Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66134 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Sulistyowati
"Pengelolaan lingkungan adalah salah satu cara yang dilakukan manusia untuk menjaga agar lingkungan alam tidak mengalami kerusakan sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup manusia secara berkesinambungan. Hingga saat ini, pemerintah dan masyarakat tetap berusaha melakukan berbagai tindakan pengelolaan lingkungan, baik dengan pembuatan berbagai sarana fisik maupun dengan membuat kebijakan dan peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan, mengingat posisi Indonesia yang sangat strategis dengan berbagai kekayaan sumber daya alamnya. Kemudahan untuk mengidentifikasi berbagai tindakan pengelolaan lingkungan di masa kini, tidaklah semudah mengidentifikasi tindakan pengelolaan lingkungan di masa lalu. Walaupun ternyata di masa lalu, masyarakat Jawa Kuna, khususnya abad X-XI Masehi telah menunjukkan adanya usaha untuk mengelola lingkungan alamnya. Mereka menyadari jika sumber daya alam yang ada disekeliling mereka tidak dijaga dan dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan kerugian bagi diri mereka, dan turut berdampak pada pemasukan yang berkurang bagi daerah wanua, watak dan kerajaan. Jadi, tindakan pengelolaan lingkungan di masa Jawa kuna jelas merupakan tindakan yang melibatkan kepentingan orang banyak, sehingga secara otomatis memerlukan sistem pengorganisasian dan peraturan yang jelas untuk menjaga agar tindakan pengelolaan yang diambil tetap berjalan dengan baik. Untuk mengetahui tindakan pengelolaan lingkungan pada masa kerajaan kuna dapat diidentifikasi lewat data prasasti dan naskah. Namun, bagaimanapun juga, keterbatasan yang ada pada prasasti seringkali menimbulkan kesan dan persepsi yang berbeda-beda, karena jarang sekali ditemui sebuah prasasti memberikan keterangan yang lengkap mengenai suatu peristiwa. Keterbatasan ini juga ditemui pada 7 buah data prasasti dari abad X-XI Masehi yang isinya memuat keterangan tentang tindakan pengelolaan lingkungan pada masa Jawa Kuna, sehingga terkadang alasan utama dari suatu tindakan pengelolaan lingkungan tidak dapat diketahui dengan jelas. Tujuh prasasti dari abad X-XI Masehi yang berisi data mengenai tindakan pengelolaan lingkungan adalah prasasti Kubukubu (905 Masehi) yang berisi tentang pembuatan sebuah saluran air, prasasti Rukam (907 Masehi) berisi tentang perbaikan desa Rukam yang terkena bencana, prasasti Kaladi (909 Masehi) berisi perubahan fungsi tanah hutan menjadi sawah, prasasti Wulig (935 Masehi) berisi pembuatan 3 buah bendungan oleh salah satu istri Pu Sindok, prasasti Baru (1030 Masehi) berisi larangan untuk mengambil beberapa jenis tumbuhan tertentu, prasasti Sanghyang Tapak (1030 Masehi) berisi pembuatan sebuah tepek, dan prasasti Kamalagyan (1037 Masehi) yang berisi pembuatan tambak di Waringin Sapta oleh Dharmmawangsa Airlangga. Berdasarkan hasil analisis tujuh data prasasti itu kemudian diketahui bahwa tindakan pengelolaan Iingkungan dimasa Jawa Kuna terdiri dari pembuatan sarana fisik dan pembuatan aturan. Berbagai tindakan pengelolaan lingkungan tersebut ternyata merupakan kelanjutan dari tindakan pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan pada abad sebelumnya. Bahkan, di masa kemudian, tindakan pengelolaan lingkungan ini semakin berkembang ke berbagai bidang dan tidak hanya meninggalkan bukti tertulis, tetapi juga bukti artefaktual. Konsep kosmologis yang dianut oleh masyarakat Jawa Kuna pun turut berperan dalam setiap tindakan pengelolaan lingkungan, karena masyarakat Jawa kuna sangat mempercayai apabila mereka merusak lingkungan alam, maka keseimbangan antara dunia manusia dan jagad raya akan terganggu sehingga akan menimbulkan malapetaka bagi mereka. Hal ini terbukti pada masa sekarang, ketika manusia tidak lagi mementingkan keseimbangan lingkungan, maka yang berikutnya terjadi adalah bencana yang datang secara beruntun"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S11593
