Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147195 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diah Pitaloka
"Salah satu kebudayaan yang masih sering dilakukan dan diturunkan adalah semedi. Semedi dilakukan di tempat-tempat yang dianggap tidak biasa, diantaranya di Tempuran Gadog. Tempuran Gadog merupakan pertemuan dua sungai yaitu sungai Ciliwung dan sungai Ciesek. Situs ini sering digunakan oleh masyarakat Jawa sebagai tempat untuk melakukan pendekatan diri kepada Tuhan, yaitu semedi. Penelitian ini dilakukan di Tempuran Gadog, dengan metode wawancara dan pengamatan dari bulan Januari - Mei 2008. Beberapa aspek dalam semedi di Tempuran Gadog meliputi ketersediaan perlengkapan sesajen, tata cara, waktu dan tujuan serta implementasi dari semedi. Semedi dilakukan dengan cara tapa kungkum dan dilakukan secara terus-menerus pada malam hari, guna mendapatkan wahyu. Konsep yang melatarbelakangi semedi diantaranya adalah Sangkan Paran dan Kasampurnan, dan secara keseluruhan semedi mengarah kepada Manunggaling kawula - Gusti. Ritual semedi di Tempuran Gadog bersifat tradisi.
Beberapa mitos juga memaknai situs Tempuran Gadog. Pemaknaan semiotik terhadap perilaku dan artefak di Tempuran Gadog meliputi patung raksasa kembar, patung keong, patung orang memanah, pendopo, serta gambar Semar, dimana keseluruhan makna mengarah pada satu kesimpulan yaitu perilaku baik sebagai pesan dari Semar. Dengan arti seseorang yang mendatangi Tempuran Gadog diingatkan untuk menjadi baik saat memasuki dan keluar dari Tempuran Gadog. Tempuran Gadog merupakan lingkungan biofisik yang dimodifikasi dengan penambahan artefak yang bertujuan memotivasi pelaku semedi. Terdapat hubungan antara semedi dalam kebatinan Jawa dengan tasawuf yang ditandai dengan masuknya tahapan-tahapan spiritual sufi kedalam tahapan-tahapan spiritual Jawa"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11696
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Mega Prastiwi
"Dalam skripsi ini dikaji penerapan bidang semiotik dalam studi kasus aktual. Pertama, penulis menjabarkan secara ringkas apa sebenarnya semiotik itu dan bagaimana posisinya pada teks verbal di kedua majalah tersebut. Kedua, penerapan semiotik triadik yaitu representamen, Objek, dan Interpretasi pada teks verbal kedua majalah tersebut dan keterkaitan antara ketiganya sehingga membuat majalah tersebut dapat dilirik oleh pembaca. Dengan data satu tahun penerbitan majalah itu, penganalisisan dilakukan berdasarkan hubungan antara triadik semiotik, linguistik yang menghasilkan interpretasi yang bisa menarik perhatian pembaca untuk membeli majalah tersebut. Teks verbal sebagai linguistik dianalisis dari kelas kata yang mengisi teks verbal tersebut. Lantas, hal tersebut diuraikan dalam semiotik triadik. Setelah dilakukan analisis, diperoleh hasil yang patut dicatat. Pertama teks verbal pada kedua majalah itu didominasi oleh kelas kata nomina pada saat teks verbal tersebut sebagai Representamen. Kedua, pada saat keterkaitan Representamen dengan Objek ditemukan kelas kata adverbia sebagai kelas kata yang mendominasi. Ketiga, pada saat Interpretasi dapat diinterpretasikan dengan menggunakan hubungan antara representamen dengan objek dan di luar ketiga hubungan itu"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S10785
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirilin Megaluh
"Skripsi ini membahas mengenai makna ritual semedi dalam budaya Jawa, dengan melakukan studi kasus di Pandan Kuning Petanahan Kebumen. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif interpretatif, dengan menggunakan teori interpretasi (Jan van Luxemburg) dan mengaplikasikan konsepsi simbolik (Suwaji Bastomi). Hasil dari penelitian ini adalah berupa gambaran secara komperhensif mengenai konsep dan makna ritual semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen. Beberapa aspek dalam semedi yang meliputi sarana, ruang, dan waktu semedi; ucapan, sikap, dan tindakan semedi; tujuan semedi; implementasi hasil semedi; serta mitos antara ritual semedi di Pandan Kuning dengan Ratu Kidul; akan dianalisis secara deskriptif interpretatif. Semedi merupakan wujud laku untuk memperoleh kesempurnaan hidup (kasampurnan dumadi).

