Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122504 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"perempuan, yaitu yang disebut Roudou Kijung Hou Akan tetapi, para pekerja perempuan mulai merasakan bahwa mereka tidak mendapatkan perlakuan dan kesempatan yang sama dengan teman sekerja laki-laki di tempat mereka bekerja. Dikarenakan hal tersebut pemerintah membuat Kinrou Fujin Fukushi Hou atau Hukum Kesejahteraan Pekerja Perempuan yang dibuat pada tahun 1972. Dalam hukum ini mengatur adanya fasilitas pengasuhan anak dan cuti merawat anak. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan jaman, para pekerja perempuan ingin mendapatkan persamaan kesempatan kerja dengan laki-laki. Kemudian dibuatlah Kintouhou. Danjo Koyou Kikai Kintouhou lebih dikenal dengan Kintouhou adalah Hukum Persamaan Kesempatan Kerja Laki-laki dan Perempuan. Hukum ini mulai aktif diterapkan pada tanggal 1 April 1986. Kintouhou dengan jelas melarang praktek diskriminasi terhadap pekerja perempuan dalam lingkungan pekerjaan khususnya perekrutan, kesejahteraan pekerja, pelatihan, penempatan pekerjaan, promosi dan masa pensiun. Pada Kintouhou ternyata masih terdapat kekurangan di dalamnya, yaitu tidak adanya larangan tegas diskriminasi dalam hal perekrutan, pegawaian, promosi, tugas kerja, pendidikan dan pelatihan, program kesejahteraan, usia pensiun, dan pemecatan. Atas dasar latar belakang tersebut dibuatlah Revisi Kintoho pada tahun 1999."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S13863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Ayu E. A.
"Skripsi ini membahas tentang eksklusi sosial terhadap pekerja migran perempuan Filipina di Jepang dan hubungannya dengan pembangunan wilayah yang tidak seimbang. Dalam menganalisa eksklusi sosial terhadap pekerja migran perempuan Filipina di Jepang dan hubungannya dengan pembangunan wilayah yang tidak seimbang menggunakan metode deskriptif analisis berdasarkan teori proses makro globalisasi yang salah satu aspeknya adalah pembangunan wilayah yang tidak seimbang. Pada akhir analisa, diketahui bahwa pembangunan wilayah yang tidak seimbang berdampak pada terjadinya eksklusi sosial terhadap pekerja migran perempuan Filipina di Jepang.

The focus of this study is the social exclusion experienced by the Philippine female migrant workers in Japan and its relation with the unequal development of regions. This study is written based on analyzed-descriptive. In order to analyze the social exclusion experienced by the Philippine female migrant workers in Japan and its relation with the unequal development of regions, this study use the macro process of globalization theory, which is caused the existence of the unequal development of regions. An the end of the analysis shows that the unequal development of regions caused the social exclusion experienced by the Philippine female migrant workers in Japan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13685
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erytreeanto Adi Nugroho
"Dari sejumlah 260 han yang ada di Jepang pada masa Shogun Tokugawa berkuasa, beberapa han seperti Han Chooshuu mampu bangkit dari krisis yang untuk kemudian berperan sebagai pemimpin perjuangan Restorasi Meiji. Tujuan dari perjuangan ini ialah membawa bangsa Jepang menuju kemajuan di segala bidang pada Era Meiji,Tentu saja Han Chooshuu memiliki faktor-faktor penentu keberhasilannya sebagai pelopor Restorasi Meiji. diantaranya ialah luas han, jumlah pasukan samurai, kemajuan tingkat sumber daya manusia yang diakibatkan dari adanya proses belajar ilmu barat dan lahirnya faham sonnoo."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13974
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
J. Ravianto
Jakarta: UI-Press, 1986
311.118 RAV o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Education in Japan that is having a modernization is not just because the changes that come from the inside and bottom but also from foreign interference because Japan has invited foreigner and imported the foreign pattern. Education in Japan is modernization after the changes from the inside and bottom that strengthen power from the top and outside.  That is the tipycal of underdeveloped country. Japan under the Meiji, has win in war against the China and Rusia. Meanwhile, this country also has finished the industry revolution. "
NIGAKU 1:1 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kitty Quintarina Aman
"ABSTRAK
Jepang yang tumbuh begitu cepat di dalam modernisasi di segala bidang khususnya industrialisasi, tidak lepas dari proses sejarah Jepang sendiri. Salah satu jawaban yang penting dan mutlak untuk menjawab modernisasi di Jepang ialah bidang pendidikan. Proses sejarah Jepang sebelum zaman Meiji mempunyai arti penting di dalam bidang pendidikan, yaitu zaman Tokugawa yang menganut sistem feodal baik struktur masyarakat, keadaan masyarakat dan pandangan pemerintah yang mempengaruhi perkembangan pendidikan khususnya...

