Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105567 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wari Saraswati
"Penelitian dilakukan terhadap Nisan-nisan Kolonial dari Abad XVII-XVIII di Museum Taman Prasasti Jakarta. Penelitian ini mengenai nisan-nisan kolonial masa VOC (dari awal sampai berakhimya VOC di Indonesia, 1602-1799). Hal-hal yang dikaji pada penelitian ini adalah mengenai aksara yang digunakan pada nisan-nisan ini, serta beberapa deskripsi dan penjelasan mengenai lambang heraldik yang terdapat pada nisan. Beragamnya variasi Aksara (Aksara Latin) yang ada pada nisan-_nisan ini dan kaitan antara aksara dengan aspek sosial, budaya dan politik pada masa VOC ini merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Selain itu juga pendeskripsian nisan-nisan abad ke-17 sampai abad ke-18, lalu melakukan analisis kritis dan mengungkapkan bentuk-bentuk aksara latin serta mengkaji kaitan antara bentuk aksara, bahan nisan, ukuran nisan, dan bahasa yang digunakan pada nisan dengan kehidupan politik, sosial dan ekonomi dari orang yang dimakamkan inilah yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode Heuristik (pengumpulan data), Kritik teks (Pengolahan data), Interpretasi (penafsiran) dan Historiografi. Pengumpulan data dilakukan dengan penelusuran sumber tertulis dan pencatatan data lapangan yang meliputi: pengamatan, pencatatan, pengukuran, penggambaran dan pemotretan kondisi situs secara umum. Data yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 33 buah nisan yang keseluruhannya berada di Museum Taman Prasasti Jakarta. Pengolah data dengan menggunakan metode tabel klasifikasi berdasarkan angka tahun, aksara dan jabatan sosial pemilik nisan. Penafsiran data berupa kesimpulan yang dibuat berdasarkan hasil analisis. Hasil dari penelitian adalah: bahwa berdasarkan kajian kritik ekstem dapat disimpulkan bahwa nisan-nisan ini dibuat sesuai dengan kronologi yang tercantum dalam isi nisan. Selain itu diketahui bahwa aksara yang paling banyak digunakan pada nisan-nisan pada masa ini adalah Aksara Latin tipe Roman. Kemudian setelah berbagai penelitian dan pengklasilikasian melalui tabel, dapat disimpulkan pula bahwa aspek politik, sosial dan budaya tidak berpengaruh pada pemilihan aksara pada nisan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S12123
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhenne Ivon Treviana
"ABSTRAK
Dalam upaya menyusun sejarah kuna Indonesia diperlukan sumber_-sumber tertulis seperti prasasti, naskah dan berita asing sebagai sumber penelitian. Prasasti sebagai salah satu data arkeologi memiliki kelebihan dibanding data arkeologi lainnya, yaitu seolah dapat berbicara dan berkisah mengenai perilaku kehidupan manusia dan lingkungannya hingga tidak salah jika dikatakan bahwa prasasti merupakan tulang punggung penulisan sejarah kuna Indonesia.
Prasasti Airpulyan merupakan salah satu prasasti yang baru ditemukan dan belum sempat diteliti secara intensif. Prasasti yang ditemukan di Temanggung ini sekarang ditempatkan di Kantor SPSP Jawa Tengah, dipahatkan di atas batu padas, menggunakan aksara dan bahasa Jawa Kuna. Secara garis besar isinya memuat masalah pertikaian masalah pajak dan merupakan jenis prasasti jayapatra yang sangat sedikit ditemukan.