The focus of this study is about the meaning of ritual meditation in Javanese culture, by conducting a case study at Pandan Kuning Petanahan Kebumen. This research using interpretative descriptive method, by using interpretation theory (Jan van Luxemburg) and applying symbolic conception (Suwaji Bastomi). The results of this study is a comprehensive overview about the concept and the meaning of meditation ritual at Pandan Kuning Petanahan Kebumen. Several aspects of meditation, which includes facilities, spaces, and time of meditation; words, attitudes, and actions of meditation; purpose of meditation; the implementation of meditation results; and the myth of ritual meditation in Pandan Kuning with Ratu Kidul; will be descriptively interpretative analyzed. Meditation is the form of behavior to gain the perfection of life (kasampurnan dumadi)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42122
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Idrus
"[ABSTRAK
Tesis ini membahas bentuk humor dalam bahasa Jepang. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif yang membahas dan memaparkan humor dalam komik strip
bahasa Jepang. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis bentuk-bentuk
tuturan yang memicu terbentuknya humor pada komik strip, menganalisis makna
gambar dan relevansinya dalam membentuk humor pada komik strip dan
merumuskan bentuk humor dalam bahasa Jepang. Data penelitian ini adalah
komik strip Shin Kobochan karya Masashi Ueda jilid 28, 29 dan 30 yang
diterbitkan pada tahun 2014 oleh penerbit Houbunsha. Teori yang dipakai adalah
teori implikatur Grice untuk mengungkapkan makna tersirat tuturan, teori
ikonisitas Danesi dan Peron serta teori proses semiosis Perice untuk memaknai
gambar dan Teori Relevansi Sperber dan Wilson untuk melihat relevansi
antartuturan dan antara tuturan dengan gambar dalam membentuk humor. Hasil
penelitan menunjukkan bahwa tuturan-tuturan pembentuk humor dapat berupa
tuturan langsung dan tuturan tidak langsung. Tuturan-tuturan tersebut tidak hanya
menyampaikan makna tersurat, tetapi juga mengandung makna tersirat. Gambar
menampilkan penutur dan mitra tutur melakukan suatu aktifitas tertentu yang
diperlukan dalam proses penarikan kesimpulan sehingga makna pesan yang
dikomunikasikan dapat ditemukan. Pada akhirnya, humor pada komik strip
berbahasa Jepang dibentuk oleh adanya perbedaan topik pembicaraan, perbedaan
logika dan kontradiksi logika penutur dan mitra tutur.;

ABSTRACT
This thesis discusses the form of humor in Japanese. This study is a qualitative
research that discusses and explains humor in strip comic. The aims of this
research to analyze the forms of utterance that triggered the formation of humor in
strip comic, analyze the meaning of images and their relevance‟s in shaping the
humor in strip comic, and define a form of humor in Japanese. The data of this
study are taken from ?Shin Kobochan? strip comic by Masashi Ueda volume 28,
29 and 30, published in 2014 by Houbunsha. The theories employed in this study
are Grice‟s implicatures theory which aims to reveal the implicit meaning of the
utterances, Danesi and Peron‟s iconicity theory, Perice‟s theory of semiosis
process, which aim to interpret the images and Sperber and Wilson‟s relevance
theory, which aims to see the relevance between the speech and the images in the
form of humor utterances. The results show that the humor utterances can be in
the form of direct and indirect speech. Those utterances not only convey explicit
meaning, but also reveal some implicit meaning. Images showing the speaker and
hearer performing certain activity are required in the process of understanding the
whole humor, so that the communicated meaning and the message can be found.
