Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40808 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Retno Diwati
"Skripsi ini membahas mengenai Serat Dewaruci, salah satu karya sastra Jawa yang mengungkapkan ajaran mistisisme Jawa. Dalam Bab I (Pendahuluan) dikemukakan bahwa gagasan dasar yang mendorong penulisan skripsi ini adalah keinginan meninjau filsafat Jawa sebagai salah satu tradisi filsafat yang tumbuh dan berkembang di bumi Indonesia. Tradisi ini terungkap dalam salah satu sikap yang senantiasa berusaha mencari dasar awal segala sesuatu lewat renungan tentang apa yang terdapat di belakang segala wujud lahir dan pencarian sebab terdalam dari padanya. Renungan dilaksanakan dengan keheningan cipta-rasa-karsa dalam samadi. Dalam Bab II dikemukakan perjalanan sejarah Jawa sebagai dimensi yang turut membentuk paham pemikiran Java. Melalui penelusuran sejarah sejak jaman Pra sejarah, jaman Hindu/Budha, hingga jaman Islam , menunjukkan adanya titik-titik pertemuan diantara ajaran Hindu/Budha sebelum kedatangan Islam dan ajaran kebatinan Islam yang memasuki Indonesia. Pandangan kedua sistim keagamaan tersebut digali dan diolah dengan unsur asli pemikiran Jawa sehingga diresapi sebagai ungkapan identitas Jawa sendiri. Bab III meraparkan kisah Dewaruci sebagai salah satu kar_ya sastra Jawa penuh kias dan lambang yang mengisahkan perjalanan Bima di dalam mencari air hidup agar mempero1eh kesempurnaan. Perjalanan Bima ini merupakan kesatuan gerak dalam kesa_tuan pengalaman yang menggambarkan proses kesadaran panca inde_ra memasuki kesadaran pribadi kernudian mencapai kesadaran ilahi. Lewat pendekatan filsafat diungkapkan aspek filosofis yang terkandung di dalamnya : aspek metafisika, yang bertolak dari eksistensi manusia dan alam dunia sebagai wujud nyata yang dapat di_tangkap panca indera, dipertanyakan darimana dan kemana semua wujud ini. Aspek anthropologi mengungkapkan bahwa tata eksistensi manusia terdiri dari dua segi fundamental realitas yang bersatu dalam diri manusia yakni segi lahir dan yang dibelakangnya terselubung segi batinnya . Aspek etika/estetika mengungkapkan bahwa etika adalah sebagai sarana untuk mencapai kesempurnaan. Aspek epistemologi mengungkapkan proses memperoleh pengetahuan dengan mempergunakan kodrat kemampuan manusia untuk meningkatkan kesadaran aku (kesadaran panca indera) kepada kesadaran hening dalam cipta rasa-karsa, menuju kesadaran pribadi dan akhirnya mencapai kesadaran ilahi. Pengungkapan klasifikasi aspek-aspek tersebut sebagai acuan bagi kita untuk dapat mengerti masing-masing unsur pengalaman di samping memberikan struktur bermakna kepada alam pengalaman. Memasuki bab IV dimulailah pembahasan mengenal kisah Dewaruci sebagai ungkapan mistisisme Jawa. Sebelumnya dikemukakan mistisisme dalam pengertian umum yaitu sebagai ajaran rahasia yang tersembunyi yang berkembang praktis dalam semua agama sebagai jalan batin menuju Tuhan Yang Maha Esa. Mistisisme Jawa secara umum disebut sebagai kebatinan Jawa. Praktek penghayatan dalam kebatinan Jawa adalah usaha yang bersifat pribadi yang bertujuan mencapai kesatuan hamba dengan Tuhan. Kemampuan tersebut dicapai melewati jalan 4 tahap : Sarengat, Hakekat, Tarekat dan Makrifat. Penuangan kebatinan Jawa dilambangkan dengan tokoh Bima sebagai gambaran manusia yang telah mencapai kesempurnaan. Bima menjalankan laku susila untuk mencapai kesempurnaan dengan mengembangkan rasa hingga mencapai kesadaran ilahi. Tuntutan etika merupakan sarana dan petunjuk jalan terbaik untuk mencapai ketenangan dan ketenteraman batin hingga rasa jati dimana manusia bertemu dengan Yang ilahi. Perjalanan batin Bima sebagai praktek penghayatan yang menempatkan suatu penalaran yang mengembangkan penggunaan rasa untuk menyingkap pengetahuan dari Zat Yang Mutlak Rasa menurut paham Jawa dapatlah disamakan dengan hati nurani atau suara hati menurut paham Barat dalam arti sebagai penuntun tingkah laku manusia dari dalam. Perbandingannya, hati nurani di Barat sebagai hukum Tuhan Yang Mutlak yang digoreskan dalam diri manusia, maka di Jawa hati nurani adalah Tuhan yang bertahta dalam inti yang terdalam dari manusia yang memanggil manusia kasar untuk kembali ke asalnya. Demikianlah pembahasan Skripsi dari Bab I hingga Bab IV. Skripsi ini ditutup dengan Evaluasi dan Kesimpulan pada Bab V yaitu melihat seberapa jauh kaitan dan hubungan penghayatan menurut versi Dewaruci dengan penghayatan kebatinan dewasa ini serta adalah peranannya di Indonesia. Akhirnya disimpulkan bahwa ada persamaan pandangan kebatinan menurut versi Dewaruci dengan kebatinan masa kini yang pada intinya ingin mewujudkan kesatuan hakiki antara hamba dan Tuhan (manunggaling kawula Ian gusti) melawan kemajuan perkembangan yang menyesatkan (individualisasi) dengan pembangunan mental menuju ke perkembangan dunia secara harmonis (memayu hayuning bawono). Praktek kebatinan mengacu pada pemusatan moral yang besar maka praktek kebatinan merupakan kondisi bagi hidup yang baik di bumi Indonesia ini. Keteraturan manusiawi dan kosmos yang terpadu adalah bagian dari keseluruhan hubungan harmonis dengan alam adikodrati dan kondisi-kondisi harmonis dalam kosmos yang akan memantulkan masyarakat teratur yang adil dan makmur. Bila kesadaran rohani manusia-manusia Indonesia dikembangkan, tidak mengumbar hawa nafsu dan pamrih, maka kehidupan dalam masyarakat Indonesia ini akan tertib, tenteran dan teratur Pula. Inilah cermin keteraturan kosmos serta hubungan antara Tuhan dengan manusia."
Depok: Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jayabaya
"Buku ini aslinya karangan Bagawan Palasara masih menggunaka kata-kata kawi dan sekar ageng lalu dikarang kembali dengan diberi makna dalam bahasa Jawa biasa oleh Prabu Jayabaya. Isi teksnya berupa pelajaran-pelajaran yang berwujud ajaran olah rasa atau kebatinan. Mengenai sopan-santun (tatakrama). Diuraikan secara per bab ada sebanyak 105. Ada juga menyebut berbagai nama pohon yaitu nagasari, cempaka dan yang sejenis lainnya."
Kediri: Tan Khoen Swie, 1921
BKL.0039-PW 39
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rivan Ditrama
"