Tujuan utama penelitian ini adalah 1) membaca, membuat alih aksara dan terjemahan berikut catatannya; dan 2) mengungkap latar historis isi prasasti. Untuk mencapai kedua tujuan utama tersebut, digunakan tiga tahap penelitian yang lazim digunakan dalam cara kerja ilmu sejarah. Ketiga tahapan kerja itu adalah: Heuristik, tahap pengumpulan data, mengumpulkan keterangan seluas-luasnya mengenai data utama, yaitu Prasasti Airpulyan, pembuatan foto dan abklats dan data bantu lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang ada. Kritik teks, merupakan tahap pengolahan data. Terdiri dari kritik ekstern yang mencari kepastian bahwa data yang digunakan autentik sebagai data sejarah; dan kritik intern yang menganalisis isi prasasti untuk mendapatkan detail yang kredibilitasnya dapat dipertanggungjawabkan untuk dicocokkan dalam suatu hipotesis dan konteksnya. Interpretasi dan historiografi, sebagai tahap penafsiran data yang diperoleh dari hasil pembacaan dan tafsiran isi prasasti dengan rujukan data bantu lainnya serta asumsi yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
Walaupun Prasasti Airpulyan tidak memuat dengan jelas latar peristiwa penulisannya, dapat diperoleh sedikit kejelasan isinya. Pihak yang bersengketa adalah seorang pejabat wanua (tuha banua) dan pejabat watak (patih) yang melawan penduduk desa Airpulyan. Persengketaan tersebut diduga berlatar belakang pada masalah pajak, dan perkara ditangani oleh Samgat Puluwatu bernama Pu Mrsi. Atas kesaksian yang diberikan Pu Naga, maka persengketaan dimenangkan oleh penduduk desa Airpulyan, dengan dikukuhkannya kembali dharmnasima di desa Airpulyan.
Akhir dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran kehidupan masyarakat atas peristiwa yang terjadi pada waktu prasasti tersebut dikeluarkan, untuk kemudian ditempatkan dalam susunan rangkaian panjang rekonstruksi sejarah kuna Indonesia secara kronologis.

"
2001
S11570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Komaruzaman
"Prasasti sebagai sumber tertulis sebagai data utama yang bernilai tinggi (primary element) mempunyai peranan penting bagi penulisan sejarah kuna. Selain sebagai sumber penulisan sejarah, bila diteliti dengan seksama, isi prasasti dapat memberikan gambaran tentang struktur kerajaan, struktur birokrasi, kemasyarakatan, perekonomian, agama, kepercayaan, dan adat-istiadat dalam masyarakat Indonesia kuna. Pengkajian prasasti sebagai upaya untuk merekonstruksi sejarah kuna Indonesia sudah sejak lama dilakukan. Namun banyak prasasti yang belum diteliti secara tuntas dan hanya diterbitkan dalam bentuk alih aksaranya saja atau dengan terjemahannya, namun belum dilakukan suatu tinjauan kritis terhadap isinya. Prasasti Lawadan dikeluarkan oleh Sri Sarwweswara Triwikramawataranindita Spigalancana Digjayotungadewanama dan berangka tahun 1127 Saka. Merupakan salah satu prasasti yang belum diteliti secara tuntas. Prasasti Lawadan 1127 S itu merupakan prasasti terakhir yang diketemukan sebelum raja ini dikalahkan oleh Ken Angrok pada tahun 1144 S. Jika dilihat dari jumlah prasasti yang menyebut nama Krtajaya yaitu hanya 7 buah, sedangkan ia bertahta sekitar 30 tahun jumlah itu sangat sedikit sehingga keterangan sejarah yang diperoleh juga sangat minim. Penelitian yang dilakukan baik itu oleh Brandes ataupun Damais hanya sebatas alih aksaranya saja. Untuk itu suatu pembacaan ulang dengan disertai suatu telaah isinya berupa tinjauan kritis dirasakan perlu untuk dilakukan. Pembacaan ulang yang telah dilakukan menghasilkan beberapa hal diantaranya bahwa ada beberapa kesalahan pembacaan yang telah dilakukan oleh Brandes dan citralekha. Selain itu pembacaan ulang ini dapat mengisi atau melengkapi beberapa bagian kosong pembacaan Brandes. Beberapa keistimewaan Prasasti Lawadan diantaranya pada bagian lancana dibubuhkan nama raja yang mengeluarkan prasasti ini yaitu Krtajaya. Selain itu prasasti ini diawali dengan mantra pujian terhadap dewa dan hal ini tidak terdapat pada prasasti Krtajaya lainnya. Prasasti Lawadan memberikan keterangan bahwa penduduk desa Lawadan beserta daerah sewilayahnya telah menerima anugerah raja yang berupa pembebasan pajak dan penerimaan sejumlah hak-hak istimewa. Hak-hak istimewa itu meliputi berbagai hal, seperti melakukan kegiatan-kegiatan tertentu di depan umum, mengenakan jenis-jenis pakaian dan perhiasan tertentu, memakan makanan istimewa, memiliki rumah dengan ciri-ciri tertentu serta memiliki pula tempat duduk, balai-balai, payung, serta tanaman di rumah mereka. Setelah melalui suatu tinjauan kritis yang dilakukan terhadap unsur-unsur ekstern meliputi bentuk prasasti, paleografi, dan kronologis serta unsur-unsur intern yang meliputi bahasa dan isi prasasti dapat disimpulkan bahwa Prasasti Lawadan ditulis sesuai dengan angka tahun yang dimuatnya, bukan merupakan prasasti yang palsu atau tiruan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11527
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safari
"Keberadaan umat Islam tidak dapat.dilepaskan dari keberadaan bangunan peribadatan (masjid). Masjid dapat diartikan sebagai identitas masyarakat Muslim, karena peranan masjid dalam kehidupan masyarakat Muslim tidak hanya berfungsi sebagai tempat melaksanakan ibadat wajib (Shalat) saja, tetapi masjid juga berfungsi sebagai tempat aktivitas sosial kultural umat Islam. Bahkan tidaklah berlebihan jika masjid juga dikatakan sebagai tempat pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan (Wiryoprawiro 1986: 155).
