Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6942 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Salah satu alasan penulis untuk menyusun .skripsi ini, adalah karena penulis merasa tertarik terhadap linguistik, khususnya bentuk diminutif dalam bahasa Belanda. Banyak orang asing yang mempelajari bahasa Belanda terbentur pada pemakaian bentuk diminutive ini. Hal ini mnnimbulkan perasaan ingin tahu penulis bagaimana diminutif dalam penggunaan dan penerapannya. Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah deskripsi arti bentuk diminutif, karena bentuk diminutif dapat mencerminkan makna yang bar_beda-beda. Dalam skripsi ini penulis membatasj. diri pada segi bentuk dan makna diminutif dalam bahasa Belanda. Isi dari skripsi ini adalah sebagai berikut: dalam bab I diuraikan mengenai pembentukan diminutif yang teratur dan yang tidak teratur, sedangkan dalam bab II diuraikan mengenai makna diminutif, di samping makna pengecilan, juga makna lainnya setelah dikombinasi_kan dengan kata-kata lain dalam suatu kalimat. Bab III penulis mencoba untuk menguji kebenaran dari _"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S15780
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Adanya keinginan untuk mengetahui di mana letak perbedaan makna kalimat bentuk perfectum dan plusquamperfectum dalam bahasa Belanda, merupakan titik tolak penulisan skripsi ini. Langkah awal tersebut, dimulai dengan menjabarkan sistem verba yang ditinjau dari segi morfologis, sintaktis dan semantis, ketnudian dilanjutkan dengan pembagian bentuk kala dalam bahasa Belanda. Teori Droste (1958), Ebeling (1962), Geerts (1984), Janssen (1989), van den Toorn (1976) dan lain-lain digunakan sebagai patokan pembahasan perbedaan bentuk perfectum dan plusquamperfectum. Simpulan yang dapat ditarik, bahwa perbedaan bentuk perfectum dan plusquamperfectum terletak pada perbedaan maknanya, di mana pada bentuk perfectum hanya ada unsur saat bicara (S) dan tindakan (W) sedangkan pada bentuk plusquamperfectum selain kedua unsur di atas dibutuhkan juga titik acuan di masa lampau (R). Persamaan kedua bentuk kala itu bahwa kedua-duanya sama mengacu ke masa lampau."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S15926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Widiyanti
"Bentuk kala lampau dalam Bahasa Belanda terdiri dari tiga, yaitu bentuk kala kini selesai, bentuk kala lampau, bentuk kala lampau selesai. Tidak sedikit kesalahan_-kesalahan dibuat dalam penggunaannya oleh mereka yang bela_jar Bahasa Belanda sebagai bahasa asing, jadi bukan mereka yang belajar di Negeri Belanda. Ini disebabkan karena pera_turan yang jelas mengenai pemakaian bentuk kala lampau ini belum pernah ada. Oleh karena itu penulis mencoba untuk menguraikan peraturan tersebut di dalam skripsi ini. Bentuk kala lampau_ternyata merupakan bentuk kala yang paling sering digunakan, karena selain dapat digunakan se_cara temporal, bentuk ini digunakan juga secara aspektual dan modal. Lain halnya dengan bentuk kala akan datang zul_len yang secara murni menunjukkan aspek temporal. Untuk dapat lebih mengetahui perbedaan pemakaian ben_tuk kala lampau, penulis melakukan analisis korpus antara dua buku yang mempunyai nilai sastra dan yang tidak, yaitu Max Havelaar dan Nederland Leren Kennen. Dari segi aspektu_al, fungsi bentuk kala lampau berlainan dalam kedua buku tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S15922
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chuzaifah