At last, humor in Japanese strip comic is created by topic differences, logical
differences, and logical contradiction between the speaker and the hearer.;This thesis discusses the form of humor in Japanese. This study is a qualitative
research that discusses and explains humor in strip comic. The aims of this
research to analyze the forms of utterance that triggered the formation of humor in
strip comic, analyze the meaning of images and their relevance‟s in shaping the
humor in strip comic, and define a form of humor in Japanese. The data of this
study are taken from ?Shin Kobochan? strip comic by Masashi Ueda volume 28,
29 and 30, published in 2014 by Houbunsha. The theories employed in this study
are Grice‟s implicatures theory which aims to reveal the implicit meaning of the
utterances, Danesi and Peron‟s iconicity theory, Perice‟s theory of semiosis
process, which aim to interpret the images and Sperber and Wilson‟s relevance
theory, which aims to see the relevance between the speech and the images in the
form of humor utterances. The results show that the humor utterances can be in
the form of direct and indirect speech. Those utterances not only convey explicit
meaning, but also reveal some implicit meaning. Images showing the speaker and
hearer performing certain activity are required in the process of understanding the
whole humor, so that the communicated meaning and the message can be found.
At last, humor in Japanese strip comic is created by topic differences, logical
differences, and logical contradiction between the speaker and the hearer.;This thesis discusses the form of humor in Japanese. This study is a qualitative
research that discusses and explains humor in strip comic. The aims of this
research to analyze the forms of utterance that triggered the formation of humor in
strip comic, analyze the meaning of images and their relevance‟s in shaping the
humor in strip comic, and define a form of humor in Japanese. The data of this
study are taken from ?Shin Kobochan? strip comic by Masashi Ueda volume 28,
29 and 30, published in 2014 by Houbunsha. The theories employed in this study
are Grice‟s implicatures theory which aims to reveal the implicit meaning of the
utterances, Danesi and Peron‟s iconicity theory, Perice‟s theory of semiosis
process, which aim to interpret the images and Sperber and Wilson‟s relevance
theory, which aims to see the relevance between the speech and the images in the
form of humor utterances. The results show that the humor utterances can be in
the form of direct and indirect speech. Those utterances not only convey explicit
meaning, but also reveal some implicit meaning. Images showing the speaker and
hearer performing certain activity are required in the process of understanding the
whole humor, so that the communicated meaning and the message can be found.
At last, humor in Japanese strip comic is created by topic differences, logical
differences, and logical contradiction between the speaker and the hearer., This thesis discusses the form of humor in Japanese. This study is a qualitative
research that discusses and explains humor in strip comic. The aims of this
research to analyze the forms of utterance that triggered the formation of humor in
strip comic, analyze the meaning of images and their relevance‟s in shaping the
humor in strip comic, and define a form of humor in Japanese. The data of this
study are taken from “Shin Kobochan” strip comic by Masashi Ueda volume 28,
29 and 30, published in 2014 by Houbunsha. The theories employed in this study
are Grice‟s implicatures theory which aims to reveal the implicit meaning of the
utterances, Danesi and Peron‟s iconicity theory, Perice‟s theory of semiosis
process, which aim to interpret the images and Sperber and Wilson‟s relevance
theory, which aims to see the relevance between the speech and the images in the
form of humor utterances. The results show that the humor utterances can be in
the form of direct and indirect speech. Those utterances not only convey explicit
meaning, but also reveal some implicit meaning. Images showing the speaker and
hearer performing certain activity are required in the process of understanding the
whole humor, so that the communicated meaning and the message can be found.