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Cahyanita
"ABSTRACT
Seseorang yang meninggal menyebabkan munculnya berbagai permasalahan mengenai kelanjutan hak dan kewajibannya, penyelesaiannya akan diatur dalam hukum waris. Pewarisan sudah berlangsung sejak zaman dahulu seperti pada masa Jawa Kuna. Pewarisan masa Jawa Kuna dapat diketahui berdasarkan prasasti dan kitab-kitab dari masa tersebut seperti kitab agama dan Manawadharmasastra. Beberapa peneliti sudah melakukan penelitian mengenai pewarisan masa Jawa Kuna, tetapi belum pernah dibahas secara mendalam. Penelitian ini membahas mengenai penerapan pewarisan pada masa Jawa Kuna. Pewarisan dalam prasasti dikaitkan dengan kitab agama dan Manawadharmasastra yang menghasilkan penjelasan mengenai penerapan pewarisan masa Jawa Kuna. Pewarisan pada masa tersebut memiliki tiga unsur yaitu pewaris, harta warisan, dan ahli waris. Pewaris dan ahli waris masa Jawa Kuna berdasarkan prasasti tidak membedakan jenis kelamin. Harta warisan yang diteruskan dibagi menjadi dua yaitu harta berwujud yang berupa tanah, kebun, dan sawah, serta harta tidak berwujud berupa takhta, hak-hak istimewa, hutang piutang, dan pajak. Pewarisan pada masa Jawa Kuna menerapkan pewarisan parental seperti masyarakat adat Jawa sekarang ini.

ABSTRACT
People who dies causes the emergence of various problems regarding the continuity of his rights and obligations, the settlement will be regulated in law of inheritance. Inheritance has been going on since long time ago as in ancient Javanese. The inheritance of the Old Javanese can be known by the inscriptions and books of the period such as agama and Manawadharmasastra. Some researchers have done research on ancient Javanese inheritance, but have not been discussed in depth. This research discusses the application of inheritance in the Old Javanese period. Inheritance in the inscription is associated with the agama and Manawadharmasastra books which resulted in an explanation of the application of the ancient Javanese inheritance. Inheritance at that time had three elements: inheritors, inheritance, and heirs. The inheritors and the heirs of Javanese Kuna based on the inscription do not distinguish the sexes. The proceeds of the inheritance are divided into two: tangible property in the form of land, gardens, and fields, and intangibles in the form of thrones, privileges, accounts payable, and taxes. The inheritance of the Old Javanese implements parental inheritance such as the Javanese indigenous people today."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadiono Kusalamwardi
"Latar Belakang dan Tujuan Penulisan. Suatu wilayah yang terletak antara Semarang-Salatiga-Jepara merupakan suatu kompleks DAS yang dikenal sebagai DAS Jratunseluna. Kompleks DAS ini sendiri tenditi dari sekumpulan DAS-DAS yang lebih kecil, yaitu DAS Penggaron, DAS Dolok, DAS Jragung, DAS Tuntang, DAS Jajar, DAS Serang, DAS Lusi dan DAS Juwana. DAS Jnatunseluna dilihat dari batas-batas fisik muka buminya secara umum tidak memiliki kesamaan, di bagian Barat, Selatan dan Timur merupakan perbukitan sedangkan di bagian Barat Daya dan Utara berupa gunung-gunung. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penelitian ini bertujuan ingin memperoleh gambaran mengenai unit geornofologi yang dapat ditemui dan mengetahui karaktenistik dari masing-masing DAS di dalam DAS Jratunseluna. Permasalahan.
