Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99754 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Maharani Rahmania
"Kematian hutan adalah sebuah peristiwa penting yang ditemukan pada tahun 1978/79. hutan, yang merupakan lambang identitas bangsa Jerman, diasumsikan akan mati. Istilah kemtian hutanpun lahir pada tahun 1980-an dan sekaligus menjadi wacana bagi seluruh lapisan masyarakat Jerman. Pada dekade-dekade selanjutnya wacana ini masih tetap muncul. Akan tetapi apakah wacana yang ada tetap sama atau mengalami perubahan, jika mengalami perubahan apakah yang menyebabkannya? Inilah yang akan dianalisis dalam penulisan ini. untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis menganalisis berbagai artikel majalah, surat kabar, poster, karikatur, cerita pendek, dan puisi dengan menggunakan metode analisis wacana. Pada akhir analisis diketahui bahwa wacana kematian hutan pada kurun waktu 1980-1n hingga 2000-an mengalami perubahan. Pada tahun 2000-an muncul beberapa wacana baru. Namun pada saat yang bersamaan wacana lama masih tetap bertahan: dan menjadi metafora untuk sesuatu yang buruk atau negatif.

Forest die-back_ was one of the important issues in 1978 and 1979. Forest, which is the symbol for the German_s national identity, was assumed to be dying. The term _forest die-back was then born in the 1980s. At the same time, it became a discourse in every social class in the German society. In the next decades, this discourse has continued to exist. But is it the same one, or has it undergone some changes? This is the problem that will be analyzed in this thesis. To answer the question above, I will analyze various kinds of articles in magazines and newspapers, posters, caricatures, short stories, and poetries, using the discourse analysis method. In the end of analysis, it will be concluded that, from the 1980s through 2000s, the _forest die-back_ discourse has experienced some changes. In the 2000s, several new discourse have emerged. At the same time, nevertheless the old discourse still survives and turns into a metaphor for something that is terrible and negative."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S14674
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eriyanto
Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Studi (LKiS), 2001
302.2 ERI a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Ayu Puspita Sari
"Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan keutuhan wacana iklan kosmetika pembersih wajah melalui alat-alat kohesi dari koherensi. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan mendeskripsikan keutuhan wacana iklan kosmetika pembersih wajah melalui hubungan antara bahasa dan gambar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk menggambarkan alat-alat kohesi, koherensi, dan hubungan antara bahasa dan gambar yang muncul pada iklan kosmetika pembersih wajah dalam majalah Gadis tahun 2003. Langkah-langkah penelitian ini dimulai dengan (1) menentukan sumber data, yaitu majalah Gadis; (2) memilih iklan kosmetika yang akan dijadikan sebagai data penelitian sesuai dengan kriteria-kriteria sebagai berikut: iklan kosmetika yang dimuat dalam majalah Gadis sepanjang tahun 2003, iklan kosmetika yang besarnya satu halaman majalah, iklan kosmetika yang terdiri dari bahasa dan gambar, dan iklan kosmetika dengan jumlah terbanyak; (3) mengolah data, (4) menganalisis data; dan (5) menarik simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat-alat kohesi yang ditemukan dalam sembilan wacana iklan kosmetika, yaitu (1) elipsis, (2) referensi, (3) konjungsi, dan (4) kohesi leksikal yang berupa reiterasi dan kolokasi, berfungsi menghubungkan unsure-_unsur bahasa sehingga membentuk keutuhan wacana. Selain itu, koherensi unsur-unsur bahasa dalam wacana iklan kosmetika dapat membentuk keutuhan wacana. Akan tetapi, ditemukan juga iklan-iklan yang hanya dapat koheren dengan bantuan gambar sehingga gambar juga berpengaruh dalam keutuhan wacana. Dengan demikian, ditemukan dua kecenderungan, yaitu (1) ada wacana iklan yang hanya dapat koheren dengan bantuan gambar sehingga gambar mempunyai peran penting dalam membentuk keutuhan wacana dan (2) ada wacana iklan yang sudah koheren tanpa bantuan gambar. Gambar hanya ikut mendukung keutuhan wacana iklan-iklan tersebut."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S10714
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman yang jelas dan menyeluruh mengenai representasi aktor perempuan di dalam wacana berita surat kabar...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sonya Puspasari Suganda