At last, humor in Japanese strip comic is created by topic differences, logical
differences, and logical contradiction between the speaker and the hearer.]"
2015
T44255
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48145
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwardi Hagani
"ABSTRAK
Dalam penyebaran kebudayaan kadang terjadi sebuah proses percampuran kebudayaan. Proses ini diteliti lewat peninggalan kebudayaan, berupa bangunan kolonial tipe landhuis yang ada di Jakarta.
Ketika orang Belanda datang dan menjadi penguasa di Jakarta, mereka membawa kebudayaan negara asalnya, salah satunya adalah bangunan landhuis.
Landhuis sebagai sebuah bangunan yang pertama kali berkem_bang di Eropa pada jaman renaissance, merupakan sebuah bangunan yang didirikan di luar kota untuk tujuan kenyamanan.
Namun dalam kenyataannya landhuis yang ada di Jakarta men_galami proses percampuran unsur kebudayaan, hal ini pernah dinya_takan oleh Van de Wall dalam beberapa tulisannya.
Pada penelitian ini dipilih landhuis dari abad ke-18 M sebagai obyek penelitian, karena pada masa itu adalah masa kemak_rnuran hingga kebangkrutan kongsi dagang Belanda (VOC) yang ada di Jakarta.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah landhuis Gunung Sari, Reinier de Klerk, Cililitan Besar, Cimanggis dan Yapan. Dengan membahas keberadaan unsur bangunan tradisional Jakarta (Betawi) dan unsur bangunan Eropanya.
Variabel yang diamati adalah denah, bentuk atap, bahan atap, dak atap, pintu, jendela, tiang, pilar, pilaster dan ragam hias ornamental.

"
1995
S12056
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Secara umum sebuah perpustakaan terdiri atas beberapa komponen,yakni: content,sistem pengeloalaan ( dari knowledge acquisition,repository,management,hingga retrieval) dan tentunya yang menjadi faktor terpenting adalah user dari perpustakaan itu sendiri
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Smarapradhipa
"Kaus Dagadu yang dibuat oleh PT Aseli Dagadu Djokdia merupakan bentuk komunikasi sekunder karena memanfaatkan alat atau sarana (yaitu kaus) sebagai media kedua penyampai pesan. Alasan digunakannya kaus sebagai media komunikasi, menurut PT Aseli DagaduDjokdja, adalah karena kaus digunakan oleh siapa saja, tidak memandang ,lcnis kelamin, usia, maupun tingkatan sosial. Kaus tidak hanya herfungsi sebagai sekadar pakaian tapi sudah berfungsi sebagai pemberi identitas diri. Oleh karena itu, para produsen kaus seperti menjadikannya sebagai media ekspresi atau bahkan ideologi. Komunikasi yang ingin disampaikan melalui kaus Dagadu adalah keinginan untuk merepresentasikan kepedulian terhadap masalah perkotaan kota Yogyakarta, mulai dari tingkah laku masyarakat (termasuk di dalamnya bahasa), artefak, hingga peristiwa yang terjadi. Keinginan tersebut di dalam kaus digambarkan melalui tanda-tanda verbal dan nonverbal dalam desainnya. Tanda verbal yang digunakan merupakan pelesetan dari kalimat-kalimat yang telah dikenal, baik sebagai ungkapan, peribahasa, maupun berasal dari teks lagu. Pelesetan kalimat-kalimat tersebut dapat berupa permainan bunyi (fonologi), permainan makna puitik (menimbulkan ketaksaan leksikal dan ketaksaan gramatikal), permainan ejaan (ortografi), permainan persamaan atau lawan kata, atau permainan dalam tataran wacana (yaitu permainan analogi). Tanda nonverbal atau nonkebahasaan yang digunakan berupa gambar-gambar dan merupakan perwujudan atau penggambaran dari tanda verbal. Gambar-gambar tersebut disajikan dalam komposisi warna dan bidang yang harmonis dan menggunakan warna-warna yang pop. proses pencetakan yang