Masjid berasal dari kata bahasa Arab yaitu Sajada yang bermakna tempat bersujud. Dalam pengertian umum masjid adalah sebidang tanah yang dapat digunakan oleh umat Islam untuk me_lakukan sembah dan sujud kepada TuhanNya (Aboebakar 1955: 3). Pengertian tersebut tidaklah bertentangan dengan pengertian hukum Islam tentang masjid.
Dalam Alqur'an secara tegas diperintahkan umatnya untuk mendirikan masjidl. selain itu Rasulallah Muhammad SAW secara langsung bersabda; Barang siapa yang membangun masjid karena mengharap ridha Allah, maka Allah akan membengunkan rumah untuknya di surga (HR. Ibnu Majjah dan Ibnu Hibban).
Dari kedua sumber hukum Islam. tersebut dapatlah dibuat kesimpulan, bahwa Islam secara tegas memerintahkan umatNya untuk mendirikan masjid, tetapi secara teknis kedua sumber hukum dasar Islam tersebut tidak memberikan batasan yang jelas tentang bentuk masjid itu.

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S12078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gathut Dwihastoro
"Bangunan gudang-gudang VOC di Batavia mempunyai struktur bertingkat, dan umumnya bertingkat tiga. Semua bangunan pada ketiga kompleks berkonstruksi bata dan kayu. Bahan dasar bangunan berupa bata dan kayu yang kemungkinan sebagian besar diperoleh dari daerah lokal. Adanya besi kekang sebagai komponen pada bangunan gudang mempunyai nilai fungsional (struktural) sebagai penguat struktur bangunan. Pada bagian kaki bangunan mempunyai fondasinya dari susunan bata di atas balok dan papan, yang dilapisi atau diperkuat lagi dengan pecahan kerang, pasir dan batu karang. Biasanya jenis fondasi ini digunakan pada tanah yang lunak dengan kandungan atau permukaan air tanahnya tinggi. Seperti kondisi tanah dimana gudang-¬gudang (Pakhuizen) VOC berada. Orientasi bangunan gudang-gudang tersebut menghadap ke arah kanal atau sungai, sebagai jalur transportasi air. Di samping orientasi bangunan mengarah ke pelabuhan sebagai jalur utama. Hal ini menunjukkan bahwa gudang-gudang tersebut mengandalkan jalur air. Jalur transportasi air melalui kanal dan sungai ini memang penting dan mempunyai nilai strategis, terutama bagi aktivitas perdagangan. Pengaturan tata letak bangunan gudang-gudang (pakhuien) dalam aktivitas perdagangan VOC di Batavia, sengaja dibuat dengan orientasi bangunan menghadap..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T11434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Surti Nastiti
"Sampai saat ini prasasti masih dianggap sebagai sumber utama dalam merekonstruksi jalannya sejarah kuno Indonesia. Data yang terkandung di dalamnya tidak saja penting bagi penyusunan sejarah politik Indonesia sampai akhir abad ke-15, tetapi penting juga untuk peneli-tian yang menyangkut masalah kehidupan sosial-ekonomi dari masyarakat Indonesia Kuno (Boecheri, 1965; 1977c). Prasasti yang akan dibahas dalam studi ini adalah prasasti Pagumulan yang berangka tahun 824 Saka serta 825 Saka. Dari angka tahunnya ini maka dapat diketahui_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S12074