"Bahasa Arab sebagai salah satu bahasa yang dipakai dalam kegiatan sehari-hari tidak akan terlepas dari berbagai bentuk kata. Seorang linguis Indonesia mengatakan bahwa kata adalah satuan bahasa yang berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal, misalnya: batu, rumah, kain, dsb. (Harimurti, 1983:76). Bahasa juga merupakan kumpulan dari susunan kalimat, kata-kata, huruf-huruf atau bisa juga berupa bunyi atau tanda yang mengandung makna. Dalam bahasa Arab ada satu istilah yang berhubungan erat dengan kata yang dikenal dengan istilah /'al-tasghir-/ 'kata pengecil'. Dalam linguistik moderen istilah ini disebut Diminutif (Harimurti, 1963:35). Dalam kamus umum bahasa Indonesia tidak terdapat istilah tertentu untuk kata pengecil. Dalam skripsi ini penulis memakai istilah diminutif untuk kata pengecil ini. Diminutif dalam bahasa Arab merupakan topik yang cukup unik dan menarik tetapi mengandung masalah yang cukup rumit untuk dibahas. Kerumitan itu terlihat dan adanya peraturan atau pembentukan diminutif itu sendiri. Dengan kata lain tidak dengan sendirinya sebuah kata bisa dengan tiba-tiba berubah menjadi diminutif akan tetapi melalui proses pembentukan berdasarkan pola-pola pembentuk dan beberapa peraturan lainnya. Keunikan dan kerumitan inilah yang menarik minat dan keinginan kami untuk menyelidiki lebih dalam lagi masalah ini. Penyelidikan diminutif dalam segi linguistik kurang mendapat perhatian Untuk itulah diketengahkan diminutif dalam bahasa Arab sebagai pokok penelitian."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kawira, Lita Pamela
"Setelah meninjau pemungutan unsur-unsur dari bahasa Belanda, baik dari segi fonologi maupun morfologi, dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut: Dari segi fonologi ternyata bahwa: a. Dengan adanya pengaruh bahasa asing pada umumnya dan bahasa Belanda pada khususnya, bahasa Indone_sia mengenal beberapa fonem baru. Penyerapannya disesuaikan dengan sistem fonologi bahasa Indone_sia. Di samping itu dikenal pula grafem yang di_serap sebagai alograf suatu fonem. b. Selain beberapa fonem baru, bahasa Indonesia juga mengenal adanya gugus konsonan, baik gugus konso_nan pravokal maupun gugus konsonan pascavokal. Sehubungan dengan yang sudah disebut dalam sub a di atas, dengan dikenalnya sejumlah fonem dan grafem baru melalui pengaruh bahasa Belanda bahasa Indonesia mudah menyerap sejumlah istilah ilmiah dan istilah internasional. Dari segi morfologi dapat disimpulkan bahwa: a. Kosa kata bahasa Indonesia diperkaya penyerap_annya disesuaikan dengan sistem morfologi bahasa_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1977
S10998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Trisnawati Gayatri
"Dalam pembentukan nomina derivatif bersufiks diminutive dijumpai perubahan morfofonemik. Ada tiga masalah yang dijawab dalam skripsi ini, yaitu: (1) apakah monem dasar-monem dasar yang berfonem akhir yang sama mengalami proses morfofonemik yang sama pula apabila mendapat penambahan sufiks diminutif. (2) (jika tidak), apakah bentuk yang berubah itu mengalami perubahan wujud fonologis yang sama. (3) apakah ada proses morfofonemik yang tidak sesuai dengan kaidah yang sudah ada, yaitu kaidah morfofonemik Dubois (1967:49-51).
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses morfofonemik-pelekatan sufiks diminutif pada bentuk dasar yang ada dalam bahasa Perancis. Penelitian dibatasi pada sufiks diminutif nominalisator yang mengungkapkan pengecilan besaran, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Teori-teori yang digunakan sebagai dasar analisis adalah teori Dubois, Ramlan dan Kridalaksana tentang proses morfofonemik, teori Martinet tentang 'monem' dan sintem. Data berupa 515 buah sintem derivatif bersufiks diminutif nominalisator diambil dari kamus ekabahasa Perancis, yaitu Le Petit Robert: Dictionnaire Alphabetique et Analogique de la Langue Francazse, terbitan tahun 1984.