Abstrak

Cerita Menak di lingkungan masyarakat Jawa adalah cerita yang berkisah tentang kehidupan masyarakat di suatu kerajaan yang juga dibumbui oleh kisah cinta dan penyebaran agama Islam. Demikian banyak naskah serat menak, satu diantaranya adalah serat Menak Cina.  Serat Menak Cina ini ditulis oleh R.Ng. Yasadipura I dan sudah yang dialih aksara dan diterjemahkan oleh Hadi Soetjipto SZ dan Soeparno (1982). Data dalam penelitian ini sepenuhnya menggunakan data yang ada dalam karya sastra yaitu serat Menak Cina.Dalam penelitian ini, fokus penelitian ini adalah satu tokoh saja yaitu tokoh cerita yang bernama Dewi Adaninggar dengan alasan tokoh ini memiliki interaksi yang cukup tinggi dengan tokoh-tokoh lainnya yang terdapat dalam cerita. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang akan mengolah data, mengklarifikasi data dan mereduksi data sesuai dengan kepentingan penelitian ini. Hal yang penting diperhatikan adalah interpretasi terhadap  data dapat dilakukan sesuai dengan konteks yang ada dalam masyarakat dan teks tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukan kedudukan penting tokoh Dewi Adaninggar di dalam alur cerita serat Menak Cina. Sebagai tokoh cerita Dewi Adaninggar memiliki keterkaitan dengan tokoh-tokoh yang lain. Berbeda dengan tokoh Wong Agung Menak Jayengmurti, yang menjadi judul utama cerita ini, Dewi Adaninggar justru mengisi alur sebagian besar cerita. Alur cerita yang cukup padat yang terdiri dari sejumlah rangkaian peristiwa  berkait erat dengan berbagai peristiwa yang dialami oleh Dewi Adaninggar.  Pada titik itulah terlihat bahwa Dewi Adaninggar merupakan tokoh penting selain wong Menak Jayengmurti.

 

Kata Kunci:  cerita, istimewa, tokoh, kepentingan, perang.

 


Abstract

Menak story in the environment of Javanese society is a story that tells the life of people in a kingdom which is also spiced by the love story and the spread of Islam. So many manuscripts of scary fiber, one of which is the fiber of Menak China. This Chinese Menak fiber was written by R.Ng. Yasadipura I and those who were transcribed and translated by Hadi Soetjipto SZ and Soeparno (1982). The data in this study fully use existing data in literary works, namely Menak Chinese fibers. In this study, the focus of this study is just one character, a character named Dewi Adaninggar, on the grounds that this character has a high enough interaction with other figures who contained in the story. This study uses qualitative research methods that will process data, clarify data and reduce data in accordance with the interests of this study. The important thing to note is that interpretation of the data can be done in accordance with the existing context in the community and the text. The purpose of this study is to show the important position of the figure of Dewi Adaninggar in the fiber line of Menak Chinese. As a character Dewi Adaninggar has a relationship with other characters. In contrast to the character of Wong Agung Menak Jayengmurti, who became the main title of this story, Dewi Adaninggar actually filled the plot of most of the stories. The storyline is quite dense which consists of a series of events closely related to various events experienced by Dewi Adaninggar. At that point it appears that Dewi Adaninggar is an important figure besides wong Menak Jayengmurti.

