penelitian analisis wacana kritis. Hasil penelitian ini adalah multikulturalisme Indonesia direpresentasikan melalui perpaduan berbagai symbol sejarah, kesenian, dan kebudayaan, sedangkan multikulturalisme Malaysia direpresentasikan melalui keterwakilan berbagai kelompok budaya dalam berbagai bidang, dan multikulturalisme Singapura direpresentasikan melalui keberadaan simbol-simbol kebudayaan dan agama yang berbeda-beda.

Abstract
The focus of this study is representation of multiculturalism in Indonesian, Malaysian, and Singapore Tourism Brochures. The purpose of this study is to see how the overnment of Indonesia, Malaysia, and Singapore represent their country_s multiculturalism. This will allow reader to see the role of power to represent the"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S14011
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irna Silviana
"Skripsi ini meneliti struktur wacana iklan advertorial kondom di majalah wanita dewasa dan majalah pria dewasa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur wacana yang meliputi suprastruktur, alat kohesi, dan makrostruktur dalam wacana iklan advertorial kondom di majalah wanita dewasa (majalah Cleo) dan majalah pria dewasa (majalah Maxim). Iklan advertorial kondom yang dijadikan sebagai data adalah iklan advertorial It Takes Two to Tango_ (majalah Cleo) dan iklan advertorial Great Earthquake_ (majalah Maxim). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suprastruktur wacana iklan advertorial kondom di majalah wanita dewasa terdiri atas judul, elemen visual, badan iklan yang dilengkapi foto produk, dan baseline, sedangkan wacana iklan advertorial kondom di majalah pria dewasa terdiri atas elemen visual, lead in, judul, subjudul, dan badan iklan yang dilengkapi foto produk. Wacana iklan advertorial kondom di majalah wanita dewasa dan pria dewasa mengandung alat kohesi berupa referensi, substitusi, elipsis, konjungsi, dan kohesi leksikal, yaitu reiterasi_berupa repetisi dan sinonim_dan kolokasi. Makrostruktur wacana iklan advertorial kondom di majalah wanita dewasa menonjolkan informasi bahwa pemakaian kondom membutuhkan koordinasi antara wanita dan pasangannya untuk mendapatkan seks yang aman dan menyenangkan, sedangkan makrostruktur wacana iklan advertorial kondom di majalah pria dewasa menonjolkan informasi bahwa pemakaian kondom dapat memberikan sensasi berbeda ketika berhubungan seksual.

This undergraduate thesis analyzes about discourse structure in condom advertorials in women_s magazines and men_s magazines. This research uses a qualitative method. The purpose of this research is to describe the discourse structures including superstructure, cohesive devices, and macrostructure in condom advertorials in women_s magazine (Cleo magazine) and men_s magazine (Maxim magazine). The advertorials used as data are It Takes Two to Tango_ (advertised in Cleo magazine) and Great Earthquake_ (advertised in Maxim magazine). This research shows that the superstructure of the condom advertorial in the women's magazine consists of headline, a visual element, body copy of the advertorial completed with the product shot, and baseline. Meanwhile, the superstructure of the condom advertorial in the men_s magazine consists of a visual element, lead in, headline, subheadline, and the body copy of the advertorial completed with the product shot. The condom advertorials in the women_s magazine and the men's magazine consist of cohesive devices such as references, substitutions, ellipsis, conjunctions, and lexical cohesion (reiteration_in forms of repetitions and synonyms_and collocations). The macrostructure of the condom advertorial in the women_s magazine focuses on information about the importance of the coordination between women and their partners in using condoms for the safe and pleasant sex. On the other hand, the macrostructure of the condom advertorial in the men_s magazine emphasizes on how using condom could give particular sensation during sexual intercourse."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S10921
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Kalamanda
"Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana proses genderisasi yang terjadi pada satu bidang pekerjaan yaitu chef, melalui nilai-nilai maskulinitas yang dikonstruksi di dalam dapur profesional. Masalah penelitian akan dijawab melalui pendekatan kualitatif dan metode penelitian etnografi. Sejumlah data-data lapangan didapat dari hasil observasi, partisipasi observasi, wawancara mendalam dan studi pustaka. Hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa konsep maskulinitas dikonstruksi melalui cara bekerja, tantangan kerja, tekanan kerja, yang harus dijalankan dan dilewati oleh para chef, bagaimana mereka merespon setiap kejadian, cara berekspresi dan berperilaku di segala situasi selama bekerja. Dalam praktiknya, laki-laki maupun perempuan juga menemui masalah yang berbeda-beda untuk dapat membuktikan bahwa mereka mampu bekerja di dapur profesional. Memasak yang semula dan sampai hari ini masih dikonstruksikan sebagai pekerjaan domestik perempuan, nyatanya berubah ketika berada di ranah publik. Memasak di dapur profesional tidak lagi memperlihatkan sifat-sifat feminin perempuan. Nilai-nilai maskulin yang dikonstruksi melalui cara kerja chef bukan hanya membentuk identitas maskulin pada setiap individu yang melakukannya, melainkan juga kepada profesi tersebut.

This study aims to understand how an occupation is gendered. In this case, chef profession is gendered through the construction of masculinity in a professional kitchen. The research questions are answered with the qualitative approach and ethnography method, while the data are collected through observation, participation of observation, depth interview and literature review. My findings show that the concept of masculinity shaped and constructed within the work’s barriers, challenges, and pressure. It also has something to do with how the kitchen staffs have to deal with all the expected and unexpected situations during work, how they behave and express themselves. Both men and women face different problems to prove that they are able to work in a professional kitchen and they deserve the job. Cooking is considered and constructed as a domestic work and related to women’s work, but as in a public spheres such as professional kitchen, it became a men’s work. Masculinity that has been constructed through the work of chefs, not only represents a masculine identity on the individuals but also represents to the profession itself.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nittrasatri Handayani
"Kesinambungan topik dalam wacana tulis ekspositoris bahasa Indonesia ragam jurnalistik dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek sintaktis dan semantis. Berdasarkan hubungan sintaktis, kesinambungan tersebut muncul dalam bentuknya sebagai anafora nol, pronomina persona, pronomina demonstrativa, frasa nominal takrif, dan frasa nominal tidak takrif yang referensial, sedangkan melalui hubungan semantis dapat dinyatakan dalam empat hubungan makna. Dari keempat hubungan makna tersebut, hubungan makna yang tertinggi pemunculannya adalah hubungan makna kesamaan, sedangkan ditempat kedua hubungan makna bagian keseluruhan. Hubungan makna ketercakupan pada urutan ketiga, dan terakhir hubungan ketumpangtindihan. Sementara itu, hasil pengukuran terhadap kesinambungan topik secara kuantitatif menunjukkan bahwa pronomina demonstrativa merupakan penanda bahwa topik tersebut memiliki kesinambungan yang tertinggi; anafora nol di tempat kedua, diikuti frasa nominal takrif yang bersusunan beruntun netral di tempat ketiga, pronomina tidak berte¬kanan di tempat keempat, dan frasa nominal tidak takrif yang referensial di tempat terakhir. Hasil pengukuran ini tidak menentukan kualitas atau mutu wacana tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
T39139
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cadle, Patrick
Jakarta: UNDP, 2008
324.63 CAD b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>