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Ginanjar
"Penelitian sejarah kuno di Indonesia bersumber pada berbagai informasi yang salah satunya adalah prasasti. Fungsi prasasti pada masanya sebagai dokumen resmi yang mempunyai kekuatan hukum karena merupakan suatu keputusan resmi. J. G De Casparis menyebut prasasti sebagai tulang punggung sejarah kuno Indonesia. Jumlah prasasti di Indonesia diperkirakan mencapai ribuan, tetapi pada kenyataannya sejarah kuno Indonesia masih banyak masa-masa yang belum diketahui dengan pasti. Oleh karena itu penting bagi peneliti epigrafi untuk meneliti prasasti-_prasasti yang belum diterbitkan dan prasasti-prasasti yang baru terbit dalam transkripsi sementara, kemudian diterjemahkan dalam bentuk alih aksara sementara, sekaligus menelaah isinya. Dengan demikian data yang terkandurng dalam prasasti tersebut dapat digunakan sebagai sumber sejarah kuno Indonesia. Prasasti dari Sidotopo merupakan prasasti dari peninggalan raja Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya pada tahun 1408 Saka (1486 Masehi). Kajian terhadap prasasti ini merupakan kajian awal. Prasasti terbuat dari batu andesit dan disimpan di Museum Trowulan, Jawa Timur. Prasasti dari Sidotopo berisikan tentang pengukuhan kembali anugerah sima yang telah diberikan oleh sira san mokta rii amretabhasalaya, bhatara prabhu san mokta rin amretawisesalaya dan san mokteri mahalayabhawana kepada Sri Brahmaraja Gangadara oleh Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya. Tokoh Dyah Ranawijaya selama ini hanya dapat diketahui dari sumber prasasati yang berasal dari masa Majapahit akhir. Di dalam prasasti-prasastinya Dyah Ranawijaya menggunakan Girindrawarddahanlancana yang berupa gambar atau tulisan, yaitu danda (tongkat pemukul yang dililit ular), kamandalu (kendi air), suryya (matahari), candra (bulan), padaraksa (telapak kaki), dan catra (payung) sebagai lambang kerajaannya. Dalam Prasasti dari Sidotopo ini disebutkan Brahmaraja Gangadara mendapat anugerah karena telah berusaha mencapai kemenangan bagi sang raja Majapahit pada waktu peperangan (sinun ganjaranira dukayunayunan yudha san ratu hin majapahit). Berdasarkan perbandingan dengan prasasti yang sejaman seperti Ptak, Trailokyapuri I, II dan III serta naskah-naskah mengenai kerajaan Majapahit dan sesudahnya dapat ditafsirkan ketika itu ada ada perebutan kekuasaan antara keluarga raja, di mana Dyah Ranawijaya dengan bantuan Sri Brahmaraja Gangadara seorang pendeta utama kerajaan, menyerang kerajaan Majapahit yang dikuasai Bhre Krtabhumi. Prasasati dari Sidotopo mempunyai huruf yang buruk selain juga batu andesit sebagai alas tulisan kualitasnya bukan merupakan yang paling baik. Karena itu, pembuatan alih aksara Prasasti dari Sidotopo ini diharapkan dapat memberikan koreksi kesalahan penulisan oleh citralekha. Sebab kesalahan dalam pembacaan bisa mengakibatkan salah penafsiran dan kesalahan penafsiran dapat mengakibatkan ketidaktepatan dalam penomoran sejarah yang terjadi."
