Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104818 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Amanatulloh
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S11927
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Baiduri
"Masjid Raya Al Ma'shun Medan merupakan salah satu peninggalan dari Kesultanan Deli yang terdapat di kota Medan dan belum pernah diteliti secara khusus. Penelitian yang dilakukan sebelumnya hanya membahas secara singkat dan tidak mendalam. Masjid ini pernah disebutkan oleh peneliti Belanda bernama Van Ronkel dalam majalah NION (1916-1934) yang mengatakan bahwa Medan (Kota Raja) terkenal dengan kekayaannya dan keindahan masjidnya. la juga menyebutkan bahwa masjid ini dibangun di tanah kerajaan atas perintah pemerintahannya (Sultan). Masjid ini didirikan pada tahun 1906 M yaitu pada masa pemerintahan Sultan Ma'mun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah dengan bantuan seorang arsitek berasal dari tentara KNIL yang bernama TH. Van Erp. Penelitian terhadap Masjid Raya Al Ma'shun Medan bertujuan untuk memaparkan bentuk arsitektur dan ragam hias arsitektural maupun ornamental yang terdapat pada masjid, mengidentifikasi komponen-komponen asing yang ada pada masjid dan komponen-komponen yang mendominasi rnasjid dengan tujuan untuk mengetahui sejauhmana kehadiran komponen-komponen asing tersebut diterapkan pada masjid. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka tinjauan yang dilakukan adalah tinjauan arsitektural dan ornamental. Untuk mencapai tujuan penelitian ini dilakukan metode yang dilaksanakan secara bertahap. Tahap pertama yaitu pengumpulan data dilakukan studi kepustakaan dan studi lapangan. Tahap selanjutnya adalah pengolahan data (analisis) dilakukan kiassifikasi, tabulasi dan perbandingan dengan komponen-komponen arsitektural dan ornamental yang mempunyai persamaan dengan komponen-komponen yang terdapat pada masjid. Tahap akhir dan penelitian ini (penafsiran data) dilakukan dengan menggunakan data analogi sejarah. Sumber sejarah yang digunakan berupa sumber-_sumber sejarah yang memberikan gambaran mengenai Kesultanan Deli, data-data mengenai perkembangan arsitektur (kesenian) Islam dan arsitektur Eropa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa kesimpulan. Komponen-komponen budaya yang mendominasi arsitektur dan ragam hias Masjid Raya Al Ma'shun Medan pada umumnya berasal dari Arsitektur Islam khususnya Mesir (periode Mamluk yang berlanjut sedikit pada periode Ottoman); Spanyol (Andalusia) dan Maghribi; India (periode Mughal Architecture); serta Arab (Timur Tengah) sedangkan komponen-komponen yang berasal dari Eropa (Kolonial) merupakan komponen pelengkap. Komponen-komponen budaya yang mendominasi masjid merupakan komponen-komponen yang pada umumnya berasal dari arsitektur Islam yaitu arsitektur yang berkembang pada masa puncak kejayaan kerajaan-kerajaan

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S11898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safari
"Keberadaan umat Islam tidak dapat.dilepaskan dari keberadaan bangunan peribadatan (masjid). Masjid dapat diartikan sebagai identitas masyarakat Muslim, karena peranan masjid dalam kehidupan masyarakat Muslim tidak hanya berfungsi sebagai tempat melaksanakan ibadat wajib (Shalat) saja, tetapi masjid juga berfungsi sebagai tempat aktivitas sosial kultural umat Islam. Bahkan tidaklah berlebihan jika masjid juga dikatakan sebagai tempat pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan (Wiryoprawiro 1986: 155).
Masjid berasal dari kata bahasa Arab yaitu Sajada yang bermakna tempat bersujud. Dalam pengertian umum masjid adalah sebidang tanah yang dapat digunakan oleh umat Islam untuk me_lakukan sembah dan sujud kepada TuhanNya (Aboebakar 1955: 3). Pengertian tersebut tidaklah bertentangan dengan pengertian hukum Islam tentang masjid.