"Disertasi ini membahas cara pandang masyarakat Jerman terhadap kematian, yang diverbalisasikan dalam teks berita duka cita. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan tentang tema kematian, yang oleh kebanyakan orang sulit diterima sebagai kenyataan empiris, dan perubahan dalam hal peristilahan, yaitu bergesernya istilah “Todesanzeige” „iklan kematian' menjadi ”Traueranzeige” „iklan kesedihan'. Sesuai dengan maknanya, dalam Todesanzeige fokus penyusunan teks terletak pada fenomena kematian, sedangkan dalam Traueranzeige aspek emosi, yaitu duka, juga ditonjolkan dalam teks. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah teks berita duka cita berbahasa Jerman, yang terbit di negara Republik Federal Jerman dalam kurun waktu antara tahun 2012 sampai dengan 2014. Data diperoleh baik dari surat kabar cetak maupun daring. Data yang terkumpul dibagi atas tiga perspektif, yaitu perspektif keluarga, perspektif teman/kolega, dan perspektif diri sendiri. Diasumsikan bahwa teks berita duka cita merupakan pencerminan cara pandang suatu masyarakat terhadap kematian, termasuk masyarakat Jerman. Hakikat penelitian ini adalah analisis teks, yang bertujuan mengungkap kematian dari sudut pandang masyarakat Jerman pembuat teks berita duka cita.
Penelitian ini adalah penelitian semiotik budaya, yang dikaji melalui ancangan analisis wacana kritis. Kerangka analisis utama yang digunakan bersumber dari Fairclough 1995, yang diperkuat oleh telaah budaya dalam teks dari Fix 2011. Meskipun dikatakan bahwa teks berita duka cita adalah salah jenis teks yang sangat terikat pada konvensi, temuan yang diperoleh dari analisis deskriptif teks menunjukkan adanya variasi dan preferensi individual. Salah satu preferensi individual ini secara kuantitatif dibuktikan melalui jumlah superstruktur teks yang berbeda-beda.
Hasil penelitian ini mencatat superstruktur yang ditemukan dalam teksteks yang diteliti berkisar antara delapan sampai dua superstruktur. Bentuk kalimat yang mendominasi adalah bentuk kalimat berita. Unsur semiotis non-verbal juga memiliki peran penting dalam teks. Jenis tanda yang paling banyak muncul dalam teks adalah ikon. Secara interpretatif terlihat dalam teks bahwa ada dua arah penyampaian. Melalui teks, pembuat teks ingin menciptakan interaksi dengan orang yang meninggal dunia, dan dengan pihak pembaca teks. Interaksi pembuat teks dengan orang yang meninggal dunia dinyatakan melalui kalimat-kalimat yang menggunakan kata sapaan orang kedua tunggal. Interaksi pembuat teks dengan pembaca teks diwujudkan dalam fokus berita yang mengabarkan kematian, ritual terkait kematian, dan bentuk belasungkawa yang diharapkan atau tidak diharapkan.
Di tataran eksplanatif teks berita duka cita dikaji dengan memperhatikan hubungannya dengan konteks sosial budaya. Dalam teks, terlihat bahwa aspek “mourning” „berkabung' yang lebih mendominasi daripada aspek “grief” bdquo;duka'. Grief adalah kondisi psikis seseorang, sedangkan mourning merupakan konstruksi budaya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fenomena kematian juga merupakan fenomena budaya. Secara kuantitatif, makna kematian yang paling banyak ditemukan dalam teks adalah yang didasari oleh religiositas 6 dari 12 makna kematian. Meskipun demikian, sikap religius dalam teks belum tentu mencerminkan sikap religius masyarakat pembuat teks dalam keseharian mereka. Sikap religius dalam teks dianggap sebagai alternatif pemaknaan Deutungsangebot, yang disebabkan karena konsep kematian yang memang sulit dijelaskan secara empiris.

This dissertation discusses how Germans perceive death, as verbalised in obituary. This research is motivated by the concept of death, which most people have difficulties to accept as an empirical fact, and also a terminological shift in standard German language, namely from Todesanzeige, which literally means 39 announcement of death 39 to Traueranzeige, meaning 39 announcement of grief 39. In accordance with its meaning, Todesanzeige focuses on the phenomenon of death, whereas in Traueranzeige the aspect of emotion generated by the event of death also plays an important role. The data analyzed in this study is German obituary, published in the German Federal Republic in the period between 2012 through 2014. Data were obtained from both print and online newspapers. The collected data is further categorized into three perspectives family, friend colleague, and self perspective. It is assumed that how a society of one culture perceives death is also reflected in obituary.