2000
S11581
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richadiana Kartakusuma
"Nama Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung Sri Dharmmodaya Mahasambhu dikenal sebagai salah satu dari raja raja yang bertakhta pada periode Mataram kuno. Di antara raja-raja yang memerintah pada waktu itu Dyah Balitung termasuk raja yang banyak mengeluarkan prasasti setelah Pu Lokapala. Sekalipun demikian, keterangan keterangan yang diperoleh sampai saat ini belum dapat mengungkapkan secara lengkap kejadian di masa pemerintahannya yang dua belas tahun lamanya (898-910 M) Keterangan yang dianggap agak jelas tentang diri Dyah Balitung baru diketahui dari salah satu prasastinya yang terkenal, yaitu Prasasti Mantyasih yang berangka tahun 907 M ..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S11614
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriyati Rahayu
"Penelitian terhadap prasasti di Indonesia adalah hal yang penting karena tingginya kualitas prasasti sebagai sumber penulisan sejarah kuna Indonesia. Untuk menyusun suatu kisah sejarah dibutuhkan empat aspek pokok yaitu waktu, tempat, tokoh dan peristiwa. Namun keempat hal ini belum diperoleh dari prasasti Hayu, oleh karena itu dibutuhkan penelitian yang lebih mendalam terhadap prasasti Hayu. Prasasti Hayu adalah temuan yang relatif baru dan belum ada penelitian terhadap prasasti ini. Berdasarkan penelitian awal diketahui bahwa pada prasasti Hayu tidak ditemukan adanya unsur penanggalan, namun dari pengamatan terhadap aksara yang digunakan, yaitu aksara tipe standar, diperkirakan prasasti Hayu berasal dari masa pemerintahan Rakai Kayuwangi-Rakai Watukura Dyah Balitung. Permasalahan dan tujuan penelitian ini ada dua, yang pertama adalah masalah isi prasasti Hayu. Analisis isi ini dapat dilakukan setelah diperoleh hasil bacaan dan terjemahan yang dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya sehingga akan diperoleh kejelasan tentang isi prasasti Hayu. Permasalahan yang kedua adalah masalah menempatkan prasasti Hayu pada kronologi yang tepat sehingga dapat diketahui latar belakang sejarah isi prasasti Hayu. PeneIitian ini menggunakan metode yang lazim digunakan dalam ilmu sejarah, yaitu :1. Heuristik, yaitu tahap pengumpulan data. 2. Kritik, yaitu tahap pengolahan data 3. Interpretasi dan historiografi yang merupakan tahap penafsiran atas isi prasasti Hayu dan kemudian menempatkannya dalam kronologi sejarah Indonesia kuna.Data utama dalam penelitian ini adalah prasasti Hayu, yang merupakan koleksi BPPP Jawa Tengah. Data bantu dalam penelitian ini adalah semua prasati sejaman, sebagai bahan perbandingan serta bahan-bahan pustaka lain yang menunjang .Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah:1. Prasasti Hayu berisi tentang penetapan alam di desa Hayu oleh Sari Pamgat Wurutungal yang bernama Pu Wulat. Snrta ini diperuntukkan untuk membiayai prasada milik Sari Pamgat Biku yang terletak di Syakan, 2. Pada prasasti Hayu memang tidak ditemukan adanya unsur penanggalan. Berdasarkan perbandingan unsur-unsur pada prasasti Hayu dengan prasasti yang sejaman dapat dipastikan bahwa prasasti Hayu berasal dari masa pemerintahan Rakai Kayuwangi, 3. Pada masa Rakai Kayuwangi belum ada aturan yang baku mengenai penulisan prasasti soma. Hal ini berdasarkan atas pengamatan pada struktur dan susunan prasasti Hayu dan prasasti-prasasti lain dari masa Rakai Kayuwangi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11514
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah W. Dewi Sadjarwo
"Beberapa macam sumber sejarah dapat kita pakai untuk merekonstruksikan sejarah. Akan tetapi sampai saat ini yang dianggap mengandung data-data yang paling mendekati kebenaran, adalah prasasti. Seperti diketahui, prasasti selain memberikan data-data historis kepada kita juga memberikan data-data kemasyarakatan, perekonomian dan keagamaan [Boechari,1977c:91] . Kaitan yang amat erat antara sejarah politik dengan sejarah sosial, dimana perubahan-perubahan sosiallah yang mendukung terjadinya pergerakan politik, menyebabkan para sarjana menilai pentingnya mengadakan penelitian terhadap kehidupan masyarakat masa lampau [Boechari,1977b; Sartono Kartodirdjo,1972:1). Di dalam karya tulis ini prasasti yang akan dibahas adalah prasasti Luitan yang berangka tahun 823 Saka. Prasasti yang diketemukan pada tahun 1976 di Cilacap ini memuat suatu masalah sosial dari satu kelompok masyarakat, yaitu proses penduduk desa atas pajak yang terlalu tinggi_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S11586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>