Dalam Alqur'an secara tegas diperintahkan umatnya untuk mendirikan masjidl. selain itu Rasulallah Muhammad SAW secara langsung bersabda; Barang siapa yang membangun masjid karena mengharap ridha Allah, maka Allah akan membengunkan rumah untuknya di surga (HR. Ibnu Majjah dan Ibnu Hibban).
Dari kedua sumber hukum Islam. tersebut dapatlah dibuat kesimpulan, bahwa Islam secara tegas memerintahkan umatNya untuk mendirikan masjid, tetapi secara teknis kedua sumber hukum dasar Islam tersebut tidak memberikan batasan yang jelas tentang bentuk masjid itu.

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S12078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yekti Werdaningsih
"Masjid-masjid Kuna di wilayah Bagelen Lama abad 19 M adalah masjid-masjid yang Ietaknya tersebar di dua buah wilayah Kabupaten masa sekarang yaitu Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen. Masjid-masjid ini berjumlah 7 dan sebagian besar belum pernah diteliti secara khusus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan bentuk dan variasi masjid masjid kuna di Bagelen Lama, dilihat dart sudut arsitektural dan ornamental sehingga dapat diketahui apakah terdapat variasi atau ciri tertentu pada masjid-masjid kuna di Bagelen Lama. Untuk mencapai tujuan di atas, maka diperlukan langkah-langkah penelitian secara bertahap yang dapat mengidentifikasikan : a) Bentuk arsitektur dan ragam bias ke 7 Masjid-masjid kuna di Bagelen Lama sehingga dapat diketahui ciri khas setiap masjid sebagai masjid kuna. b) Ciri khas yang terdapat seluruh masjid agar dapat diketahui ada/tidaknya ciri tertentu masjid kuna pada abad 19 M di wilayah bagelen Lama. Dengan demikian, tahap kerja yang harus dilakukan pada tingkat observasi adalah memerikan unsur-unsur bangunan masjid yang meliputi : tiang penyangga utama, bentuk kusen dan daun jendela/pintu, bentuk mihrab, bentuk atap, dan bentuk serta jenis hiasan tertentu pada masjid. Pada tingkat deskripsi/ analisa akan dilakukan perbandinga/komparasi. Perbandingan dilakukan dengan memperbandingkan langsung komponen-komponen yang sama pada bangunan masjid di seluruh wilayah Bagelen Lama. Perbandingan ini meliputi bentuk, gaya arsitektur dan ragam hias. Pemilihan unsur-unsur tersebut didasari atas pertimbangan bahwa komponen tersebut merupakan satu kesatuan dari bangunan masjid dan merupakan komponen-komponen yang mudah dipengaruhi oleh unsur arsitektur asing. Pada tahap akhir adalah melakukan penjelasan terhadap data yang telah dianalisis, baik penjelasan berupa tulisan maupun gambar. Dari adanya perubahan kekuasaan di wilayah Bagelan Lama, ternyata terdapat unsure-_unsur yang mempengaruhi bangunan masjid sehingga menjadikan bentuk arsitektur masjid kuna di wilayah Bagelan Lama bervariasi, namun tetap terdapat ciri khas yang membedakan dengan daerah lainnya yakni motif hias pilin berganda dan tumpal yang selalu ada di hampir seluruh masjid-masjid tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S11916
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Ibnu Praditya
"Terdapat perbedaan representasi elemen arsitektural masjid di seluruh dunia. Kebanyakan masjid dibangun dengan kubah, menara, pilar, dan ornamen-ornamen. Akan tetapi terdapat pula masjid-masjid yang tidak memiliki elemen-elemen tersebut. Namun tetap memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai tempat beribadah atau shalat. Setiap Muslim diwajibkan untuk beribadah lima kali sehari. Menurut Al Quran dan Hadits, setiap tempat yang bersih dapat digunakan sebagai tempat ibadah. Kondisi ini juga meliputi kebersihan badan seorang Muslim dalam beribadah. Kajian lebih lanjut menemukan bahwa terdapat tiga aspek yang menjadi dasar dari prinsip masjid, yaitu menyucikan diri, arah Ka'bah, dan shalat berjamaah.