Permasalahan yang ingin dicapai : 1. Bagalmana unit geomorfologi dalam DAS Jratunseluna ? 2. Bagaimana karaktenistik yang dimiliki masing-masing DAS yang ada ?
Metode Penelitian memakai pendekatan pewilayahan dan peta-peta yang ada dan dengan melakukan beberapa perhitungan senta perbandingan angka dan peta."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Hayati Nufus
"ABSTRACT
Hubungan internasional merupakan kegiatan yang menyangkut aspek region dan internasional yang dilakukan satu dengan negara lainnya dalam rangka memperoleh keuntungan. Hubungan internasional juga telah dilakukan oleh Jawa pada masa Hindu-Buddha yang bekaitan dengan perdagangan internasional. Bukti hubungan internasional di Jawa dapat diketahui dengan adanya penyebutan orang-orang asing  pada prasasti, naskah, berita asing, dan pada artefak. Pada  prasasti terdapat penyebutan orang asing secara langsung pada bagian wargga kilalan, hulun  haji, dan secara tidak langsung disebutkan pada bagian manilala drwyahaji. Penyebutan orang-orang asing mulai muncul secara konsisten pada prasasti yang berasal dari masa Airlangga hingga masa Majapahit. Dari penyebutan orang-orang asing tersebut dapat diketahui asal orang-orang asing dan intensitas hubungannya dengan Jawa; motif kedatangan orang asing dalam bidang agama, ekonomi, dan politik; serta pengaturan yang diberikan oleh kerajaan terhadap orang-orang asing tersebut. Dengan mengetahui asal, motif, dan pengaturan tersebut diharapkan dapat memberikan keterangan mengenai aktivitas orang-orang asing di Jawa berdasarkan data prasasti abad ke-11-15 Masehi.

ABSTRACT
International relations is an activity that concerns with regional and international aspects undertaken one with other countries in order to gain profit. International relations have also been made by Javanese during the Hindu-Buddhist era associated with international trade. Evidence of international relations in Java can be known by the mention of foreigners on inscriptions, manuscripts, foreign news, and on artifacts. On the inscription there is a direct mention of foreigners on the part of the wargga kilalaan, hulun haji, and indirectly mentioned in the manilala drwyahaji section. The mention of foreigners began to appear consistently on inscriptions from the Airlangga period to Majapahit. From the mention of foreigners can be known the origin of foreigners and the intensity of its relationship with Java; the motives of foreigners in the fields of religion, economy, and politics; as well as the regulations given by the kingdom against these foreigners. By knowing the origin, motives, and regulations are expected to provide information about the activities of foreigners in Java based on inscriptions 11-15th century AD."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Juriati Rahmatiwi
"Suksesi merupakan proses transfer kekuasaan dari satu orang, rezim atau pemerintahan. Pada masa Jawa Kuno, suksesi merupakan proses pergantian takhta dari seorang raja ke penggantinya. Setelah raja-raja tersebut naik takhta, mereka akan melakukan legitimasi untuk membuktikan bahwa ia berhak atas takhtanya. Penelitian ini membahas mengenai bentuk-bentuk suksesi dan bentuk-bentuk legitimasi raja-raja pada masa Jawa Kuno, serta bagaimana hubungan antara keduanya. Metode yang digunakan terdiri dari tiga tahapan metode arkeologi, yaitu pengumpulan data dengan mengumpulkan transkrip dari prasasti-prasasti yang digunakan sebagai sumber data, pengolahan data dengan melakukan analisis mengenai bentuk-bentuk suksesi dan legitimasi pada masa Jawa Kuno yang didapatkan dari sumber data, dan penafsiran data dengan mencoba menjelaskan hubungan antara kedua hal tersebut serta perbandingan kedua hal tersebut pada kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Berdasarkan prasasti-prasasti pada masa Jawa Kuno abad VIII-XV, diketahui bahwa prasasti yang memuat keterangan mengenai suksesi juga berisi informasi mengenai legitimasi. Sementara itu, tidak semua prasasti yang memuat informasi mengenai legitimasi, memuat informasi suksesi. Diketahui pula bahwa bentuk suksesi yang dilakukan raja-raja pada masa Jawa Kuno akan mempengaruhi cara ia melegitimasi dirinya. Semakin banyak usaha yang dilakukan seorang raja untuk melegitimasi dirinya, maka semakin bisa diyakini bahwa raja tersebut tidak berhak atas takhtanya.