The nature of this research is text analysis, which aims to uncover the meaning of death from the German point of view. The field of this research is cultural semiotics, which is assessed through critical discourse analysis. The main analytical framework used is from Fairclough 1995, and supported by theories of culture on text by Fix 2011. Although it is said that obituary is the type of text, which is strongly tied to the convention, the descriptive text analysis showed variation and individual preference. As shown quantitatively, texts contain a number of different superstructures, ranging from eight to two superstructures. The construction of the sentence is dominated by declarative sentences. The common type of non verbal semiotic elements found in texts is icon.
Analysis from interpretative level showed that there are two types of interaction, specifically the interaction between the text maker with the deceased, and the interaction between text maker with the text reader. The interaction between the text maker and the person who died can be seen from the expressions as if the text maker spoke directly with the deceased, using address form in second person singular. Interaction with the readers is expressed through utterance, in which the text maker informs about the death event and rituals related to death, and expected or unexpected type of condolence forms.
On the explanatory level, it is concluded that mourning as a construction of culture is more dominant than grief as a state of psyche. It is safe to say, that death phenomenon is also cultural phenomenon. How the German perceive death in obituaries is mainly influenced by religiosity 6 out of 12 perceptions of death. However, religiosity in text doesn 39 t always correlate with religiosity in their daily life. Religiosity in text can be seen as an alternative of sense making Deutungsangebot, due to the lacking of an empirical explanation of the death concept and the death meaning.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
D2251
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chatarina Wahyurini
"Proses penanaman identitas sebagai laki-laki maupun perempuan merupakan sebuah proses sejarah yang panjang yang merupakan bagian dari sosialisasi masa kanak-kanak dan berlanjut dibalik konstruksi ekonomi, sosial, politik, budaya yang membentuk wacana dan yang mempengaruhi bagaimana manusia memahami eksisitensi perempuan dan laki-laki dalam komunitasnya.
Peranan media dalam turut mempelopori keadilan gender memang sudah selayaknya. Hal ini mengingat peranan media massa sebagai alat pembentukan opini sangat efektif. Fenomena ketimpangan gender di media massa tidak hanya pada pemberitaan semata, namun mencakup pula pada proses pengambilan kebijakan perusahaan atau manajemen media. Selain itu bias gender dalam pemberitaan para telah menyebabkan tersosialisasikannya ideologi gender dalam masyarakat pembaca atau penontonnya yang tentu saja semakin memperlemah posisi perempuan ketika berhadapan dengan ego budaya patriarki yang telah dibentuk selama berabad-abad lamanya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk : Mendeskripsikan berbagai peran gender yang dikonstruksikan dalam tokoh perempuan atau laki-laki dalam majalah remaja Kawanku selama periode tahun 1995 sampai dengan tahun 2003. Dan menjelaskan landasan ideologi gender apa yang digunakan sebagai konsep dasar majalah Remaja di Indonesia yang diwakili majalah Kawanku.
Kerangka Pemikiran yang melandasi adalah paradigma kritis. Asumsi yang mendasari digunakannya paradigma kritis ini disebabkan persoalan gender (feminisme) menekankan kajiannya pada adanya penindasan dan distribusi kekuasaan yang tidak seimbang di masyarakat terhadap kaum perempuan oleh kaum laki-laki. Sedangkan teori feminis yang digunakan adalah perspektif feminisme sosialis . Hal ini disebabkan perspektif ini memberikan kerangka yang komprehensif pada adanya penindasan terhadap kaum perempuan di media massa. Perspektif feminis sosialis memandang media sebagai instrumen utama dalam menyampaikan stereotip patriarkhal dan nilai-nilai hegemoni mengenai perempuan dan feminitas. Media berfungsi sebagai mekanisme kontrol social Menurut perspektif ini , media menampilkan kapitalisme dan skema patriarki . Kontrol social secara langsung menjadi tidak perlu karena ideologi dominan telah diterjemahkan menjadi `sesuatu yang wajar atau dapat diterima secara umum (common sense).' Media memenuhi kebutuhan- kebutuhan struktural dalam masyarakat kapitalis, patriarkis, dan demokratis dengan menstranmisikan nilai-nilai dominan mengenai perempuan yang telah didistorsinya.