Setelah menganalisis Masjid Nabawi dan Masjid Agung Jawa Tengah, dapat disimpulkan bahwa beberapa fungsi elemen-elemen arsitektural tidak diperlukan. Keberadaan elemen tersebut hanyalah untuk mempertahankan tradisi simbolik daripada meningkatkan kualitas beribadah di dalam masjid. Dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip secara penuh, maka arsitektur masjid dapat di definisikan ulang agar dapat memperluas pemahaman tentang ruang ibadah.

There are different representations of mosque architectural elements throughout the world. Most mosques are built with domes, minarets, pillars and ornaments. However quite a number of mosques appear without any of those elements. Yet, they all serve the same function as a place for prayer or shalat. Every Muslim is obliged to perform prayers five times a day. According to the Holy Quran and Hadith, any clean place can be a used for prayer. This condition also applies to the bodily presence of every Muslims during prayer. Further studies reveal three aspects underlie the basic principles of a mosque, e.g ritual cleansing, direction of Ka’bah, and Jemaah prayer.
Having analysed the Nabawi Mosque and the Masjid Agung Jawa Tengah, the conclusion indicates some architectural elements are functionally unnecessary. Their presences are more to preserve symbolic tradition rather than to increase the quality of worship within the mosques. By purely implementing the principles, mosques architecture can be redefined to create a larger spectrum of understanding the ritual space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54849
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuruddin
"Seorang ahli arsitektur Belanda N.P. van der Wall di dalam sebuah bukunya mengenai keberadaan bangunan-bangunan perumahan di Indonesia pada abad ke-17 - ke-18, mengemukakan bahwa bangunan-bangunan perumahan tersebut dibangun dengan gaya neo-klasik, baik neo-klasik Yunani maupun neo-klasik Romawi. Penelitian terhadap bangunan Gedung Kesenian Jakarta, sebagai salah satu bangunan dari abad ke-19 di Batavia terbatas pada penelitian terhadap unsur-unsur arsitektural dan ornamental secara deskriptif. Tiga topik yang menjadi tujuan utama adalah; (1) mengetahui aspek-aspek fungsi beberapa komponen arsitektural, dan mengidentifikasi pemakaian unsure-_unsur ornamental yang variatif, (2) mengidentifikasi pengaruh gaya seni bangunan pada bangunan GKJ, dan (3) mengetahui pengaruh bangunan tambahan terhadap bangunan lama. Cara atau alat untuk mencapai tujuan-tujuan di atas, maka dalam penelitian ini digunakan metode penelitian arkeologis yang terdiri atas tiga tahapan kerja, yaitu(l) pengumpulan data, (2) pengolahan data, dan (3) penafsiran data. Pada tahap pengumpulan data, yang dilakukan adalah observasi data kepustakaan dan observasi data lapangan yang meliputi perekaman data secara verbal dan piktorial. Analisa terhadap data yang terkumpul dilakukan dengan melakukan analisis fungsional dengan maksud untuk mangungkapkan fungsi beberapa komponen bangunan arsitektural dan ornamental. Pengolahan data juga menggunakan teknik analogi, yaitu suatu proses penyamaan (mencari kesamaan) antara data-data penelitian dengan data-data visual di dalam kepustakaan, terutama penyamaan dalam hal atribut-atribut langgam bentuk (form;., langgam (style) dan teknologi (technology). Hal-hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi eksistensi bangunan GKJ secara keseluruhan, terutama mengenai langgam atau gaya dan makna seni