menggunakan teknik pencetakan color in box membuat gambar dengan tata warna yang disajikan menjadi enak untuk dilihat. Penelitian tanda-tanda tersebut dalam skripsi ini menggunakan pendekalan analisis semiotik. Semiotik adalah iimu yang mempelajari tanda. Ilmu ini mulai dikenal pada permulaan abad XX namun pelopor semiotik modern adalah Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce. Skripsi ini menggunakan teori semiotik Peirce. Peirce menegaskan pengertian tanda sebagai sesuatu yang berdiri pada sesuatu yang lain (objek) atau menambahkan dimensi yang berbeda pada sesuatu dengan memakai segala apa pun yang dapat dipakai (ground atau representamen) untuk mengartikan sesuatu hal lainnya (interpretan). Dengan demikian, terdapat tiga unsur yang menentukan kehadiran tanda, yaitu 1) tanda yang dapat ditangkap (representamen), 2) apa yang ditunjukkannya (objek), dan 3) tanda yang ada di dalam benak si penerima tanda yang merupakan hasil interpretasi (interpretan). Skripsi ini dalam menganalisis desain Dagadu lebih menekankan pada hubungan tanda dengan referen atau objeknya. Analisis pertama kali dilakukan dengan membagi ke-24 desain yang diteliti berdasarkan tujuh ground; sejarah, musik, ciri khas Jogya, sindiran tentang Jogya, Jogya dalam kata-kata, peringatan, dan promosi Dagadu secara tersirat. Kemudian ke-24 desain tersebut dianalisis secara semiotik dengan mengkategorikannya ke dalam golongan ikon, indeks, dan simbol. Khusus untuk tanda verbalnya masih dianalisis berdasarkan aspek_-aspek kebahasaan yang terjadi, yaitu fonologis, ortografis, ketaksaan leksikal, ketaksaan gramatikal, sinonirn atau akronim, dan tataran wacana (analogi). Setelah melakukan analisis didapalkan kesimpulan utama, yaitu perwujudan keinginan untuk merepresentasikan kepedulian terhadap masalah kota Jogya tampak pada desain-desain kaus Dagadu. PT. Aseli Dagadu Djokdja melalui desain-desain tersebut bercerita mengenai peristiwa apa saja yang terjadi di kota ini, mempromosikan objek-objek wisatanya, dan memperkenalkan sifat dan tingkah laku masyarakatnya. Tak lupa pula, PT. Aseli Dagadu Djokdja mempromosikan produk Dagadunya sebagai salah satu produk asIi buatan kota Yogyakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S10988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Sem Sahala
"Manusia berkomunikasi dengan sesamanya menggunakan tanda-tanda. Untuk menyampaikan tanda-tanda itu, digunakan berbagai media - salah satunya poster, yaitu media visual pengumuman yang dicetak dan dipasang di tempat publik untuk memperkenalkan produk, acara, atau sentimen. Partai Komunis Uni Soviet menggunakan poster untuk menyampaikan informasi dalam bentuk propaganda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang disampaikan oleh PKUS dengan mengidentifikasi tanda-tanda dan fungsi bahasa apa raja yang terdapat dalam desain poster. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan pendekatan teori semiotik Peirce, yaitu sintaktika, semantika, dan pragmatika dan fungsi bahasa menurut Roman Jakobson. Penelitian dilakukan dengan menganalisis data berupa 33 poster propaganda Uni Soviet periode 1980-1990. Dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam poster propaganda ditemukan tanda verbal berupa teks, tanda nonverbal berupa gambar, dan fungsi bahasa yang membentuk satu kesatuan wacana informasi dalam bentuk propaganda pemerintah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S14463
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Hoedoro Hoed
Depok: UI-Press, 1994
PGB 0078
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>