Paradigma Penelitian yang digunakan adalah paradigma kritis yang bersifat kualitatif dengan metode analisisnya critical discourse analysis yang melakukan text analysis dan multi level analysis secara intertekstual.
Adapun analytical framework yang digunakan mengacu pada critical discourse analisisnya Norman Fairclough yang terbagi menjadi 3 dimensi yaitu Analisis Text, Analisis Discourse Practice dan Analisis Sociocultural .
Kesimpulannya Peran perempuan yang ditampilkan Kawanku adalah perempuan yang aktif di luar rumah (wilayah publik) tapi tetap `harus' bertanggung jawab terhadap urusan rumah tangga (wilayah domestik) atau peran ganda yang sebenarnya beban ganda. Sedangkan peran laki-laki yang ditampilkan Kawanku adalah laki-laki sebagai pemimpin , pencari nafkah dan lebih bertanggung jawab atau lebih mempertahankan fungsi-fungsi produktif. Tokoh laki-laki ditempatkan sebagai pencari nafkah yang harus bekerja di luar rumah, melindungi dan `mengatur' perempuan.
Kawanku ternyata terjebak pada ideologi patriarki dan kapitalisme. Dibangunnya gagasan peran gender yang masih stereotip dan sub-ordinasi perempuanke dalam benak pembaca Kawanku tidak terlepas dari konteks sosial budaya tempat majalah ini dan para pembacanya tumbuh. Konteks ini adalah lingkungan budaya patriarki yang melingkupi sistem nilai di Indonesia dan sistem kapitalis yang menjadikan perempuan sebagai komoditas. Stereotip dan subordinasi perempuan justru dipelihara dan terus dikembangkan karena diperlukan untuk menghidupkan roda ekonomi yang bersifat bisnis tersebut."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13821
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, P dan K. RI, 1997
808.2 PER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Noor
"Hutan adalah suatu sumber daya dan lingkungan yang unik, karena secara umum menyediakan banyak manfaat. Hutan menyediakan keaneka ragaman biologi, binatang, dan tumbuh-tumbuhan yang terbesar. Deforestasi yang ditingkatkan dapat mengurangi biodiversas dan berakibat dampak negatif seperti erosi lahan, penghabisan bahan gizi, penggenangan, peningkatan gas rumah kaca, gangguan dalam karbon yang beredar dan hilangnya produk hutan seperti berkenaan dengan farmasi, kayu dan bahan bakar. Namun demikian deforestasi dapat pula diakibatkan adanya alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan yang dilakukan oleh masyarakat secara individu atau kelompok dan pengusaha maupun pemerintah. Selain dari dampak negatif yang ditimbulkan akibat deforestasi tersebut dapatkah memberikan manfaat yang optimal dalain rangka meningkatkan sosial-ekonomi dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Dimana pertumbuhan ekonomi tidak selalu diikuti oleh pemerataan hasil-hasil pembangunan dengan melakukan peningkatan produksi di sektor kehutanan. Seperti yang dilakukan pemerintah kabupaten Kutai Timur sekarang ini dengan visinya Gerakan Daerah Pengembangan Agribisnis (GERDABANGAGRI) sebagai grand strategy pembangunan, yaitu model pembangunan agribisnis perkebunan dengan melakukan konversi hutan menjadi lahan perkebunan. Dengan memiliki hutan seluas 3.005.802 ha pada tahun 2000, kemudian pada tahun 2002 mengalami pengurangan menjadi 2.784.024 ha. Ini menunjukkan bahwa areal hutan yang mengalami penurunan sebesar 221.778 ha selama 3 Whim. Hal ini diakibatkan oleh kegiatan deforestasi baik itu untuk keperluan memenuhi kebutuhan industri pengolahan kayu maupun kebutuhan untuk lahan pertanian dan perkebunan yang menjadi strategi pembangunan pemerintah kabupaten Kutai Timur. Akibat lainnya adalah illegal logging yang tidak dapat dikontrol oleh pemerintah kabupaten, sehingga areal hutan mengalami penurunan khususnya diareal hutan lindung, hutan suaka alam dan wisata kabupaten Kutai Timur. Kemudian seberapa jauhkah kebijakan pemerintah kabupaten Kutai Timur dan kegiatan masyarakatlpengusaha yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap reforestasi dalam rangka melestarikan kembali areal hutan yang mengalami degradasi akibat adanya deforestasi.