dekoratifnya, serta pengaruh gaya seni bangunannya dengan indikator berupa unsur-unsur bangunan yang dianalisa. Setelah melalui suatu proses analisa (analisis), maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa selain komponen-komponen bangunan yang berfungsi teknis, terdapat juga komponen-_komponen ornamental yang selain berfungsi sebagai unsur estetika bangunan juga berfungsi sebagai simbol aktivitas bangunan. Berdasarkan atas analisa komponen-komponen arsitektural dan ornamental menunjukkan adanya percampuran gaya yang terdapat pada bangunan Gedung Kesenian Jakarta, yaitu gaya neo-klasik Yunani dan neo-klasik Romawi (Greco-Roman). Pengaruh gaya seni bangunan Romawi atau neo-klasik Romawi lebih dominan, baik untuk komponen arsitektural maupun komponen ornamentalnya. Munculnya bangunan baru di bagian belakang yang menempel bangunan lama secara teknis tidak mempengaruhi bentuk bangunan lama. Dibuatnya bangunan baru ini hanya karena, pada bangunan lama tidak memungkinkan untuk dibuat ruang baru untuk tempat penyimpanan peralatan. Selain itu juga mengingat masalah keaslian ruangan bangunan lama."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S11934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Witjaksono
"Salah satu tinggalan arsitektur Islam adalah Mesjid. Dalam sebuah masyarakat Islam bangunan mesjid tidak hanya memiliki peran dan fungsi sebatas tempat berkupulnya jamaah untuk melaksanakan shalat farhdu bersama-sama, namun lebih jauh mesjid memiliki fungsi sosial, ekonomi, politik, ilmu, seni dan filsafat. Berdasrkan kenyataan tersebut secara tidak langsung mengungkapkan bahwa apabila seorang ingin menyelidiki kehidupan keagamaan di salah satu pulau (Jawa), maka haruslah dimulai dengan mempelajari mesjid sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh Pijper (1985).
Dalam sejarah perkembangan Islam Khususnya di Pualau Jawa, wilayah Pesisir Utara Jawa Barat memiliki arti dan peran yang sangat strategis. Pesisir Utara Jawa Barat merupakan distrik pertama dimana Islam dikenal. Keletakan wilayah Pesisir Utara Yang strategis serta merupakan jalur perlintasan pelayaran dan perdagangan merupakan faktor pendukung yang mempercepat proses datangnya Islam ke Wilayah ini. Sehinga tidak mengherankan bila bangunan mesjid kuno dari masa-masa awal (abad 16-17Masehi) ditemukan di daerah pesisir ini.
Permasalahan dari penelitian ini adalah untuk mengamati bagaimana bentuk-bentuk mesjid di Jwa Barat, apakah mesjid-mesjid di pessisir Jawa Barat memiliki berbagai variasi yang pada akhir mampumembedakan dengan mesjid-mesjid di Jawa Barat pada umumnya. Sedangkan tujuan dari penelitian ini yaitu selain untuk melihat variasi gaya dan bentuk dari mesjid di pesisir Jwa Barat, juga untuk mengetahui apakah mesjid-mesjid di pesisir Jawa Barat memiliki persamaan dengan mesjid-mesjid di Jawa pada umumnya.Berdasarkan hasil penelitian tergambar bahwa secara umum bentuk-bentuk mesjid di Pesisir Jawa Barat tidak memiliki perbedaan yang khusus dengan mesjis-mesjid di Jawa pada umumnya..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S11571
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juliadi
Yogyakarta : Ombak, 2007
726.2 J 432 m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sumiyasih