"
1986
S13564
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Susanti
"[Sistem pemekerjaan seumur hidup merupakan sistem relasi industrial yang menguntungkan, dimana partisipasi pekerja dalam perusahaan memiliki kontribusi yang besar dalam keberhasilan perusahaan Jepang. Selain menjamin keamanan kerja, perusahaan yang menganut sistem tersebut juga memberikan berbagai macam fasilitas dan manfaat untuk para pekerjanya. Seiring dengan perkembangan zaman, sistem tersebut perlu untuk disusun ulang untuk menghadapi tantang yang dihadapi oleh perusahaan. Perubahan yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan menggunakan tenaga kerja nonreguler atau transfer kerja sebagai alternatif pemberhentian kerja.
;Lifetime employment system is a favorable industrial ?employer-employee? relationship system, where workers? participation plays a pivotal role to the success of Japanese companies. Besides guaranteeing job security, companies that adopt this system also provide a wide range of facilities and benefits for its employees. Entering the new era, the system needs to be ?reengineered? to overcome challenges faced by the employer. The changes could be utilizing non-regular workforce or job-transfer as an alternative to job layoff.
;Lifetime employment system is a favorable industrial ?employer-employee? relationship system, where workers? participation plays a pivotal role to the success of Japanese companies. Besides guaranteeing job security, companies that adopt this system also provide a wide range of facilities and benefits for its employees. Entering the new era, the system needs to be ?reengineered? to overcome challenges faced by the employer. The changes could be utilizing non-regular workforce or job-transfer as an alternative to job layoff.
;Lifetime employment system is a favorable industrial ?employer-employee? relationship system, where workers? participation plays a pivotal role to the success of Japanese companies. Besides guaranteeing job security, companies that adopt this system also provide a wide range of facilities and benefits for its employees. Entering the new era, the system needs to be ?reengineered? to overcome challenges faced by the employer. The changes could be utilizing non-regular workforce or job-transfer as an alternative to job layoff.
;Lifetime employment system is a favorable industrial ?employer-employee? relationship system, where workers? participation plays a pivotal role to the success of Japanese companies. Besides guaranteeing job security, companies that adopt this system also provide a wide range of facilities and benefits for its employees. Entering the new era, the system needs to be ?reengineered? to overcome challenges faced by the employer. The changes could be utilizing non-regular workforce or job-transfer as an alternative to job layoff.
, Lifetime employment system is a favorable industrial “employer-employee” relationship system, where workers’ participation plays a pivotal role to the success of Japanese companies. Besides guaranteeing job security, companies that adopt this system also provide a wide range of facilities and benefits for its employees. Entering the new era, the system needs to be “reengineered” to overcome challenges faced by the employer. The changes could be utilizing non-regular workforce or job-transfer as an alternative to job layoff.
]"
2015
S60829
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Astuti Retno Lestari
"Perubahan sosial dan ekonomi yang terjadi di Jepang sejak berakhirnya perang dunia ke 2 membawa perubahan dalam kehidupan wanita Jepang seperti semakin besarnya kesempatan wanita untuk mendapatkan pendidikan tinggi sebagai mana pria. Pola kerja wanita Jepang menyebabkan wanita mengalami kerugian karena sistem kerja Jepang membedakan secara ketat pekerja permanen dan temporer.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang kondisi peerjaan wanita Jepang dan hukum yang berupaya untuk memperbaiki kondisi tersebut. Tujuannya adalah untuk menunjukkan efektivitas kintohou 1985 dan 1997 sebagai sarana untuk memperbaiki kondisi kerja wanjta dan menunjukkan penyebabnya."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11859
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhadianti Ariestya Mochtan
"ABSTRAK
Keadaan domestik Jepang yang kian memprihatinkan terutama dalam bidang kependudukan dimana jumlah penduduk negara Jepang terus mengalami penurunan, jumlah lansia lebih banyak jika dibandingkan dengan usia anak muda dan berdampak pada sektor tenaga kerja dan juga perekonomian Jepang yang mengalami stagnansi. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah Jepang berupaya untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Hal yang dilakukan oleh pemerintah Jepang adalah, berusaha untuk meningkatkan jumlah pekerja, demi meningkatkan perekonomian Jepang.Salah satu cara yang dilakukan oleh Pemerintah Jepang, saat ini di perintah oleh PM Shinzo Abe, adalah meningkatkan jumlah tenaga kerja asing. Hal ini yang dirasa oleh Jepang mampu menanggulangi permasalah domestik negaranya.Dalam pembuatan kebijakan luar negeri Jepang, salah satu faktor yang berpengaruh dalam hal tersebut adalah kepala pemerintahan. Abe sebagai kepala pemerintah negara Jepang, bertindak sebagai Perdana Mentri, memiliki kekuasaan tertinggi dalam memutuskan pembuatan kebijakan Jepang.Kebijakan yang membahas mengenai tenaga kerja asing di Jepang pada masa pemerintahan PM Shinzo Abe sedikit mengalami perubahan dari PM sebelumnya. Dimana pada masa pemerintahan PM Abe, jumlah tenaga kerja asing mengalami peningkatan yang drastis. Hal ini tidak terlepas dari keinginan PM Abe untuk meningkatkan kembali perekonomian Jepang dengan berusaha untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di beberapa sektor usaha agar perekonomian berjalan maksimal sehingga mampu mempengaruhi peningkatan ekonomi Jepang.