Berdasarkan basil perhitungan secara struktural Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Kutai Timur Tabun 2000 dengan model pengganda rata rata dan Structural Path Analysis (SPA), terdapat adanya pengaruh langsung dan tidak langsung dari sektor Tenaga Kerja dan Modal terhadap kegiatan deforestasi. Kegiatan ekonomi yang mempengaruhi kegiatan deforestasi disebabkan adanya pengaruh Perdagangan, Restoran, dan Hotel (PRH) yang ditunjukkan oleh empat jalur Modal Swasta Dalam Kabupaten (MSDK) ke Kayu yang memiliki pengaruh global paling kuat adalah melalui PRH. Dengan kata lain pengaruh MSDK terhadap kegiatan penebangan hutan paling besar terjadi melalui PRH. Sektor PRH ini sangat besar pengaruhnya, karena sektor inilah yang banyak menggunakan kayu untuk keperluan usaha, bangunan, dan untuk bahan bakar. Hal ini ditunjukkan oleh upaya membangun hotel (Penginapan) dengan modal besar yang masih memerlukan kayu dan untuk keperluan memasak sebagian besar hotel menggunakan tungku dengan bahan bakamya kayu.
Secara meyeluruh dan pengaruh kegiatan ekonomi terhadap kegiatan reforestasi disebabkan adanya pengaruh sektor Tenaga Kerja Pertanian Bukan Penerima Upah & Gaji (TKPBUG). Sektor TKPBUG ini sangatlah besar pengaruhnya sebagai garnbaran kegiatan masyarakat/pengusaha yang bekerja di sektor pertanian. TKPBUG ini juga menggambarkan pemilik lahan yang berusaha dibidang pertanian dengan menanam beberapa jenis tanaman seperti sawit, karat, umbi-umbian, lada, dan lain sebagainya Hal ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun untuk mendapatkan keuntungan dari hasil panen pertanian. Adapun kegiatan dalam penanaman pemilik lahan dibantu oleh anggota keluarga mereka. Sektor inilah yang banyak melakukan kegiatan penanaman untuk keperluan sehari-hari dan usaha agar mereka dapat meningkatkan pendapatan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya dorongan kegiatan Rumah Tangga Bukan Pertanian Golongan Rendah dan Golongan Atas."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20429
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfikar
"Penelitian ini untuk mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran kayu bulat dan mengetahui terjadinya kesenjangan antara permintaan dan penawaran kayu selama periode tahun 1976 sampai dengan 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tanda koefisien pads model permintaan dan penawaran sudah sesuai dengan harapan. Beberapa variabel pada model permintaan kayu bulat mempunyai koefisien yang tidak sesuai dengan harapan, diantaranya harga kayu bulat (Pd-L) yang mempunyai koefisien positif, tidak sesuai dengan hukum permintaan. Hal ini dapat diatasi dengan menambah sebuah variabel perbedaan harga antara harga kayu bulat domestik dengan harga kayu bulat internasional. Selanjutnya, pada model penawaran diperoleh koefisien negatif untuk variabel kebijakan (Pol). Hal ini menunjukkan bahwa variabel kebijakan dalam bentuk larangan ekspor kayu bulat tidak berjalan efektif dan cenderung counterproductive terhadap pengembangan industri primer hasil hutan kayu. Disamping itu, kebijakan larangan ekspor kayu bulat dan investasi industri kayu yang berintikan kayu lapis telah menyebabkan hilangnya mekanisme pasar kayu bulat. Dalam kondisi pasar tidak bersaing sempuma (imperfect market), sistem perijinan memberi kesempatan kepada pare pengusaha besar untuk membangun posisi oligomonopsonist. Kondisi ini berdampak pada harga kayu tegakan (stumpage value) jauh lebih rendah dibanding intrinsic value atau harga kayu bulat yang seharusnya.