"Arsitektur merupakan produk dari kebudayaan, faktor-faktor lingkungan dan pandangan hidup dari masyarakat yang membangunnya. Ornamen merupakan bagian dari arsitektur yang tidak hanya merniliki makna estetis dalam masyarakat tradisional Jawa tetapi dapat mempunyai makna spiritual, simbol dan sebagainya. Kebudayaan Jaws bersifat sinkretik dan kebudayaan Islam selalu beradaptasi dengan kebudayaan sebelumnya. Pada saat Islam mulai berkembang di Banten abad XVI , pengaruh kebudayaan lama yaitu Hindu Jawa terbadap kebudayaan Islam cukup besar. Kondisi tersebut tidak menutup kemungkinan adanya pengaruh kebudayaan lain karena Banten juga merupakan kota perdagangan yang cukup ramai pads abad XVI. Masjid Agung banten dan Masjid Kasunyatan adalah masjid tua di Banten. Pada ornamen kedua masjid tersebut terdapat pengaruh kebudayaan lama yaitu Hindu Jawa dan pengaruh kebudayaan acing yaitu Cina dan Timur Tengah. Ternyata ornamen pada kedua masjid ini tidak hanya memiliki nilai estetis tetapi ada juga yang memiliki makna spiritual atau sebagai simbol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48183
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Faisal Alamsyah
"ABSTRAK
Masjid agung Pondok Tinggi adalah salah satu masjid yang terletak di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Masjid ini belum pemah diteliti secara khusus. Pada tahun 1998 SPSP Jambi, Sumsel, Bengkulu melakukan pemerian dan studi konservasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk arsitektur dan ragam hias Masjid Agung Pondok Tinggi, Kerinci sebagai masjid kuno juga untuk mengungkapkan percampuran budaya akulturasi antara budaya Islam dengan budaya lokal ( Kerinci ) dan budaya Minangkabau di dalam pembangunan Masjid Agung Pondok Tinggi.
Untuk mecapai tujuan di atas maka diperlukan langkah - langkah penelitian secara bertahap yang dapat mengidentifikasikan :a. Bentuk arsitektur dan ragam hias Masjid Agung Pondok Tinggi secara menyeluruh sehingga dapat diketahui ciri khas yang dimiliki Masjid Agung Pondok Tinggi Sebagai masjid kuno. b.Ciri - ciri khas dari komponen - komponen bangunan masjid agar dapat diketahui ada tidaknya ciri - ciri yang asalnya bukan dari daerah Kerinci.
Dengan demikian tahap kerja yang harus dilakukan pada tingkat observasi adalah memerikan unsur - unsur bangunan masjid yang meliputi : Pondasi dan denah, ruang utama, mihrab, tiang, ruang tempat adzan, atap, ragam hias, bedug, dan mimbar. Pada tingkat deskripsi/ analisa akan dilakukan perbandingan. Perbandingan dilakukan antara komponen - komponen tertentu dari masjid dengan literatur maupun bangunan dari berbagai daerah untuk membuktikan yang mana komponen asli dari daerah Kennel dan yang mana yang bukan. Perbandingan dilakukan dengan memperbandingan langsung komponen masjid seperti atap masjid dengan atap-atap bangunan tradisional kerinci maupun minangkabau. Pemilihan unsur - unsur tersebut didasari atas pertimbangan bahwa komponen tersebut merupakan satu kesatuan arsitektur bangunan masjid. Digunakannya sumber dari Minangkabau disebabkan oleh latar sejarah yang menyebutkan bahwa proses lslamisasi yang terjadi di Kerinci berasal dari Minangkabau. Pada tahap akhir adalah melakukan penjelasan terhadap data yang telah dianalisa, baik penjelasan berupa tulisan maupun gambar.
Dengan masuknya agama Islam ke dalam masyarakat Islam, tidak berarti semua unsur dalam kebudayaan Kerinci berubah. Salah satunya adalah arsitektur. Berdasarkan hasil penelitian terhadap Masjid Agung Pondok Tinggi diketahui bahwa bentuk arsitektur dan ragam hiasnya sangat jelas memperlihatkan pengaruh arsitektur lokal yang kemudian menjadi ciri khas /keunikan dari masjid tersebut.

"
2001
S11835
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>