ABSTRACT
Japan 39 s domestic circumstances are a growing concern, especially in the field of population where the population of the country of Japan continues to decline. The Aging population is growing while the number of young generation getting low. the Japanese government struggles to cope with these problems. Japanese government already trying to increase the number of workers., especialy immigrant workers.Abe as the prime minister of Japan has the highest authority in the decision of foreign policy making. Under Abe administration, the number of immigrant workers had increase. It is because Abe focus on reconstruction of Japan Economi problem, which is Japan need more workers to make their production sector grown faster and the stagnantion in Japan will end. Eventho, in Japan diet these topic, about immigrant workers, is one of sensitive problem, but Japan can rsquo t denied that they need them to help them solve their domestic problem."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panudju Senoaji
"Pada awal abad ke 20 atau tepatnya pada jaman Meiji (1868-1912), Jepang merupakan satu-satunya negara non Barat yang berhasil melakukan modernisasi. Bukti nyata dari keberhasilan usaha-usaha modemisasi Jepang pada jaman Meiji adalah tampilnya Jepang sebagai sebuah negara industri. Dengan kekuatan industri yang dimilikinya, Jepang kemudian menjelma menjadi salah satu kekuatan ekonomi dan militer dunia. Tampilnya Jepang sebagai kekuatan ekonomi dan militer dunia, membuat statusnya dalam percaturan ekonomi politik intemasional juga mengalami perubahan, dan sebuah negara semi kolonisasi menjadi sebuah negara merdeka dan berdaulat. Keberhasilan Jepang menjadi sebuah negara merdeka dan berdaulat justru bertolak belakang dengan situasi umum yang terjadi di negara-negara Asia pada awal abad ke-20. Hampir sebagian besar wilayah Asia merupakan wilayah_wilayah kolonisasi negara-negara Barat. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia, Jepang merupakan negara yang sangat miskin akan sumber daya alam. Selain itu hubungan Jepang dengan dunia pada khususnya dengan dunia Barat relatif terlambat. Mengapa hanya Jepang yang sukses dalam menjalankan program-program modemisasi, sedangkan negara-negara lain di Asia tidak? Faktor-faktor apakah yang telah membedakan Jepang dengan negara-negara lain di Asia? Menurut Paul Baran searang ahli ekonomi politik beraliran mantis, seperti yang dikutip oleh Yoshihara Kunio, modal utama dari keberhasilan industrialisasi Jepang adalah kemerdekaan politik. Dia mencoba membandingkan Jepang dengan India. Menurutnya Jepang dapat berdiri sebagai negara industri karena Jepang merupakan negara yang merdeka sedang India tetap terbelakang karena telah mengalami pemerasan akibat kolonisasi Inggris. Kunio lantas mencoba melengkapi argumen yang dikemukakan oleh Paul Baran diatas dengan membandingkan Jepang dan Muang Thai. Selain tidak pernah mengalami kolonisasi negara-negara Barat, Muang Thai pada masa pemerintahan Raja Chulalongkorn (1868-1910) atau hampir bersamaan dengan jaman Meiji juga melakukan usaha-usaha modernisasi. Tetapi apa yang dicapai oleh Muang Thai tidak seperti yang dialami oleh Jepang. Menurut Kunio keberhasilan modemisasi yang diperoleh Muang Thai hanya bersifat kuantitatif tidak kualitatif, artinya hanya menyentuh sebagian kecil masyarakat, sedangkan mayoritas besar rakyat tetap tidak berpendidikan dan hidup dalam keadaan miskin. Suatu situasi yang sangat berlawanan dengan keadaan di Jepang. Keberhasilan modernisasi yang dicapai oleh Jepang pada jaman Meiji juga sangat ditentukan oleh faktor-faktor lain seperti unsur-unsur dalam kebudayaan Jepang. Kebudayaan Jepang dapat dianggap sebagai kebudayaan rasa malu."
2000
S13802
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>