 

Keywords: story, special, figure, interests, war.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Adib Misbachul Islam
Tangerang : Transpustaka, 2016
899.222 ADI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini memuat sebagian dari teks Serat Candrageni, karangan R.Ng. Ranggawarsita di Surakarta. Teksnya menguraikan kata-kata sengkalan, namun berbeda dengan teks-teks Candrasengkala. Uraian sengkalan di sini mengutamakan makna mistik dari kata-kata sengkalan yang diuraikan. Sebagai contoh, definisi (jarwa katranganipun) untuk kata rupa sebagai berikut: Rupa sajati, inggih punika rupaning wiji. Rupaning wiji punika ingkang amawa semu, amratandhani saking urubing cahya. Urubing cahya wau sajatosing gesang, dados wijining dumadi sadaya. Kata-kata yang diuraikan diambil dari bait-bait tembang kusumawicitra yang terkenal sebagai Serat Candrasengkala yang dulu dihafal oleh semua bujangga dan abdidalem carik. Untuk beberapa naskah lain yang memuat teks yang mirip, sekalipun jauh lebih lengkap, lihat LOr 6422 dan LOr 6597. Naskah ini diperoleh FSUI sebagai hadiah dari P.T. Caltex tahun 1977. Salah seorang pemilik sebelumnya adalah Kusumayuda (h.i, pojok kanan bawah). Penyalinan naskah diperkirakan sekitar pertengahan abad ke-20, berdasarkan jenis kertas yang dipergunakan. Nama penyalin atau tempat penyalianan belum diketahui."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
PR.4-CT 28
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hadiboesono
"Buku ini ditujukan bagi para pemuda yang berusaha memahami ilmu sepuh, yang dipetik dari pelajaran para guru yang telah berpulang (meninggal dunia)."
Surabaya: Boekhandel M. B. Hadiatmodjo, 1938
BKL.0015-PW 15
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Nika Halida Hashina
"Mistisisme merupakan orientasi atau ketertarikan terhadap hal-hal mistis. Kehadiran mistisisme, khususnya pada masyarakat Jawa, dapat dilihat dari praktik ilmu sihir dan santet. Terdapat berbagai tujuan yang mendasari terjadinya sihir dan santet di masyarakat. Janur Ireng menjadi salah satu novel yang merepresentasikan berbagai bentuk serta tujuan sihir dan santet yang digunakan oleh masyarakat. Penelitian ini membahas representasi dan fungsi mistisisme Jawa dalam novel Janur Ireng karya Simpleman. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Hasil dan analisis mengungkapkan mistisisme direpresentasikan dalam bentuk sihir dan santet, okultisme, tumbal, ritual, serta pernikahan sedarah. Sementara itu, fungsi mistisisme hadir dalam pemanfaatan para tokoh yang menggunakan sihir dan santet sebagai alat dengan tujuan kekuasaan yang mampu memodifikasi nilai dan moral, khususnya seksualitas dan stratifikasi sosial.

Mysticism is an orientation or interest in mystical things. The presence of mysticism, especially in Javanese society, can be seen from magic and witchcraft also its practice. There are various purposes for the occurrence of magic and witchcraft in society. Janur Ireng is one of the novels that represents the various forms and purposes of magic and witchcraft used by the public. This study discusses the representation and function of Javanese mysticism in the novel Janur Ireng by Simpleman. This research uses descriptive qualitative with a sociological approach of literature. The results and analysis reveal that mysticism is represented in the form of magic and witchcraft, occultism, sacrifice, ritual, and incest. Meanwhile, the function of mysticism is presented from characters who use magic and witchcraft as tools to aim power that can modify values and morals, especially sexuality and social stratification."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini memberi uraian tentang perlambang dari setiap negara yang ada di tanah Jawa. Dimulai dengan negara Banten sebagai contoh disebut Nagasari Jinembangan. Kemudian negara Jakarta, lambangnya yaitu bedhil berbunyi terkenal daerahnya. Galuh, lambangnya air yang banjir menandakan bahwa hasil persawahannya sangat baik, dan masih ada beberapa kota lainnya."
Semarang: G.C.T. van Drop, 1902
BKL.0604-LL 76
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini berisi penjelasan tentang Tunggul Jati, yaitu: 1. Kebutuhan raga; 2. Kebutuhan budi; 3. Kebutuhan rasa; 4. Kebutuhan sukma. Lalu berisi juga wejangan, yaitu: 1. Wejangan Panjalmaning Jita (jiwa); 2. Wejangan Wajah/Rupa Jita; 3. Wejangan Memandang Jita."
Solo: Boekhandel M. Tanaya, 1924
BKL.0390-LL 34
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>