Analisis menunjukkan bahwa tidak semua monem dasar yang berfonem akhir yang same mengalami perubahan ujud fonologis yang sama pula apabila dilekati oleh sebuah sufiks diminutif, bahkan bila dilekati oleh sufiks diminutif yang sama sekalipun. Selain itu dijumpai pula adanya proses morfofonemik yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam ketujuh kai_dah morfofonemik Dubois, yaitu proses penghilangan fonem. Dalam skripsi ini diusulkan adanya kaidah yang memuat proses morfofonemik yang berupa penghilangan fonem serta perincian kaidah-kaidah Dubois IV, V dan VI. Skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S14540
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Tjahjasari Mutiara
"Linguistik merupakan mata pelajaran yang sangat menarik yang telah mendorong penulis untuk menyusun skripsi. Kekhususan bentuk pasif, baik di dalam bahasa Belanda maupun di dalam bahasa Indonesia, telah menimbulkan perasaan ingin tahu mengenai bagaimana hal_nya pemakaian bentuk itu dalam hubungan terjermahan dari teks berbahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia. Tulisan mengenai hal-hal bahasa Belanda dan bahasa Indonesia yang berbentuk buku-buku maupun yang berupa tulisan dalam bentuk artikel--artikel atas dasar hasil penelitian atau penyelidikan banyak kita jumpai, tetapi penyelidikan khusus perbandingan bentuk pasif dalam kedua bahasa ini, dengan menganbil hasil terjernahan se_bagai bahan penyelidikan, belum pernah dilakukan oleh para ahli bahasa yang khusus menyelidiki dan memberikan keterangannya yang lengkap; oleh karena itu penyelidik_an perbandingan dua bahasa ini dapat diangap sebagai penyelidikan yang bersifat pendahuluan. Perbandingan ini mempergunakan metode deskriptif komparatif. Maksud perbandingan ini untuk mendapatkan data dan keterangan yang kiranya akan cukup bermanfaat bagi pengajaran timbal balik kedua bahasa tersebut, terutama seka1i bagi penerjemahan yang sekarang ini..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1980
S15883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Depok Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1996
LAPEN 14 Isa p
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Vandeputte, Omer
[place of publication not identified]: Yayasan Vlaanderen-Belanda, 1989
439.31 VAN b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yonathan Yohanes
"Bahasa Belanda memiliki bentuk-bentuk tersendiri dalam mengungkapkan pengertian ketaktunggalan atau kejamakan nominanya. Tidak demikian halnya dengan bahasa Indonesia yang pada dasarnya tidak mengena1 pembedaan bentuk tunggal dan bentuk tak tunggal dengan berbekal penelitian kepustakaan, penul i s mencoba mewujudkan penul isan ini secara deskriptif dan komparatif. Data yang ada penulis analisis sedemikian rupa sehingga dihararkan sedikit banyak dapat mewakili konsep jamak kedua bahasa tersebut. Diperoleh kesimpulan bahwa pengertian tunggal dan tak tunggal nomina bahasa Belanda berwujud pembedaan bentuk tunggal dan jamak. Bentuk jamak nomina bahasa Belanda ditandai dengan pengimbuhan sufiks jamak, -en, -s (-_s), -eren, -lui,-lieden dan sufiks jamak serapan pada bentuk tunggalnya. Berbeda dari bahasa Indonesia, yang tidak mengenal pembentukan jamak dengan jalan sufiksasi/afiksasi pada bentuk tunggalnya, kecuali sejumlah kata serapan yang sangat terbatas. Sebuah kata yang sama dapat berarti tunggal atau pun jamak, tergantung dari konteks dan situasi. Walau begitu dalam bahasa Indonesia kita dapat menemukenali gejala reduplikasi nomina dalam mengungkapkan ketaktunggalan. Bentuk reduplikasi tidak diperlukan lagi dalam bahasa Indonesia bila dalam frasa nomina sudah ada unsur yang menerangkan kejamakan yaitu numeralia. Sebaliknya dalam bahasa Belanda bentuk formal jamak dengan pengimbuhan sufiks penanda jamak harus tetap digunakan walaupun sudah ada numeralia yang menandai kejamakan nomina itu. Adanya kongruensi antara subjek dan predikat dalam kalimat bahasa Belanda dan penggunaan kata sandang tertentu dapat menandai tunggal dan taktunggalnya nomina. Sementara itu dalam bahasa Indonesia, reduplikasi ajektiva, penyertaan kata para, kaum, umat, reduplikasi verba tertentu yang disertai dengan konfik ber- -an -sampai penggunaan tertentu- dapat mengimplikasikan kejamakan nomina. Dengan mengontraskan konsep jamak nomina kedua bahasa, kita memperoleh pengertian yang jelas mengenai ketaktunggalan ini, dan tentu hal ini dapat memberikan sumbangan kepada bidang penerjemahan dan pengajaran bahasa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S15944
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>