Succession is the process of transferring power from one person, regime or government. In ancient Java, succession was the process of changing the throne from a king to his successor. After the kings ascend the throne, they will exercise legitimacy to prove that he is entitled to his throne. This study discusses the forms of succession and the forms of legitimation of kings in ancient Java, and how the relationship between both. The method used three stages of archeological methods, first, collecting data by collecting transcripts from inscriptions used as data sources, second, processing data by analyzing forms of succession and legitimation in ancient Java that were obtained from data sources, and third, interpretation data by trying to explain the relationship between these two things and the comparison of the two things to the kingdoms in Central Java and East Java. Based on the inscriptions in the ancient Javanese period VIII-XV, it is known that the inscriptions that contain information about succession also contain information about legitimacy. Meanwhile, not all inscriptions containing information on legitimacy contain succession information. It was also known that the form of succession carried out by the kings in ancient Java would influence the way he legitimized himself. The more effort a king makes to legitimize himself, the more it can be believed that the king is not entitled to his throne."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnaesih Maulana
"ABSTRAK
Penelitian awal ini dilakukan dalam upaya mewujudkan gagasan guna menyusun ikonografi Hindu-Indonesia.
Sampai sekarang para ahli kebudayaan Indonesia masih menggunakan naskah-naskah berbahasa Sanskerta dari India atau kitab-kitab ikonografi Hindu-India dalam penelitiannya yang bertalian dengan ikonografi Indonesia.
Suatu penggarapan yang khusus mengenai ikonografi Hindu-Indonesia akan sangat berguna dalam mengisi kesenjangan tersebut.
Dalam penelitian ini tidak ada hipotesa yang diajukan, sebaliknya kumpulan data dan pengelompokan data prasasti itulah yang digunakan untuk membentuk hipotesa-hipotesa.
Hasil penelitian menunjukan bahwa di Jawa dewa Siva sangat dominan. Ia umumnya diseru baik pada bagian seruan, maupun bagian sapatha. Pada bagian sapatha selain Siva Astamürti diseru pula keluarganya, yaitu Duga dan Ganesa. Di samping keluarganya diseru pula pengawalnya, Mahakala dan Nandisvara, Serta muridnya Agastya dan Pancakusika.
Siva, selain diseru bersama-sama dengan dewa-dewa Hindu, ada ka1anya diseru bersama-sama Buddha. Prasasti yang menyeru Siva bersama Buddha antara lain adalah prasasti Taji Gunung (tahun 910 Hasehi, Sarkar II, LXX), dan prasasti Gandakuti (1042 Masehi, OJ0 LXIII).