Untuk mengurangi kesenjangan antara permintaan dan penawaran kayu, maka pemerintah perlu mengambil kebijakan yang terkait langsung dengan sisi permintaan dan sisi penawaran. Penanganan sisi permintaan akan jauh lebih sulit dibanding sisi penawaran, karma di sisi permintaan terkait dengan kondisi politik disamping kondisi ekonomi. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian pada sisi permintaan adalah: kebijakan pemerintah melarang ekspor bahan baku dikaitkan dengan mendorong industri kayu lanjutan, daftar negatif investasi, perpajakan, kredit perbankan, dan pengadaan kayu clan sumber yang legal dan lestari; pembentukan dan pernisahan pasar kayu bulat dengan pemegang HPH (bidding system); serta pengurangan kapasitas industri primer basil hutan kayu. Sedangkan pads sisi penawaran meliputi: penguatan kapasitas kelembagaan; pembangunan hutan tanaman; insentif (subsidi bunga, pajak); investasi mesin-mesin yang akan meningkatkan efisiensi dan memanfaatkan limbah; serta impor kayu.

This research is aimed at finding independent variables which significantly influence demand and supply of logs and recognizing a gap between demand and supply of logs in 1976 to 2003. The research shows that most of coefficient of independent variables is as expected. The demand equation indicates a coefficient of logs price (Pd-L) has a positive sign, which is not in line with the demand rule. This can be overcome by adding a new variable of differential price between domestic log price and international log price. The supply equation shows that a coefficient of government policy (Poi) has a negative sign. The negative sign can be interpreted that the government policy in the form of log export ban has been ineffective and counterproductive for development of primary forest products industry. Furthermore, the policy of log export ban and investment in timber industry mainly plywood has resulted in a loss of market mechanisms for log. In imperfect market, licensing scheme has given an opportunity for large corporations to establish oligomonopsonist. This condition has caused stumpage value of log far lower than its intrinsic value.
In order to reduce a gap between demand and supply of log, the Government of Indonesia has to implement a policy which directly relates to demand and supply. Government intervention on demand side is more difficult than supply side, since demand side is connected to political and economic situation. On demand side government policy should address among other things: log and sawn timber export ban should be targeted to develop secondary timber processing, negative list of investment, taxes, credits, timber legality and green procurement policy-, establishment and separation of log market with forest concession through bidding system; and down-sizing of primary industry capacity. Whereas supply side covers institutional strengthening; timber plantation development; incentives (subsidy and tax); new investment to increase efficiency and wood waste utilization; and wood import.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20371
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafrul Yunardy
"Kebakaran hutan yang selalu berulang setiap tahun selama dua dekade terakhir ini menimbulkan kerugian yang tidak sedikit mengingat sumber daya hutan memiliki keterkaitan yang erat dengan kinerja perekonomian, kualitas ekologi dan ketergantungan sosial. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui besar dampak ekonomi dan sosial yang timbul akibat kebakaran hutan dan mengidentifikasi jalur jalur utama pengaruh kebakaran hutan pengaruh kebakaran hutan di Indonesia terhadap output, faktor produksi dan institusi (rumah tangga, perusahaan dan pemerintah). Penelitian ini menggunakan metoda penghitungan SNSE atau social accounting matrix (SAM) untuk menghitung nilai penurunan pendapatan (economic loss) dan structural path analysis (SPA) untuk menjelaskan jalur keterkaitan antar sektor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap hektar areal hutan yang terbakar di Indonesia menumbulkan dampak berupa penurunan pendapatan total sebesar 269 juta rupiah. Secara sosial rumah tangga adalah kelompok institusi yang mengalami penurunan pendapatan paling besar di banding pemerintah dan di sektor perusahaan. Penurusan terbesar dalam output terjadi pada kegiatan di sektor kehutanan, industri dan perdaganan. Pada kelompok faktor produksi tenaga kerja pertanian di pedesaan mengalami kerugian paling besar di alami sektor seasta dalam negeri. Secara struktual ada jalur keterkaitan yang erat antara sektor kehutanan dengan sektor sektor yang berbasiskan pertanian di pedesaan. bEsaran nilai dampak ekonomi dan sosial akibat kebakaran hutan yang dihasilkan oleh peneliutian ini dapat digunakan sebagai dasar penentuan besaran ganti rugi minimun yang dikenakan kepad pelaku penyebab kebakaran hutan dan sebagai acuan dalam perencanaan alokasi anggaran baik untuk pemerintah maupun perusahaan untuk pengendalian kebakaran hutan."
Lengkap +
2005
JUKE-1-1-Agust2005-75
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>