Dewa lain yang diseru adalah Visnu dan Sri, sakti-nya. Brahma, catur Lokapala, makh1uk-makh1uk demonis, seperti yaksa, raksasa, pretasura, gandharva, dan lain sebagainya."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ngurah Tara Wiguna
"Tanah dalam masyarakat agraris seperti halnya masyarakat Bali Kuna, merupakan subsistansi. Oleh karena tanah pada masa itu bahkan sampai saat ini mempunyai berbagai fungsi dan nilai. sehingga para pakar di bidang pertanahan menganggap bahwa masalah tanah merupakan masalah hidup. Oleh karena pentingnya fungsi dan nilai tanah itu, maka masyarakat memerlukan pengaturan dan/atau kepastian hukum berkaitan dengan penguasaan dan pemilikan tanah, antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok dalam masyarakat. Pengaturan penguasaan dan pemilikan tanah itu kemudian melahirkan hak-hak atas tanah yang akhirnya disebut hukum tanah. Hukum tanah pada masa lampau baik tertulis maupun tidak, dihimpun dalam suatu pranata hukum yang kemudian dikenal dengan istilah hukum adat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia , 1995
T36422
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Surti Nastiti
Bandung: Kiblat Buku Utama, 2003
380.1 TIT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Basaina
"Membahas mengenai perkembangan bahasa Sansekerta dengan melihatkepada prassati-prassati Melayu Kuna yang berasal dari abad ke-17-10 M. Perkembangan dapat diketahui dengan melakukan pemisahan atas seluruh kata-kata Sansekerta dan Melayu Kuna dalam suatu tabel Melalui tabel dari jumlah tiap-tiap kata diperhitungkan dalam presentasi untuk dimasukkan kedalam suatu kurva yang menunjukkan perkembanganbahasa Sansekerta. terdapat juga pembahasan morfologi dari pentukan kosa kataSansekerta mendapatkan pengaruh dari morfologi Melayu Kuna."
2010
S12059
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Khairiyah
"Skripsi ini mencoba mengetahui sejauh mana penggunaan kosakata Melayu yang digunakan dalam prasasti-prasasti berbahasa Melayu Kunaodi Jawa Tengah abad VII-IX Masehi telah bercampur dengan perbendaharaan kata Sanskerta dan Jawa Kuno. Data yang digunakan adalah 6 buah prasasti berbahasa Melayu Kuno sebagai data primer dan 6 buah prasasti berbahasa Jawa Kun yang sejaman dengan prasasti - prasasti Melayu Kuno sebagai data sekunder. Setelah dilakukan penelitian atas kosakata yang terdapat, diketahui bahwa meskipun prasasti-prasasti itu disebut prasasti berbahasa Melayu Kuno, tetapi dalam kenyataannya tidak sepenuhnya dari bahasa Melayu Kuno, melainkan merupakan kumpulan dari kosakata Sanskerta dan Jawa Kuno. Tetapi ada ciri menonjol yang memperlihatkan pengaruh kuat dari bahasa Melayu Kuna. Hasil yang diperoleh dari skripsi ini diketahui bahwa pemakaian kosakata Melayu Kuno pada prasasti berbahasa Melayu Kuno di Jawa Tengah prosentasenya berkisar antara 28,35 % -75 %. Kosakata Sanskerta antara 6,67 % - 59.84 %, dan kosakata Jawa Kuno antara 1,57 % - 26,66 %. Sedang_kan kosakata campurannya antara 0 %- 25 %. Sementara dari 6 prasasti berbahasa Jawa Kuno yang dipakai sebagai data pembanding, pengaruh kosakata Melayu Kuna prosentasenya antara 5,62 % - 13,43 %. Berdasarkan penelitian terhadap mama-nama tokoh pada semua prasasti tersebut, dilihat dari gelar dan kata sandang di depan namanya dapat pula menunjukkan status sosial dalam masyarakat maupun pemerintahan. Sedangkan terhadap nama-nama wilayah/tempat yang disebut dalam masing-masing prasasti, nama-nama tempat yang ada pengaruh Melayu Kunonya dapat menunjukkan bahwa nama tersebut diberikan oleh orang Melayu. Di antara nama tempat itu ada yang sekarang masih menjadi nama sebuah desa. Di duga bahwa pada abad VII-IX Masehi itu telah ada sekelompok orang dari tanah Melayu yang bermukim di daerah Jawa Tengah."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S11987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>